17
1 BAB 1 PENDAHULUAN Trauma kapitis (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis, bahkan pada kematian. Pada umumnya Trauma kapitis terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan bermotor, jatuh/tertimpa benda berat (benda tumpul), serangan/kejahatan (benda tajam), pukulan (kekerasan), akibat tembakan, dan pergerakan mendadak sewaktu berolahraga. Insiden Trauma kapitis craniotomy pada anak-anak (79,3%), pada usia < 20 tahun (60%), pada orang dewasa dan orangtua > 35 tahun (74%). Pada Trauma kapitis di daerah kepala (kalvarium), kulit kepala dapat mengalami robekan, perdarahan karena terdapat pembuluh darah di dalam jaringan subkutis, dalam otot-otot dan tendon sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang besar, maka dilakukan pembedahan craniotomy untuk mengeluarkan darah yang ada di dalam rongga isi otak kepala dan kemudian melakukan pemasangan pembalut untuk menekan pada kepala. Tulang kepala manusia memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Bagian yang dilapisi otot memiliki jenis tulang yang lebih tipis, karena adanya peredam berupa otot tersebut, dan sebaliknya, tulang yang tidak dilapisi otot lebih memiliki ketebalan. Tulang frontal tidak memiliki otot dan mempunyai ketebalan lebih dibandingkan dengan tulang temporal dan oksipital. Cedera pada tulang frontal dapat berupa fraktur linear dan fraktur depresi. Fraktur depresi tulang frontal merupakan akibat adanya benturan energi tinggi pada permukaan yang sempit pada tulang frontal. Dikatakan bahwa diperlukan kekuatan sebesar 10 hingga 15 kali gaya gravitasi untuk menciptakan cedera berupa fraktur depresi pada tulang frontal. Suatu fraktur depresi dapat terbuka dan dapat tertutup, fraktur depresi yang terbuka sendiri dapat merupakan luka bersih dan dapat juga terkontaminasi. Dilaporkan bahwa 25% penderita dengan cedera fraktur depresi mengalami

Sari Pustaka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sari Pustaka

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Trauma kapitis (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang

secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan

gangguan fungsi neurologis, bahkan pada kematian. Pada umumnya Trauma

kapitis terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan bermotor,

jatuh/tertimpa benda berat (benda tumpul), serangan/kejahatan (benda tajam),

pukulan (kekerasan), akibat tembakan, dan pergerakan mendadak sewaktu

berolahraga. Insiden Trauma kapitis craniotomy pada anak-anak (79,3%), pada

usia < 20 tahun (60%), pada orang dewasa dan orangtua > 35 tahun (74%).

Pada Trauma kapitis di daerah kepala (kalvarium), kulit kepala dapat

mengalami robekan, perdarahan karena terdapat pembuluh darah di dalam

jaringan subkutis, dalam otot-otot dan tendon sehingga dapat menyebabkan

perdarahan yang besar, maka dilakukan pembedahan craniotomy untuk

mengeluarkan darah yang ada di dalam rongga isi otak kepala dan kemudian

melakukan pemasangan pembalut untuk menekan pada kepala.

Tulang kepala manusia memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Bagian

yang dilapisi otot memiliki jenis tulang yang lebih tipis, karena adanya peredam

berupa otot tersebut, dan sebaliknya, tulang yang tidak dilapisi otot lebih memiliki

ketebalan. Tulang frontal tidak memiliki otot dan mempunyai ketebalan lebih

dibandingkan dengan tulang temporal dan oksipital. Cedera pada tulang frontal

dapat berupa fraktur linear dan fraktur depresi. Fraktur depresi tulang frontal

merupakan akibat adanya benturan energi tinggi pada permukaan yang sempit

pada tulang frontal.

Dikatakan bahwa diperlukan kekuatan sebesar 10 hingga 15 kali gaya

gravitasi untuk menciptakan cedera berupa fraktur depresi pada tulang frontal.

Suatu fraktur depresi dapat terbuka dan dapat tertutup, fraktur depresi yang

terbuka sendiri dapat merupakan luka bersih dan dapat juga terkontaminasi.

Dilaporkan bahwa 25% penderita dengan cedera fraktur depresi mengalami

Page 2: Sari Pustaka

2

penurunan kesadaran. Besarnya energi yang diperlukan untuk mengakibatkan

fraktur frontal membutuhkan benturan keras, yaitu lebih dari 50 kali gaya

gravitasi bumi.6 Insidensi cedera servikal yang berhubungan dengan fraktur

frontal pernah dilaporkan hanya sebesar 0,2–0,6%.

