SASTRA BANDINGAN: JENIS (GENRE)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DALAM STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN PUISI HAIKU KARYA MATSUO BASHO DAN EKA BUDIANTA

Citation preview

TUGAS MATA KULIAH SASTRA BANDINGAN ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DALAM STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN PUISI HAIKU KARYA MATSUO BASHO DAN EKA BUDIANTA

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Di bawah ini adalah puisi Haiku karya penyair Jepang bernama Matsuo Basho. Berjudul Kolam Tua, tahun 1686. Sebenarnya puisi Haiku tidak berjudul, karena puisi Haiku hanya terdiri dai tujuh belas suku kata atau Silabe, hanya pembaca yang menyepakati makna puisi tersebut, sehingga seolah-olah disimpulkan sebagai judul. Furu ike ya kawazu tobikomu mizu no oto Dalam bahasa Inggris: Old pond frogs jumped in sound of water Dalam bahasa Indonesia: Di kolam tua katak melompat kecipak air

Struktur Fisik Diksi (diction) Matsuo Basho dalam karyanya, Kolam Tua menggunakan bahasa yang menjelaskan pada keadaan alam. Kata benda yang ada di kehidupan dipilihnya untuk menuangkan imajinasinya ke dalam tulisan menjadi sebuah puisi Haiku, sehingga pembaca ikut terbawa oleh imajinasi pengarang. Pembaca terbawa menikmati suasana alam hanya dengan kata-kata yang dipilih oleh pengarang. Di kolam tua katak melompat kecipak air Kata-kata yang ditebalkan oleh saya, menandakan bahwa mereka adalah kata benda yang dapat ditemukan di alam sekitar kehidupan pembaca. Bahasa yang sangat sederhana, menyimbolkan satu makna. Hal tersebut memudahkan pemahaman pembaca tergadap puisi sang pengarang. Bahasa yang dipilih tidak menyampaikan makna tersirat yang harus benarbenar dipahami oleh pembaca. Pengarang memilih bahasa yang sederhana untuk menggambarkan suasana alam yag dirasakannya. Citraan (Imagery) Puisi Haiku yang berjudul Kolam Tua dihasilkan oleh pengarang untuk menggugah imajinasi pembaca dengan menggunakan citra lihatan. Pembaca diajak menggunakan indra lihatannnya atau secara visual untuk menikmati karya pengarang. Dibuktikan dengan lirik yang saca cetak tebal berikut ini. Di kolam tua katak melompat kecipak air

Pengarang juga menggugah indra pendengaran atau nonvisual pembaca melalui

karyanya. Sangat indah dan sangat cerdas dalam memilih kata. Dibuktikan dengan lirik yang saya cetak tebal. Di kolam tua katak melompat kecipak air Pengarang berhasil membawa imajinasi pembaca ikut serta dalam imajinasinya. Melalui citra dengaran, pembaca mampu merasakan apa yang terjadi di pikiran pembaca mengenai gejala alam. Setelah membaca puisi tersebut pasti pembaca mendapatkan keunikan dari karya sastra yang hanya terdiri dari beberapa suku kata saja karena bisa merasakan suara air yang biasa mereka dengar tetapi melalui media tulisan. Bahasa kias (Figurative) Puisi Haiku berisi tulisan yang apa adanya mengenai alam dan gejala-gejalanya. Pembaca tidak menemukan bahasa yang dilebih-lebihkan menjadi suatu keadaan yang menggambarkan keindahan dan kemegahan karena pengarang tidak menggunakan majas atau bahasa kias yang hiperbolis untuk menggambarkan apa yang ada di imajinasinya. Tidak ada simbil-simbol dalam karyanya, hanya keadaan sebenarnya mengenai sesuatu yang terjadi di alam. Tipografi Puisi Haiku khas dengan sturktur fisik yang dimilikinya, segala kesederhanaannya menjadikan puisi jenis ini menyebar ke seluruh dunia. Keunikannya itu memiliki identitas sebagai berikut. Terdiri dari tujuh belas suku kata atau silabe yang terbagi menjadi 3 larik dengan rincian sebagai berikut: Baris 1 : 5 suku kata Baris 2 : 7 suku kata Baris 3 : 5 suku kata

Dapat dibuktikan dengan lirik puisi Kolam Tua asli dalam bahasa Jepang yang sedang saya bahas berikut ini. Puisi dipenggal sesuai pemenggalan suku kata kanji atau huruf-huruf tradisional Jepang lainnya. Fu-ru-i-ke ya (5 suku kata atau silabe) ka-wa-zu to-bi-ko-mu (7 suku kata atau silabe) mi-zu no o-to (5 suku kata atau silabe) Kekhasan puisi Haiku terletak pada keunikan puisi itu sendiri yang mengutamakan keindahan menulis dalam bentuk huruf kanji dan keahlian pengarang menyatukan suku kata dari huruf kanji yang memang sudah identitas bangsa Jepang, karena tiap-tiap satu huruf kanji memiliki makna. Di situlah letak keindahan puisi Haiku.

