50
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Disusun Guna Memenuhi Tugas Uji Kompetensi IV Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Dosen Pengampu : Dr. Roemintoyo, ST., M.Pd Disusun Oleh : MUH NUR UDIN K1511029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Sbm Konsul 2

Embed Size (px)

Citation preview

STRATEGI BELAJAR MENGAJARMODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Uji Kompetensi IV Mata Kuliah Strategi Belajar

Mengajar

Dosen Pengampu : Dr. Roemintoyo, ST., M.Pd

Disusun Oleh :

MUH NUR UDIN K1511029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003

dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”

Upaya pembaharuan pendidikan sebagaimana yang tertuang di dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, adalah reorientasi

pendidikan ke arah pendidikan berbasis kompetensi. Di dalam pembelajaran berbasis

kompetensi tersebut tersirat adanya nilai-nilai pembentukan manusia Indonesia

seutuhnya, sebagai pribadi yang integral, produktif, kreatif dan memiliki sikap

kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung

jawab. Indikator ini akan terwujud apabila diiringi dengan upaya peningkatan mutu

dan relevansi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pada berbagai jenjang

pendidikan.

Di kalangan umum, terutama siswa sekolah dasar, menengah dan perguruan

tinggi, belajar tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, belajar

dipandang sebagai musuh yang patut dijauhi, kini belajar adalah hal yang

menyenangkan dan nyaman tanpa perasaan cemas, takut, dan lelah dengan panduan

dari pembelajaran learning.

Model pembelajaran merupakan suatu pola/rencana yang dilakukan untuk

mengorganisir unsur-unsur (komponen-komponen) pembelajaran. Model

pembelajaran dalam penerapannya, secara umum bercirikan lima hal : sintaksis,

hubungan guru-murid (prinsip reaksi guru), system sosial, penunjang (sistem

pendukung), dan dampak instruksional (efek pengajaran / pengiring).

Proses belajar mestinya berjalan menyenangkan untuk anak-anak didik. Ini

adalah hal yang sesungguhnya sangat mendasar dari sebuah proses belajar. Quantum

Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa

dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara

mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu

gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan

dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya

setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan

mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.

Istilah Quantum, pada awalnya hanya digunakan oleh pakar fisika modern

menjelang abad 20, kemudian berkembang secara luas merambat ke bidang-bidang

kehidupan manusia lainnya. Dalam bidang pendidikan, muncul konsep belajar

Quantum yang berupaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat

individual maupun kelompok. Saat ini, mulai dirasakan bahwa kehidupan individu

dan organisasi, bisnis atau social, sedang menghadapi tantangan global, yakni

perubahan besar-besaran dalam music seluruh aspek, misal sekolah.

Sekolah pada dasarnya bukan untuk mencari skor tetapi sekolah itu belajar

untuk kehidupan, bahkan hidup itu sendiri. Kata sekolah berasal dari bahasa Yunani

kata skhole, scolae, atau schola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Pada

waktu senggang tersebut dulu para orang tua di Yunani menitipkan putra-putrinya

kepada orang yang dianggap pintar agar memperoleh pengetahuan dan pendidikan

tentang filsafat, alam dan sejenis itu lainnya.Sekolah pada waktu itu adalah suatu

kegiatan belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan karena mereka dapat

memperoleh berbagai hal yang ingin mereka ketahui.

Bila kita menengok kondisi saat ini, sekolah masih dianggap suatu aktifitas

yang mengasyikkan justru di luar jam pelajaran, tetapi bila di dalam kelas mereka

merasa terbebani.Hal ini tampak dari sorak sorai siswa bila mereka mendengar

pengumuman pulang pagi ada rapat guru.Wajah mereka berseri-seri seakan terbebas

dari belenggu yang menjerat lehernya.Sementara didalam music pendidikan

Indonesia guru itu adalah sentral.Bisa kita bayangkan konsekuensi bagi guru apabila

kondisi pembelajaran tetap seperti ini.

Seiring perkembangan jaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai

inovasi. Hal ini penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya

pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat fraksis. Diakui

atau tidak walau belum ada penelitian khusus tentang pembelajaran, banyak yang

merasa music pendidikan terutama proses belajar mengajar sangat membosankan.