Setiap tahun diperkirakan insiden penduduk dunia yang mengalami

Trauma kapitis pada otak sekitar 300-500 per 100.000 penduduk. Di Amerika

Serikat menurut Shackford dkk (1993), Cause Specific Death Rate (CSDR)

Trauma kapitis 13,2 per 100.000 penduduk, dan merupakan penyebab kematian

utama dari seluruh kasus trauma. Di Perancis menurut Tiret dkk (1990), insiden

Trauma kapitis 281 per 100.000 penduduk dengan CSDR 22 per 100.000

penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 4,4%.7,8 Di Hungaria (1990), setiap

tahun terdapat 50.000 penduduk yang mengalami Trauma kapitis dengan insiden

sebesar 0,42%, dan lebih kurang 15% diantaranya disertai dengan perdarahan

otak.

1.1. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk lebih mengerti dan

memahami tentang fraktur depresi dan untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Rumah Sakit Haji Adam

Malik, Departemen Ilmu Bedah Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

1.2. Manfaat

Sari pustaka ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai fraktur

depresi.

Page 3: Sari Pustaka

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Depressed fracture adalah fraktur pada tulang tengkorak di mana terdapat

fragmen yang tertekan di bawah permukaan normal atau keadaan dimana tabula

eksterna dari tulang yang mengalami fraktur berada dibawah batas anatomi

normal dari tabula interna yang dikelilingi oleh tulang yang intak.

2.2. Anatomi

A. Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,

connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea

aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan

pericranium.

Gambar 1. Lapisan Kranium

Page 4: Sari Pustaka

4

B. Tulang Tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak

terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria

khususnya di regio temporal adalah tipis, namun di sini dilapisi oleh otot

temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar

otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar

dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat

temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan

serebelum.

C. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan

yaitu :

1. Duramater

Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan

lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan

ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak

melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial

(ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering

dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang

berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau

disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan

subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan

sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan

hebat. Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari

kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan

laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling

sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa

temporalis (fosa media).3

Page 5: Sari Pustaka

5

2. Selaput Arakhnoid

Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput

arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar

yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial,

disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang

terisi oleh liquor serebrospinalis.4 Perdarahan sub arakhnoid umumnya

disebabkan akibat cedera kepala.

3. Piamater

Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri.3. Pia mater adarah

membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk

kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan

menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak

juga diliputi oleh piamater.

D. Otak

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar

14 kg.7 Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; proensefalon (otak depan) terdiri

dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon

(otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum

Gambar 2. Lobus-lobus Otak

Page 6: Sari Pustaka

6

retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medulla

oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung jawab dalam

fungsi koordinasi dan keseimbangan.

E. Cairan serebrospinalis

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan kecepatan

produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui

foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius menuju ventrikel IV.

CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang

terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat

granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan

kenaikan takanan intracranial.3 Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa

volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.

F. Tentorium

Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial

(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial

(berisi fosa kranii posterior).

G. Perdarahan Otak

Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat

arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus

Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang

sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan

bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.

ASPEK FISIOLOGIS CEDERA KEPALA

a. Hukum Monroe-Kellie

Volume intrakranial adalah tetap karena sifat dasar dari tulang tengkorang

yang tidak elastik. Volume intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total

volume komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (V br), volume

Page 7: Sari Pustaka

7

cairan serebrospinal (V csf) dan volume darah (Vbl).

Vic = V br+ V csf + V bl

Etiologi

Fraktur depresi disebabkan oleh impact energy diatas area yang relatif kecil.

Bendabenda

yang dapat menyebabkan fraktur depresi adalah palu, pipa, atau alat-alat

olahraga.

Diagnosis

Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang. Berdasarkan

pemeriksaan klinis, didapatkan gejala penurunan kesadaran dan defisit neurologis

sesuai dengan otak dibawah lokasi fraktur depresi.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto polos kepala dan CT

Scan

Tatalaksana

Tatalaksana definitif adalah dengan repair fraktur melalui operasi. Indikasi operasi

adalah :

1. Depresi lebih dari 8-10 mm atau melebihi batas ketebalan tulang

2. Defisit neurologi sesuai dengan lokasi fraktur

3. Kebocoran CSF

Page 8: Sari Pustaka

8

PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera

primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala

sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan

langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses

akselarasideselarasi gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi

peristiwa coup dan contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya

benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada

daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut

contrecoup. Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti

secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang

tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid) menyebabkan

tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi

dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada

tempat yang berlawanan dari benturan (contrecoup)

Page 9: Sari Pustaka

9

Gambar 3. Coup dan countercoup

Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis

yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa

perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan

tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.

