Upload
doanliem
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
.
SATUAN KERJA KHUSUS
PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
(SKK MIGAS)
PEDOMAN TATA KERJA
Nomor: PTK-043/SKKO0000/2015/S0
Revisi Ke-01
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
JAKARTA
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman i
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR LAMPIRAN ii
BAB 1 : UMUM 1
1.1. Maksud dan Tujuan 1
1.2. Ruang Lingkup 1
1.2.1. Lingkup Pemberlakuan 1
1.2.2. Lingkup Pengaturan 1
1.3. Dasar Hukum 1
1.4. Referensi Hukum 2
1.4.1. Umum 2
1.4.2. Kebandaran Laut 3
1.4.3. Kebandaran Udara 5
1.4.4. Kemaritiman 7
1.5. Pengertian Istilah 8
BAB 2 : PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI 15
2.1. Prosedur Umum 15
2.2. Persyaratan Yang Harus Dipenuhi 15
2.2.1. Kegiatan Kebandaran Laut 16
2.2.2. Kegiatan Kebandaran Udara 17
2.2.3. Kegiatan Kemaritiman 18
BAB 3 : KEPEMILIKAN, PROSES PERIZINAN DAN SERTIFIKASI SERTA
PELAPORAN 20
3.1. Kepemilikan 20
3.2. Proses Perizinan dan Sertifikasi 20
3.3. Pelaporan 20
BAB 4 : PENUTUP 21
LAMPIRAN 22
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman ii
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Flowchart Permohonan Kegiatan Kebandaran 22
Lampiran 2.1 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Penetapan Lokasi
Tersus 23
Lampiran 2.2 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pembangunan
& Pengoperasian Tersus 24
Lampiran 2.3 Persyaratan Administrasi dan Teknis untuk Perpanjangan Izin
Pengoperasian Tersus 26
Lampiran 2.4
Persyaratan Administrasi dan Teknis untuk Perizinan Operasional
Tersus 24 Jam 27
Lampiran 2.5 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Penggunaan
Tersus yang Terbuka bagi Perdagangan Luar Negeri 28
Lampiran 2.6
Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengelolaan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) 29
Lampiran 2.7 Persyaratan Administrasi dan Teknis Untuk Pemanduan 30
Lampiran 2.8 Persyaratan Administrasi dan Teknis Untuk Perizinan Kegiatan
Pengerukan 32
Lampiran 2.9 Persyaratan Administrasi dan Teknis Untuk Perizinan Kegiatan
Reklamasi 33
Lampiran 2.10 Surat Pernyataan 34
Lampiran 3.1 Persyaratan Administrasi dan Teknis Rekomendasi Pembangunan
Bandara Khusus 35
Lampiran 3.2 Persyaratan Administrasi dan Teknis Rekomendasi Pembangunan
Heliport 36
Lampiran 3.3 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Penyelenggaraan
Pelayanan Navigasi Penerbangan 37
Lampiran 3.4 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengoperasian
Bandar Udara Khusus (sertifikat) 38
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman iii
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.5 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengoperasian
Bandar Udara Khusus (register) 39
Lampiran 3.6 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengoperasian
Heliport 40
Lampiran 4.1 Persyaratan Perizinan Pembangunan, Pemindahan dan/atau
Pembongkaran Bangunan atau Instalasi di Perairan 41
Lampiran 4.2
Persyaratan Pemberitahuan Informasi Kegiatan Usaha Hulu Migas
di Perairan Melalui Maklumat Pelayaran dan Berita Pelaut
Indonesia 43
Lampiran 4.3 Persyaratan Pengurusan Rekomendasi dan Penetapan Daerah
Terlarang Terbatas 44
Lampiran 4.4 Persyaratan Perizinan Pembangunan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran (SBNP) 45
Lampiran 4.5 Persyaratan Perizinan Pembangunan/Penyelenggaraan/SOP Local
Port Services (LPS) 46
Lampiran 4.6 Persyaratan Pendaftaran SBNP ke Dalam Daftar Suar Indonesia
(DSI) 47
Lampiran 4.7 Persyaratan Pengurusan Pembuatan Peta Laut Indonesia 48
Lampiran 4.8 Persyaratan Sertifikasi Pernyataan Pemenuhan Keamanan
Fasilitas Pelabuhan – ISPS Code 49
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 1 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
BAB I
UMUM
1. Maksud dan Tujuan
1.1. Pedoman Tata Kerja (“PTK”) ini dimaksudkan untuk memberikan keseragaman
pedoman tata cara pelaksanaan administratif serta teknis yang jelas dan tegas
dalam hal pengurusan perizinan dan sertifikasi kegiatan kebandaran dan kemaritiman
yang dioperasikan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (“KKKS”) di wilayah Republik
Indonesia.
1.2. Tujuan PTK ini adalah terselenggaranya kegiatan Kebandaran dan Kemaritiman
KKKS yang efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Ruang Lingkup
2.1. Lingkup Pemberlakuan
PTK ini berlaku untuk kegiatan Kebandaran dan Kemaritiman di lingkungan KKKS.
2.2. Lingkup Pengaturan
PTK ini mencakup pengaturan tentang tugas dan tanggung jawab, kewenangan,
serta tata cara pelaksanaan administrasi dan teknis dalam hal pengurusan perizinan
dan sertifikasi kegiatan kebandaran dan kemaritiman yang dioperasikan oleh KKKS di
wilayah Republik Indonesia.
3. Dasar Hukum
3.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun
2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.3. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas
dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 2 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
3.5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi.
3.6. Kontrak Kerja Sama.
4. Referensi Hukum
4.1. Umum
4.1.1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.
4.1.2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
4.1.3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
4.1.4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan
Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di daerah
Lepas Pantai.
4.1.5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2010 tentang Kenavigasian.
4.1.6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan.
4.1.7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Kementerian Perhubungan.
4.1.8. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International
Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974.
4.1.9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2009 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan (Safety Management System).
4.1.10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 33 Tahun 2003 tentang
Pemberlakuan Amandemen Solas 1974 Tentang Pengamanan Kapal dan
Fasilitas Pelabuhan (International Ships And Port Facility Security/ISPS Code)
di Wilayah Indonesia.
4.1.11. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor DIR 87/2/5 Tahun
1981.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 3 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
4.1.12. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UK.11/18/10/DJPL-09
Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Verifikasi Pembaharuan Kapal dan
Fasilitas Pelabuhan sesuai ketentuan ISPS Code.
4.1.13. Surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1730/20/MEM.S/2005
Tahun 2005 perihal Perizinan Pelabuhan Khusus Minyak dan Gas Bumi
KKKS.
4.1.14. PTK SKK Migas Nomor KEP-0073/BP00000/2010/S0 tentang Work Program
& Budget (WP&B) beserta perubahannya.
4.1.15. PTK SKK Migas Nomor KEP-0074/BP0000/2010/S0 tentang Authorization for
Expenditure (AFE) dan perubahannya.
4.1.16. PTK SKK Migas Nomor PTK-007/SKKO0000/2015/S0 tentang Pengelolaan
Rantai Suplai Buku Kesatu Revisi 02 tentang Ketentuan Umum dan Buku
Kedua Revisi 03 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
(“PTK 007”).
4.2. Kebandaran Laut
4.2.1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan
Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Terutang.
4.2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
4.2.3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
sebagaimana terkahir diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 44 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan.
4.2.4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan sebagaimana terkahir
diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 45 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan.
4.2.5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal
Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri sebagaimana terkahir diubah
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 4 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
dengan Peraturan Menteri Nomor PM 73 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal
Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.
4.2.6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 Tentang
Pengerukan dan Reklamasi sebagaimana terkahir diubah dengan Peraturan
Menteri 74 Tahun 2014 tentang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan dan Reklamasi.
4.2.7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 34 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama.
4.2.8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2014 tentang Sarana
Bantu dan Prasarana Pemandu Kapal.
4.2.9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang
Pemanduan dan Penundaan Kapal.
4.2.10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
4.2.11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor B.XXXIV–264/PU.63/2010 Tahun
2010 tentang Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan dan Pengoperasian
Pemanduan pada Perairan Pandu Luar Biasa di 17 (tujuh belas) Lokasi
Terminal Khusus Yang Dikelola oleh BPMIGAS kepada BPMIGAS.
4.2.12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KU.007/2/10/DJPL-13
tentang Tatacara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut.