Dalam setiap situasi selalu ada jalan keluar untuk sebuah solusi Mungkin

belajar yang menyenangkan dari Bobbi de Porter (penulis buku best seller Quantum

Learning dan Quantum Teaching) bisa dijadikan rujukan. Metode belajar ini diadopsi

dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune,

pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.

Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun

de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991,

yangmelibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil

mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80 persen, nilai

belajar 73 persen, dan memperbesar keyakinan diri 81 persen. Dalam makalah ini

akan dijelaskan lebih lanjut tentang model pembelajaran Quantum Learning yaitu

pengertian, prinsip-prinsip serta kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran

ini.

B. Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini, penulis memberikan batasan-batasan dalam pembahasan

mengenai metode Quantum Learning, yaitu mencangkup awal mula metode Quantum

Learning, perkembanganya, penerapanya serta hasil akhir dari penerapan model

pembelajaran Quantum Learning.

C. Rumusan Masalah

Dari pendahuluan dan pembatasan masalah maka penulis dapat merumuskan

masalah yang akan dikaji yaitu :

1. Bagaimana sejarah awal mula dan perkembangan model pembelajaran

Quantum Learning?

2. Bagaimana prinsip-prinsip yang ada dalam model pembelajaran

Quantum Learning?

3. Apa kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran Quantum

Learning?

D. Tujuan Penulisan

Bertitik tolak pada rumusan masalah  di atas, maka maksud dan tujuan

penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Memahami sejarah kemunculan metode Quantum Learning dalam

model pembelajaran.

2. Memahami prinsip-prinsip yang ada dalam model pembelajaran

Quantum Learning.

3. Memahami perbedaan antara Quantum Learning dan Quantum

Teaching.

4. Memahami kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran

Quantum Learning.

E. Manfaat Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut:

a. Secara teoritis

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap pengembangan model pembelajaran yang diterapkan di

sekolah-sekolah

2. Diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu pengetahuan

khususnya dibidang pengembangan model pembelajaran.

b. Secara Praktis

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat di jadikan salah satu

informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

dibidang strategi belajar dan mengajar.

2. Untuk membuka wawasan para pendidik mengenai model

pembelajaran yang ada dan dapat diterapkan dalam proses belajar

mengajar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum

Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan

serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan

bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning merupakan

orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan sekitar momen belajar atau

suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses

belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang

mempengaruhi kesuksesan siswa.

Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai

suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang

dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer

dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang

sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan

bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan

sifat jurnalisme). Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik

berkebangsaan Bulgaria.

Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).

Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar,

dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan

sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi

nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar,

yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni

pengajaran sugestif bermunculan.

Selanjutnya Porter dan kawan-kawan mendefinisikan Quantum Learning

sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka

mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia.

Dengan mengutip rumus klasik E=mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam

analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita

adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar

menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, Quantum Learning menggabungkan

sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan

metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar,

seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual,

auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar

berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning),

simulasi/permainan.

Beberapa hal yang penting dicatat dalam Quantum Learning adalah sebagai

berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan

bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh

Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang

memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global

Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-

7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan

bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana

faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi

yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam

belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat

pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap

keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan”.

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan

struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong

peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa,

musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi

motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-

kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih

tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).

Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”.

Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional),

misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang

bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil

dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan

holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan

nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan

kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola,

musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan

tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.”

Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya,

terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan

keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.

Dari proses inilah, Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-

langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar

aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi,

menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar

segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan

konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar,

mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar,

membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”

Dalam kaitan itu pula, antara lain, Quantum Learning mengonsep tentang

“menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan

kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif

merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik Quantum dikondisikan ke dalam

lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur

lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama

yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan

lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses

belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum Learning menekankan penataan cahaya,

musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam

menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan

orisinalitas Quantum Learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di

ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada

penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan

tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang

menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk

dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah.

Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya

konsentrasi siswa.

Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk

menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup

pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang

diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir

mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari

informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan

mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat

pengalaman membangun gudang penyimpanan pengetahuan pribadi.

Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-

peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan

terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak

mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa

kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam

dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka

diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman

mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa

dihargai” dari siswa.

Quantum Learning merupakan pengubahan belajar yang meriah dengan

segala nuansanya. Dan juga menyertakan segala kaitan,interakasi dan perbedaan yang

memaksimalkan momen belajar. Dengan demikian, Quantum Learning berfokus pada

hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan

kerangka untuk belajar.