Fraktur tengkorak

Fraktur tengkorak dapat terjadi pada kalvaria atau basis. Pada fraktur kalvaria

ditentukan apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata, depressed atau non

depressed. Fraktur tengkorak basal sulit tampak pada foto sinar-x polos dan

biasanya perlu CT scan dengan setelan jendela-tulang untuk memperlihatkan

lokasinya. Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan

tengkorak (> 1 tabula) memerlukan operasi elevasi. Fraktura tengkorak terbuka

atau compound berakibat hubungan langsung antara laserasi scalp dan permukaan

serebral karena duranya robek, dan fraktura ini memerlukan operasi perbaikan

segera.

Frekuensi fraktura tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila

penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai cedera berat.

Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 400

kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Fraktura

kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 400 kali pada

pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Untuk alasan ini,

adanya fraktura tengkorak mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit

untuk pengamatan, tidak peduli bagaimana baiknya tampak pasien tersebut.

Page 10: Sari Pustaka

10

2.3. Epidemiologi2

Suatu carotico cavernous fistula mengakibatkan tekanan yang tinggi pada

darah arterial yang masuk pada vena sinus cavernosus yang memiliki tekanan

yang rendah. Carotico cavernousfistula terjadi sekitar 12 % dari semua fistula

arterivena dural. Di mana pada tipe A lebih sering pada laki-laki muda. Tipe B, C,

dan D lebih sering pada wanita yang berumur lebih dari 50tahun, dengan rasio

antara wanita : laki-laki adalah 1 : 7, hal ini di mungkinkan karena besarnya

insiden trauma pada laki-laki.2

2.4. Anatomi4

Sistem vena otak merupakan system vena yang terdiri dari pembuluh vena

yang mengalirkan darah dari vena cranial, vena serebral, vena – vena di fossa

posterior, venadiploic, vena meningeal , sinus dura, vena orbita, vena jugular

interna dan vena jugular eksterna. Pada peredaran darah balik (vena) aliran darah

akan bermuara ke dalam sinus – sinus duramater. Sinus merupakan saluran

pembuluh darah yang terdapat dalam struktur duramater. Sinus duramater

adalah pembuluh darah vena yang menerima darah vena dari otak,

duramater dan vena diploic.3

Sinus duramater berada antara dua lapisan duramater yang secara nyata

tidak mempunyai katup. Sinus duramater terdiri dari sel endotel yang

merupakan jaringan penghubung dari vena. Secara garis besar sinus

dura mater terbagi atas dua , yaitu kelompok sinus antero inferior dan supero

posterior. Sinus kavernosus merupakan sinus duramater yang termasuk

dalam kelompok sinus antero inferior. Sinus kavernosus merupakan

saluran atau kantung vena yangdipisahkan dan dibagi dua oleh duramater. Di

dinding lateral sinus kavernosus berjalannervus okulomotor, trokhlear, oftalmika

dan nervus maksilaris. Sedangkan arteri karotisinterna dan nervus abdusen

menembus dan berjalan di dalam sinus kavernosus.3

Page 11: Sari Pustaka

11

Gambar 1. Sinus Vena Dura Potongan sagital

2.4. Patogenesis3

Cedera tumpul pada kepala dapat mengakibatkan pemotongan arteri

intrakavernosa,menyebabkan terjadinya suatu fistula. Luka tembus pada kepala

dapat menyebabkan pembentukan fistula akibat laserasi langsung pada pembuluh

darah intrakavernosa.

Pembentukan fistula secara spontan berkaitan dengan (1) ruptur

aneurismaintrakavernosus, (2) fibromuskuler dysplasia, (3) penyakit vaskuler

kolagen lainnya, (4) penyakitvaskuler aterosklerosis, (5) kehamilan.

Page 12: Sari Pustaka

12

Beberapa tipe Carotica Covernosa Fistula menurut letak fistulanya, yaitu:5

1.Fistula tipe A terdiri dari suatu hubungan langsung antara arteri karotis

internaintrakavernosus dan sinus kavernosus. Fistula ini biasanya memiliki aliran

dan tekanan yangtinggi. komunikasi langsung antara segmen luas dari arteri

karotis intracavernous dan sinuskavernosus.

2.Fistula tipe B terdiri dari suatu shunt dural antara cabang intrakavernosus pada

arteri karotisinterna dan sinus kavernosus.

3.Fistula tipe C terdiri dari suatu shunt dural antara cabang mening pada arteri

karotis eksternadan sinus kavernosus.

4.Fistula tipe D adalah suatu kombinasi antara tipe B dan tipe C, dengan shunt

dural antaracabang arteri karotis interna dan eksterna dan sinus kavernosus.