4.2.13. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor B.XXXIV–
470/PU.63/2009 Tahun 2009 Tentang Penetapan Perairan Pandu Luar Biasa
pada 17 (tujuh belas) Lokasi Perairan Terminal Khusus Yang Dikelola oleh
BPMIGAS.
4.2.14. Surat Edaran Dirjen Hubla Nomor PP 00/28/9/DP-14 tentang Persyaratan
Permohonan Izin Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 5 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
4.3. Kebandaran Udara
4.3.1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
4.3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan.
4.3.3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan.
4.3.4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2009 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 170 (Civil Aviation Safety Regulation
Part 170) tentang Peraturan Lalu Lintas Udara (Air Traffic Rules).
4.3.5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2009 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan (Safety Management System).
4.3.6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2010 tentang Program
Keamanan Penerbangan Nasional.
4.3.7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation
Part 171) tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi dan Radio
Navigasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service And Radio
Navigation Service Providers) sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM 38 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2011 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety
Regulation Part 171) tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi dan
Radio Navigasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service And
Radio Navigation Service Providers).
4.3.8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation
Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome).
4.3.9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
4.3.10. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/94/IV/1998
Tahun 1998 tentang Persyaratan Teknis dan Operasional Fasilitas
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 6 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
4.3.11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/275/XII/1998
Tahun 1998 tentang Pengangkutan Bahan dan atau Barang Berbahaya
dengan Pesawat Udara.
4.3.12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/109/VI/2000
Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Kebisingan
Bandar Udara.
4.3.13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/110/VI/2000
Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara dan Sekitarnya.
4.3.14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/83/VI/2005
Tahun 2005 tentang Prosedur Pengujian di Darat/Ground Inspection
Peralatan Fasilitas Elektronika dan Listrik Penerbangan.
4.3.15. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/91/IV/2008
Tahun 2008 tentang Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara.
4.3.16. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/293/XII/2009
Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara & Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter.
4.3.17. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/43/III/2010
Tahun 2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-05 (Advisory Circular CASR Part 139-05),
Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara.
4.3.18. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/100/VI/2010
Tahun 2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-06, Prosedur Pembangunan dan
Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter.
4.3.19. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/116/VII/2010
Tahun 2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Penyelenggaraan Kalibrasi
Fasilitas Navigasi dan Prosedur Penerbangan (Advisory Circular 171-5).
4.3.20. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/2765/XII/2010
Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personil
Pesawat Udara dan Barang Bawaan yang diangkut dengan Pesawat Udara
dan Orang Perseorangan.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 7 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
4.3.21. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/302/V/2011
Tahun 2011 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-11 (Advisory Circular CASR Part 139-11),
Lisensi Personel Bandar Udara.
4.3.22. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 40 Tahun 2015
tentang tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – Part 139)
Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliports).
4.3.23. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/157/IX/2003
Tahun 2003 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Pelaporan Peralatan
Fasilitas Elektronika dan Listrik Penerbangan.
4.3.24. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SE/03/I/2010
Tahun 2010 tentang Buku Pedoman Pengoperasian Tempat Pendaratan dan
Lepas Landas Helikopter.
4.4. Kemaritiman
4.4.1. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1951 tentang Pejabatan-Pejabatan
Hidrografi Pelayaran Sipil.
4.4.2. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
Tahun 1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi.
4.4.3. Keputusan Presiden RI Nomor 164 Tahun 1960 tentang Dinas Hidro-
Oseanografi TNI AL.
4.4.4. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International
Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974.
4.4.5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01 Tahun 2011
tentang Pedoman Teknis Pembongkaran Instalasi Lepas Pantai Minyak dan
Gas Bumi.
4.4.6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran.
4.4.7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang
Telekomunikasi-Pelayaran.
4.4.8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2011 tentang Alur
Pelayaran di Laut.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 8 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
4.4.9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 71 Tahun 2013 tentang Salvage
dan/atau Pekerjaan Bawah Air.
4.4.10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 23 Tahun 1990 tentang Usaha
Salvage dan atau Pekerjaan Bawah Air.
4.4.11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 33 Tahun 2003 tentang
Pemberlakuan Amandemen Solas 1974 Tentang Pengamanan Kapal dan
Fasilitas Pelabuhan (International Ships And Port Facility Security/ISPS Code)
di Wilayah Indonesia.
4.4.12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 3 Tahun 2004 tentang
Penunjukan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Sebagai Designated
Authority Pelaksanaan Pengamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan
(International Ships and Port Facility Security/ISPS Code).
4.4.13. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UK.11/18/10/DJPL-09
Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Verifikasi Pembaharuan Kapal dan
Fasilitas Pelabuhan sesuai ketentuan ISPS Code.
4.4.14. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.008/45/15/DJPL-
14 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Rutin (Inspeksi)
Keamanan Fasilitas Pelabuhan terhadap ketentuan ISPS Code.
4.4.15. Surat Edaran Departemen Pertahanan Nomor SE/21/VI/2009 Tahun 2009
tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Jasa Survei dan
Pemetaan di Lingkungan Departemen Pertahanan dan TNI.
5. Pengertian Istilah
5.1. Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau Perairan dengan batas-batas
tertentu yang hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas.
5.2. Assistance Requisition Sheet (ARS) adalah surat permohonan bantuan dari KKKS
untuk tujuan tertentu.
5.3. Authorization for Expenditure (“AFE”) adalah sebagaimana dimaksud dalam PTK
AFE.
5.4. Badan Usaha Pelabuhan adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, atau perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha
bersifat tetap, terus-menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 9 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang kegiatan usahanya khusus di bidang
pengusahaan Terminal dan fasilitas Pelabuhan lainnya.
5.5. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo
dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas Keselamatan Penerbangan dan
sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
5.6. Bandar Udara Khusus adalah Bandar Udara yang penggunaannya hanya untuk
menunjang kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan untuk umum.
5.7. Barang Milik Negara adalah seluruh barang dan peralatan yang dibeli KKKS dan
yang secara langsung digunakan dalam Kegiatan Usaha Hulu.
5.8. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah Perairan di sekeliling daerah
lingkungan kerja Perairan Pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin
keselamatan Pelayaran.
5.9. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah Perairan dan daratan pada
Pelabuhan atau Tersus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan Pelabuhan.
5.10. Daerah Terlarang adalah zona terlarang pada area 500 (lima ratus) meter dihitung
dari sisi terluar Instalasi atau bangunan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran, dan atau
yang lebarnya tidak melebihi 500 meter, dihitung dari setiap titik terluar pada
Instalasi-Instalasi, Kapal-Kapal dan atau alat-alat lainnya di sekeliling Instalasi-
Instalasi, Kapal-Kapal dan atau alat-alat lainnya yang terdapat di Landas Kontinen
dan atau di atasnya.
5.11. Minyak Bumi, Gas Bumi, Minyak dan Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu dan
Wilayah Kerja adalah sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 22 Tahun 2001.
5.12. Heliport adalah tempat pendaratan dan lepas landas helikopter yang terdiri atas
tempat pendaratan dan lepas landas helikopter di daratan atau di atas permukaan
tanah (surface level Heliport), tempat pendaratan dan lepas landas helikopter di atas
struktur atau gedung (elevated Heliport), tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter di Perairan, anjungan lepas pantai, atau Kapal (helideck).
5.13. Instalasi adalah setiap konstruksi baik berada di atas dan/atau di bawah permukaan
Perairan meliputi anjungan lepas pantai (platform), tangki penampung terapung
(floating production storage oil), pipa dan/atau kabel bawah air, tiang penyanggah
dan/atau jembatan, dan oil well head.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 10 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
5.14. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta
alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah–pindah.
5.15. Kebandaran adalah hal-hal yang berhubungan dengan tempat berlabuh (kapal,
perahu, pesawat, dan sejenisnya).
5.16. Kemaritiman adalah hal-hal yg menyangkut masalah Pelayaran dan perdagangan di
laut.
5.17. Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi, alur dan
perlintasan, Pengerukan dan Reklamasi, Pemanduan, penanganan Kerangka Kapal,
Salvage dan Pekerjaan Bawah Air untuk kepentingan keselamatan Pelayaran Kapal.
5.18. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar Udara,
angkutan udara, Navigasi Penerbangan, fasilitas penunjang, dan fasilitas umum
lainnya.
5.19. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
Pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas
Kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan
daerah dengan tetap memperhatikan Tata Ruang wilayah.
5.20. Kerangka Kapal adalah setiap Kapal yang tenggelam atau kandas atau terdampar
dan telah ditinggalkan.
5.21. Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut Angkutan di Perairan,
Kepelabuhanan, dan lingkungan maritim.