Quantum Learning merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat

kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya. Quantum

berarti percepatan atau lompatan. Kerangka pemikiran yang dibangun oleh ciri

pembelajaran Quantum Learning ini adalah adanya sikap positif yang dibangun

dalam diri siswa, dengan meyakinkan siswa bahwa setiap manusia mempunyai

kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Ada yang beranggapan bahwa otak kita sama

dengan otak Einstein. Dengan mempercayai kekuatan pikiran, kita dapat mengetahui

dalil tentang otak, bahwa otak harus dilatih dan tidak masalah jika harus digunakan

secara terus menerus. Kita hanya tinggal memilih saja, ingin memanfaatkan organ

yang paling penting dalam hidup ini atau mengabaikannya sehingga menjadi tidak

berguna.

Dalam Quantum Learning guru sebagai pengajar tidak hanya memberikan

bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswa merasa

bersemangat dan timbul kepercayaan dirinya untuk belajar lebih giat dan dapat

melakukan hal-hal positif sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Cara

belajar yang diberikan kepada siswa pun harus menarik dan bervariasi, sehingga

siswa tidak merasa jenuh untuk menerima materi pelajaran.

Disamping itu, lingkungan belajar yang nyaman juga dapat membuat suasana

kelas menjadi kondusif. Siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan

mudah karena lebih mudah untuk fokus kepada penyampaian guru. Pembelajaran

pada Quantum Learning menuntut setiap siswa untuk bisa membaca secara cepat dan

membuat ringkasan berupa catatan terserah senyamannya cara mereka meringkasnya

bagaimana.

Saat kita belajar adalah saat yang harus dibangun sebagai sesuatu yang

menyenangkan. Maksudnya yaitu ada manfaat yang kita dapat dari hasil belajar.

Ketika kita merasa bahwa ada manfaat yang kita dapat dari belajar, maka dapat

dikatakan proses belajar yang telah kita jalani memperoleh keberhasilan. Bagaimana

proses belajar yang baik? Proses belajar yang baik harus dirasakan sebagai sesuatu

yang menyenangkan, oleh karena itu guru harus mencari cara terbaik untuk membuat

siswa merasa nyaman dan bersahabat ketika melakukan kegiatan belajar mengajar.

Ada beberapa fase belajar yang dominan dalam hidup kita yang menunjukan

masa-masa dimana belajar merupakan suatu kebutuhan dan paksaan bagi kita. Masa-

masa awal belajar dimulai pada umur satu tahun, fase dimana kita mau tidak mau

belajar untuk berjalan. Umur dua tahun yaitu fase belajar berkomunikasi karena

keinginan dalam diri untuk bisa berbicara dengan orang lain. Pada umur lima tahun,

kita sudah mulai tahu sekitar 90% kata-kata yang kita dengar dari orang lain. Enam

tahun, fase kita belajar membaca dan masa-masa penurunan semangat belajar adalah

ketika umur tujuh tahu, fase dimana kita mulai menganggap belajar sebagai sesuatu

yang menyebalkan dan menakutkan. Oleh sebab itu pada masa ini peran orangtua dan

guru sangat dibutuhkan.

Sebagai tambahan saja, dalam sehari diperkirakan seorang anak menerima

sekitar 460 komentar negatif dan hanya 75 komentar positif. Hal inilah yang

merupakan kesalahan dari orang-orang terdekat si anak, karena pujian dan motivasi

kurang diberikan kepada anak. Anak akan merasa down karena merasa kurangnya

dukungan dari orang sekitar. Padahal kalau kita telaah, setiap anak memiliki

kecerdasan yang berbagai macam beserta kelebihan dan kekurangannya.

Tidak ada salahnya untuk memberikan dukungan kepada anak. Karena rasa

percaya diri yang diperolehnya seorang anak dapat mengembangkan minat dan

bakatnya melalui kecerdasan yang dimilikinya. Macam-macam kecerdasan yang

dimaksud tadi diantaranya yaitu : kecerdasan linguistik (kecerdasan berbahasa),

logika-matematik, visual atau spasial (mampu mengaitan dan menghubungkan suatu

hal secara analiti), kinestetik (gerak sensor motorik), musikal, intrapersonal (mampu

mengendalikan emosi dan tahu jati dirinya), dan yang terakhir yaitu interpersonal

(bisa berkomunikasi dengan baik dan senang bersosialisasi dengan orang lain).

