Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEBARAN KERUANGAN DAN RESPON WARGA KOTA
TERHADAP LAYANAN SMART LIVING MENUJU SEMARANG
SMART CITY TAHUN 2018
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Geografi
Oleh:
Jhonata Falah
3211414042
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “Sebaran Keruangan Dan Respon Warga Kota Terhadap
Layanan Smart Living Menuju Semarang Smart City Tahun 2018” ini telah
disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Skripsi
Ariyani Indrayati S.Si, M.Sc.
NIP. 197806132005011001
Mengetahui
Ketua Jurusan Geografi
Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si.
NIP. 196210191988031002
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarng:
Hari :
Tanggal :
Penguji I,
Dr. Rahma Hayati, S.Si, M.Si
NIP. 197206241998032003
Penguji II, Penguji III,
Satya Budi Nugraha, S.T., M.T., M.Sc Ariyani Indrayati S.Si, M.Sc
NIP. 196203151989011001 NIP. 197806132005011001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A
NIP. 196308021988031001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juni 2019
Jhonata Falah
NIM 3211414042
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
❖ MOTO
“Learn from mistakes of other people, not succes from others”
“Belajar dari kesalahan orang lain, bukan kesuksesan dari orang lain"
(Jakc Ma).
❖ PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini peneliti persembahkan untuk
kedua orang tua dan keluarga yang sangat saya sayangi, selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, dan tiada henti selalu mendoakan.
vi
SARI
Falah, Jhonata. 2019. Sebaran Keruangan Dan Respon Warga Kota Terhadap
Layanan Smart Living Menuju Semarang Smart City Tahun 2018. Skripsi. Jurusan
Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Ariyani
Indrayati S.Si, M.Sc.
Kata kunci: smart city, smart living, sebaran keruangan, respon warga.
Penerapan konsep smart city di Kota Semarang dimulai sejak tahun 2013
yang dapat diartikan konsep ini masih baru di Kota Semarang. Pada awalnya warga
belum memanfaatkan teknologi secara maksimal dimana masih memerlukan waktu
yang lama dan tidak transparan, lalu dituntut untuk mengganti menjadi lebih cepat,
mudah, transparan, dan online untuk mengakses secara real time. Peneltian ini
fokus pada konsep smart living menuju smart city seperti di Kota Semarang yang
ada pada website smartcity.semarangkota.go.id, yakni pada pelayanan loket dan
non loket di PDAM, Smart Police (SKCK), dan Transportasi (BRT).
Tujuan dari penelitian ini yakni: 1) Menghitung tingkat penggunaan
pelayanan loket dan non loket warga Kota Semarang pada indikator smart living.
2) Mengetahui pola sebaran pengguna pelayanan loket dan non loket warga Kota
Semarang pada indikator smart living. 3) Mengetahui respon warga Kota Semarang
terhadap pelayanan loket dan non loket pada indikator smart living.
Metode yang digunakan yakni Metode Penelitian Kuantitatif dengan
mendapatkan data dari responden dengan memberikan kuisioner dan data dari
instansi terkait (PDAM, SKCK, dan BRT) tentang jumlah pengguna pelayanan
loket dan non loket.
Penelitian ini dilakukan menggunakan tenik analisis data yakni: 1) Indeks
Moran untuk mengkaji sebaran keruangan pada variabel PDAM dan Smart Police
(SKCK). 2) Indeks Konektivitas untuk mengkaji konektivitas pada variable
Transportasi (BRT). 3) Deskriptif Persentase untuk mengkaji kuisioner pada
variable PDAM, SKCK, dan BRT.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Tingkat pengguna pada PDAM
sangat baik karena banyak pengguna yang membayar secara non loket (online),
sedangkan SKCK dan BRT belum baik karena banyaknya pengguna yang masih
memohon pada loket (SKCK) dan membayar secara tunai (BRT) 2) Sebaran
keruangan pada variable PDAM yakni menyebar (spreaded) di loket maupun non
loket, sedangkan variable Smart Police (SKCK) yakni menyebar (spreaded) pada
non loket dan mengelompok (clustered). 3) Indeks konektivitas pada variable
Transportasi (BRT) adalah 1,714 termasuk dalam kategori konektivitas yang baik.