5.22. Keselamatan Kapal adalah keadaan Kapal yang memenuhi persyaratan material,
konstruksi, bangunan, permesinan, dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik Kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
5.23. Kolam Pelabuhan adalah Perairan di depan dermaga yang digunakan untuk
kepentingan operasional sandar dan olah gerak Kapal.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 11 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
5.24. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (“KKKS”) adalah adalah sebagaimana dimaksud
dalam PP Nomor 35 Tahun 2004.
5.25. Local Port Services adalah pelayanan lalu lintas kapal yang terbatas hanya pada
pemberian informasi mengenai data yang berkaitan dengan keperluan dan
operasional kepelabuhanan maupun terminal yang tidak bersifat responsif terhadap
lalu lintas Pelayaran dalam wilayah cakupan stasiun terkait.
5.26. Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang menjadi pimpinan tertinggi di
Kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.27. Navigasi adalah proses mengarahkan gerak Kapal dari satu titik ke titik yang lain
dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan atau rintangan-
rintangan.
5.28. Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu
titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau
rintangan Penerbangan.
5.29. Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga pemerintah di Pelabuhan
sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan kegiatan Kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial.
5.30. Pandu adalah pelaut yang mempunyai keahlian di bidang nautika yang telah
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan Pemanduan Kapal.
5.31. Pekerjaan Bawah Air adalah pekerjaan yang berhubungan dengan Instalasi,
konstruksi, atau Kapal yang dilakukan di bawah air dan atau pekerjaan di bawah air
yang bersifat khusus, yaitu penggunaan peralatan bawah air yang dioperasikan dari
permukaan air.
5.32. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau Perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat Kapal bersandar, naik turun penumpang,
dan/atau bongkar muat barang, berupa Terminal dan tempat berlabuh Kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, keamanan Pelayaran dan kegiatan
penunjang Pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda
transportasi.
5.33. Pelayaran adalah kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan kemanan, serta perlindungan lingkungan maritim.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 12 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
5.34. Pemanduan adalah kegiatan Pandu dalam membantu, memberikan saran, dan
informasi kepada Nakhoda tentang keadaan Perairan setempat yang penting agar
Navigasi dan Pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi
Keselamatan Kapal dan lingkungan.
5.35. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5.36. Pemerintah Pusat (“Pemerintah”) adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5.37. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah
udara, pesawat udara, Bandar Udara, angkutan udara, Navigasi Penerbangan, serta
fasilitas penunjang, dan fasilitas umum lainnya.
5.38. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah
pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
5.39. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil
olahannya dari Wilayah Kerja atau dari tempat penampungan dan Pengolahan,
termasuk Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa transmisi dan distribusi.
5.40. Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar Perairan untuk mencapai
kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material dasar
Perairan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu.
5.41. Penyelenggara Pelabuhan adalah Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan.
5.42. Perairan Indonesia (“Perairan”) adalah laut teritorial Indonesia beserta Perairan
kepulauan, dan Perairan pedalamannya.
5.43. Perairan Wajib Pandu adalah wilayah Perairan yang karena kondisi Perairannya
wewajibkan dilakukan Pemanduan kepada Kapal yang melayarinya.
5.44. Register Bandar Udara adalah tanda bukti terpenuhinya persyaratan Keselamatan
Penerbangan dalam pengoperasian Bandar Udara yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara.
5.45. Reklamasi adalah pekerjaan timbunan di Perairan atau pesisir yang mengubah garis
pantai dan/atau kontur kedalaman Perairan.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 13 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
5.46. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang Pelabuhan berupa peruntukan
rencana tata guna tanah dan Perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan.
5.47. Salvage adalah pekerjaan untuk memberikan pertolongan terhadap Kapal dan atau
muatannya yang mengalami kecelakaan Kapal atau dalam keadaan bahaya di
Perairan termasuk mengangkat Kerangka Kapal atau rintangan bawah air atau benda
lainnya.
5.48. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (“SBNP”) adalah peralatan atau sistem yang
berada di luar Kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan
keselamatan dan efisiensi bernavigasi Kapal dan atau lalu lintas Kapal.
5.49. SKK Migas adalah adalah Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Perpres Nomor 9
Tahun 2013.
5.50. Sertifikat Bandar Udara adalah tanda bukti terpenuhinya persyaratan Keselamatan
Penerbangan dalam pengoperasian Bandar Udara yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan udara berdasarkan sub bagian B CASR 139.
5.51. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di Pelabuhan yang diangkat oleh Menteri
dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin
Keselamatan dan Keamanan Pelayaran.
5.52. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
5.53. Telekomunikasi-Pelayaran adalah telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas
Pelayaran yang merupakan setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap
jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam bentuk apa pun melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak-
Pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan Pelayaran.
5.54. Terminal adalah fasilitas Pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat Kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu, dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang.
5.55. Terminal Khusus (“Tersus”) adalah Terminal yang terletak di luar Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan
bagian dari Pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan
Usaha Pokok Terminal tersebut.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 14 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
5.56. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (“TUKS”) adalah Terminal yang terletak di
dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
yang merupakan bagian dari Pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan Usaha Pokok Terminal tersebut.
5.57. Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di Pelabuhan sebagai
otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan
Kepelabuhanan, dan pemberian pelayanan jasa Kepelabuhanan untuk Pelabuhan
yang belum diusahakan secara komersial.
5.58. Usaha Pokok adalah jenis usaha yang disebutkan di dalam surat izin usaha suatu
perusahaan dan berkaitan dengan Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5.59. Work Program & Budget (WP&B) dan Pre-WP&B adalah sebagaimana dimaksud
di dalam PTK WP&B.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 15 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
BAB II
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
1. Prosedur Umum
1.1. KKKS melakukan pembahasan teknis terkait usulan kegiatan/fasilitas Kebandaran
atau Kemaritiman pada saat rapat Pre-WP&B atau AFE atau WP&B atau
pembahasan teknis terpisah lainnya yang dihadiri oleh personil dari Fungsi Pengelola
Kebandaran SKK Migas dan dapat dilakukan kunjungan lapangan jika diperlukan.
1.2. Setelah didapatkan hasil pembahasan teknis sesuai butir 2.1 Bab 2, KKKS
mengirimkan permohonan perizinan/rekomendasi kegiatan/fasilitas Kebandaran atau
Kemaritiman dengan melampirkan syarat-syarat secara lengkap kepada kementerian
atau instansi yang dituju dengan tembusan kepada Kepala Fungsi Penunjang
Operasi SKK Migas.
1.3. Tinjauan Lapangan lanjutan yang dihadiri oleh KKKS, Fungsi Pengelola Kebandaran
SKK Migas dan instansi/kementerian terkait dapat dilakukan bilamana diperlukan
setelah permohonan izin diterima oleh instansi/kementerian terkait dan semua
persyaratan sudah dilengkapi.
1.4. Jika diperlukan, KKKS dapat mengajukan permohonan bimbingan teknis kepada
Kementerian atau instansi yang dituju mengenai usulan kegiatan/fasilitas Kebandaran
atau Kemaritiman.
1.5. Surat izin/rekomendasi teknis akan diterima langsung oleh KKKS dan KKKS
wajib melaporkan kepada SKK Migas dengan melampirkan surat izin rekomendasi
yang telah diterbitkan.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 16 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
2. Persyaratan Yang Harus Dipenuhi
2.1. Kegiatan Kebandaran Laut
No Kegiatan
Persyaratan
Administrasi
dan Teknis
Kementerian/Instansi
Terkait
a. Perizinan Penetapan
Lokasi Tersus Lampiran 2-1
1. Gubernur setempat
2. Bupati/Walikota setempat dan
3. Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
b.
Perizinan
Pembangunan dan
Pengoperasian Tersus
Lampiran 2-2
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
c. Perpanjangan Izin
Pengoperasian Tersus Lampiran 2-3
1. Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
2. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
d. Perizinan Operasional
Tersus 24 Jam Lampiran 2-4
1. Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.
2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
3. Direktorat Jenderal Imigrasi,
Kementerian Hukum dan Hak Azasi
Manusia (“HAM”) Republik
Indonesia; dan
4. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kementerian
Kesehatan
Republik Indonesia.
e.