Otak manusia tumbuh karena adanya stimulus yang berasal dari sensor

motorik yang memberikan kontak dengan lingkungan. Selain itu juga adanya sensor

emosional-kognitif yang memberikan stimulus misalnya berupa bermain, meniru,

mendongeng dalam diri anak. Sedangkan setiap manusia akan mencapai tahap yang

lebih tinggi dalam tingkat kecerdasannya sesuai dengan perkembangan otak dan

keingintahuannya, yaitu tahap pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh para ahli selama bertahun-tahun dipercayai otak manusia terdiri dari

dua bagian yaitu otak kanan dan dan kiri yang mempunyai kemampuan berbeda-beda.

Pada otak kiri terdapat bermacam-macam kemampuan, yaitu kemampuan

untuk berpikir logis, sekuensial, linear, rasinal (beralasan), konvergen, dan vertikal.

Sedangkan otak kanan mempunyai kemampuan berpikir secara acak, tidak teratur

(fokus berpindah-pindah), mempunyai sifat yang intuitif artinya pemanfaatan fakta

yang ada dikembangkan menjadi lebih imajinatif, berpikir secara holistic atau

menyeluruh dan terkait, dan pemikirannya divergen dan lateral.

Pendayagunaan otak sangat berpengaruh terhadap tipe belajar yang

ditunjukkan oleh seorang anak. Hal itu dapat dilihat dari seberapa aktif dan pasif-kah

partisipasi seorang anak dalam menikmati kegiatan belajar yang dilakukannya.

Perbedaan yang mencolok diantara keduanya yaitu, pada tipe anak yang belajar aktif,

ia akan belajar apa saja dari setiap situasi yang ada, memanfaatkan apa yang

dipelajari sebagai keuntungan kita, selalu proaktif, dan bersandar pada kehidupan.

Sedangkan tipe paasif merupakan kebalikkan dari tipe aktif. Hal ini bisa dibilang

merupakan hal yang negatif, karena seorang anak tidak melihat kesempatan belajar

yang ada, selalu mengabaikan peluang berkembang dari apa yang dipelajarinya,

reaktif, dan menarik diri dari kehidupan.

Oleh sebab itu, ada baiknya mengenai betapa pentingnya manfaat belajar

harus disampaikan kepada peserta didik sehingga siswa tahu apa saja hal-hal positif

yang ia peroleh dari belajar. Dan juga agar siswa nantinya meningkatkan kemampuan

belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, sehingga akan timbul

pilihan hidup yang lebih banyak, maka akhirnya akan timbul rasa percaya diri yang

menjadi kekuatan pribadinya. Untuk menciptakan rasa percaya diri tersebut dapat

dilakukan dengan cara yang sangat mudah, yaitu setiap selesai atau berhasil

mengerjakan suatu tugas, kita bisa merayakannya. Karena perayaan memberikan

perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan motivasi untuk langkah

berikutnya.

Selain faktor internal tersebut, faktor eksternal sangat diperlukan guna

menunjang motivasi belajar seorang siswa. Dalam hal ini penataan ruang belajar

sangat berpengaruh kenyamanan belajar siswa. Penataan lingkungan belajar meliputi

perabotan, pencahayaan, musik, alat bantu visual, penempatan, temperature, tanaman,

kenyamanan yang diciptakan oleh siswa maupun guru, dan suasana hati yang timbul

dari semuanya itu. Kondisi belajar yang menyenangkan dapat juga dilakukan di

rumah. Misalnya belajar sambil mendengarkan musik. Keuntungan yang diperoleh

dari hal ini yaitu denyut nadi dan tekanan darah menjadi turun dan gelombang otak

menjadi lambat sehingga kita akan merasa tenang dan rileks.

Mudah saja menemukan gaya belajar yang kita miliki, karena cara belajar

yang kita miliki merupakan gabungan dari cara kita menyerap informasi, cara

mengatur informasi, dan cara mengolah informasi yang kita dapat. Jika belajar

dilakukan dengan bergantung pada kecerdasan anak, maka akan dapat

dikelompokkan modalitas belajar, diantaranya yaitu dengan cara melihat (visual),

dengan cara mendengar (auditorial), dan dengan cara melalui gerakan (kinestetik).

