12

Satu Untuk Manggarai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Satu Untuk Manggarai
Page 2: Satu Untuk Manggarai

Diterbitkan oleh Mahasiswa MANGGARAI-JOGJAPenanggungjawab : Gonsaldus Jusin , Koordinator : Ignasius Juru, Redaksi : Elin, Sello, Mendra , Is, Egi B., Ocin, Editor : Astri , Sera, Fie, Fotografer : Djille , Freelance : Encik G, (siapa saja yang ingin berpartisipasi), Designer : DND, R-Q ,Alamat Redaksi : Jl. Prof. Dr. Yohanes, Sagan GK V/ 871/ Yogyakarta, 55223, Telp : 085239363946Email : [email protected], [email protected]

Edisi I, 19 Nov. 08 2Portal z enmanggarai-jogja

de itu berhenti menjejaki khasanah imajinasi dan kini berpikir, menjelajahi samudra ide tak bertepi, untuk menjelma dalam rupanya sebagai bacaan. Dalam menambahkan sentuhan-sentuhan kuas yang halus pada jejak-tatapan dan genggaman tangan pembaca, dia jejak itu. I

berbentuk halaman-halaman makna dan racikan-racikan abjad Ini kado dari kami untuk kita. Kado yang dibungkus oleh yang mengantar kita pada pelabuhan pengetahuan. Ia tidak kesadaran akan pentingnya arti kebersamaan kita dan pernah menjadi tempat berhenti. Bukan rumah yang pasti pentingnya sebuah eksistensi kekerabatan. Tetapi neka keta tempat kita menetap sampai jompo. Ia terbuka bagi siapa saja rabo jika kami kurang cermat memilih kado buat ase kae.untuk mampir. Membuka pikir atau sekadar tertirah di waktu Kado ini berisi prasasti yang mengukir jejak-jejak luang yang silir. kebersamaan kita dan “gada-gada” yang

Kita menyapanya M-Zone (Manggarai Zone). Nama menunjukkan kita, arah untuk menemukan yang lahir bukan dalam kenaifan ide. Nama yang a r t i p e r s a u d a r a a n . K a d o y a n g lahir bukan dari rahim sang bohemian mengingatkan kita kalau kita adalah yang tak bertujuan. M-Zone keluarga besar. Keluarga besar yang sebagai nama, bukan hadir datang dari satu rahim, nuca lale. tanpa pertimbangan. Bahkan Sebelum ase kae menjelajahi lebih d ia t e l ah memenang i jauh racikan-racikan abjad ini, kontestasi ide akan sebuah sedengkan telinga! kami ingin nama. Beberapa nama yang berbisik: Tanggalkan ego yang telah mengukir jejak-jejak berlebihan dan kenakan kostum histori M-Zone, seperti: persaudaraan dalam rajutan kata MIMMY (Media Informasi “Satu Untuk Manggarai”, Neka M a s y a r a k a t M a n g g a r a i hemong!Yogyakarta), Nggong, dan Mesen tegi dami, mudah-mudahan MaTa (Mai Tae), dieliminasi diakhir penjelajahan yang meletihkan oleh pertimbangan-pertimbangan mata, mulut, tangan, dan pikiran, Ase rasional dan matang para awak

kae sempat berkomentar; menarik M-Zone. Nama M-Zone ditetapkan

atau buruk sekali? cukup menarik atau sebagai “pemenang” karena cukup buruk?. Luangkan pikir untuk mengkritik sisi-sisi minus Manggarai Zone adalah nama yang halaman-halaman makna ini. Kami tidak mungkin mempertegas identifikasi media ini. D i a

arena (zone) bagi semua putra-putri kuni agu kalo berekspresi, “mengegos” semua kritikan karena media ini membawa dua berdialektika, sekaligus sebagai natas yang merepresentasi sisi di dalam dirinya, yaitu kelebihan dan kekurangan. Setiap warna-warni nuca lale. Sekat-sekat yang selama ini mungkin pembaca kiranya bisa mengapresiasi dua hal tersebut. membekukan gerak dan tutur kita, kini dicairkan oleh

Apresiasi pembaca merupakan dukungan bagi eksistensi iluminasi M-Zone.