Perizinan Tersus yang
Terbuka Untuk
Perdagangan Luar
Negeri
Lampiran 2-5
1. Gubernur setempat, dan
2. Bupati/Walikota setempat, dan
3. Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
f. Persetujuan
Pengelolaan TUKS Lampiran 2-6
1. Gubernur setempat, atau
2. Bupati/Walikota setempat dan/atau
3. Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
4. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 17 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
g. Perizinan Pemanduan Lampiran 2-7
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia
h. Perizinan Pengerukan Lampiran 2-8
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia
i. Perizinan Reklamasi Lampiran 2-9
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia
2.2. Kegiatan Kebandaran Udara
No Kegiatan
Persyaratan
Administrasi dan
Teknis
Kementerian/Instansi
a.
Rekomendasi
Pembangunan
Bandara Khusus
Lampiran 3-1
Direktur Jenderal Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
b. Rekomendasi
Pembangunan Heliport Lampiran 3-2
Direktur Jenderal Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
c.
Perizinan
Penyelenggaraan
Pelayanan Navigasi
Penerbangan
Lampiran 3-3
Direktur Jenderal Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
d.
Perizinan
Pengoperasian Bandar
Udara Khusus
(Sertifikat)
Lampiran 3-4
Direktur Jenderal Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
e.
Perizinan
Pengoperasian Bandar
Udara Khusus
(Register)
Lampiran 3-5
Direktur Jenderal Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
f. Perizinan
Pengoperasian
Heliport
Lampiran 3-6
Direktur Jenderal Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 18 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
2.3. Kegiatan Kemaritiman
No Kegiatan
Persyaratan
Administrasi dan
Teknis
Kementerian / Instansi
a.
Perizinan
Pembangunan,
Pemindahan, dan/atau
Pembongkaran
Bangunan atau
Instalasi di Perairan
Lihat lampiran 4-1
1. Unit Penyelenggara Pelabuhan
dan Distrik Navigasi Setempat
untuk rekomendasi
2. Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut cq. Direktorat
Kesatuan Penjagaan Laut dan
Pantai untuk persetujuan prinsip
3. Direktorat Jenderal Minyak dan
Gas Bumi cq. Direktur Teknik
dan Lingkungan untuk
persetujuan kaedah teknis.
b.
Pemberitahuan
Informasi Kegiatan
Usaha Hulu Migas di
Perairan melalui
Maklumat Pelayaran
dan Berita Pelaut
Indonesia
Lihat lampiran 4-2
1. Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut cq. Direktorat
KeNavigasian untuk
pemberitahuan kegiatan melalui
Maklumat Pelayaran (“MAPEL”)
2. Dinas Hidro-Oseanografi
(“DISHIDROS”) TNI AL untuk
pemberitahuan kegiatan melalui
Berita Pelaut Indonesia (“BPI”).
c.
Rekomendasi dan
Penetapan Daerah
Terlarang Terbatas
(“DTT”)
Lihat lampiran 4-3
1. Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut cq. Direktorat
KeNavigasian untuk
Rekomendasi
2. Direktorat Jenderal Minyak dan
Gas Bumi cq. Direktur Teknik
dan Lingkungan untuk
Penetapan DTT.
d.
Perizinan
Pembangunan Sarana
Bantu Navigasi
Pelayaran (“SBNP”)
Lihat lampiran 4-4 Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut cq. Direktorat KeNavigasian.
e.
Perizinan
Pembangunan/
Penyelenggaraan/
SOP Local Port
Services (LPS)
Lihat lampiran 4-5 Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut cq. Direktorat KeNavigasian.
f.
Pendaftaran SBNP ke
dalam Daftar Suar
Indonesia (“DSI”)
Lihat lampiran 4-6
Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut cq. Direktorat KeNavigasian.
g. Pengurusan Lihat lampiran 4-7 Dinas DISHIDROS TNI AL
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 19 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Pembuatan Peta Laut
Indonesia
h.
Pengurusan Sertifikasi
Pernyataan
Pemenuhan
Keamanan Fasilitas
Pelabuhan – ISPS
Code
Lihat lampiran 4-8
Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut cq. Direktorat Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 20 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
BAB III
KEPEMILIKAN, PROSES PERIZINAN DAN SERTIFIKASI SERTA PELAPORAN
1. Kepemilikan
Tersus, TUKS, Bandar Udara Khusus, SBNP, dan seluruh Instalasi serta fasilitas
pendukung menurut PTK ini merupakan Barang Milik Negara yang dioperasikan oleh
KKKS.
2. Proses Perizinan dan Sertifikasi
2.1. KKKS wajib melakukan pembahasan teknis terkait kebutuhan, spesifikasi teknis,
biaya, dan kelengkapan dokumen perizinan dengan cara mengirimkan surat
permohonan diskusi teknis yang ditujukan kepada SKK Migas selambat-lambatnya
enam bulan sebelum fasilitas dibangun atau dioperasikan. Khusus untuk Izin
Penetapan Lokasi Terminal Khusus, pembahasan teknis selambat-lambatnya satu
tahun sebelum pembangunan fasilitas dimulai. Rekomendasi teknis paling lambat
diberikan 14 hari setelah semua data diterima lengkap.
2.2. KKKS wajib mengirimkan permohonan perizinan langsung ke instansi/kementerian
terkait dengan melengkapi semua persyaratan dan ditembuskan ke SKK Migas
sesuai persetujuan teknis dari SKK Migas.
3. Pelaporan
3.1. Selama proses pengajuan permohonan perizinan dan sertifikasi kepada kementerian
dan instansi yang terkait, KKKS wajib melaporkan status proses pengajuan
permohonan tersebut secara tertulis kepada Kepala Fungsi Penunjang Operasi
SKK Migas setiap bulannya dimulai sejak tanggal permohonan kegiatan diajukan
kepada Kementerian dan instansi yang terkait hingga izin atau rekomendasi
diperoleh.
3.2. KKKS wajib mengirimkan semua laporan operasional terkait fasilitas secara langsung
kepada Kementerian atau terkait dengan tembusan ke Kepala Fungsi Penunjang
Operasi SKK Migas. Perubahan kebutuhan, spesifikasi teknis, dan biaya perlu
mendapatkan persetujuan dari SKK Migas.
PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 21 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
BAB IV
PENUTUP
1. PTK ini dibuat dengan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Lampiran PTK dan formulir sehubungan dengan pelaksanaan PTK ini merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
3. Ketentuan yang belum tercakup dalam PTK ini akan dibuat kemudian sebagai ketentuan
tambahan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PTK ini.
4. Jika terdapat perubahan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan
ketentuan PTK ini, maka ketentuan PTK ini akan disesuaikan sebagaimana mestinya.
Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan perubahan peraturan perundang-undangan
tersebut akan tetap berlaku.
5. Jika terdapat dampak dari tidak terlaksananya proses perizinan kegiatan kebandaran dan
kemaritiman sesuai dengan PTK ini, SKK Migas dan KKKS akan melaksanakan tindak
lanjut dengan merujuk ke dokumen Kontrak Kerja Sama, atau ke peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Bila terbukti adanya pelanggaran oleh KKKS terhadap ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku atas proses pelaksanaan PTK ini maka KKKS bertanggung jawab atas segala
akibat hukum dan melepaskan, membebaskan, dan membela SKK Migas dari dan
terhadap setiap kerugian, tuntutan, dan gugatan hukum pihak ketiga yang sebagai akibat
dari kelalaian, kesalahan, pelanggaran kewajiban hukum KKKS terhadap pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud. Akibat yang terjadi dan timbul dari
pelanggaran ini akan menjadi tanggung jawab KKKS yang selanjutnya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya operasi.
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 22 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 1
Flowchart Permohonan Kegiatan Kebandaran
KKKS SKK MIGAS KEMENTERIAN/INSTANSI
TERKAIT
Hasil Pembahasan teknis pada rapat Pre-
WP&B/AFE/WP&B atau hasil pembahasan teknis
terpisah lainnya yang dihadiri oleh Fungsi Pengelola
Kebandaran SKK Migas
Data lengkap?
