Upload
ari-vilologus-sugiarto
View
63
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PRESENTASI KASUS
SKABIES
Presentan :
Reni.Lesmanasari 110.2000.212
Winda.Dwi Lestari 110.2002.285
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO
JAKARTA
1
2010
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
usia : 63 th.
jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Komplek kopasus cimanggis blok AE 27 Sukatani
Pekerjaan : Purnawirawan TNI
Suku : Jawa
II. ANAMNESIS
Autoanamesa : Tanggal 5 April 2010
Keluhan Utama : Gatal di perut bagian bawah, sela jari tangan dan bokong
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak dua bulan yang lalu pasien mengeluh gatal di bagian perut bawah, sela jari
tangan dan bokong, keluhan tersebut dirasakan terus menerus terutama pada saat pasien
berkeringat dan lebih gatal dirasakan pada malam hari. Pasien mengaku mulanya keluhan
ini timbul bentol- bentol kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan menjalar ke bagian
tangan, perut, bokong dan hampir mengenai seluruh tubuh.Pasien mengatakan sudah
berobat ke puskesmas di beri obat salep dan bedak (pasien lupa nama obatnya)Tapi
keluhan tersebut masih tetap ada. Pasien mengatakan penyakit ini tertular dari istrinya
dan selalu memakai handuk yang bersamaan. Kemudian pasien mengatakan mandi hanya
satu kali dalan sehari dan pakaian setelah dicuci tidak disetrika.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Istri menderita penyakit yang sama
III. Pemeriksaan Fisik:
A.Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmhg
N : 100 x/ menit, regular isi penuh
R : 20 x/menit
S : 37 o C.
Kepala : normochepal
Mata : conjungtiva tidak anemis, skera tidak ikterik.
Telinga : bentuk normal, serumen -/-
Hidung : septum deviasi (-), secret (-), darah (-)
Tenggorokan : faring tidak hipremis
Leher : kelenjar tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah
bening tidak teraba membesar, JVP : 5±2 cm H2O.
Thoraks
Paru Inspeksi : simetris, statis dan dinamis kanan=kiri
Palpasi : vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler, rhonkhi -/-, wheezing -/-
3
Jantung inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, thrill tidak
teraba.
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II linea parasternal
dextra
Batas kanan bawah : ICS IV linea
parasterna dextra
Batas kiri atas: ICS II linea parasternal
sinistra
Batas kiri bawah : ICS V midclavikula
sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen inspeksi : datar
Palpasi : supel, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, ballottement (-) defans muskuler
(-), nyeri epigastrium (-), turgor kulit cukup
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Ekstrimitas : akral hangat, oedema -/-, tremor + pada
kedua pergelangan tangan
IV. STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : Regio Abdomen,regio gluteus,regio interdigitalis 2dan 3
Regio Abdomen : Tampak papul-papul milier eritema, hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi
dan skuama
Regio Gluteus : Tampak papul-papul miler eritema,hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi
dan skuama
4
Regio Interdigitalis : Tampak erosi, ekskoriasi, erosi dan skuama
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
KOH 10 % hasilnya Tidak ditemukan tungau di tempat lesi
VI. RESUME
Pasien laki laki umur 63 tahun, dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak
dua bulan, keluhan gatal terutama saat berkeringat dan pada malam hari. Keluhan ini
disertai bentol bentol kecil pada sela jari tangan, perut bagian bawah dan bokong. Pasien
mengaku tertular penyakit dari istrinya dan memakai handuk bersamaan dengan istrinya.
Pada pemeriksaan status generalis tidak ditemukan adanya kelainan sedangkan
pada pemeriksaan dermatologi ditemukan:
Regio Abdomen : Tampak papul-papul milier eritema, hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi
dan skuama
Regio Gluteus : Tampak papul-papul miler eritema,hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi
dan skuama
Regio Interdigitalis 2,3: Tampak erosi, ekskoriasi, erosi dan skuama
Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10% → tidak ditemukan tungau
REGIOGLUTEUS
5
REGIO ABDOMEN
VII. DIAGNOSIS:
Skabies
VII. DIAGNOSIS BANDING
Pedikulosis korporis
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Dengan membuat biopsi irisan.
2. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
IX. PENATALAKSANAAN :
Non medika mentosa :
- Menjaga kebersihan badan
- Hindari kontak dan memakai barang bersamaan dengan penderita
- Obati penyakit sampai sembuh
6
Medika mentosa
- Sistemik : Anti histamin : Lortadin Tablet 10 mg 0-0-1
- Topikal : Permetrin 5% : Scabimet cream
X. PROGNOSIS :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam,
Quo ad sanationam : Bonam
7
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus
skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat
dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus
skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi
rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau
cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak
langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk
istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika
hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang
akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
1. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas selurauh
Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan
ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM
pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh
kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %
(Djuanda A, Hamzah M,2008)
II. Definisi.
8
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2001).
III. Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang
sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi
pada anak-anak serta remaja.
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat
Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).
IV. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei
yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
9
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,
yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan
4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8 – 12 hari.(Handoko, R, 2001).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan
dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi
parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan
mati setelah kopulasi. ( Handoko, R, 2001).
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari.
Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang
dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.
V. Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.(Handoko, R,
2001).
Cara Penularan.
10
Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang
paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat
tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual
antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat
ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila
banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila
tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat
keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya
pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan
menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama
di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan
pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di
Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak
langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara
bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus
pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan
pengobatan skabisid (Djuanda A,2008)
VI. Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
11
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
VII. Klasifikasi.( Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga
sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito
sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.
3. Skabies nodular
12
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat
didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai
reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu
tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia
yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya
terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini
bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak
dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi
bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
13
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
VIII. Pembantu Diagnosis.
Cara menemukan tungau (Handoko, R, 2001):
Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel
dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya.
Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis
dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
IX. Diagnosis.
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar
1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula
atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat
ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah,
genitalia eksterna pria.Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali
pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh
permukaan kulit.
14
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif.
4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita
gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh
temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
X. Diferensial Diagnosis.
Diagnosis bandingnya adalah
1. Prurigo, biasanya berupa papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.
2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler.
3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.
4.Pedikulosis Korporis,terdapat bekas garukan akibat gatal karena adanya kutu
XI. Terapi.
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya.
Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya
dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.
Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
(http://www.medinfo.co.uk/condition/scabies.html).
2. Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan
beberapa hari kemudian.
15
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).
4. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam
konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3
malam.
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 – 3 bagian dari
air dan digunakan selam 2 – 3 hari.
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6
tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.(Handoko, R, 2001).
7. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek
sebagai antiskabies dan antigatal.(Handoko, R, 2001).
XII. Prognosis.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis
yang baik.
16
KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.
Penularannya dengan 2 cara kontak langsung dan kontak tak langsung.
Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang
manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Ujud kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi,
ekskoriasi, krusta dan lain-lain.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi V,
Jakarta FK UI 2008.
2. Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,
ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
3. Anonim.2007Skabies(kulitgatal biknsebel).http://www.cakmoki86.wordpress.com
4. Anonim. 2008. Skabies. http://www.medlinuk.blogspot.com
5. Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. (http://www.medinfo.co.uk/condition/scabies.html).
7. Handoko,Ronny P.2008.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.ED: V FKUI
18