media ini. Tanpa kita, media ini akan kehilangan desah nafas, Kami sadar bahwa M-Zone bukan si sulung dalam silsilah kehilangan derap langkah dan jiwanya sebagai representasi keluarga media bagi ase kae Manggarai di Yogyakarta. Kita makna kebersamaan. Jika kita merasa ini bukan menjadi mempunyai media lain seperti Lilin dan X-pio yang sudah

menyapa kita terlebih dahulu. M-Zone terbang meninggalkan bagian yang utuh dari diri kita, M-Zone akan berlabuh pada ilir sangkar ide dan menampakkan wujudnya di antara kedua kesemuan tanpa makna. Kami berharap, kita sepakat berikrar media tersebut, bukanlah sebuah bentuk pengeksploitasian bahwa M-Zone adalah alter ego (diri yang lain) bagi kita. identitas. Dia adalah warna baru pada lukisan jejak-jejak lawa Keluarga Manggarai di natas Yogyakarta. Tabe! (Kored)di Yogyakarta. Kita adalah pelukisnya yang akan terus

Kado dari Kami untuk Kita

Mz enmanggarai-jogja

M-zone

Page 3: Satu Untuk Manggarai
Page 4: Satu Untuk Manggarai

4Edisi I, 19 Nov. 08Opini z enmanggarai-jogja

M-zone

sebagai suatu gerakan bersama. Muku ca pu'u neka woleng SatuTak Mesti Samacurup, teu ca ambo neka woleng jaong! Itulah adagium oleh : Gonsaldus Jusin*kebudayaan yang semoga belum menjadi usang, akan tetapi senantiasa vital dan esensial tentu dalam konteks ke-manggarai-an kita kini dan di sini.de-ide pembentukan satu organisasi yang bisa

Apa itu satu dan sama dalam konteks kemanggaraian mewadahi semua warga Manggarai di Yogyakarta tadi tentunya akan terus direfleksikan dalam perjalan sudah seringkali muncul baik dalam perbincangan IIKAMAYA ke depan. IKAMAYA adalah sebuah atap yang di formal maupun informal ase ka'e Manggarai. Tahap bawahnya terdapat banyak kelompok dan individu yang pencapaian itu terjadi pada tanggal 22 Juni 2008 di wisma pluralistik. Dan, pluralitas itu akan terus memungkinkan PMKRI jl. Dr. Wahidin No. 54, Yogyakarta. Meski proses itu dialog, diskusi, dan dialektika. Di sini, apa itu satu dan sama terjadi dengan pelbagai kendala teknis sosialisasi yang singkat menjadi sangat relatif. Titik pijak IKAMAYA pun tidak akan dan mendadak, satu hal yang patut disyukuri dan didukung pernah kokoh dengan kerentanan tersebut layaknya siri bersama yakni wadah “ideal” itu sudah terealisasi dengan bongkok yang akan lapuk oleh waktu. nama besar, IKAMAYA.

Refleksi eksistensi IKAMAYA ini bercemin pada IKAMAYA adalah akronim dari Ikatan Keluarga fenomena keragaman yang terjadi di antara orang Manggarai Manggarai Raya. Selanjutnya realitas “ke-Manggarai-an” itu sendiri yang terpotret dalam banyak hal. Untuk itu, sebagai sendiri sebagai kesatuan wilayah geografis telah terpecah sesuatu yang baru saja terbentuk, ikatan ini harus selalu menjadi tiga kabupaten mengakibatkan kerancuan penyatuan membuka terhadap ide-ide termasuk yang saling berbenturan pada tataran riil. Kata “raya” kemudian menjadi sangat sekalipun. Tetapi, harapannya adalah semuanya masih dalam penting sebagai unsur yang mereduksi sekaligus menyatukan bingkai keluargaan yang dialogis, diskusif, relektif, dan kalau keterpisahan tersebut. Kata “raya” bukanlah sekadar perlu dialektis. Hal ini dikarenakan oleh apa yang disebut pengakalan demi menggapai kesatuan itu. “Raya” adalah sabagai shades of opinion: IKAMAYA yang akan datang sebuah unsur substansial dan fundamental dalam kesadaran sangat bergantung kepada opini-opini yang akan berkembang.akan perumusan ide kesatuan tadi. “Raya” adalah