Tinjauan Lapangan
Surat Izin atau
Rekomendasi Teknis
Data
Verifikasi
Permohonan Perizinan
Kebandaran selesai
Izin
Diterima
Tidak
Ya
Permohonan
Tembusan SKK
Migas Koordinasi Koordinasi
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 23 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.1
Persyaratan Administrasi dan Teknis untuk Perizinan Penetapan Lokasi Tersus
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PERIZINAN
PENETAPAN LOKASI TERSUS
KKKS KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Data-data (Akte Pendirian, NPWP, Surat Keterangan Domisili Perusahan, dan Keterangan Penanggung Jawab Kegiatan)
3 Letak lokasi yang diusulkan dilengkapi dengan koordinat geografis yang digambarkan dalam peta laut
4 Studi kelayakan yang paling sedikit memuat: a. rencana volume bongkar muat bahan baku, peralatan penunjang dan hasil produksi b. rencana frekuensi kunjungan Kapal c. aspek ekonomi yang berisi tentang efisiensi dibangunnya Tersus dan aspek lingkungan dan d. hasil survey yang meliputi hidrooceanografi (pasang surut, gelombang, kedalaman dan arus), topografi, titik nol (benchmark) lokasi Pelabuhan yang dinyatakan dalam koordinat geografis
5 Rekomendasi dari Syahbandar pada Pelabuhan terdekat berkoordinasi dengan Kantor Distrik Navigasi setempat mengenai aspek keamanan dan keselamatan Pelayaran yang meliputi kondisi Perairan berdasarkan hasil survei sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf d setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat
6 Rekomendasi gubernur dan bupati/walikota setempat mengenai kesesuaian rencana lokasi Tersus dengan rencana Tata Ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
7 Laporan keuangan perusahaan minimal 1 (satu) tahun terakhir yang diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar
8 Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang memiliki aset paling sedikit Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh trilyun Rupiah)
9 Gambar peta lokasi dengan titik koordinat geografis sesuai peta laut
10 Mapping lokasi Pelabuhan dengan Pelabuhan terdekat
11 Hasil Survey Hidrooceanografi (pasang surut, gelombang, kedalaman dan arus) dan Topografi yang direkomendasikan oleh penjabat fungsi keselamatan Pelayaran pada kantor UPT Pelabuhan setempat (Kanpel/Adpel)
12 Rencana Induk Pelabuhan dan DLKr/DLKp
13 Surat Pernyataan tentang koordinat lokasi tidak bermasalah (minimal 3 titik)
14 Surat Pernyataan sesuai Lampiran 2-10
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 24 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.2
Persyaratan Administrasi dan Teknis untuk Perizinan Pembangunan & Pengoperasian
Tersus
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PERIZINAN
PEMBANGUNAN & PENGOPERASIAN TERSUS
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Persetujuan Penetapan Lokasi TERSUS dari MENHUB
2 Surat Permohonan
3 Data-data (NPWP, Akte Perusahaan, Copy Izin Usaha Pokok dari Instansi Terkait)
4 Bukti Penguasaan/Pemilikan Tanah yang Diterbitkan Oleh Badan Pertanahan Nasional
5 Bukti Kemampuan Finansial untuk membangun
6 Laporan keuangan perusahaan minimal 1 (satu) tahun terakhir yang diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar
7 Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang memiliki aset paling sedikit Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh trilyun Rupiah)
8 Proposal rencana tahapan kegiatan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang
9 Rekomendasi dari Syahbandar/UPP pada Pelabuhan Terdekat Setelah Mendapat Pertimbangan dari Kantor Distrik Navigasi Setempat Mengenai Perencanaa Alur - Pelayaran dan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaranyang meliputi: a. Rencana Alur-Pelayaran (Perairan yang dari segi kedalaman, lebar,
dan bebas hambatan Pelayaran lainnya diangggap aman dan selamat untuk dilayari)
b. Kolam Pelabuhan c. Rencana penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran d. Rencana kunjungan Kapal (jenis dan ukuran)
10 Studi kelayakan yang paling sedikit memuat: a. Rencana volume bongkar muat bahan baku, peralatan penunjang
dan hasil produksi serta rencana frekuensi kunjungan Kapal b. Aspek ekonomi dan finansial yang berisi tentang efisiensi
dibangunnya Tersus dan aspek lingkungan c. Aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran di Tersus d. Hasil survey mengenai pasang surut, arus, gelombang, kedalaman,
kadar salinasi dan sedimen e. Perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok f. Hasil survey kondisi tanah (jenis dan karakteristik lapisan tanah) g. Topografi (garis kontur di sekitar dermaga) h. Hasil kajian keselamatan Pelayaran (Rencana Penempatan SBNP,
alur dan Kolam Pelabuhan) i. Batas-batas rencana wilayah daratan dan Perairan dilengkapi titik
koordinat geografis serta rencana induk Tersus yang akan ditetapkan sebagai daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan tertentu
j. Kajian lingkungan berupa studi lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 25 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup k. Sistem dan prosedur pelayanan di Tersus l. Tersedianya sumber daya manusia di bidang teknis pengoperasian
Pelabuhan yang memiliki kualitas dan kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat
11 Rancang Bangun dan Rekayasa Terinci: a. Perhitungan Konstruksi, spesifikasi teknis, metode dan jadwal
pelaksanaan b. Tata letak fasilitas dermaga c. Gambar Konstruksi bangunan (denah, tampak dan potongan)
12 Surat Pernyataan Sesuai Lampiran 2-10
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 26 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.3
Persyaratan Administrasi dan Teknis untuk
Perpanjangan Izin Pengoperasian Tersus
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK
PERPANJANGAN IZIN PENGOPERASIAN TERSUS
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Data-data (NPWP, Akte Perusahaan, Copy Izin Usaha Pokok dari Instansi Terkait)
3 Copy persetujuan Izin pembangunan dan Pengoperasian Tersus
4 Rekomendasi dari Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan terdekat yang menerangkan Tersus yang bersangkutan dari aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran dan teknis Kepelabuhanan masih layak digunakan untuk melayani Usaha Pokok
5 Laporan Kegiatan Operasional Tersus 3 (tiga) tahun terakhir
6 Berita acara hasil peninjauan lapangan oleh tim teknis terpadu Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan
7 Gambar letak lokasi tersus skala 1 : 5000
8 Gambar tata letak dermaga skala 1 : 2500
9 Kajian lingkungan berupa studi lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 27 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.4
Persyaratan Administrasi dan Teknis untuk
Perizinan Operasional Tersus 24 Jam
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PERIZINAN
OPERASIONAL TERSUS 24 JAM
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Kesiapan kondisi alur meliputi kedalaman, pasangsurut, Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran
3 Kesiapan pelayanan Pemanduan dan penundaan bagi Perairan Tersus yang sudah ditetapkan sebagai Perairan wajib Pandu
4 Kesiapan fasilitas Tersus
5 Kesiapan gudang dan/atau fasilitas lain di luar Tersus
6 Kesiapan keamanan dan ketertiban
7 Kesiapan sarana transportasi darat
8 Rekomendasi dari Syahbandar pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan terdekat
9 Kesiapan sumber daya manusia operasional sesuai kebutuhan yang dibuktikan dengan rekomendasi dari instansi yang bersangkutan setempat, antara lain: a. Syahbandar b. Petugas karantina c. Petugas bea dan cukai d. Petugas imigrasi e. Kesiapan tenaga kerja bongkar muat dan naik turun
penumpang atau kendaraan
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 28 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.5
Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Penggunaan Tersus Yang Terbuka Bagi
Perdagangan Luar Negeri
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERIZINAN
PENGGUNAAN TERSUS YANG TERBUKA BAGI PERDAGANGAN LUAR NEGERI
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Aspek Administrasi
a. Surat Permohonan
b. Rekomendasi dari gubernur, bupati/walikota
c. Rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi keselamatan Pelayaran di Pelabuhan
2 Aspek Ekonomi
a. Menunjang industri tertentu
b. Arus barang minimal 10.000 ton/tahun
c. Arus barang ekspor minimal 50.000 ton/tahun
3 Aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
a. Kedalaman Perairan minimal -6 meter L WS
b. Luas kolam cukup untuk olah gerak minimal 3 (tiga) unit Kapal
c. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran
d. Stasiun radio operasi pantai
e. Prasarana, sarana, dan sumber daya manusia Pandu vi. bagi Tersus yang Perairannya telah ditetapkan sebagai Perairan Wajib Pandu
f. Kapal patroli apabila dibutuhkan
4 Aspek Teknis Fasilitas Kepelabuhanan
a. Dermaga beton permanen minimal 1 (satu) tambatan
b. Gudang tertutup
c. Peralatan bongkar muat
d. PMK 1 (satu) unit
e. Fasilitas bunker
f. Fasilitas pencegahan pencemaran
5 Fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi instansi pemegang fungsi Keselamatan dan Keamanan Pelayaran, instansi bea cukai, imigrasi, dan karantina
6 Jenis komoditas khusus
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 29 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.6
Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengelolaan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS)
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERIZINAN
PENGELOLAAN TUKS
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Data-data perusahaan yang meliputi akta perusahaan, NPWP, dan izin Usaha Pokok
3 Bukti kerjasama dengan penyelenggara Pelabuhan
4 Bukti penguasaan tanah