Struktur Batin

Tema (Sense) Puisi Haiku yang terbit selama ini sebagian besar bertemakan suasana alam dan kehidupan. Seperti karya Matsuo Basho yang lainnya, berikut ini. Kare eda ni karasu no tomari keri aki no kure

Dalam bahsa Inggris:

Withered branch on crows perched autumns evening

Dalam Bahasa Indonesia:

Diatas ranting kering Bertenggek si Gagak Senja musim gugur Karya penyair Jepang lainnya juga, seperti Taniguchi Buson (Yuso Buson) berikut ini. Haru noumi Hinemosu notari Notari kana

Dakam bahsa Inggris: The spring see All day ebb and flow Ebb and flow

Dalam bahasa Indonesia: Laut musim semi

Beriak-riak terus Melantunkan irama yang damai

Matsuo Basho dalam karyanya Kolam Tua ingin menyampaikan sesuatu yang Beliau lihat, dengar, dapatkan, dan alami mengenai alam dan gejala-gejalanya. Matsuo Basho sebagai pencetus pertama puisi Haiku yang bertemakan keadaan alam apa adanya. Keadaan puisi Haiku yang memiliki kesederhanaan dalam hal tema, bahasa, dan makna. Kolam Tua menceritakan apa yang dilihat dan didengar oleh pengarang bahwa adanya kolam tua yang biasanya berada di halaman depan rumah, banyak hewan yang hidup di sekitar kolam bisa saja ikan, belalang, kupu-kupu, kumbang, siput, bahkan katak. Makhluk hidup yang beraktifitas di sekitar kolam tua ilaha katak yang melompat ke dalam kolam sehingga terdengar suara kecipak air. Menurut saya, karangan Matsuo Basho yang bertemakan suasana alam dilatarbelakangi oleh pola pikir masyarakat Jepang yang mengalami kemajuan di bidang ilmu alam. Masyarakat Jepang yang terkenal tekun dan ulet mengolah kekayaan alam sehingga mengalami kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perasaan (feeling) Matsuo Basho menggambarkan suasana tenang, dan damai dalam puisi Kolam Tua. Adanya keseimbangan alam di sekitar kolam, adanya sumber air atau makanan pasti disitulah makhluk hidup datang mendekat lalu berkumpul. Nada atau suasana (Tone) Dalam karyanya yang satu ini, Matsua Basho jujur mengenai suasana alam yang terjadi di kehidupannya. Beliau menuliskan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan apa adanya,

tidak dilebih-lebihkan dalam menyampaikan imajinasinya. Beliau tidak marah atau pun berontak dalam puisinya, tetapi dengan damai dan tenang dalam menuliskan puisinya.

Amanat atau tujuan (Intention) Melalui puisi Haiku yang berjudul Kolam Tua ini kita dibuai dengan kata-kata mengenai kedamaian dan ketenangan bumi sebagai tempat tinggal manusia. Suasana alam yang ditulis Matsuo Basho mencerminkan keselarasan antara sumber daya alam biotik, seperti katak, dan abiotik, seperti kolam dan air. Hal tersebut menyadarkan pembaca untuk menjaga, merawat, dan melestarikan alam semesta beserta isinya. Bumi kita yang menyediakan segala isinya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia harus dilestarikan keseimbangannya. Jika alam terjaga, alam pun akan memberikan yang baik untuk manusia nikmati. Seperti katak yang melompat ke dalam kolam tua untuk berlindung, mencari makan, dan berinteraksi dengan makhluk lainnya tidak merusak air dan kolam diceritakan begitu tenang dalam puisi ini, tidak ada pemberontakkan atau pun perusakan.

Di bawah ini adalah puisi Haiku karya penyair Indonesia bernama Eka Budianta. Judul tidak ditemukan, karena puisi Haiku Indonesia ini adaptasi dari Haiku asli asal Jepang hanya terdiri dari tujuh belas suku kata dan hanya kesepakatan pembaca saja yang seolah-olah meyimpulkan maknanya sebagai judul puisi itu sendiri. Aku tersedu berguru pada semut menempuh hidup.

