11
Endapan Magmatik Magmatic Concentration (Pengayaan Magma ) Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai cairan panas dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam komponen, dimana dari masing-masing komponen mempunyai daya larut yang berlainan. Pada waktu magma naik ke permukaan bumi, maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya terjadi kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai terbentuk endapan bijih. Proses magmatic concentration dibagi atas: Endapan magmatik awal ( Early Magmatik deposite ) Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung, yang disebut orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%). Mineral bijih pada endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan basa. Cara terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu : 1. Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi pada magma dalam yang kemudian akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal yang terbentuk di awal akan tersebar seluruhnya,. Bentuk endapan yang dihasilkan intrusif seperti dike, pipa atau stock. Contoh endapan ini adalah diamond pipe pada batuan kimberlite di Afrika Selatan.

SCL Endapan Magmatik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Endapan Magmatik adalah endapan mineral hasil dari pembekuan magma

Citation preview

Page 1: SCL Endapan Magmatik

Endapan Magmatik

Magmatic Concentration (Pengayaan Magma )

Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai cairan panas dan

pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam komponen,

dimana dari masing-masing komponen mempunyai daya larut yang berlainan. Pada waktu

magma naik ke permukaan bumi, maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya

terjadi kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai

terbentuk endapan bijih.

Proses magmatic concentration dibagi atas:

Endapan magmatik awal ( Early Magmatik deposite )

Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung, yang

disebut orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%). Mineral bijih

pada endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan basa. Cara

terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu :

1.       Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi  pada magma dalam

yang kemudian akan  menghasilkan  batuan beku granular, dimana  kristal yang terbentuk di

awal akan  tersebar seluruhnya,. Bentuk endapan yang dihasilkan intrusif seperti dike, pipa

atau stock. Contoh endapan ini adalah diamond pipe pada batuan kimberlite di Afrika

Selatan.

2.      Segregasi, dimana konsentrasi awal magma dari hasil diferensiasi mengalami pemisahan

karena tenggelamnya kristal berat yang terbentuk ke bagian bawah magma chamber, seperti

yang terjadi pada chromite. Endapan segregasi early magmatic umumnya lenticular dan

relative berukuran kecil, biasanya berupa disconnected pod-shape lenses, stringer & buches

dan kadang membentuk layer dalam hostrock (contohnya stratiform band of

chromite pada Bushveld Igneous Complex, Afrika Selatan) Contoh lainnya endapan

segregasi early magmatic ada pada Stillwater Complex di Montana.

3.       Injeksi, dimana mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal atau

berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silikan. Mineral bijih tersebut

diinjeksikan ke dalam host rock atau batuan sekitarnya, sebagai mush kristal oksida yang

Page 2: SCL Endapan Magmatik

fluidanya dari residual magma. Mineral bijih tersebut memotong struktur batuan termasuk

fragmen batuan, atau terjadi sebagai dike atau tubuh intrusi lainnya. Contoh endapan ini

adalah Titaniferous magnetite dike di Cumberland, Rhode Island, Magnetite di Kiruna,

Swedia, Platinum pipes dan beberapa Bushveld Complex di Afrika Selatan, Ilmenite of

Allard Lake, Quebec.

 

Endapan Magmatik Akhir ( Late Magmatic Deposite )

Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai bentuk sisa magma

yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang lebih banyak. Magma dari

endpan late magmatic mempunyai sifat mobilitas tinggi.

Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan silikat yang

menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi. Perubahan ini disebut Deuteric

alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari batuan beku dan cirri-cirinya hampir mirip

dengan efek yang dihasilkan proses pneumatolytic atau larutan hydrothermal.

Jebakan late magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan disebabkan

oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan mgmatic termasuk dalam

golongan sebagai berikut :

1.       Residual Liquid Segregation, Dalam proses diff magma, residual magma umumnya

lebih kaya akan silikat alkali dan uap air. Twetapi pada jenis magma yang basic menjadi kaya

oleh Fe dan Ti. Ini adalah magma yang utama yang menghasilkan anorthosite. Plagiocelah

mengkristal pertama-tama dan Fe oksida dengan atau tanpa piroxenne mengkristal

belakangan. Resudual liquid tadi mungkun menerobos keluar atau bisa juga trepisah dari

rongga-rongga kristal dari dapur magma dan mengkristal disitu tanpa perpindahan. Beberapa

badan bijih yang terjadi cukup besar dan kaya untuk membetuk jebakan yang berharga.