5 Rekomendasi dari Syahbandar pada Pelabuhan setempat
6 Berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim teknis terpadu
Studi kelayakan yang paling sedikit memuat: a. Rencana volume bongkar muat bahan baku, peralatan
penunjang dan hasil produksi b. Rencana frekuensi kunjungan Kapal dan c. Aspek ekonomi yang berisi tentang efisiensi dibangunnya
TUKS
7 Hasil survey yang meliputi hidrooceanografi (pasang surut, gelombang, kedalaman, dan arus), topografi, titik nol (benchmark) lokasi Pelabuhan yang dinyatakan dalam koordinat geografis
8 Gambar tata letak lokasi TUKS dengans kala yang memadai, gambar konstruksi dermaga, dan koordinat geografis letak TUKS
9 Proposal TUKS
10 Laporan keuangan perusahaan minimal 2 (dua) tahun terakhir yang diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar
11 Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang memiliki aset paling sedikit Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh trilyun Rupiah)
12 Rekomendasi dari Syahbandar pada Pelabuhan setempat
13 Studi lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 30 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.7 Persyaratan Administrasi dan Teknis Untuk Pemanduan
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PEMANDUAN KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Peta lokasi Perairan yang diusulkan, dilengkapi dengan titik koordinat sesuai dengan peta laut dan gambar situasi
2 Hasil kajian Perairan yang ditinjau dari faktor Kapal yang mempengaruhi keselamatan Pelayaran dan di luar Kapal yang mempengaruhi keselamatan Pelayaran sebagai berikut: a. Frekuensi kepadatan lalu lintas Kapal a. Ukuran Kapal b. Jenis Kapal c. Jenis muatan Kapal d. Kedalaman Perairan e. Panjang alur Perairan f. Banyaknya tikungan g. Lebar alur Perairan h. Rintangan/bahaya Navigasi di alur Perairan i. Kecepatan arus j. Kecepatan angin k. Tinggi ombak l. Ketebalan/kepekatan kabut m. Jenis tambatan Kapal dan n. Keadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran
3 Berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim teknis terpadu Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan/atau Sekretariat Jenderal
4 Data-data petugas Pandu dengan persyaratan: a. Paling rendah berijazah pelaut ahli nautika tingkat III b. Mempunyai pengalaman berlayar sebagai Nakhoda paling
singkat 3 (tiga) tahun c. Lulus pendidikan dan pelatihan Pandu yang diselenggarakan
oleh Pemerintah (dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut)
d. Memiliki sertifikat Pandu: 1) Tingkat II untuk Pemanduan terhadap Kapal yang berukuran
panjang Kapal kurang dari 200 (dua ratus) meter 2) Tingkat I untuk Pemanduan terhadap Kapal yang berukuran
panjang Kapal tidak terbatas (unlimited) 3) Laut dalam untuk Pemanduan terhadap Kapal dengan sarat
15 (lima belas) meter atau lebih di luar Perairan Pelabuhan e. Memiliki umur kurang dari 60 (enam puluh) tahun serta sehat
jasamani dan rohani yang dibuktikan dengan keternagan kesehatan dari rumah sakit pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PEMANDUAN KKKS KETERANGAN
5 Badan Usaha Pelabuhan dan pengelola Tersus yang mendapat pelimpahan pelayanan jasa Pemanduan wajib: a. Menyediakan petugas Pandu yang memenuhi persyaratan dalam
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 31 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
jumlah sesuai gerakan Kapal per hari b. Menyediakan sarana bantu dan prasarana Pemanduan yang
memenuhi persyaratan dalam jumlah sesuai dengan ukuran dan gerakan Kapal per hari sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2014
c. Memberikan pelayanan Pemanduan secara wajar dan tepat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan; melaporkan apabila terjadi hambatan dalam pelaksanaan Pemanduan kepada Syahbandar
d. Melaporkan apabila terjadi hambatan dalam pelaksanaan Pemanduan kepada Syahbandar
e. Melaporkan kegiatan Pemanduan setiap 1 (satu) bulan kepada Direktorat Jenderal
*) Penetapan Perairan Wajib Pandu/Perairan Pandu Luar Biasa diusulkan oleh Syahbandar atau Unit Penyelenggara Pelabuhan kepada Direktur Jenderal disertai dokumen-dokumen tersebut di atas.
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 32 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.8
Persyaratan Administrasi dan Teknis Untuk Perizinan Kegiatan Pengerukan
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PERIZINAN
KEGIATAN PENGERUKAN
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Data-data (Akte Pendirian, NPWP, Surat Keterangan Domisili Perusahan, dan Keterangan Penanggung Jawab Kegiatan)
3 Surat pernyataan bahwa pekerjaan Pengerukan akan dilakukan oleh perusahaan Pengerukan yang memiliki izin usaha serta mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk melakukan Pengerukan
4 Rekomendasi dari Syahbandar setempat berkoordinasi dengan Kantor Distrik Navigasi setempat terhadap aspek keselamatan Pelayaran setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat
5 Keterangan penanggungjawab kegiatan
6 Keterangan mengenai maksud dan tujuan Pengerukan
7 Lokasi dan koordinat geografis areal yang akan dikeruk
8 Peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari lokasi yang akan dikerjakan
9 Untuk pekerjaan Pengerukan dalam rangka pemanfaatan material keruk (penambangan) harus mendapat izin terlebih dahulu dari instansi yang berwenang
10 Hasil penyelidikan tanah daerah yang akan dikeruk untuk mengetahui jenis dan struktur dari tanah
11 Hasil pengukuran dan pengamatan arus di daerah buang
12 Hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai ketentuan yang berlaku
13 Peta situasi lokasi dan tempat pembuangan yang telah disetujui oleh Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan, yang dilengkapi dengan koordinat geografis
14 Studi Kelayakan yang paling sedikit memuat: a. Rencana volume hasil kerja keruk, peralatan yang digunakan dan
metode pelaksanaan pekerjaan Pengerukan b. Rencana jadwal rencana pekerjaan Pengerukan c. Aspek ekonomi yang berisi kemampuan untuk membiayai
pelaksanaan kegiatan Pengerukan d. Dampak sosial yang terjadi pada tahap pelaksanaan Pengerukan
dan setelah melakukan kegiatan pekerjaan Pengerukan
15 Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar minimal 2 (dua) tahun terakhir
16 Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang memiliki aset paling sedikit Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh triliun Rupiah)
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 33 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.9
Persyaratan Administrasi dan Teknis Untuk Perizinan Kegiatan Reklamasi
NO. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS UNTUK PERIZINAN
KEGIATAN REKLAMASI
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Data-data (Akte Pendirian, NPWP, Surat Keterangan Domisili Perusahan, dan Keterangan Penanggung Jawab Kegiatan )
3 Keterangan Penanggung Jawab Kegiatan
4 Keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan Reklamasi
5 Lokasi dan koordinat geografis areal yang akan direklamasi
6 Peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari lokasi yang akan direklamasi
7 Hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai ketentuan yang berlaku
8 Surat pernyataan bahwa pekerjaan Reklamasi akan dilakukan oleh perusahaan yang memiliki izin usaha serta mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk melakukan Reklamasi
9 Rekomendasi dari Syahbandar setempat berkoordinasi dengan Kantor Distrik Navigasi setempat terhadap aspek keselamatan Pelayaran setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor Distrik Navigasi setempat dan
10 Rekomendasi dari Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan dari Pelabuhan setempat akan kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan bagi pekerjaan Reklamasi yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan atau
11 Rekomendasi dari bupati/walikota setempat akan kesesuaian dengan rencana umum Tata Ruang wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan bagi pekerjaan Reklamasi di wilayah Perairan Tersus
12 Studi kelayakan yang paling sedikit memuat: a. Rencana peruntukan dan lahan yang direklamasi, peralatan yang
digunakan serta metode pelaksanaan pekerjaan Reklamasi b. Rencana jadwal rencana pekerjaan Reklamasi c. Aspek ekonomi yang berisi kemampuan untuk membiayai
pelaksanaan kegiatan Reklamasi d. Dampak sosial yang terjadi pada tahap pelaksanaan Reklamasi
dan setelah melakukan kegiatan pekerjaan Reklamasi
13 Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar minimal 2 (dua) tahun terakhir
14 Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang memiliki aset paling sedikit Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh triliun Rupiah)
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 34 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 2.10 Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap :
Nama Perusahaan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Nomor KTP :
Alamat Lengkap :
Proses izin yang diurus :
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Dalam proses penerbitan perizinan di Kementerian Perhubungan, sanggup untuk memenuhi
persyaratan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
2. Bersedia bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran data yang disampaikan dalam
pengurusan perizinan di Kementerian Perhubungan
3. Bersedia setiap saat dicabut izinnya apabila terdapat ketidaksesuaian dalam dokumen yang
disampaikan
4. Dalam proses pengurusan perizinan di Kementerian Perhubungan, tidak pernah dipungut
biaya apapun
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun, apabila pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, saya bersedia diproses secara
hukum yang berlaku.