Struktur Fisik Diksi (diction) Berbeda dengan Matsuo Basho yang memilih kata benda yang ada di alam sebagai acuan agar puisinya bermakna, Eka Budianta memilih kata kerja dan kata sifat sebagai acuan agar puisinya bermakna kehidupan sehari. Bukan suasana Alam yang dipilihnya, tetapi bagaimana menjalani kehisupan sosial. Kata sifat dan kata kerja diplihnya untuk membangkitkan sikap teguh pembaca. Dibuktikan dengan lirik puisinya berikut ini. Aku tersedu berguru pada semut menempuh hidup. Kata-kata yang saya cetak tebal menunjukkan jenis kata sifat dan kata kerja. Tersedu

yang mencerminkan keadaan seseorang sedang merasakan kesedihan dalam kehidupannya. Berguru yang merupakan salah satu tindakan sosial yang biasa dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Menempuh juga merupakan kata kerja yang dipilih Eka Budianta untuk menegaskan kegiatan sosial yang harus dilakukan manusia. Puisi Haiku Indonesia diciptakan menggunakan kata-kata yang membangkitkan semangat menjalani hidup bagi pembaca. Berbeda dengan Haiku karya Matsuo Basho yang memberikan rasa kedamaian dan ketenangan bagi para pembaca, Eka Budianta dalam haikunya memberikan perasaan untuk bangkit dan bersemangat. Citraan (Imagery) Puisi yang ini hanya menggunakan citra dengaran untuk mengajak imajinasi pembaca ikut serta dalam imajinasi pengarang. Indra pendengaran pembaca tidak terlalu bermain dalam puisi yang ini. Kata tersedu menggugah indra dengaran pembaca untuk mendengarkan tangisan pengarang lewat tulisannya.

Bahasa kias (Figurative) Eka Budiana dalam puisinya kali ini tidak menggunakan kata kiasan atau pun majas dalam puisinya. Beliau lebih memilih kata-kata yang langsung menunjukkan makna penyemangat apa adanya untuk menjalani kehidupan. Tidak melebih-lebihkan keadaan untuk menjadikan pembaca bersemangat dan tidak sedih lagi. Tipografi Puisi Haiku Indonesia yang mendapat pengaruh dari Haiku aslinya, Jepang, sudah pasti memiliki kemiripan khas dengan sturktur fisik yang dimilikinya. Kesederhanaannya adalah Keunikan puisi itu sendiri yang memiliki identitas sebagai berikut.

Terdiri dari tujuh belas suku kata atau silabe yang terbagi menjadi 3 larik dengan rincian sebagai berikut: Baris 1 : 5 suku kata Baris 2 : 7 suku kata Baris 3 : 5 suku kata Dapat dibuktikan dengan lirik puisi Haiku Indonesia karya Eka Budiman berikut ini. Puisi dipenggal sesuai pemenggalan suku kata bahasa Indonesia, dan menurut aturan puisi lama yang dihitung suku katanya. A-ku-ter-se-du (5 suku kata atau silabe) Ber-gu-ru-pa-da-se-mut (7 suku kata atau silabe) Me-nem-puh-hi-dup (5 suku kata atau silabe) Kekhasan puisi Haiku Indonesia terletak pada keunikan puisi itu sendiri yang mengutamakan keindahan menulis dalam bentuk penggalan suku kata dan keahlian pengarang menyatukan suku kata dari tiap-tpa kata, karena tiap-tiap kata dalam bahsa Indonesia memiliki makna. Di situlah letak keindahan puisi Haiku Indonesia.

Struktur Batin Tema (Sense) Saya menangkap bahwa pengarang sedang merasakan kegundahan dalam hidupnya. Tidak ada semangat dalam menjalani kehidupan karena hanya kesedihan dan kelemahan yang dirasakan oleh pengarang. Dibuktikan dengan lirik puisi berikut ini.