Tipe B, C, dan D cenderung menjadi fistula dengan aliran dan tekanan yang

rendahdengan suatu tanda dan gejala yang berlangsung lebih lambat. Suatu

caroticocavernous fistula,mengakibatkan tekanan yang tinggi pada darah arterial

yang masuk pada vena sinus kavernosusyang memiliki tekanan yang rendah.

Percampuran ini dengan pola drainase vena yang normaldan aliran darah yang

terjadi pada sinus kavernosus dan pada mata.

Suatu carotico cavernosus fistula bukan penyakit yang mengancam jiwa. Risiko

kebutaandan tingkat keparahan dari gejala yang berhubungan harus dievaluasi

untuk menentukan tingkatdan waktu intervensi yang sesuai. Fistula tipe A jarang

pulih secara spontan. Penanganan yangdirekomendasikan untuk bruit yang tidak

dapat ditoleransi, kebutaan yang progresif, dan pengaruh kosmetik akibat

proptosis. Fistula tipe B, Caroticocavernous fistula dan D memilikiinsidens yang

lebih tinggi untuk pulih secara spontan.

2.5. Manifestasi klinis4

Tanda dan gejala fistula langsung (tipe A) memiliki onset akut dan lebih

terbuka daripada fistula tidak langsung (tipe B, C, dan D). Manifestasi

dari CCF langsung sering terjadi dalam beberapa hari atau minggu setelah

cedera kepala tertutup. Kadang-kadang fistula langsung terjadi pada pasien

dengan gangguan jaringan ikat.

Page 13: Sari Pustaka

13

Gejala pada mata termasuk hipertensi vena oftalmika dan kongesti vena pada

mata, proptosis, paparan pada kornea, kemosis, dan arterilisasi dari vena

episklera. Manifestasi padamata yang lain termasuk diplopia, kebutaan,

kelumpuhan nervus kranialis (III, IV, V, VI), Oklusivena retina sentralis,

retinopati, dan glaucoma. Bruit dan sakit kepala dapat pula terjadi sebagai gejala

klinik.

Gambaran gejala klinik

-Jarang dan kondisi yang dramatis dari fistula antara arteri karotis interna dan

sinuskavernosus.

-Edema konjungtiva bilateral dan eksoftalmus yang pulsatil karena outflow vena

yang dikompensasi dengan inflow arteri.

-Terjadi secara spontan pada orang tua akibat aterosklerosis atau setelah trauma

padaorang muda.

2.6. Diagnosis1

2.6.1. Pemeriksaan Penunjang

Angiografi serebral dibutuhkan untuk membedakan kondisi ini, dilaporkan

suatu kasusCCF traumatik, yang pada pemeriksaan sonografi Doppler pada vena

oftalmika superior sesuaidengan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)

dan magnetic resonance angiography(MRA).

MRI menyediakan atau memberikan test pencitraan yang baik untuk pasien

yang diduga dengan diagnosa CCF. MRI adalah sebuah penangan terbaik dengan

diagnosis CCF yang muncul. Ini kebanyakan benar karena MRI dapat

menunjukkan keberadaan parenkimal hemorrhage atau leptomeningeal venous

drainage.

MRI kepala menunjukkan suatu tanda kosong aliran yang abnormal padasinus

kavernosus dan dilatasi sinus kavernosus kiri dan vena periorbital. MRA pada

sistem arteri karotis interna menunjukkan suatu aliran abnormal yangberkaitan

dengan peningkatan pada sinus kavernosus dengan perluasan ke anterior.

Page 14: Sari Pustaka

14

2.7. Penatalaksanaan3

Banyak CCF akan menutup secara spontan. Ini umumnya terjadi pada tipe

fistula tidak langsung. Luka dengan proptosis yang memburuk, pial venous

drainage, penglihatanmemburuk, epitaxis, tekanan intracranial meningkat,

glaukoma, dan ophthalmoplegiamemerlukan perhatian mendesak atau semi-

urgent. Terapi tekanan carotid bisa dicoba menjadilebih efektif dengan CCF tidak

langsung.

Transarterial embolisasi yang menggunakan coil atau balon silisium dapat

dipisahkan biasanya disediakan untuk fistula langsung di mana bagian

artericarotis interna (ICA) yang penuh dengan cekung dapat dimasukkan kateter

ke dalam saluran tubuh sedemikian sehingga alat ini dapat disimpan pada sisi atas

pembuluh darah ke occlude lubang di dalam nadi.