Menyadari bahwa cita-cita itu tidak mudah untuk kulminasi kesadaran bahwa orang Manggarai dicapai tanpa adanya langkah awal yang akan menjejaki memiliki satu kebudayaan. langkah selanjutnya. Dengan kata lain, perlu adanya Meskipun demikian, akronim itu

sebuah moment di mana kita padir wa'i rentu sa'i; kita dianggap terlalu abstrak teruatama secara bersama membuat komitmen komunal tentang berkaitan dengan ruang cakupan

adanya ikatan ini untuk kita khususnya dan untuk keanggotaan organisatorisnya “ke-Manggarai-an” kita pada umumnya. Untuk itu, sendiri. Akhirnya setelah melewati IKAMAYA harus diresmikan dan dirayakan diskusi beberapa pihak pencetus,

bersama agar apa pun yang dirancang dalam koridor nama IKAMAYA dirasa perlu untuk organisasi ini nantinya tidak lagi berbenturan dengan ditambahkan dengan kata Yogyakarta di

persoalan legalitas dan legitimasi.belakangnya. Untuk itu, pengurus inti IKAMAYA beserta ketua-Titik-titik kesadaran itu kemudian

ketua divisi-divisi telah merancang sebuah acara tidak serta merta memudahkan perjalanan ikatan pembukaan bagi gerak langkah IKAMAYA ke depan. yang sudah berdiri ini. Adanya ikatan ini “Design” ini tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama yang kemudian menjadi problematis ketika berbenturan sangat kooperatif dengan ketua-ketua rayon sebagai wakil dengan satu fenomena yang tidak kalah pelik yakni IKAMAYA di rayon-rayon. Selain itu, kerja sama dengan munculnya organisasi berbasis sektarian, sekolah, dan basis beberapa ketua organisasi berbasis almamater pun telah emosional lainnya. Perumusuan dan cara baca yang baru dijalin baik secara formal maupun informal. Tanggal tentang relasi keduanya pun menjadi sangat penting. pelaksanaan acara itu direncanakan akan diadakan pada Kepelikan ini disadari lagi bukan sebagai signal tanggal 29 November 2008. Berkaitan dengan itu, diharapkan keterpisahan atau perpecahan, akan tetapi dibaca sebagai semua pihak berpartisispasi dalam kegiatan ini.*penulis manifestasi keinginan ase ka'e terhadap lahirnya sebuah adalah Ketua IKAMAYAikatan baik sebagai sesuatu yang mempersatukan maupun

M-zone mengucapkan

Selamat atas Terbentunya IKAMAYA“jangan berhenti bernafas!” Mz en

manggarai-jogja

Titik pijak IKAMAYA

tidak akan pernah kokoh

dengan kerentanan

layaknya siri bongkok

akan lapuk oleh waktu

Page 5: Satu Untuk Manggarai
Page 6: Satu Untuk Manggarai

6Edisi I, 19 Nov. 08Figur z enmanggarai-jogja

aat langkah menjejaki Kurniawan, sang novelis.kamar lalong reba dari Tanggal 22 juni 2008 kemarin, Oncak dipercaya menjadi Anam, salah seorang Ketua IKAMAYA, sebuah jabatan yang penuh tanggung S

awak M-Zone tergel i t ik jawab dan semangat pelayanan. Bagi dia, jabatan ini diterima membaca aforisme yang karena kecintaanya terhadap natas congka sae, Juga Semangat terukir penuh pertimbanagan untuk memberi sentuhan perubahan pada nilai kekeluargaan pada dinding kos yang bercat dan kesatuan ase kae di natas Yogyakarta.p u t i h p i n k y . D a l a m Kraeng Oncak dan kawan-kawan pengurus kebingungan, IKAMAYA dengan gaya bukan seperti militer, sang awak M- bergegas mengambil langkah-langkah untuk Zone coba mewujudkan perubanhan-perubahan yang m e n g e j a diinginkan. Dalam waktu dekat (tanggal 29 r a c i k a n november 2008) mereka merancang sebuah

kata-kata tersebut: Better to die on your selebrasi persaudaraan yang dibingkis feet than to live on your knees. Maknanya? dalam rajutan kata Satu Untuk Manggarai. Mending hidup mandiri, daripada Kedepannya mereka berusaha bergantung pada orang lain. Kata empunya memepertegas eksistensi IKAMAYA aforisme singkat, dihiasi kepulan asap dengan memperluas networking. Djarum yang tinggal satu isapan terakhir Sasarannya adalah ikatan-ikatan keluarga dan tegukan secangkir kapal api. Ya itulah Manggarai yang tersebar di luar Yogyakarta Gonsaldus Jusin yang akrab dipanggil Aldo, dan Pemda di tiga Kabupaten dalam region Oncak, dan sapaan lainya yang kira-kira tidak Manggarai. Ini usaha yang perlu kita dukung.kalah keren-nya dari sapaan-sapaan tersebut. Sebelum awak M_Zone mengenakan sandal untuk