4) Respon tersebut memiliki penilaian yang sama yakni sangat baik dengan
perolehan pada PDAM adalah 78,2125%, smart police (SKCK) adalah 84,58%,
dan Transportasi (BRT) adalah 76,571% sehingga pelayanan tersebut harus tetap
dipertahankan dan lebih ditingkatkan.
vii
ABSTRACT
Falah, Jhonata. 2019. Spatial Distribution and Response of City Residents to
Smart Living Services Towards Semarang Smart City in 2018. Thesis. Department
of Geography, Faculty of Social Sciences, Semarang State University. Supervisor
Ariyani Indrayati S.Si, M.Sc.
Keywords: smart city, smart living, spatial distribution, citizen response
The application of the smart city concept in Semarang began in 2013 which
can be interpreted as a new concept. At the beginning residents did not utilize the
technology maximally which still requires a long time and is not transparent, then
is required to replace it faster, easy, transparent and online to access in real time.
This research based on the concept of smart living in the city of Semarang on
website smartcity.semarang.go.id, namely the service of counters and non counters
for water service (PDAM), Smart Police (SKCK), and Transportation (BRT), where
all three know the spatial distribution and response of citizens in creating smart
cities. The objectives of this study are: 1) Calculating the level of service usage of
counters and non counters of Semarang city residents on smart living indicators.
2) Knowing the pattern of distribution of service users of counters and non counters
of Semarang city residents on smart living indicators. 3) Knowing the response of
the citizens of Semarang to the service of counters and non counters on the smart
living indicator.
The method used is Quantitative Research Method by obtaining data from
respondents by providing qustionnaires and data from relevant agencies (PDAM,
SKCK, and BRT) about the number conters and non conters service users.
This research was conducted using data analysis techniques, namely: 1)
Moran index to assess spatial distribution in the PDAM and Smart Police (SKCK)
variables. 2) Connectivity Index to assess connectivity in variable Transportation
(BRT). 3) Descriptive Percentage for reviewing questionnaires in the variables of
PDAM, SKCK, and BRT.
The results show that: 1) Ther level of users in PDAM is very good because
many users pay by non counters (online), while SKCK and BRT are not good
because there many users who still apply at counters (SKCK) and pay in cash (BRT)
2) Spatial distribution in the variable PDAM is spread (spreaded) at counters and
non counters, while the Smart Police variable (SKCK) is spread (spreaded) on non
counters and clustered. 3) Connectivity index on Transportation (BRT) variable is
1.714 included in category of good connectivity. 4) Descriptive percentages in the
three variables have the same rating which is very good with the acquisition of
PDAM is 78.2125%, smart police (SKCK) is 84.58%, and Transportation (BRT) is
76.571% so that service must be maintained and improved.
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat, karunia, dan
kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Sebaran Keruangan Dan Respon Warga Kota Terhadap Layanan Smart Living
Menuju Semarang Smart City Tahun 2018”. Penyusunan skripsi ini adalah untuk
menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh gelar sebagai Sarjana Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi, dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
pembimbing Ariyani Indrayati S.Si, M.Sc yang telah memberikan arahan,
bimbingan, saran, dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini, dan juga tak lupa penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menimba
ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menimba
ilmu di Jurusan Geografi.
ix
3. Ariyani Indrayati S.Si, M.Sc., Dosen Geografi Universitas Negeri Semarang
selaku Pembimbing Penelitian yang telah memberikan motivasi dan
masukan hingga tercapainya tujuan artikel ini.
4. Rini Rahmawati, S.Kom., Kepala bidang Penelitian dan Pengembangan
PDAM Kota Semarang ; Ir. Heny Wijayanti, M.T., Kepala Cabang Tengah
PDAM Kota Semarang ; Dra., Menuk Indrati, Kepala Cabang Selatan
PDAM Kota Semarang ; Yulianto Prabowo, S.H., Kepala Cabang Barat
PDAM Kota Semarang ; Agus Mulyono, S.H, M.Kn., Kepala Cabang
Timur PDAM Kota Semarang ; Sapto Widodo, S.E., Kepala Cabang Utara
PDAM Kota Semarang yang telah memberikan izin penelitian hingga
tercapainya tujuan skripsi ini.