[Kota], [Tanggal Bulan Tahun]
Yang membuat Pernyataan
(…………..……………………..)
Materai
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 35 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.1 Persyaratan Administrasi dan Teknis Rekomendasi Pembangunan Bandara Khusus
No. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS REKOMENDASI
PEMBANGUNAN BANDARA KHUSUS
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Bukti kepemilikan dan atau penguasaan lahan
3 Rekomendasi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah setempat
4 Rancangan Teknik Terinci fasilitas pokok, paling sedikit memuat mengenai: a. Kondisi tanah dasar b. Peta Topografi c. Tata letak fasilitas pokok Bandar Udara Khusus, termasuk
fasilitas bantu Navigasi Penerbangan d. Gambar arsitektur e. Gambar mekanikal, elektrikal, dan peralatan Navigasi
Penerbangan
5 Izin Kelestarian Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup
6 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk rekomendasi pembangunan bandara khusus.
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 36 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.2 Persyaratan Administrasi dan Teknis Rekomendasi Pembangunan Heliport
No. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS REKOMENDASI
PEMBANGUNAN HELIPORT KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Kelengkapan data sebagai berikut: a. Rancang bangun Heliport termasuk peta situasi dan gambar
denah Peta Topografi b. Data jenis helikopter yang akan dilayani c. Rencana penggunaan/pemanfaatan Heliport d. Struktur organisasi dan personel penyelenggara Heliport e. Khusus untuk elevated Heliport, dilengkapi dengan gambar
bangunan terkait mengenai kelayakan dan kekuatan struktur bangunan elevated Heliport dari instansi berwenang dan atau badan hukum
f. Khusus untuk Helideck, dilengkapi dengan Sertifikat Kelayakan Konstruksi Platform dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau Surat pernyataan terkait design kekuatan struktur fasilitas yang telah disetujui oleh pejabat berwenang pembangun fasilitas migas
3 Izin Mendirikan Bangunan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, kecuali yang dibangun di Daerah Khusus Ibukota atau Daerah Istimewa izin diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi untuk pembangunan Surfaced Level Heliport atau Elevated Heliport
4 Izin Kelestarian Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup
5 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk rekomendasi pembangunan heliport
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 37 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.3 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Penyelenggaraan
Pelayanan Navigasi Penerbangan
No. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERIZINAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Manual Operasi
3 Sertifikasi peralatan Telekomunikasi dan Radio Navigasi Penerbangan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara
4 Rekomendasi frekuensi dari Direktur Navigasi Penerbangan dan izin frekuensi dari instansi terkait
5 Sertifikat kompetensi personel Navigasi Penerbangan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara
6 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk izin penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan.
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 38 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.4 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengoperasian
Bandar Udara Khusus (Sertifikat)
No. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERIZINAN
PENGOPERASIAN BANDAR UDARA KHUSUS (SERTIFIKAT)
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Akte pendirian perusahaan atau lembaga/instansi
3 Buku pedoman pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome Manual) yang meliputi : a. Personel b. Fasilitas c. Prosedur Operasi Bandar Udara
4 Buku pedoman sistem manajemen keselamatan operasi Bandar Udara (Aerodrome SMS manual)
5 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk penerbitan/perpanjangan Sertifikat Bandar Udara
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 39 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.5 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengoperasian
Bandar Udara Khusus (Register)
No. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERIZINAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA KHUSUS (REGISTER)
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Akte pendirian perusahaan atau lembaga/instansi
3 Buku pedoman pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome Manual) yang meliputi : a. Personel b. Fasilitas c. Prosedur Operasi Bandar Udara
4 Instrument Approach Pocedure (Prosedure Pendaratan Instrument) untuk terbang malam medevac
5 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk penerbitan/perpanjangan Sertifikat Bandar Udara
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 40 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 3.6 Persyaratan Administrasi dan Teknis Perizinan Pengoperasian
Heliport
No. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERIZINAN
PENGOPERASIAN HELIPORT KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
1 Surat Permohonan
2 Akte pendirian perusahaan atau lembaga/instansi
3 Buku pedoman pengoperasian Heliport (Heliport Manual) yang meliputi : a. Personel b. Fasilitas c. Prosedur Operasi Tempat Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter
4 Surat Pernyataan Kekuatan Struktur Heliport
5 Instrument Approach Pocedure (Prosedure Pendaratan Instrument) untuk terbang malam medevac
6 Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk penerbitan/perpanjangan Sertifikat Bandar Udara
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 41 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.1
Persyaratan Perizinan Pembangunan, Pemindahan dan/atau Pembongkaran Bangunan
atau Instalasi Di Perairan
NO. PERSYARATAN PERIZINAN PEMBANGUNAN, PEMINDAHAN
DAN/ATAU PEMBONGKARAN BANGUNAN ATAU INSTALASI DI PERAIRAN
KKKS KETERANGAN Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
6 Hasil survey teknis, mencakup:
a. Posisi geografis bangunan atau Instalasi
b. Bathymetric/Kontur dasar Perairan
c. Data hidrografi
d. Data jenis dan kondisi lapisan dasar Perairan (subsoil)
e. Penentuan titik koordinat geografis landing point
7 Perhitungan teknis dan gambar desain bangunan atau Instalasi
8 Lama waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan
9 Metode kerja dan analisa teknis
10 Rekomendasi dari Unit Penyelenggara Pelabuhan pada Pelabuhan setempat; *)
11 Rekomendasi dari Distrik Navigasi setempat; *)
12 Studi Lingkungan yang telah mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang.
Pendukung :
Untuk Kegiatan Pembangunan dan Pemindahan Bangunan / Instalasi di Perairan:
13 Rencana pembangunan bangunan atau Instalasi yang dituangkan dalam peta laut Indonesia dengan posisi geografis pipa per Kilometer Point (KP)
14 Persetujuan Persilangan/Crossing Agreement dan atau dengan pemilik bangunan atau Instalasi, konsesi Migas / Penambangan (apabila ada)
15 c. Standard Operation Procedure Emergency Response Plan
16 d. Surat pernyataan lama waktu pemanfaatan bangunan atau Instalasi, yang ditandatangani oleh pimpinan KKKS di atas meterai
17 Surat Pernyataan nama pemilik dan penanggung jawab kegiatan, yang ditandatangani oleh pimpinan KKKS di atas meterai
18 Surat pernyataan jaminan bertanggung jawab apabila terjadi kerugian terhadap pihak ketiga akibat dari pemasangan dan keberadaan bangunan atau Instalasi, yang ditandatangani oleh pimpinan KKKS di atas meterai
19 Surat pernyataan jaminan pembongkaran apabila bangunan atau Instalasi sudah tidak digunakan lagi, yang ditandatangani oleh pimpinan KKKS di atas meterai
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 42 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
20 Berita acara hasil verifikasi lapangan, atas lokasi yang akan diberikan perizinan pembangunan
21 Studi Enginering berupa Risk Assesment terhadap pemasangan pipa gas pada kedalaman Perairan > 13 meter pipa tidak dipendam sehingga tidak menganggu keamanan dan keselamatan Pelayaran
Untuk Kegiatan Pembongkaran Bangunan / Instalasi di Perairan *):
22 Daftar peralatan pada Instalasi lepas pantai yang akan dilakukan pembongkaran
23 Peta terbaru lokasi Instalasi Iepas pantai dengan kegiatan lain
24 Dokumen lingkungan yang dimiliki
25 Surat pernyataan bahwa semua fasilitas yang terhubung dengan platform telah terputus dengan Instalasi yang terkait
26 Desain awal atau analisis rekualifikasi dan modifikasi yang pernah dilakukan
27 Catatan sejarah operasi serta hasil inspeksi tahunan dan/atau khusus
28 Alternatif teknologi pembongkaran yang dipilih
29 Prosedur penutupan sumur (plug and abandonment)
30 Prosedur pembongkaran, pemindahan dan/atau Pengangkutan
31 Analisa risiko dalam pelaksanaan pembongkaran, pemindahan dan Pengangkutan
32 Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja serta Iindungan Iingkungan dalam pelaksanaan pembongkaran, pemindahan dan Pengangkutan
33 Jadwal pelaksanaan
34 Rencana tanggap darurat
35 Rencana pengamanan fasilitas yang tersisa dan/atau terkait pasca pembongkaran
36 Lokasi pemindahan dan/atau penyimpanan hasil pembongkaran Instalasi lepas pantai
*) Tambahan persyaratan untuk kegiatan pembongkaran sesuai Permen ESDM No. 1 tahun 2011. Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 43 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.2
Persyaratan Pemberitahuan Informasi Kegiatan Usaha Hulu Migas Di Perairan Melalui
Maklumat Pelayaran dan Berita Pelaut Indonesia
No.