Pria kelahiran 22 Desember 1986 ini punya daya jelajah kembali melangkah; memburu ceceran informasi di lorong-tinggi, ruang imajinasinya dihiasi berjuta pesona ide yang lorong Yogyakarta; Lalong Oncak berpesan agar ase kae sering dtuangkan dalam guratan Puisi-puisi absurd, reflektif,

Manggarai di Bumi Mataram bisa berpartisipasi aktif dalam dan kritis-nya. Selain berpuisi, sang lalong juga gandrung

segala kegiatan IKAMAYA. Porong neka hemong pede dise dengan kitab-kitab filsasfat dan sastra (yang disebut terakhir Ema agu Ende; teu ca ambok maram woleng tae landing neka mungkin karena tuntutan, mungkin!). Salah-satu pendekar behas.[Elyn, Ignasius].yang dia bangga-banggakan sering disapa kraeng Eka

Sebuah Tanggung Jawab

Teu ca ambok

maram woleng tae

landing neka behas

Riwayat Pekerjaan: Mgr. Eduardus Sangsun SVDSebagai Frater, 1966-1967 Praktek mengajar di di Seminari Kisol, Tempat/tgl/lahir, Karot Ruteng, 14 Sebagai Imam, Tahun 1973-1975 Prefek SMP Seminari Pius Juni 1943XII Kisol, Riwayat Pendidikan: Tahun 1975-1978 Perfek SMA Seminari Pius XII Kisol, SD di Pagal Kecamatan Cibal 1949- Tahun 1979-1982 Rektor/Direktur Seminari Kisol, 1955, Tahun 1983-1985, Rektor Skolastikat SVD Malang dan SMP Seminari Pius XII Kisol 1955-sebagai Dosen pada STFK Widya Sasana Malang Jawa Timur.1958 (Angkatan I), Tanggal 15 Januari 1985 pengangkatan sebagai Uskup SMA Seminari Mataloko, 1958-1962, Ruttahbiskan menjadi Uskup RutengNovisiat SVD Leda Lero, 1962-1964,

Seminari Tinggi (Filsafat Ledalero 1964-1967, Teologi Leda RIP : Jakarta, 14 Oktober 2008.[Sello]Lero 1968-1972) Tahbisan jadi Imam : di Karot, 12 Juli 1972, Pendidikan Universitas Gregoriana di Roma, 1975-1978 jurusan teologi spiritual, Kursus Bahasa Jerman, 1976 di Staufen Jerman Barat.

Gembala Kita

Ase Ka’e lawa Manggarai mengucapkan turut berdukacita atasberpulangnya Sang Gembala, + Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, ke pangkuan Bapa

M-zone

Page 7: Satu Untuk Manggarai

7Edisi I, 19 Nov. 08Flash z en

manggarai-jogja

tidak tersalurkan karena keterbatasan sarana, silakan Peresmian dan Penerimaan Anggota Baru mengikuti perlombaan ini.IKAMAYAKesuksesan acara peresmian dan penerimaan anggota baru IKAMAYA adalah tanggung jawab dari semua anggota

IKAMAYA kembali hadir di tengah warga Manggarai IKAMAYA. Oleh karena itu, mari kita mendukung acara

Raya yang berada di Yogyakarta. Organisasi yang berada tersebut sesuai dengan kapasitas kita masing-masing dengan

dibawah pimpinan Kraeng Aldo Jusin tersebut akan tetap menjunjung persatuan, persaudaraan dan keakraban di

diresmikan pada tanggal 29 November 2008 di Kaliurang antara kita. [Enchyk]

sekaligus penerimaan anggota baru. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mempersiapkan acara tersebut. Langkah awal yang dilakukan panitia, yang dipimpin Ka'e Leon adalah

JXCOM “WE ARE YOUR'S”melakukan sosialisasi, dengan mengadakan rapat gerilya kepanitiaan dari rayon ke rayon. Kegiatan ini sangat membantu, karena selain mensosialisasikan acara yang JXCOM (Jogja Xaverius Community) pada hari dinantikan oleh warga Manggarai ke warga rayon, juga Sabtu (15 November 2008) yang lalu mengadakan acara merupakan saat yang tepat untuk menikmati kopi mane dalam penerimaan anggota baru dalam organisasi ini. Para anggota menjalin keakraban antara sesama ase kae Manggarai baru ini adalah alumni SMAK ST. Fransiskus Xaverius Yogyakarta. (angkatan 2008) yang melanjutkan studinya di Jogja. Acara