5. Kompol Ismanto, S.H., Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu
(SPKT) Polrestabes Semarang ; Bripka Heri Sunoto, Kepala pelayanan
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) Polrestabes Semarang ; Aiptu
Nunuk Suprihatin, S.H., Staf pelayanan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) Polrestabes Semarang yang telah memberikan izin
penelitian hingga tercapainya tujuan skripsi ini.
6. Ade Bhakti Ariawan, S.H., Kepala BLU UPTD Trans Semarang ; Anggi,
Staf BLU UPTD Trans Semarang yang telah memberikan izin penlitian
hingga tercapainya tujuan skripsi ini.
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi yang telah menjadi
pendidik yang baik dan inspiratif, pembimbing sekaligus keluarga dalam
berbagi ilmu yang bermanfaat.
x
8. Alfa, Zakky, Angga, Maharani, Resti, Nela, Alwi, Kholis, Dodik, dan Ratna
yang telah turut andil dalam membantu menyelesaikan skripsi ini dan juga
segenap teman-teman seperjuangan prodi Ilmu Geografi khususnya
angkatan 2014 yang selalu memberi motivasi.
9. Semua pihak yang membantu sehingga skripsi ini dapat tersusun.
Atas segala bimbingan, semangat, inspirasi, dan bantuannya, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan membalas kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh
dari sempurna dan masih banyak kelemahan. Walaupun demikian, besar harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Semarang, Juni 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
SARI ....................................................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
PRAKATA ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
1.5 Batasan Istilah ........................................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ...................... 11
2.1 Deskripsi Teoritis ................................................................................................. 11
2.1.1 Sebaran Keruangan ....................................................................................... 11
2.1.2 Respon .......................................................................................................... 11
2.1.3 Smart Living ................................................................................................. 13
2.1.4 Layanan ........................................................................................................ 13
2.1.5 Smart City..................................................................................................... 15
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan ....................................................... 20
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 26
3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................................... 26
xii
3.2 Populasi dan Lokasi Penelitian ............................................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 33
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................................... 33
4.1.1 Letak Geografis dan Administratif ............................................................... 33
4.2. Smart Living di kota Semarang ............................................................................ 36
4.2.1 PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirta Moedal Kota Semarang ..... 37
4.2.2 Smart Police pada Pelayanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
Kota Semarang ............................................................................................. 44
4.3 Analisis Pola Sebaran Keruangan dengan Indeks Moran .................................... 64
4.3.1 Analisis Pembayaran Non Loket dan Loket PDAM dengan Perhitungan
Indeks Moran ................................................................................................ 66
4.3.2 Analisis Smart Police pada Pemohon SKCK secara Non Loket dan Loket
dengan Perhitungan Indeks Moran ............................................................... 75
4.4 Analisis Konektivitas Transportasi pada Trans Semarang .................................. 83
4.5 Analisis Respon Pelayanan Smart Living pada PDAM, Smart Police, dan
Transportasi menggunakan metode Deskriptif Presentase ................................... 85
4.5.1 Analisis Deskriptif Presentase berdasarkan Respon Warga Kota Semarang
pada Pelayanan PDAM Kota Semarang. ...................................................... 87
4.5.2 Analisis Deskriptif Presentase berdasarkan Respon Warga Kota Semarang
pada Pelayanan SKCK Kota Semarang. ....................................................... 93
4.5.3 Analisis Deskriptif Presentase berdasarkan Respon Warga Kota Semarang
pada Pelayanan Trans Semarang. ............................................................... 101
4.6 Pembahasan ........................................................................................................ 107
4.6.1 Pelayanan PDAM ....................................................................................... 107
4.6.2 Pelayanan Smart Police pada SKCK .......................................................... 110
4.6.3 Pelayanan Transportasi pada BRT ............................................................. 112
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 115
5.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 115
5.2 SARAN .............................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 117
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 21
Tabel 4.1 Kondisi Kependudukan di Kota Semarang……….......................... 34
Tabel 4.2 Objek Penelitian Pelayanan Smart Living Kota Semarang….......... 36
Tabel 4.3 Jumlah Pelanggan pada 5 (lima) Cabang PDAM Kota Semarang... 38
Tabel 4.4 Laporan Jumlah Pembayaran PDAM Kota Semarang Loket dan Non
Loket Tahun 2018….................................................................... 41
Tabel 4.5 Alamat Polisi Sektoral Kota Semarang…….................................... 45
Tabel 4.6 Laporan Jumlah Pemohon SKCK di Loket dan Non Loket dalam
Melamar Pekerjaa Tahun 2018……............................................. 51
Tabel 4.7 Laporan Jumlah Pembayran BRT di Loket dan Non Loket Tahun
2018….......................................................................................... 63
Tabel 4.8 Perhitungan Pola Keruangan Pembayaran Non Loket PDAM dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 1…................................................ 66
Tabel 4.9 Perhitungan Pola Keruangan Pembayaran Non Loket PDAM dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 2…................................................ 68
Tabel 4.10 Perhitungan Pola Keruangan Pembayaran Loket PDAM dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 1…................................................ 70
Tabel 4.11 Perhitungan Pola Keruangan Pembayaran Loket PDAM dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 2…................................................ 72
Tabel 4.12 Perhitungan Pola Keruangan Pemohon SKCK Non Loket dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 1………………………………… 75
xiv
Tabel 4.13 Perhitungan Pola Keruangan Pemohon SKCK Non Loket dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 2…................................................ 77
Tabel 4.14 Perhitungan Pola Keruangan Pemohon SKCK di Loket dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 1…............................................... 79
Tabel 4.15 Perhitungan Pola Keruangan Pemohon SKCK di Loket dengan
Analisis Indeks Moran Tahap 2…............................................... 81
Tabel 4.16 Kriteria Penilaian…….................................................................. 86
Tabel 4.17 Jumlah Penilaian Responden Terhadap Pelayanan PDAM di
Loket…....................................................................................... 88
Tabel 4.18 Hasil Jumlah Penilaian Kuisioner PDAM Kota Semarang…….. 89
Tabel 4.19 Jumlah Penilaian Responden Terhadap Pelayanan SKCK di
Loket…………………………………………………………... 94
Tabel 4.20 Hasil Jumlah Penilaian Kuisioner SKCK Kota Semarang……... 97
Tabel 4.21 Jumlah Penilaian Responden Terhadap Pelayanan Trans
Semarang……………………………………………………… 102
Tabel 4.22 Hasil Jumlah Penilaian Kuisioner Trans Semarang (BRT)…… 104
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010 ......................................... 3
Gambar 1.2 Presentase Penduduk Perkotaan Tahun 2010-2035 ............................ 3
Gambar 2.1 Indikator Smart City (Cohen, 2012)……………………………….. 16
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir………………………………………………….. 25
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian……………………………………………… 35
Gambar 4.2 Mobil SKCK Online………………………………………………...49
Gambar 4.3 Peta Jaringan Trans Semarang……………………………………... 57
Gambar 4.4 Shelter di Simpang Lima Semarang………………………………... 59
Gambar 4.5 Shelter tipe B sepanjang Jl. Dr. Sutomo, Semarang………………...60
Gambar 4.6 Shelter tipe B sepanjang Jl Ahmad Yani, Semarang……………….. 60
Gambar 4.7 Shelter tipe C di Jl. Soekarno Hatta, Semarang……………………. 61
Gambar 4.8 Shelter tipe Anak Tangga di Jl. Dr. Cipto, Semarang……………… 61
Gambar 4.9 Peta Analisis Pola Spasial Moran…………………………………...65
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tahun 2018……………………………………………………….
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian Surat Keterangan Catatan Kepolisiam
(SKCK) Tahun 2018………………………………………………………..
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian Bus Rapid Transit (BRT) Tahun 2018
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner………………………………..
124
125
126
127
Lampiran 5 Lembar Kuesioner Smart Living di Loket PDAM……………
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Smart Living di Loket SKCK…………….
Lampiran 7 Lembar Kuesioner Smart Living di Loket BRT……………….