Atau ada cara belajar terbaru yang saat ini sudah diaplikasikan oleh berbagai

kalangan yaitu yang biasa kita kenal dengan sebutan mind-mapping (peta pikiran).

Banyak manfaat dari mind-mapping ini, salah satu diantaranya yaitu dapat

mempermudah dan meringkas materi yang banyak muatannya.

Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi De Porter, seorang

ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan

setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah

perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun

1982 De Porter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum

di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows,

Negara Bagian California, Amerika Serikat.

SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah

perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna

pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama

Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-

Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan

pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal

dasawarsa 1980-an. “Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian

terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SuperCamp”, jelas De

Porter dalam Quantum Teaching (2001: 4). “Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan

metode-metode Quantum Learning menemukan bentuknya”, ungkapnya dalam buku

Quantum Learning (1999:3).

Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama

dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para

remaja di rumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan

strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-

ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter

untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi mereka. “Mereka

telah melihat hal yang telah dilakukan Quantum Learning pada anak-anak mereka,

dan mereka ingin belajar untuk menerapkan teknik dan prinsip yang sama dalam

hidup dan karier mereka sendiri – perusahaan komputer, kantor pengacara, dan tentu

agen-agen realestat mereka. Demikian lingkaran ini terus bergulir”, papar DePorter

dalam Quantum Business (2001:27).

Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat dan

bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting),

lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas

(sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan

falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus

diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.

Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan,

dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan

dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning: Unleashing The

Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Dell

Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa

Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum

Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan).

Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki yaitu mitra kerja

DePorter yang mantan guru dan pengacara tersebut memaparkan pandangan-

pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk bangun pembelajaran

kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam

buku Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau

diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah).

Penerapan, pemraktikan, dan atau pengimplementasian pembelajaran kuantum

di lingkungan bisnis termuat dalam buku Quantum Business: Achieving Success

Through Quantum Learning yang terbit pertama kali pada tahun 1997 dan diterbitkan

oleh Dell Publishing, New York. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike

Hernacki ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Basyrah Nasution dan

diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 1999 dengan judul Quantum

Business: Membiasakan Berbisnis secara Etis dan Sehat. Sementara itu, penerapan,

pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan sekolah

(pengajaran) termuat dalam buku Quantum Teaching: Orchestrating Student Success

yang terbit pertama kali tahun 1999 dan diterbitkan oleh Penerbit Allyn and Bacon,

Boston.

Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mark Reardon dan Sarah Singer-

Nourie ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ary Nilandari dan

diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000 dengan judul Quantum

Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Dapat

dikatakan bahwa ketiga buku tersebut laris (best-seller) di pasar. Lebih-lebih

terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Terjemahan bahasa Indonesia buku Quantum

Learning dalam tempo tiga tahun sudah cetak ulang tiga belas kali; buku Quantum

Business sudah cetak ulang lima kali dalam tempo dua tahun; dan buku Quantum

Teaching sudah cetak ulang tiga kali dalam tempo satu tahun.

Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer dan menariknya

falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia dan bagi komunitas

masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikan pembelajaran kuantum makin

tampak kuat-tinggi ketika frekuensi penyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-

pelatihan, dan pengujicobaan pembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.

Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Quantum Learning

Tujuan Pembelajaran Quantum Learning:

1. Tumbuhnya emosi positif,

2. kekuatan otak

3. keberhasilan

4. kehormatan diri

Manfaat Pembelajaran Quantum Learning:

1. Sikap Positif

2. Motivasi

3. Belajar Aktif

4. Membangun dan Mempertahankan lingkungan positif

5. Kepercayaan diri

6. Sukses

Karakteristik Pembelajaran Quantum Learning

1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

2. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan),

menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku

pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) nsebagai konteks

pembelajaran.

3. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu

dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.

4. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran

proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

6. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting proses pembelajaran.

Prinsip-Prinsip Dalam Quantum Learning

Quantum Learning Model memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap.

Prinsip-prinsip ini dianggap sebagai chord dasar dari simfoni belajar seorang guru.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dan kertas

yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim

pesan tentang belajar.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang

akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling

baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka

memperoleh nama-nama untuk apa yang mereka pelajari.

d. Akui setiap usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari

kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah itu. Mereka patut

mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

e. jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaan hádala umpan balik

mengenai kemajuan dan meningkatkan assosiasi emosi positif dengan

belajar.

