26
PRESENTASI KASUS SKABIES Presentan : Reni.Lesmanasari 110.2000.212 Winda.Dwi Lestari 110.2002.285 1

Scabies

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Scabies

PRESENTASI KASUS

SKABIES

Presentan :

Reni.Lesmanasari 110.2000.212

Winda.Dwi Lestari 110.2002.285

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTO

JAKARTA

1

Page 2: Scabies

2010

STATUS PEMERIKSAAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

usia : 63 th.

jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Komplek kopasus cimanggis blok AE 27 Sukatani

Pekerjaan : Purnawirawan TNI

Suku : Jawa

II. ANAMNESIS

Autoanamesa : Tanggal 5 April 2010

Keluhan Utama : Gatal di perut bagian bawah, sela jari tangan dan bokong

Riwayat penyakit sekarang :

Sejak dua bulan yang lalu pasien mengeluh gatal di bagian perut bawah, sela jari

tangan dan bokong, keluhan tersebut dirasakan terus menerus terutama pada saat pasien

berkeringat dan lebih gatal dirasakan pada malam hari. Pasien mengaku mulanya keluhan

ini timbul bentol- bentol kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan menjalar ke bagian

tangan, perut, bokong dan hampir mengenai seluruh tubuh.Pasien mengatakan sudah

berobat ke puskesmas di beri obat salep dan bedak (pasien lupa nama obatnya)Tapi

keluhan tersebut masih tetap ada. Pasien mengatakan penyakit ini tertular dari istrinya

dan selalu memakai handuk yang bersamaan. Kemudian pasien mengatakan mandi hanya

satu kali dalan sehari dan pakaian setelah dicuci tidak disetrika.

2

Page 3: Scabies

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

Istri menderita penyakit yang sama

III. Pemeriksaan Fisik:

A.Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmhg

N : 100 x/ menit, regular isi penuh

R : 20 x/menit

S : 37 o C.

Kepala : normochepal

Mata : conjungtiva tidak anemis, skera tidak ikterik.

Telinga : bentuk normal, serumen -/-

Hidung : septum deviasi (-), secret (-), darah (-)

Tenggorokan : faring tidak hipremis

Leher : kelenjar tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah

bening tidak teraba membesar, JVP : 5±2 cm H2O.

Thoraks

Paru Inspeksi : simetris, statis dan dinamis kanan=kiri

Palpasi : vokal fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : SD vesikuler, rhonkhi -/-, wheezing -/-

3

Page 4: Scabies

Jantung inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, thrill tidak

teraba.

Perkusi : Batas kanan atas : ICS II linea parasternal

dextra

Batas kanan bawah : ICS IV linea

parasterna dextra

Batas kiri atas: ICS II linea parasternal

sinistra

Batas kiri bawah : ICS V midclavikula

sinistra

Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen inspeksi : datar

Palpasi : supel, hepar tidak teraba, lien tidak

teraba, ballottement (-) defans muskuler

(-), nyeri epigastrium (-), turgor kulit cukup

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal.

Ekstrimitas : akral hangat, oedema -/-, tremor + pada

kedua pergelangan tangan

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : Regio Abdomen,regio gluteus,regio interdigitalis 2dan 3

Regio Abdomen : Tampak papul-papul milier eritema, hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi

dan skuama

Regio Gluteus : Tampak papul-papul miler eritema,hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi

dan skuama

4

Page 5: Scabies

Regio Interdigitalis : Tampak erosi, ekskoriasi, erosi dan skuama

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

KOH 10 % hasilnya Tidak ditemukan tungau di tempat lesi

VI. RESUME

Pasien laki laki umur 63 tahun, dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak

dua bulan, keluhan gatal terutama saat berkeringat dan pada malam hari. Keluhan ini

disertai bentol bentol kecil pada sela jari tangan, perut bagian bawah dan bokong. Pasien

mengaku tertular penyakit dari istrinya dan memakai handuk bersamaan dengan istrinya.

Pada pemeriksaan status generalis tidak ditemukan adanya kelainan sedangkan

pada pemeriksaan dermatologi ditemukan:

Regio Abdomen : Tampak papul-papul milier eritema, hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi

dan skuama

Regio Gluteus : Tampak papul-papul miler eritema,hiperpigmentasi,erosi,ekskoriasi

dan skuama

Regio Interdigitalis 2,3: Tampak erosi, ekskoriasi, erosi dan skuama

Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10% → tidak ditemukan tungau

REGIOGLUTEUS

5

Page 6: Scabies

REGIO ABDOMEN

VII. DIAGNOSIS:

Skabies

VII. DIAGNOSIS BANDING

Pedikulosis korporis

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Dengan membuat biopsi irisan.

2. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

IX. PENATALAKSANAAN :

Non medika mentosa :

- Menjaga kebersihan badan

- Hindari kontak dan memakai barang bersamaan dengan penderita

- Obati penyakit sampai sembuh

6

Page 7: Scabies

Medika mentosa

- Sistemik : Anti histamin : Lortadin Tablet 10 mg 0-0-1

- Topikal : Permetrin 5% : Scabimet cream

X. PROGNOSIS :

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam,

Quo ad sanationam : Bonam

7

Page 8: Scabies

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus

skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat

dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat

mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus

skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi

rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau

cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak

langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk

istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika

hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang

akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.

1. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas selurauh

Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan

ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM

pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh

kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %

(Djuanda A, Hamzah M,2008)

II. Definisi.

8

Page 9: Scabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes

scabiei varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2001).

III. Epidemiologi.

Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang

sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi

pada anak-anak serta remaja.

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang

menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang

buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan

dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat

Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).

IV. Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili

Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei

yang lainnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian

perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang

betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,

yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2

pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina

berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan

rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

9

Page 10: Scabies

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,

yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh

yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,

dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari

sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan

lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan

4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8 – 12 hari.(Handoko, R, 2001).

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan

dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi

parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan

mati setelah kopulasi. ( Handoko, R, 2001).

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari.

Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang

dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

V. Patogenesis.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita

sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit

yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan

oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan

setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,

vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi

sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.(Handoko, R,

2001).

Cara Penularan.

10

Page 11: Scabies

Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang

paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat

tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual

antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat

ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila

banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila

tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat

keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya

pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air

bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan

menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.

Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama

di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan

pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di

Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak

langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara

bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus

pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan

pengobatan skabisid (Djuanda A,2008)

VI. Gejala Klinis.

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga

biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah

perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan

diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota

11

Page 12: Scabies

keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan

gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya

menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,

pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.

Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

VII. Klasifikasi.( Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat

menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga

sangat sukar ditemukan.

2. Skabies incognito.

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda

klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito

sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip

penyakit lain.

3. Skabies nodular

12

Page 13: Scabies

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat

didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai

reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan

tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu

tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia

yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya

terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,

perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini

bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak

dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia.

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama

generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang

berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.

Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi

bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).

Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal

membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak

tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga

terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).

13

Page 14: Scabies

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat

menderita skabies yang lesinya terbatas.

VIII. Pembantu Diagnosis.

Cara menemukan tungau (Handoko, R, 2001):

Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel

dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop

cahaya.

Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat

dengan kaca pembesar.

Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis

dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.

Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

IX. Diagnosis.

Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar

1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,

panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula

atau pustula.

2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat

ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah,

genitalia eksterna pria.Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali

pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh

permukaan kulit.

14

Page 15: Scabies

3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif.

4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita

gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh

temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.

X. Diferensial Diagnosis.

Diagnosis bandingnya adalah

1. Prurigo, biasanya berupa papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.

2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler.

3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.

4.Pedikulosis Korporis,terdapat bekas garukan akibat gatal karena adanya kutu

XI. Terapi.

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya.

Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:

1. Permetrin.

Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya

dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.

Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih

(http://www.medinfo.co.uk/condition/scabies.html).

2. Malation.

Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan

beberapa hari kemudian.

15

Page 16: Scabies

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi

dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).

4. Sulfur.

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam

konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3

malam.

5. Monosulfiran.

Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 – 3 bagian dari

air dan digunakan selam 2 – 3 hari.

6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).

Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6

tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali,

kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.(Handoko, R, 2001).

7. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek

sebagai antiskabies dan antigatal.(Handoko, R, 2001).

XII. Prognosis.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan

menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis

yang baik.

16

Page 17: Scabies

KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.

Penularannya dengan 2 cara kontak langsung dan kontak tak langsung.

Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang

manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat

predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.

Ujud kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi,

ekskoriasi, krusta dan lain-lain.

17

Page 18: Scabies

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi V,

Jakarta FK UI 2008.

2. Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,

ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

3. Anonim.2007Skabies(kulitgatal biknsebel).http://www.cakmoki86.wordpress.com

4. Anonim. 2008. Skabies. http://www.medlinuk.blogspot.com

5. Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

6. (http://www.medinfo.co.uk/condition/scabies.html).

7. Handoko,Ronny P.2008.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.ED: V FKUI

18