128
131
134
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota merupakan pusat peradaban dan pusat kehidupan manusia. Keberadaan
kota terus berubah dan mengalami perkembangan signifikan serta membawa
pengaruh besar dalam pola hidup manusia (Supangkat, 2015). Kota juga menjadi
entitas yang menarik perhatian banyak peneliti. Tidak hanya karena kota memiliki
dinamika perubahan yang begitu cepat, tetapi juga karena dalam banyak prediksi
yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian bahwa hampir 50% penduduk dunia
akan memadati kota (Senate Department for Urban Development and the
Environment, 2015; Bakıcı, et.al., 2013; Chourabi, et.al., 2012). Akibatnya kota
semakin menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan kompleks terkait dengan
fasilitas yang diberikan kepada warganya. Kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti
kesehatan, pendidikan, transportasi umum, sehingga warga kota merasakan
keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan tinggal di kotanya harus dipenuhi oleh
pengelola kota (Neirottia, et.all., 2014; Nam and Pardo, 2011; Washburn and
Sindhu, 2010). Menurut (Novianti dan Choerunisa, 2016) fakta ini juga dihadapi
oleh pengelola kota-kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan
Semarang yang paling banyak dibahas dalam konteks perkembangan kota,
mengingat keempat kota tersebut merupakan ibukota provinsi di pulau jawa. Ibu
kota provinsi ini memiliki karakteristik yang unik; sama-sama kota besar dan multi-
etnik, dan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.
2
Jumlah penduduk yang semakin bertambah membawa konsekuensi pada
bertambahnya permasalahan yang akan dihadapi. Salah satu permasalahan yang
merupakan akibat secara langsung berkaitan dengan pertumbuhan maupun
persebaran penduduk adalah masalah perumahan dan permukiman (Liesnoor,
2007). Berdasarkan data dari BPS pada proyeksi penduduk Indonesia dari tahun
2010 mencapai 238.518.800 jiwa hingga tahun 2035 mencapai 305.652.400 jiwa
yang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan
bahwa setiap tahun penduduk di Indonesia terus meningkat, ini juga diimbangi
dengan persentase penduduk yang tinggal diperkotaan dari tahun 2010 hingga tahun
2035, adapun rinciannya yakni 2010 (49,8%), 2015 (53,3%), 2020 (56,7%), 2025
(60%), 2030 (63,4%), dan 2035 (66,6%) yang dapat dilihat pada Gambar 1.2. Data
tersebut adalah akibat banyakanya urbanisasi dari desa menuju kota, maka
diperlukan berbagai konsep solusi untuk mengatasi permasalahan perkotaan yang
muncul. Salah satu program pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan
perkotaan mengingat masa depan kota adalah menciptakan sustainable city.
3
Belajar dari beberapa kota di dunia yang merespon kompleksitas
masalahnya dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan didukung
dengan pemanfaatan teknologi untuk mempermudah warga kota menikmati
fasilitas umum, Jakarta, Bandung, dan Surabaya sudah lebih dulu mengadopsi
konsep smart city dari pada Kota Semarang. Maka penelitian ini untuk meneliti
seberapa besarnya konstribusi konsep smart city yang dicanangkan pemerintah
dalam beberapa tahun ini. Konsep yang disebut sebagai kota pintar ini adalah
sebuah konsep tatanan kota cerdas berbasis pelayanan online, bersifat transparan
49,8 53,3 56,7 60 63,4 66,6
0
20
40
60
80
Indonesia
PER
SEN
TASE
Presentase Penduduk Daerah Perkotaan 2010 - 2035
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Gambar 1.1 Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010
Sumber : BPS Nasional 2019
Gambar 1.2 Presentase Penduduk Perkotaan Tahun 2010-2035
Sumber : BPS Nasional 2019
4
dan berperan dalam memudahkan warga untuk mendapatkan informasi secara cepat
dan tepat. Konsep ini merupakan kombinasi antara teknologi baru dengan pola pikir
cerdas tentang penggunaan teknologi dalam sebuah organisasi (Supangkat, 2015).
Konsep kota cerdas atau smart city bukanlah sesuatu yang baru, dalam
konteks pemerintahan daerah sejak tahun 2011, Federasi Pembangunan Perkotaan
Indonesia sudah menyelenggarakan kegiatan pemberian penghargaan berupa Smart
City Award kepada pemerintahan daerah yang memenuhi indikator Kota Cerdas.