Konsep kunci dalam Quantum Learning dari berbagai teori dan strategi

belajar yang digunakan antara lain:

1. Teori otak kanan kiri

2. Teori otak triune (3 in 1)

3. Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)

4. Teori kecerdasan ganda

5. Pendidikan holistic (menyeluruh)

6. Belajar berdasarkan pengalaman

7. Belajar dengan simbol (metaphoric learning)

8. Simulasi / permainan

9. Peta Pikiran (mind mapping)

Unsur-unsur Quantum Learning Model

Quantum Learning Model hampir sama dengan sebuah simfoni. Unsur-unsur

dalam Quantum Learning Model terdapat dalam 2 kategori, yaitu konteks dan isi.

Guru sebagai konduktor dari siswa-siswa yang sedang belajar, harus mengubah

banyak bagian. Bagian konteks meliputi pengubahan suasana, landasan, lingkungan

da rancangan belajar. Sedangkan bagian isi meliputi pengubahan penyajian

informasi/materi, fasilitas, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup.

Prinsip suggestolog

Hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar:

yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang

mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana

belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan,

permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur

informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat

digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik

dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif

untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang

fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan

gaya belajar terbaik dari setiap orang.

Dalam pembelajaran Quantum Learning ada 4 ciri spesifik yang berguna

untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri

tersebut adalah:

1. Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui

2. Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan

3. Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri

4. Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan

Langkah – langkah Pembelajaran :

Tahap Persiapan

1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa dengan cara mengatur ruang kelas

agar berbeda dengan kelas biasa dengan menata kursi berbentuk huruf U

untuk memudahkan siswa melakukan kontak mata.

2. Menyiapkan musik yang lembut dipasang ketika siswa memasuki kelas.

3. Menciptakan kalimat sugestif positif untuk diberikan kepada siswa.

Tahap Pelaksanaan

1. Presentasi materi

2. Menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai bahan pengantar.

3. Adanya interaksi dan umpan balik antara siswa dan guru.

4. Siswa mencatat materi pelajaran.

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif.

6. Guru dan siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

Tahap Evaluasi

1. Siswa diberi latihan soal.

2. Guru memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa.

3. Tidak menyalahkan kesalahan kepada siswa.

4. Mengadakan penelitian melalui tes lisan dan tertulis.

Kelebihan Dan Kelemahan` Quantum Learning

1. Kelebihan.

Pembelajaran kuantum menekankan perkembangan akademis dan

keterampilan. Dari sebuah pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning Forum di

Supercamp yang mempraktekkan pembelajaran kuantum ternyata murid-muridnya

mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga

pada diri mereka sendiri. Dalam pendekatan pembelajaran kuantum, pendidik mampu

menyatu dan membaur pada dunia peserta didik sehingga pendidik bisa lebih

memahami peserta didik dan ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk

mewujudkan metode yang lebih efektif yaitu metode belajar-mengajar yang lebih

menyenangkan.

Model pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena ketika

belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena musik

akan bisa meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan

diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan materi yang

disampaikan lebih mudah diterima.

Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar

yang paling baik yaitu terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum

mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari sehingga siswa berada

pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi sedikit keluar dari zona nyaman

untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri.

Pada pembelajaran kuantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa.

Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan

belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah dan alami.

Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa.

Quantum Learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan antara

berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang

menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara

langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode Quantum Learning dengan

teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk

meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang

terdapat dalam diri siswa.

2. Kelemahan

a. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.

b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup

matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

c. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan

kondisi serta waktu yang lebih banyak.