Jebakan ini umumnya sejajar dengan struktur primer btuan sekitarnya yang umumnya terdiri

dari anhorthsite, norite, gabro atau batuan lain. Contoh: Cebakan Titanifereous magnetite di

Bushveld complex di Afrika Selatan,  Cebakan platinum di Iron Mountain, Wyo.

2.       Residual Liquid Injection, Proses ini hampir sama dengan diatas, dimana kumpulan

residual liquid yang banyak mengandung Fe oleh adanya tekanan dari luar menyebabkan :

Page 3: SCL Endapan Magmatik

a.      Liquid menerobos keluar ke tempat yang tekanannya lebih rendah ke dalam celah atau

perlapisan batuan di atasnya.

b.      Jika pengumpulan liquid ini tidak terjadi, maka residual liquid yang kaya Fe akan terfilter

keluar membentuk late magmatic injection deposite.

3.        Immiscible Liquid Segregation, Dalam sisa magma yang basic dari Fe-Ni-Cu Sulphide

berupa saat pendinginan mereka memisah membentuk bagian yang tidak bisa bercampur

mengumpul pada dasar sumber magma membentuk larutan yang terpisah. Contoh: Di

Sudbury Ontario, Canada terdapat cebakan bijih Ni dalam bentuk lensa yang teratur pipih

disebut Marginal Deposite. Keseluruhan ini terdapat dalam batuan norite brexia dimana

mineral-mineralnya adalh pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite ( bijih Ca dan Ni ), magnetite,

pyrote. Cebakan Ni, Cu Sulphide di Insizwa Afrika Selatan, mineral Pyrrhotite, Chalcopyrite,

Petlandite dalam batuan gabro yang kontak dengan sedimen. Di samping itu terdapat pula au

dan Ag.

4.      Immiscible Liquid injection, Proses ini hampir sama dengan proses Immiscible Liquid

Segregation di atas. Dimana pada residu liquid yang kaya akan suphide diselingi gangguan

sebelum konsolidasi sehingga menyebabkan liquid menerobos ke dalam celah-celah batuan.

Bentuk jebakan tidak teratur atau dapat mirip bentuk dike. Contoh: Cebakan di Vlacfontein,

Afrika Selatan.   jebakan Nickel di Norwegia.

Perbedaan antara Early Magmatic Deposits dan Late Magmatic Deposits 

Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat pengendapan dan

mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada mobilitas setelah akumulasi,

sedangkan Late Magmatic Deposits terakumulasi melalui mobilitas dan endapan mungkin

terletak dengan sempit dan selaras dalam host rock atau memotong struktur internal.

Sumber : http://mineritysriwijaya.blogspot.co.id/2013/09/endapan-magmatik.html

Manfaat Dari Tatanan Lempeng Tektonik Indonesia

Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran

batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia

yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan

Page 4: SCL Endapan Magmatik

mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral

bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk

golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non

logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral

industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar,

ziolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya.

Belakangan panas bumi dan uranium juga masuk dalam golongan ini walaupun cara

pembentukannya berbeda. (Sudradjat, 1999)

Keberadaan Mineral Logam

Pembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas magmatisme dan

vulkanisme, pada saat proses magmatisme akhir (late magmatism), pada suhu sekitar 200oC.

Westerveld (1952) menerbitkan peta jalur kegiatan magmatik. Dari peta tersebut dapat

diperkirakan kemungkinan keterdapatan mineral logam dasar yang pembentukannya

berkaitan dengan kegiatan magmatik. Carlile dan Mitchell (1994), berdasarkan data-data

mutakhir Simanjuntak (1986), Sikumbang (1990), Cameron (1980), Adimangga dan Trail

(1980), memaparkan busur-busur magmatik seluruh Indonesia sebagai dasar eksplorasi

mineral. Teridentifikasikan 15 busur magmatik, 7 diantaranya membawa jebakan emas dan

tembaga, dan 8 lainnya belum diketahui. Busur yang menghasilkan jebakan mineral logam

tersebut adalah busur magmatik Aceh, Sumatera-Meratus, Sunda-Banda, Kalimantan Tengah,

Sulawesi-Mindanau Timur, Halmahera Tengah, Irian Jaya. Busur yang belum diketahui

potensi sumberdaya mineralnya adalah Paparan Sunda, Borneo Barat-laut, Talaud, Sumba-

Timor, Moon-Utawa dan dataran Utara Irian Jaya. Jebakan tersebut merupakan hasil

mineralisasi utama yang umumnya berupa porphyry copper-gold mineralization, skarn

mineralization, high sulphidation epithermal mineralization, gold-silver-barite-base metal

mineralization, low sulphidation epithermal mineralization dan sediment hosted

mineralization.