'Satu untuk Manggarai' merupakan tema yang yang bertempat di Wisma Bethesda Kaliurang dibuka dengan membingkai acara tersebut. selaku koordinator Sie acara , misa,yang kemudian diikuti oleh makan malam bersama, kata Febry Jumpa dan Ka'e Noya, mengadakan perlombaan sambutan dari ketua panitia,dan kata sambutan dari menulis cerpen, puisi, essay, opini dan mendesign Logo perwakilan anggota baru. Puncak dari acara ini adalah IKAMAYA. Sasaran dari perlombaan ini adalah seluruh warga penyematan pin kepada para anggota baru. Penyematan pin ini IKAMAYA, so ase kae anggota IKAMAYA yang mempunyai dilakukan oleh panitia kepada sembilan anggota baru. Acara bakat-bakat menulis dan mendesign yang selama ini mungkin kemudian dilanjutkan dengan acara bebas sampai pagi.[sera]

M-zone

Photo

A

n

warkop IK MAYA, ogo rau g e....!!! e u s u tu s u h o o

m ng ra ide n k eb a l g

v v M zoni a -

e

satu untuk Manggarai

Page 8: Satu Untuk Manggarai
Page 9: Satu Untuk Manggarai

9Edisi I, 19 Nov. 08Budaya z enmanggarai-jogja

yang sudah menjalankan kebiasaan ini salah, tetapi saya hanya Caci, Tuak dan Keberanianberasumsi dan mencoba membuka wawasan berpikir kita untuk melihat kebiasan ini, apakah bertolakbelakang dengan hakikat dari tarian caci itu sendiri yang melambangkan arisan sejarah dan budaya itu, khas akan keberanian dan keperkasaan seorang laki-laki Manggarai k e a n e k a r a g a m a n s e r t a t i n g g i n y a tanpa harus didopping dengan segelas tuak atau tidak? Dalam kemampuan cipta, rasa, dan karsa para Wbenak saya, kebiasaan ini justru mengarah pada suatu bentuk leluhur masa lalu, hasil budaya masa lalu itu bernilai sosial, pengurangan arti sebenarnya nilai dasar dari tarian caci itu kemasyarakatan, pendidikan serta religi tinggi (Bagul.

sendiri. Memang pada dasarnya setiap 2005:69). Warisan sejarah dan budaya ini manusia tidak pernah terlepas dari perasaan diekspresikan dalam berbagai bentuk takut dan cemas saat menghadapi suatu seperti benda-benda purbakala, ragam tantangan. Begitu pula saat seseorang ingin upacara adat, jenis tari-tarian dan masuk dalam arena permainan caci tetapi keseniaan, dan bahkan secara filosofis-pertanyaannya haruskah dengan tuak?simbolik dalam bentuk rumah-rumah

Kebiasaan minum tuak memang adat. Sebagai orang Manggarai tentu kita sudah mengakar dalam masyarakat mengetahui salah satu sejarah budaya Manggarai. Dalam berbagai acara adat yang unik dalam masyarakat kita yaitu ataupun acara lainnya, tuak seakan menjadi tarian caci.tolok ukur bahwa acara tersebut terasa lebih Tarian Caci merupakan tarian atau nikmat ketimbang tanpa tuak. Dalam permainan ketangkasan yang dilakukan

konteks permainan caci; saya berpikir bahwa penggunaan oleh kaum pria. Kedua pemain bersikap sebagai lawan dengan tuak sebagai dopping justru menurunkan nilai dasar dari caci. menggunakan cemeti (Larik. red) sebagai alat pukulnya. Dan Mengapa? Alasannya sederhana saja, kita semua mengetahui untuk menangkis cemeti tersebut, digunakan perisai bahwa tuak itu mengandung alkohol dan tentu orang yang (Nggiling. red) yang juga terbuat dari kulit kerbau, ditambah mengkonsumsinya akan terpengaruh oleh alkohol tersebut. sebuah busur (Agang. red) yang terbuat dari bambu sambil Nah, orang mengkonsumsi tuak kemudian masuk dalam arena diiringi suara musik gong dan gendang untuk memberi permainan caci tentu adrenalinnya keberaniannya muncul semangat kepada penari caci. Masih banyak lagi hal berkaitan karena dipicu oleh alkohol yang terkandung dalam tuak dengan tarian caci ini. Tentu pembaca sekalian juga tersebut. Oleh karena itu, patut dipertanyakan keberanian atau mengetahui banyak hal bekaitan dengan tarian ini baik keperkasaan seseorang yang tampil dalam permainan caci atributnya maupun berbagai peraturan dalam tarian ini. setelah ia mengkonsumsi tuak. Jika kita berpegang pada Terlepas dari kalah dan menang, tarian caci ini dapat hakikat dasar dari tarian caci, maka kita tentu menyayangkan dikatakan sebagai tolok ukur keberanian atau lambang kebiasaan seperti ini karena cukup bertolak belakang dengan keperkasaan seorang laki-laki Manggarai. tolok ukur yang dipakai sebagai landasannya. Bila hal ini terus Tulisan ini mencoba untuk menggelitik sikap kritis bertahan dalam budaya kita maka bukan tidak mungkin ke pembaca terhadap fenomena menarik yang terjadi dalam depannnya permainan caci ini akan semakin jauh dari makna event tradisional Manggarai ini, yaitu kebiasaan minum moke dasarnya. Lalu apakah kita hanya menutup mata melihat (tuak.red) sebelum masuk dalam arena caci untuk merangsang fenomena seperti ini? Mengingat begitu banyak tindak keberanian seseorang sehingga mampu tampil maksimal dan kekerasaan sekarang ini dipicu oleh alkohol, maka kita perlu tidak gentar menghadapi lawan. Tentu hal ini sangat berwaspada agar warisan budaya khas tanah Congkasae ini mendukung penari caci agar tampil semenarik mungkin dan tidak tercoreng dengan perilaku menyimpang seperti itu. memukau penonton. Dan memang penonton melihat gerik-

Akhirnya saya mengajak pembaca semua untuk gerik yang begitu indah dipertontonkan oleh para penari caci berefleksi dan berusaha untuk menggelitik sikap kritis kita ini. Kemudian hal ini menjadi suatu kebiasaan yang wajar-dalam meneropong fenomena seperti ini. Saya ingin wajar saja dan diterima secara umum oleh masyarakat mengantar pembaca dalam ruang dialektika; sehingga Manggarai. Namun ada satu pertanyaan sederhana yang cukup pertukaran ide kritis tersebut memberi warna baru dalam mengusik pikiran saya dari fenomena di atas yakni; apakah horison kita. Sebagai anak bumi Congkasae yang sedang keberanian seorang laki-laki Manggarai tergantung pada berkiprah dan merajut tali kehidupan masa depan kita di tanah segelas tuak? Apakah tanpa tuak keberanian dan keperkasaan rantauan, dan tidak ada salahnya juga jika kita sejenak berpikir seorang laki-laki Manggarai bisa muncul? Dan masih tentang tanah kita, tanah Congkasae. Tugas kita sekarang relevankah pernyataan bahwa tarian caci dikatakan sebagai adaalah mengembalikan makna caci ini pada makna yang tolok-ukur keberanian seorang laki-laki Manggarai? Memang sebenarnya. Memang bukan suatu perkara yang mudah. saya tidak mengetahui secara pasti sejak kapan kebiasaan ini Mampukah kita memikul tanggung jawab ini? Mari kita mulai ada, apakah sudah ada sejak tarian ini muncul pertama kalinya memikirkannya dari sekarang demi menjaga keluhuran pada zaman nenek moyang kita dahulu? Saya juga tidak warisan budaya ini!![endak marung]bermaksud menyalahkan kebiasan ini atau menuduh orang

M-zone

Page 10: Satu Untuk Manggarai
Page 11: Satu Untuk Manggarai

11Edisi I, 19 Nov. 08Free z en

manggarai-jogja

M-zone

UNTUK MANGGARAISATUpresent

Jogja, 2008Welcome Mahasiswa Baru

Ikuti Acara Peresmian dan Pelantikan pengurus IKAMAYA

IKAMAYA

Open Recruitment

Dibutuhkan orang-orang

berkomitment,loyal,sigap,dll

untuk menjadi anggota di setiap divisi !

Ikatan Keluarga Manggarai Raya Yogyakarta

z enMmanggarai-jogjamanggarai zone

Page 12: Satu Untuk Manggarai