Paradigma Belajar Model Quantum Learning

Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini

paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :

a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling

berfungsi sebagai fasilitator

b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam

suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu

formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar

atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relaks.

c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan

berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu

merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan

terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh

fasilitator.

d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam

bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi

langsung.

e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam

bentuk simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna

bila lebih banyak disajikan dalarn bentuk gambar, diagram, flow atau

simbol.

f. Kunci menuju kesuksesan model Quantum Learning adalah latar

belakang (background) musik klasik atau instrumental yang telah terbukti

memberikan pengaruh positip dalarn proses pembelajaran. Musik klasik

dari Mozart, bach, Bethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan

kemampuan mengingat, mengurangi stress, meredakan ketegangan,

meingkatkan energi dan membesarkan daya ingat. Musik menjadikan

orang lebih cerdas (Jeannete Vos)

g. Penggunaan Warna dalam model Quantum Learning dapat meningkatkan

daya tangkap dan ingat sebanyak 78%

h. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas

materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu

membuat belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa)

i. Sistim penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran

adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian

trainer atau atasan (Jeannette Vos)

j. Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk

berprestasi namun umpan balik negative akan membuat anak menjadi

frustasi. Ini berdasar hasil riset pakar masalah kepercayaan diri, Jack

Carfiled pada tahun 1982. 100 anak ditunjuk oleh periset selam sehari.

Hasilnya, bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negative

dan hanya 75 komentar positif.

B. Implementasi Quantum Learning di Sekolah

Pada akhirnya tentang pembahasan Quantum Learning, tidak hanya dengan

referensi kontekstual pada buku namun juga di perlukan sumber lain yang lebih bisa

di gunakan untuk menggambarkan Quantum Learning ini dari sudut pelakunya

sendiri, bisa digunakan pelaku dari peserta didik ataupun dari tenaga pendidik.

Pengambilan sumber dari sudut itu tentu akan membantu dalam pengembangan

pengetahuan mengenai Quantum Learning. Untuk itulah isi dari subbab ini akan

mencoba menggambarkan implementasi Quantum Learning di sekolah, di ambil lah

satu tenaga pendidik dari SMA N 1 Kartasura sebagai sumber.

Seorang guru tentu mengetahui bagaimana cara membawa kelas kedalam

suasana yang efektif dan efisien untuk proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan

apa yang seharusnya terjadi dalam Quantum Learning. Seorang guru dibekali dengan

banyak kegiatan yang didalamnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita tarik kesimpulan dari rangkaian kata di atas bahwa pembelajaran

Quantum merupakan sebuah falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang

dapat diterapkan baik di dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan

perusahanan, maupun di dalam lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual,

falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum membawa angin segar bagi dunia

pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-

pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah dan metodologi

pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme

Cartesiannya).

Meskipun demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan

metodologi pembelajaran Quantum ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut.

Lebih-lebih kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan

rumah, lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah

Khusus penerapannya di lingkungan sekolah menuntut perubahan pola

berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan struktur

organisasi sekolah dan struktur pembelajaran.Jika perubahan-perubahan tersebut

dapat dilakukan niscaya pembelajaran Quantum dapat dilaksanakan dengan hasil

yang optimal.

Penerapan model Quantum Learning ini telah memberikan hasil-hasil sebagai

berikut 68% meningkatkan motivasi, 73% meningkatkan nilai, 81% meningkatkan

rasa percaya diri, 84% meningkatkan harga diri dan 98% melanjutkan penggunaan

keterampilan. (DePorter, 2002). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model

Quantum Learning terbukti sangat berhasil dan harus dipertimbangkan sebagai salah

satu model pembelajaran yang perlu untuk diterapkan.

B. Saran

Dalam penerapan metode Quantum Learning, selain murid yang dituntut

untuk lebih maju, guru juga harus mempunyai inovasi-inovasi dalam penerapan

model pembelajaran Quantum Learning. Guru sebagai pendidik harus lebih kreatif

dari murid agar kegiatan belajar mengajar dapat menjadi suatu kegiatan pembelajaran

yang menyenangkan.

Dalam penerapan metode Quantum Learning, guru juga harus

mempertimbangkan aspek-aspek penting seperti sumber belajar, alat belajar, situasi

dan kondisi serta waktu yang lebih banyak. Selain itu juga harus memperhatikan

aspek kesiapan dari perancangan materi dalam model pembelajaran Quantum

Learning agar ketika disampaikan kepada siswa dapat terserap secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Fakhruddin, A. 2011.Terapan Quantum Learning Untuk Keluarga.

Jogjakarta:Laksana

Grafura, L. 2007. “Pembelajaran Kuantum Sebagai Model Pembelajaran

Yang Menyenangkan.”http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/11/pembela

jaran-kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/

Suradji. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta:UNS Press

Uno,H.2008. Model Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara.