Upload
mentariae
View
39
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qw
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Skabies pada manusia adalah penyakit yang sangat menular yang
disebabkan olehtungu Sarcoptes Scabiei var. Hominis. Tungau ini adalah parasit
obligat untuk manusia. Skabies tidak hanya menular dengan penyakit seksual
semata-mata, tetapi mempunyai banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
seperti “personal hygiene” yang jelek dan sebagainya.
Secara epidemiologik, distribusi skabies adalah pada seluruh negara dan
beberapa daerah seperti Kepulauan Carribean merupakan endemik dengan hampir
kesemuanya mengalami penyakit ini. Pada masa lalu, skabies muncul dalam suatu
siklus yang dikenal sebagai gatal tujuh tahun, tapi ini tidak lagi terjadi. Dalam
1
beberapa tahun terakhir, epidemik lebih pada panti jompo, panti asuhan dan
beberapa tempat yang mungkin mengalami kesesakan.
Menurut Departemen Kesehatan RI pravalensi skabies di puskesmas
seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6% - 12,95% dan skabies menduduki
ururtan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian kulit dan kelamin
FKUI/RSCM pada tahun1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan
5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 pravalensi adalah 6%
dan 3,9% (Sungkar, 1995).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Skabies?
2. Bagaimana etiologi Skabies?
3. Bagaimana patofisiologi dari Skabies?
4. Apa manifestasi klinis dari Skabies?
5. Apa komplikasi dari Skabies?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Skabies?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Skabies?
8. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Skabies?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
melengkapi tugas Sistem Integumen berkenaan dengan penyakit
Kulit karena Parasit (Skabies)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan gambaran tentang konsep penyakit scabies
2. Menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada klien
dengan scabies
3. Menjelaskan tentang pembuatan diagnosa berdasarkan
pengkajian
2
4. Menjelaskan tentang pembuatan rencana keperawatan
berdasarkan teorii keperawatan
1.4 Manfaat
1. Mengetahui penyebab dan proses perjalanan penyakit Skabies.
2. Memahami parameter pengkajian yang tepat untuk menentukan status
kesehatan.
3. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Skabies
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yaang disebabkan oleh infestisasi (bersifat
menular) dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the icth, gudig, budukan, dan
gatal agogo (Handoko, 2007).
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau
infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host
normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber
hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan
4
oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Artrhopoda,
kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes. Pada manusia oleh
Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada
kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, sedangkan pada biri-biri oleh
Sarcoptes Scabiei Var. Ovis (Sacharin, 2001).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekatan) terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya
(Adhi, 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebab Scabies adalah Sarcoptes Scabiei (Isa, Soedjajadi, Hari, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa scabies
adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasai dan sensitisasi
terhadap tungau (mite) Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama the icth, gudik, atau gatalagogo. Penyakit scabies ini merupakan
penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes Scabiei tersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum membentuk kanal atau terowongan lurus atau
berbelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 cm.
2.2 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabiei Var.
Hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transulen, berwarna
putih kotor, dan tidak bermata. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah
dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3
hari dan pada suhu kamar 21oC dengan kelembaban relatif 40-80%.
5
Cara penularan (transmisi):
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Masa inkubasiskabies berariaasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Skabies menunjukkan snsitisasi
dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas
kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal
timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.
2.3 Patofisiolgi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kelainan ni
timbul pada pergelangan tangan. Gata yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2001).
Sarcoptes scabiei var hominis adalah suatu tungau dengan pangjang kira-
kira 0,5mm, yang menyebabkan skabies pada manusia. Tungau betina menggali di
6
bawah kulit dan menghasilkan telur dan skibala. Reaksi hipersensitivitas lambat
tipe IV terjadi setelahsekitar 1 bulan pada pasien yang tidak tersensitisasi atau
dalam beberapa jam pada pasien yang tersensitisasi. Hal ini menyebabkan pruritus
berat yang khas untuk infeksi skabies (Greenberg, 2007).
2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk scabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain:
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau
tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan
mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang
gatal.Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila.Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies.Pada nodus yang berumur lebih
dari satu bulan tungau jarang ditemukan.Nodus mungkin dapat menetap
selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini
berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya
yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa inkubasi lebih pendek dan
7
transmisi lebih mudah.Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).Skabies Norwegia
terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan.Pada bayi, lesi di muka (Harahap, 2000).
7. Skaabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
(Harahap.M, 2000).
2.5 Manifestsi klinis
1. Ruam yang sangat gatal
2. Pruritus dapat lebih berat pada malam hari dan dapat mengenai
bagian tubuh manapun, tapi paling sering area interdigital, aksila,
area genital, bokong, dan payudara (Greenberg, 2007).
3. Biasanya terdapat lesi papular dengan tanda garukan ang terdistribusi
simetris , sering kali pada jari-jari, pergelangan tangan, dan bokong,
sekitar pinggang, dan genetalia. Dapat terbentuk vesikel atau pustul
atau dapat menjadi eksematosa.
8
4. Lesi yang khas adalah terowongan suat garis tipis gelap yang
berakhir dengan lepuhan berbentuk kepala jarum pentul (yang
mengandung tungau).
5. Gatal biasanya pada malam hari (Mandal, 2008).
6. Menemukan tungau dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan terasa gatal. Kerokan yanng dilakukan agak
dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
Gejala singkat : perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tamabahan: penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada malah hari. Kelainan
kulit mula-mula berupa papula, vesikel. Akibat garukan timbul infeksi sekunder
sehingga terjadi pustula.
- Lokasi : sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak sekitar pusat,
paha bagian dalam, genetalia pria, dan bokong. Pada bayi: kepala,
telapak tangan dan kaki.
- Efloresensi/sifat-sifat: papula dan vesikel sampai letikular disertai
ekskoriasi (scratch mark). Jika terjadi infeksi sekunder tempat
pustula lentikular. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus)
miliar, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang
kira2 1 cm, berwarna putih abu-abu . akhir/ujung kanulikuli adalah
tempat persembunyian dan bertelur sarcoptes scabie betina. Tungau
betina bertelur 3-5 telur/hari. Sesah 3-4 hari, telur menetas menjadi
larva, dalam 3-5 hari menjadi nimfa, selanjutnya menjadi tungau
dewasa. Tungau jantan dewasa mati diatas permukaan kulit sesudah
mengadakankopulasi, sedang yang betina membuat terowongan
baru, bertelur dan mati sesudah 2-3 minggu. (prof.Dr.R.S. Siregar,
2004).
9
2.6 Pathway
10
Sarcoptes Scabiei Var. Hominis
Reservoir sarcoptes ↑
Sanitasi Buruk
Kontak langsung dan tidak langsung
Lingkungan yang padat Kebersihan diri kurang
Keadaan lembab dan panas
Vesikel dan Ekskoriasi
SCABIES
Tempat yang baik untuk sarcoptes bertelur pada stratum corneum
Penyebaran telur sarcoptes pada orang sehat
Pengeluaran Reseptor
Reaksi Peradangan
Terbentuknya Terowongan
Akumulasi Sekret
Melakukan Garukan pada
kulit
Penderita Mengalami
Peningkatan pembentukan
Ekskret S.skabies di
kulit
Resiko masuknya
Rusaknya pertahanan
Kerusakan lapisan kulit
Papul Pecah
2.7 Pemeriksaan penunjang
Dicurigai skabies dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti
dibawah ini:
- Membuka lubang galian atau lesi kulit lainnya dengan pisau skalpel
nomor 15, isinya ditempelkan diatas kaca objek dan berikan setetes
minyak. Diagnosis dikonfirmasi dengan identifikasi tungau, telur,
atau feses pada pemeriksaan mikroskopik. (Greenberg, 2007)
(prof.Dr.R.S. Siregar, 2004) Mancari sarcoptes scabiei dewasa, larva,
telur atau skibala dari dalam terowongan dewasa.Prurigo : biasanya berupa
papula-papula yang gatal; predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.
1. Gigitan seranggan : biasanya jenis timbul sesudah gigitan,
eflorensinya urtikaria papular.
2. Folikulitis : nyeri, efloresensi berupa pustula miliaran dikelilingi
daerah eitema.