Mineralisasi Busur Vulkanik Jawa:

Sebuah Contoh Busur vulkanik Jawa merupakan bagian dari busur vulkanik Sunda-Banda

yang membentang dari Sumatera hingga Banda, sepanjang 3.700 km yang dikenal banyak

mengandung endapan bijih logam (Carlile & Mitchell, 1994). Batuan vulkanik hasil kegiatan

gunungapi yang berumur Eosen hingga sekarang merupakan penyusun utama pulau Jawa.

Page 5: SCL Endapan Magmatik

Terbentuknya jalur gunungapi ini merupakan hasil dinamika subduksi ke arah utara lempeng

Samudera Hindia ke Lempeng Benua Eurasia (Katili, 1989) yang berlangsung sejak jaman

Eosen (Hall, 1999). Kerak kontinen yang membentuk tepi benua aktif (active continent

margin) mempengaruhi kegiatan vulkanisme Tersier Jawa bagian barat, sedang kerak

samudera yang membentuk busur kepulauan (island arc) mempengarui kegiatan vulkanisme

Tersier Jawa bagian timur (Carlile & Mitchell, 1994).

Sumber : http://www.sridianti.com/proses-tektonik-dan-pembentukan-gunung-api.html

Proses Tektonik Regional pada Sistem Busur di Indonesia

Proses utama tektonik di daerah geologi Indonesia untuk daerah busur magma dan

asosiasinya terhadap mineralisasi emas dan tembaga dibagi menjadi :

1. Pembentukan ophiolite, tumbukan, dan perubahan busur

Pembentukan ophiolit terjadi karena pengangkatan kerak samudera sebagai hasil pemekaran

lantai samudra, naik ke atas kerak benua yang pasif dan dipengaruhi juga aktivitas intrusi

andesitk pada kerak yang ditumpangi. Secara tektonik, ophiolit yang terbentuk mendorong

terjadinya pembentukan patahan pada busur belakang (C) sehingga mengakibatkan

perubahan subduksi pada ke arah baru (D). Pada kerak benua yang ditumpangi terjadi

pemekaran (E) sehingga terbentuk cekungan di busur belakang (F). Oleh karena lempeng

terus bergerak, pemekaran dan subduksi terjadi bersamaan (G) sehingga potensi cebakan

endapan mineral terbentuk tinggi karena aktivitas tersebut yang langsung berhubungan

dengan magma. Setting tektonik seperti ini terjadi pada daerah tektonik Sunda Banda yang

menghubungkan Timor, Wetar dan Sumba.

1. Busur magmatik

Tipe busur magmatik di Indonesia terbagi atas mafik dan andesitik. Batuan mafik volkanik

kebanyakan berada pada daerah bekas laut, yang didominasi basalt atau balastik – andesite

dan generasinya. Akan tetapi dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur andesitic

yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan dangkal. Dominasi rhyolit yang membatasi

dan menyusun lantai benua. Intrusi andesitik ini mengidikasikan bahwa terjadi stress lemah

yang mengakibatkan tarikan sepanjang busur dan mungkin berhubungan dengan mundurnya

palung di daerah subduksi lempeng samudera.

Page 6: SCL Endapan Magmatik

2. Lantai busur

Kebanyakan mineralisasi di daerah busur di Indonesia yang terekspos berupa batuan

vulkanik. Lantai busur kebanyakan tersusun atas batuan metamorfik (greenstone, phyllite,

mica schist, gneiss) dan ophiolit. Kerak busur kepulauan lebih tipis dibandingkan dengan

daerah kerak benua.

3. Pemekaran busur belakang

Pemekaran busur belakang terbentuk di busur belakang selama subduksi juga terjadi pada

kerak samudera yang mengalami perubahan arah subduksi. Akibatnya terbentuk cekungan

pada daerah busur belakang.