Transvenous seperti yang diuraikan pada kasus diatas atau dengan dengan

memilih catheterizing vena ophthalmic superior (SOV) melalui pembedahan atau

pendekatan transfemoral/transfacial dapat digunakan untuk yang manapun CCF

tidak langsung atau langsung. Transarterial embolisasi untuk fistula tidak

langsung tidaklah direkomendasikan. Tanpa menghilangkan supply arterial baru

dimana sering kali diperumit dan lebih kompleks dibandingkan suplay awal CCF.

Manajemen pasti dari carotico cavernous fistula adalah menghilangkan

koneksi fistulousdengan rekonstruksi arterial normal dan arus pembuluh darah. Ini

dicapai paling sering melalui pendekatan endovascular. Setelah penggambaran

lengkap menyangkut bidang fistulous, suatu pendekatan dapat direncanakan untuk

menutup fistula itu.

Type-A, suatu balon dapat dipisahkan kemudian dapat diposisikan ke

occlude dari fistulaselagi memelihara kemungkinan menyangkut artery internal

carotid. Pendekatan pembuluh darahmelalui/sampai berhubungan pembuluh darah

jugularis internal dan petrosal sinusmemungkinkan akses kepada fistula dari sisi

yang pembuluh darah tersebut.

Page 15: Sari Pustaka

15

Tipe B, C, dan D fistula fistulous koneksi yang lebih kecil dan pada

umumnya tidak perlumenjalani perawatan yang tersebut diatas. Carotid self-

compression untuk 20-30 detik 4 kali per jam mengarah ke trombosa fistula

tersebut. Pasien diajar untuk memampatkan arteri carotid padasisi luka

menggunakan contralateral tangan mereka. Perlu pasien kembangkan ischemia

cerebralsepanjang tekanan, kontralateral tangan mungkin akan mempengaruhi

dalam melepaskan tekanan.

Jika tekanan tidaklah efektif atau jika suatu intervensi ditandai, selektif

endovascular embolisasi menyangkut fistula melalui arteri carotid eksternal yang

umumnya efektif. Beberapa pilihan dari material embolic tersedia, walaupun

polyvinyl alkohol yang pada umumnya lebih disukai.

Adakalanya suatu fistula memerlukan suatu endovascular melalui pembuluh

darah berkenaan dengan bagian mata superior. Ini memerlukan ekspos yang

berhubungan pembedahan pembuluh darah untuk mengijinkan penempatan pipa

ke dalam saluran tubuh.

Page 16: Sari Pustaka

16

BAB 3

KESIMPULAN

Carotico cavernous sinus fistula (CCF) adalah suatu hubungan yang

abnormal antara arteri karotis dengan sinus cavernosus. Suatu carotico cavernous

fistula mengakibatkan tekanan yang tinggi pada darah arterial yang masuk pada

vena sinus cavernosus yang memiliki tekanan yang rendah. Pembentukan fistula

secara spontan berkaitan dengan ruptur aneurisma intrakavernosus, fibromuskuler

dysplasia, penyakit vaskuler kolagen lainnya, penyakitvaskuler aterosklerosis, dan

kehamilan.

Pasien dengan carotico cavernous fistula biasanya mempunyai prognosis

yang baik.Fistula ini dihubungkan dengan tingginya kejadian resolusi secara

spontan. Luka mampu merespon baik pengobatan. Resiko dari komplikasi

nonophthalmoganic neurological tidak signifikan. Bagaimanapun, luka yang tidak

diobati dengan baik dapat menimbulkan komplikasi yang dapat terlihat.

Page 17: Sari Pustaka

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Michael G Nosko, MD, PhD, Chief, Division of Neurosurgery, Director of

Neurovascular Surgery, Medical Director of Neuroscience Unit, Associate

Professor, Department of Surgery, University of Medicine and Dentistry at New

Jersey [online] 27 May 2009[cited May 2009]; Available

from:http://www.emedicine, caritica cavernosa fistula/pdf.

2. Yüzüncü Yıl University, Faculty of Medicine, Departments of Radiology1

andPediatric Diseases2; Available from:http://cariticacovernosa sinus fistula /pdf.

3. Dr. (Lt. Col.) Murthy TVSP1 Dr. (Col.) Chandra Mohan2, Dr. Pratyush Gupta3

Dr.(Maj.) Bedi P. S.4 Dr. (Brig.) Prabhakar T.; available from:

http://CaroticocavernousFistula – suatu laporan kasus; Available

from:http://Caroticocavernosa/pdf.

4.Lestiono Djoko, L. DR., Ilmu Bedah Saraf, Anatomi dan Fisiologi Susunan

Saraf, EdisiKetiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.

5.Rubin Michael and Safdieh H. Joseph, Netter’s Concise Neuroanatomy, Blood

Vessels of the Brain and Spinal Cord,Saunders, New York, 2007