PERSYARATAN PEMBERITAHUAN INFORMASI KEGIATAN USAHA HULU MIGAS DI PERAIRAN
MELALUI MAKLUMAT PELAYARAN DAN BERITA PELAUT INDONESIA
KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
Mengirimkan data-data antara lain:
6 Kegiatan usaha hulu migas yang akan dilaksanakan
7 Jadwal rencana kegiatan yang akan dilaksanakan (tanggal mulai dan selesai kegiatan)
8 Area titik koordinat di dalam wilayah pekerjaan yang akan diumumkan
9 Nama Kapal, Call sign Kapal, dan IMO number yang akan melakukan kegiatan tersebut
10 Nama kontraktor/penyedia jasa pelaksana kegiatan
11 Berita Acara hasil verifikasi lapangan, atas lokasi yang akan diberikan Maklumat Pelayaran dan Berita Pelaut Indonesia (jika diperlukan).*)
*) Akan diperoleh setelah ada verifikasi lapangan. Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 44 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.3
Persyaratan Pengurusan Rekomendasi dan Penetapan Daerah Terlarang Terbatas
NO. PERSYARATAN PENGURUSAN REKOMENDASI DAN PENETAPAN
DAERAH TERLARANG TERBATAS
KKKS KETERANGAN Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan (ARS)
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
Mengirimkan data-data antara lain:
6 Titik koordinat fasilitas/Instalasi migas yang sudah dibangun di Perairan sesuai dengan rencana operasi (as built drawing) yang digambarkan dalam Peta Laut Indonesia terkait
7 Laporan hasil survey yang telah dilakukan (post-survey)
8 Berita Acara hasil verifikasi lapangan, atas lokasi yang akan diberikan penetapan Daerah Terlarang Terbatas.*)
*) Akan diperoleh setelah ada verifikasi lapangan.
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 45 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.4
Persyaratan Perizinan Pembangunan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran (SBNP)
NO. PERSYARATAN PERIZINAN PEMBANGUNAN SARANA BANTU
NAVIGASI- PELAYARAN (SBNP)
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan (ARS)
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
6 Mengirimkan data-data antara lain: *)
a. Bukti penguasaan tanah;
b. Penetapan lokasi Tersus bagi sarana bantu
c. Navigasi-Pelayaran untuk ditempatkan di Tersus
d. Izin Pengerukan untuk kegiatan Pengerukan
e. Izin Pekerjaan Bawah Air (Salvage)
f. Rekomendasi dari distrik Navigasi setempat terkait aspek teknis
Teknis :
Mengirimkan data-data antara lain:
7 Peta yang menggambarkan batas-batas wilayah daratan dan Perairan dilengkapi titik-titik koordinat geografis
8 Peta laut yang menggambarkan titik koordinat lokasi yang akan dibangun
9 Peta batimetrik yang diperuntukkan untuk mengetahui kondisi kedalaman dan kondisi dasar laut lokasi yang akan dibangun
10 Hasil survei hidrografi, kondisi pasang surut dan kekuatan arus
11 Dimensi Kapal yang akan keluar dan masuk pada alur Pelayaran
12 Posisi koordinat dan gambaran tata letak dermaga beserta fasilitasnya
13 Rencana Induk Pelabuhan bagi kegiatan yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
14 Berita Acara hasil verifikasi lapangan, sebagai dasar rekomendasi untuk aspek teknis. *)
*) Akan diperoleh setelah ada verifikasi lapangan. Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 46 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.5
Persyaratan Perizinan Pembangunan Local Port Service (LPS)
NO. PERSYARATAN PERIZINAN PEMBANGUNAN SARANA BANTU
NAVIGASI- PELAYARAN (SBNP)
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan (ARS)
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
Mengirimkan data-data antara lain:
6 Peta yang menggambarkan batas-batas wilayah daratan dan perairan dilengkapi titik-titik koordinat geografis
7 Pembuatan, kaji ulang dan Pengesahan Penilaian (Port Facility Security Assesment - PFSA)
8 Pembuatan, kaji ulang dan Pengesahan Perencanaan (Port Facility Security Plan - PFSP)
Persyaratan dan Standar LPS:
9 Sistem Radar Vessel Traffic Service (VTS)
10 Sistem Closed Circuit Television (CCTV)
11 Sistem Automatic Identification System (AIS)
12 Sistem Very High Frequency (VHF) Communication
13 Electronic Navigation Chart (ENC)
14 VTS Data System
15 Media perekaman data dan gambar visual (Recording and player) unit
16 Saluran Telekomunikasi Umum
Standar Bangunan LPS:
17 Menara Antena
18 Ruang untuk instalasi sumber catu daya
19 Fasilitas pagar pengaman keliling
*) Akan diperoleh setelah ada verifikasi lapangan. Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 47 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.6
Persyaratan Pendaftaran SBNP Ke Dalam Daftar Suar Indonesia (DSI)
NO. PERSYARATAN PENDAFTARAN SBNP KE DALAM DAFTAR SUAR
INDONESIA (DSI) KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan (ARS)
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
6 Mengirimkan data-data spesifikasi teknis SBNP yang telah ditetapkan oleh Direktorat KeNavigasian – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
7 Berita Acara hasil verifikasi lapangan (bila diperlukan). *)
*) Akan diperoleh setelah ada verifikasi lapangan. Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 48 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.7
Persyaratan Pengurusan Pembuatan Peta Laut Indonesia
NO. PERSYARATAN PENGURUSAN PEMBUATAN PETA LAUT
INDONESIA KKKS
KETERANGAN Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan (ARS)
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
Mengirimkan data-data antara lain:
6 Titik koordinat fasilitas/Instalasi migas yang akan digambarkan di Peta Laut Indonesia
7 Laporan hasil survey yang telah dilakukan (post-survey) atas fasilitas / Instalasi migas yang akan digambarkan
Diperiksa oleh: [Nama KKKS]
LAMPIRAN PEDOMAN TATA KERJA
TENTANG
PROSEDUR PERIZINAN DAN SERTIFIKASI
KEGIATAN KEBANDARAN DAN KEMARITIMAN
Halaman 49 dari 49
Ditetapkan tanggal : 10 September 2015 Revisi ke: 01
Salinan dokumen elektronik ini sesuai dengan versi aslinya
Lampiran 4.8
Persyaratan Sertifikasi Pernyataan Pemenuhan Keamanan
Fasilitas Pelabuhan – ISPS Code
NO. PERSYARATAN SERTIFIKASI PERNYATAAN PEMENUHAN
KEAMANAN FASILITAS PELABUHAN – ISPS CODE
KKKS KETERANGAN
Ada Tidak
Administrasi :
1 Surat Permohonan (ARS)
2 Copy izin Usaha Pokok dari instansi terkait
3 Akta Pendirian Perusahaan
4 Nomor Pokok Wajib Pajak
5 SK Domisili Perusahaan
Teknis :
Mengirimkan data-data antara lain:
6 Pelaksanaan Penilaian (assesment) atas fasilitas Pelabuhan
7 Pembuatan, kaji ulang dan Pengesahan Penilaian (Port Facility Security Assesment - PFSA)
8 Pembuatan, kaji ulang dan Pengesahan Perencanaan (Port Facility Security Plan - PFSP)
9 Hasil verifikasi; *)
10 Laporan pelatihan (training)
11 Laporan praktek latihan (drill) setiap 3 (tiga) bulan
12 Laporan pelaksanaan latihan (exercise) setiap 18 (delapan belas) bulan
13 Laporan Internal Audit.
*) Akan diperoleh setelah ada verifikasi lapangan. Diperiksa oleh: [Nama KKKS]