4. Kompleks daerah metamorfik

Hipotesis yang dimungkinkan untuk menjelaskan kompleks daerah metamorfik adalah

adanya asosiasi dengan patahan bersudut rendah yang merupakan jalur dari metamorfik

Papua Nugini. Pemanjangan kerak terregional yang berasosiasi dengan pemindahan akibat

patahan menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemendekan busur. Hal ini dapat

dilihat terbentuk pada daerah subduksi pada busur yang sangat berkaitan dengan aktivitas

mineralisasi.

Busur Magmatik Indonesia

Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur

kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan Indonesia. Pergerakan

lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa

jalur aktif busur magmatik. Secara umum, sistem busur magmatik di Indonesia adalah hasil

kompleks sejarah aktivitas tektonik, termasuk di dalamnya subduksi dan busur magmatik,

rotasi dan perpindahan busur, pemekaran busur belakang, pembentukan ophiolit

danpenumbukan yang akibatkan perubahan arah busur, patahan stike-slip dan kemungkinan

karena pemanjangan kerak.

Bentuk utama Mineralisasi Emas dan Tembaga di Indonesia

Secara umum, bentuk mineralisasi emas dan tembaga di Indonesia berupa :

Page 7: SCL Endapan Magmatik

1. Porfiri

2. Endapan ephitermal sulfidasi tinggi

3. Endapan ephitermal sulfidasi rendah

4. Mineralisasi Au-Ag-Cu ± base metals

5. Skarn

6. Sediment Hosted

Berdasarkan aktivitas tektonik yang terjadi di sepanjang busur magmatik, daerah bagian

timur Indonesia didominasi oleh bentukan porfiri dan skarn, serta sebagian kecil endapan

hidrotermal sulfidasi tinggi dan sediment hosted. Daerah barat Indonesia memiliki

mineralisasi cenderung berupa endapan epitermal sulfidasi rendah yang terjadi di daerah

paparan Sunda yang relatif dangkal. Aktivitas busur magmatik dan bentuk mineralisasi

memiliki hubungan yang menunjukkan identifikasi perbedaan antara lingkungan tektonik

selama pembentukan porfiri emas-tembaga, skarn dan deposit sulfidasi tinggi. Pembentukan

mineralisasi Au-Ag-Cu ± base metals terjadi di lingkungan submarine dangkal saat larutan

sulfida yang hasilnya juga menghasilkan mineralisasi sulfidasi tinggi di sekitar sub-aerial

batuan vulkanik, dan daerah lantai samudera.

Kontrol Regional terhadap Mineralisasi

Mineralisasi endapan Au-Ag-Cu ± base metals dipengaruhi oleh kontrol regional terhadap

kondisi tektonik yang ada. Kontrol yang terjadi dibagi menjadi hubungannya mineralisasi

dengan busur magmatik, asal kerak dan umur busur, serta berhubungan syn-

mineralization regional.

Terhadap hubungan dengan busur magmatik, deposit di Indonesia berhubungan dengan busur

magmatik andesitik yang terbentuk selama dan secara cepat dalam aktivitas magma. Ini

menunjukkan bahwa mineralisasi yang terjadi berkaitan dengan subduksi lantai samudera.

Deposit epithermal Indonesia terbentuk di sepanjang busur benua yang merupakan busur

kepulauan yang bergabung dengan Sundaland selama masa mineralisasi karena penebalan

kerak dan pemanjangan intensif. Porfiri emas terjadi baik pada kondisi busur kepulauan dan

benua.

Kebanyakan mineralisasi terjadi pada masa Neogen yang mengindikasikan bahwa

mineralisasi juga sebenarnya tidak bergantung pada umur kerak yang tersubduksi. Hubungan

antara usia busur dijelaskan dengan erosi sebagai akibat pengangkatan selama aktivitas

vulkanik dan erosi yang berhubungan dengan kegiatan orogenik yang pengaruhi selama pasca

Page 8: SCL Endapan Magmatik

mineralisasi saat perubahan polaritas busur. Syn-mineralization regional berkaitan dengan

perbedaan jenis mineralisasi di daerah timur dan barat Indonesia karena perbedaan aktivitas

lempeng yang mendominasi.

Sumber: https://densowestliferz.wordpress.com/2011/10/05/hubungan-busur-magmatik-dan-asosiasi-

mineralisasi-emas-dan-tembaga-di-indonesia/