2.8 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
skabies dapat menmbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep
sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan
terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenboat juga
dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,
terutama disekitar genetalia pria. Gemma benzena heksakloridasudah diketahui
menyebabkan dermatitis irirtan bila digunakan secara berlebihan.
Menurut (Greenberg, 2007) Komplikasi terbatas pada infeksi sekunder
dan pada pasien dengan gangguan imun:
1. Bentuk generalisata skabies berkrusta
11
2. Hiperkeratosis dan ruam eritematosa pada wajah, tubuh, dan
ekstremitas.
3. Pruritus berlangsung selama beberapa bulan setelah pengobatan
infeksi berhasil.
Skabies norwegia atau berkrusta: pada superinfestasi, lesi psoriasiform
berkrusta timbul secara luas ditubuh; rasa gatal dan teroeongan biasanya tidak
ada. Impetigo akibat infeksi sekunder dengan S.pyogenes biasa terjadi di daerah
tropis (Mandal, 2008).
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihanuntuk
membasmi skanbies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tisur, handuk tidak boleh dipakai
bersama.
Syarat obat yanga ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh, dan harganya murah.
Jenis obat topical:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam benntuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam
minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah
pemakaiantidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhada
stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan
iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikansetiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim
atau lotion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanita hamil
12
karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali
dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi semnggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau lotion mempnyai dua efeksebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut,
danuretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60% pasien.
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah
24jam pemkaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efekttif dan aman
karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat garukan.
Manajemen keperawatan pada pasien skabies, yaitu:
1. Sarankan pada pasienuntuk menjaga personal hygienenya,
meningkatkan kebersihan lingkungan, menyarankan untuk tidak
sering menggaruk area yang gatal.
2. Diskusikan pada pasien untuk menghindari orang-orang yang
terinfeksi skabies, dan sebaiknya menghindari tempat yang
padat/berdesakan.
3. Beritahu pasien untuk perlu mencuci dan mengeringkan semua
pakaian dan sprei dan semua alat-alat tidur untuk mencegah
reinfeksi.
4. Orang yang serumah dan orang yang kontak secara seksual dengan
skabies sebaiknya diobati untuk mencegah reinfeksi. (Greenberg,
2007)
5. Instruksikan pada pasien untuk tidak memakai pakaian atau handuk
bersama-sama orang lain.
6. Beritahu pasien bahwa skabies tidak tertutup kemungkinan untuk
muncul lagi apabila pasien tidak menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya.
13
7. Ajarkan pada pasien cara-cara untuk mengghindari skabies.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas
Nama, umur (baanyak menyerang anak-anak, walaupun orang
dewasa dapat pula terkena, selain itu dikaji juga usia anak karena
semakin muda, system imunnya rendah sehingga mudah sekai untuk
masuknya Sarcoptes Scabiei, S. Scabiei senang dengan kulit yang tiis
seerti pada kulit anak), jenis kelamin (frekuensi yang sama pria dan
wanita untuk dewasa, sedangkan pada anak-anak, biasanya banyak
terjadi pada anak laki-laki karena aktivitas anak laki-laki lebih
banyak dibanading anak perempuan dan hygiene anak laki-laki
kurang sehingga mudah terkena skabies), agam, suku/bangsa,
penddikan, pekerjaan, alamat (alamat untuk menentukan penyebab
mengapa asien terkena skabies, karena apabila anak yang terkena
skabies tiggal di tempat yang endemik scabies dan daerah tersebut
padat penduduknya akan terjadi peningkatan resiko penularan
skabies).
B. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama: biasanya pasien mengeluh gatal terutama pada
malam hari, pada penderia terdapat lesi dikulit terutama pada
kulit yang tipis seperti kulit keala, wajah leher, telaak tangan, dan
kaki, dan biasanya pasien juga mengeluh nyeri.
- Riwayat penyakit sekarang: pasien mulai merasakan gatal yang
memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat
rasa gatal yang sangat hebat.
14
- Riwayat penyakit dahulu: tanyakan pada pasien apakah
sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama, apakah
pernah menderita dermatitis.
- Riwayat kesehatan keluarga: scabies merupakan penyakit
menular, sehingga yang terkena scaaabies akan menularkan ke
anggota keuarga yang lain.
C. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: Compsmentis
- TTV
TD: 100/60-120/80 mmHg
N: 60-100 x/menit
S: 36,5-37,5oC
RR: 16-20 x/menit
- Reviw of System
a. System integumen:
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk
garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriosi, dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya
merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae
(wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genetalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat
timbul pada kulit kepala dan wajah.
Menemkan tungau, dengan membuat kerokan kulit
pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal.
15
Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit
mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak
dalam di kulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup
tungau ini.
- Kepala : kadang ditemukan bula
- Dada : kadang ditemukan bula
- Punggung : kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
- Ekstremitas : kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
b. Sistem kardiovaskular
c. Sistem respirasi
d. Sistem pengindraan
e. Sistem pencernaan
f. Sistem perkemihan
g. Sistem muskoloskeletal
h. Sistem reproduksi
i. Sistem neurobehaviour
D. Pola fungsional gordon
1. Pola persepsidan manajemen kesehatan
Apabila sakit, individu biasa membeli obat di toko obat
terdekat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien
memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pada pasien scabies tidak ada gangguan dalam nutrisi
metaboliknya
3. Pola eliminasi
Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola
eliminasinya
4. Pola latihan atau aktivitas
Biasanya individu yang terkena scabies akan menjadi malas
melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, bermain, dll
karena individu fokus terhadap rasa gatal yang dirasakan.
16
5. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal
yang terasa hebat pada malam hari.
6. Pola persepsi kognitif
Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhada pola
kognitif perceptualnya.
7. Pola persepsi diri
Pada individu yang menderita penyakit scabies ini akan
menjadi kurang percaya diri akibat gatal-gatal, kulit bintik-
bintik dan mengelupas.
8. Pola koping dan toleransi stress
Kehilangan atau perubahan yang terjadi padapenderita
scabies terutama penderita scabies yang masih anak-anakakan
malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga masalh
utama yang terjadi selama anak sakit, anak selalu merasa gatal,
dan akhirnya menjadi malas untuk bermain dan bersosialisasi.
9. Pola hubungan peran
Pada pasien dengan penyakit scabies membutuhkan
dukungan dari orang tua atau orang terdekat kaarena
kebanyakan penderita scabies kepercayaam dirinya kurangakibt
dari adanya gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas.
Dukungan dariorang terdekatakaan meningkatkan kepercayaan
diri sehingga individu dapat cepat sembuh.
10. Pola reproduksi seksual
Tidak terjadi gagguan
11. Pola keyakinan
Intensitas beribadah masih dapat dilakukan secara
maksimal.
3.2 Diagnosa
17
1. Kerusakan inteegritas kulit berhubungan dengan adanya pustul akibat
dari adanya kutu di dalam kulit, garukan yang dilakukan pasien
akibat rasa gatal yang ditimbulkan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat
khususnya pada malam hari.
3. Resiko infeksi behubungan dengan jaringan kulit rusak dan erosi
pada kulit
3.3 Intervensi
No.Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Tujuan: setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan
gangguan
integritas kulit
dapat
diminimalisir.
KH:
- Pasien dapat
mengetahui
penyebab
terjadinya
gangguan
integritas
kulitnya
- Pasien
mengetahui cara
mencegah
terjadinya
- Observasi TTV
dan
karakteristik lesi
atau erosi yag
terjadi
- Hindari
penggunaan
bentuk dari
tempat tidur
yang kasar
- Menganjurkan
klien untuk
berhenti
menggaruk
- Menjaga agar
kuku selalu
terpangkas
bersih
- Agar lebih
mengetahui
keadaan yang
sebenarnya
pasien
- Tempat tidur
yang kasar dapat
menambah
gangguan
integritas pada
kulit
- Menggaruk dapat
menyebabkan
erosi yang
berlebih pada
kulit
- Pemotongan
kuku akan
menjaga kulit
agar tidak terjadi
infeksi karena
18
gangguan
integritas kulit
- Integrtas kulit
yang baik dan
dapat
dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur)
- Tidak ada luka
atau lesi pada
kuit
- Tidak terjadi
erosi ada kulit
- Gunakan bedak
kering untuk
menjaga
kesehatan kulit
kuku terjaga
kebersihannya
-
1. Gunakan bedak kering untuk menjaga kesehatan kulit
19