Aku tersedu berguru pada semut menempuh hidup. Pengarang berusaha bangkit dari keseduannya itu. Ia menjadikan semut sebagai teladan bahwa dalam hidup tidak boleh menyerah, semangat dalam berusaha, bekerja dengan gesit, ulet, hidup bergotong royong, setia, tidak egois, dan selalu berbagi dengan sesama. Dibuktikan dengan lirik yang dicetak tebal di bawah ini. Aku tersedu berguru pada semut menempuh hidup. Menurut saya, berbeda dengan Matsuo Basho, puisi karangan Eka Budianta ini dilatarbelakangi oleh pola pikir masyarakat Indonesia sejak dahlu zaman kerajaan yang maju dengan kehidupan sosialnya. Indonesia didominasi dengan kemajuan tenaga kerja atau tenaga manusianya, sehingga puisi karangan yang diadaptasi dari negara lain mengandung tema ilmu sosial, seperti pengendalian diri menjalani kehidupan sehari-hari dalam lingkungan sosial. Perasaan (feeling) Pengarang dalam puisinya sedang merasakan kesedihan dan kemurungan dalam kehidupannya. Menjalani kehidupan dengan tidak semangat. Namun, adanya kemauan untuk berusaha dalam berjuang menjalani kehidupan. Pengarang sadar bahwa ada mahkluk hidup yang bisa membangkitkan semangatnya dalam menjalani kehidupan sebagai contoh, yaitu semut.

Pengarang merasa bahwa semut hewan yang hebat, tidak seperti dirinya yang merasa lemah. Semut binatang yang walaupun kecil, tetapi tidak pantang menyerah. Selalu bekerja dengan giat dan gesitbersama-sama dengan kawannya. Gotong-royong yang dilakukan semut dijadikan pelajaran oleh pengarang sebagai peluruh keseduan hidupnya bahwa manusia tidak hidup sendiri.

Nada atau suasana (Tone) Walaupun dalam puisi ini menyampaikan bahwa pembaca harus semangat dalam menjalani kehidupan tanpa adanya kesedihan, tetepi pengarang tidak menggambarkannya dengan cara yang bergejolak, bergelora, dan berlebihan. Pengarang menyampaikan dengan cara yang tenang dan menyayom. Pengarang jujur meyatakan isi hati dan pikirannya bahwa ia sedang dalam keseduan atau kesedihan. Amanat atau tujuan (Intention) Pembaca boleh bersedih untuk menunjukkan rasa simpati. Sebagai makhluk sosial tidak dianjurkan untuk bersedih yang berlarut-larut karena manusia tidak hidup sendiri. Manusia harus berusaha, bersemangat, gesit, dan tekun dalam menjalani kehidupan. Seperti semut walaupun keadaan tubuhnya yang kecil, tetapi dalam hidupnya semut selalu berkumpul dan berserikat, tidak pernah menyerah, mengeluh, semangat dalam berusaha, bekerja dengan gesit, ulet, hidup bergotong royong, setia, tidak egois, dan selalu berbagi dengan sesama.

SIMPULAN

Dari kedua karya tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa puisi Haiku memberi

pengaruh terhadap kesusastraan dunia. Puisi Haiku karangan penyair Indonesia memiliki ciri yang sama dengan puisi Haiku karangan penyair negara asli Haiku berasal, Jepang. Terdiri dari tujuh belas suku kata atau silabe yang terbagi menjadi 3 larik. Baris pertama terdiri dari lima suku kata, baris kedua terdiri dari tujuh suku kata, dan baris ketiga terdiri dari lima suku kata. Keduanya sama-sama menyampaikan hal mengenai kehidupan di bumi. Yang berbeda dari segi makna yang ingin disampaikan oleh pengarang. Matsua Basho yang berasal dari Jepang lebih dominan dengan puisi yang bertema suasana alam karena dilatarbelakangi oleh pola pikir masyarakat Jepang yang maju dengan ilmu pengetahuan alam, cara mengelolanya, dan teknologinya. Eka Budianta berasal dari Indonesia menghasilkan karangan bertema kehidupan sosial yang dilatarbelakangi oleh kemajuan masyarakatnya dengan pola pikir ilmu sosial mengenai pengendalian diri untuk menhasilkan tenaga kerja manusia. Jadi, tidak ada karya sastra yang tidak berumber dari kehidupan. Bahan baku karya sastra adalah kehidupan. Itu semua yang saya pahami setelah membaca dan mengkaji dua buah karya sastra dari negara yang berbeda. Pendapat saya mengenai pemahaman dua buah puisi Haiku ini tidak dapat sepenuhnya dibenarkan atau pun disalahkan karena kebenaran sepenuhnya hanya ada pada pengarang.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.poemhunter.com/poem/the-old-pond/

http://www.poemhunter.com/poem/an-old-pond/ http://www.jpf.or.id/event/budaya/pameran-antologi-500-haiku-dan-sajak-pendek-lainnya http://www.stockkanji.com/Haiku_by_Buson_The_spring_sea_all_day_ebb_and_flow_ebb_an d_flow_haru_no_umi_hinemosu_notari_notari_kana http://thegreenleaf.co.uk/hp/buson/00buson.htm http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Matsuo_Basho http://www.kemudian.com/node/243086