Penghargaan ini didasarkan pada peluncuran program Wakil Presiden Jusuf Kalla
yakni program Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 di Balai Sidang Jakarta
pada 24 Maret 2015. Suatu gagasan yang diprakarsai Institut Teknologi Bandung,
harian Kompas, dan Perusahaan Gas Negara (kompasiana.com, 2015). Dalam
pencanangan smart city ini terdapat landasan hukum Indonesia berupa hukum
positif tertulis yang menjadi titik tekannya adalah inovasi. Khusus tentang inovasi
telah ada landasan hukumnya dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Dalam Bab XXI bertajuk Inovasi Daerah. Dari Pasal 386 hingga Pasal 390.
Dalam tiga tahun berturut-turut, Kota Surabaya memperoleh Smart City Award,
gagasan smart city lahir dari perusahaan International Business Machines (IBM)
Amerika Serikat yang bergerak dibidang produksi dan penjualan perangkat keras
dan lunak komputer. Sebelumnya berbagai nama sempat dibahas para ahli dunia
dengan nama digital city atau smart city. Intinya smart city menggunakan teknologi
informasi untuk menjalankan roda kehidupan kota yang lebih efisien.
Selanjutnya IBM memperkenalkan konsep kota cerdas untuk Indonesia. Pada
5
konsep yang dikembangkan ini, IBM menawarkan solusi berbasis teknologi
informasi untuk optimalisasi layanan publik.
Konsep smart yang diterapkan dalam berbagai sistem pelayanan online di
Kota Semarang ini meliputi konsep systemic (terhubung sistem), monitorable
(dapat dipantau), accessible (mudah diakses), reliable (dapat dipercaya), serta time
bound (batasan waktu). Konsep smart ini fokus pada upaya memberikan
kemudahan, ketepatan dan kepercayaan bagi warga masyarakat termasuk para
pelaku usaha (news.detik.com, 2017). Selain itu, konsep kota pintar ini juga
memang dihadirkan sebagai jawaban untuk pengelolaan sumber daya secara
efisien. Dukungan aplikasi yang terus berkembang serta terciptanya ekosistem
kreatif di bidang teknologi, merupakan langkah awal yang baik menuju kota pintar.
Kota Semarang merupakan kota yang penuh dengan daya pikat, panorama
alam, kuliner, ditambah warganya yang kreatif. Namun seiring dengan
perkembangan dan pertumbuhan penduduk, timbul berbagai permasalahan seperti
penurunan kualitas pelayanan publik, kemacetan di jalan raya, penumpukan sampah
dan masalah-masalah sosial lainnya. Berdasarkan data BPS pada tahun 2010 – 2016
angka pertumbuhan kota Semarang mencapai 10,85%, sementara jumlah penduduk
1.729.428 tahun 2016 (Kota Semarang dalam Angka, 2017) dan akan terus
meningkat seiring bertambahnya tahun, untuk menyelesaikan masalah-masalah
tersebut, kota Semarang membutuhkan solusi yang cerdas, kreatif dan inovatif yang
dijalankan oleh jajaran aparat pemerintah, dari pemimpin sampai ke tingkat
terbawah, serta didukung komitmen penuh dari seluruh warganya. Indikator dalam
6
Konsep Smart City yaitu smart governance, smart economy, smart live, smart
living, smart people, dan smart mobility.
Penerapan konsep smart city di kota Semarang di mulai sejak tahun 2013
yang dapat diartikan konsep ini masih baru di kota Semarang, yang pada awalnya
warga belum memanfaatkan teknologi secara maksimal dimana masih memerlukan
waktu yang lama dan tidak transparan, lalu dituntut untuk mengganti menjadi lebih
cepat, mudah, transparan, dan online untuk mengakses secara real time akan
membutuhkan waktu yang tidak cepat mengingat tidak semua warga mengerti akan
hal tekonologi yang berkembang atau Gaptek (Gagap Teknologi) dimana banyak
terjadi di kalangan usia tua. Maka dari itu Respon warga sangat dibutuhkan untuk
mengetahui seberapa baik perkembangan Smart City di Kota Semarang ini,
mengetahui kinerja pemerintah dalam mengimplementasikan konsep ini untuk
mendukung pelayanan publik Kota Semarang, dan mengetahui pola persebaran
pelayanan smart living di Kota Semarang ini.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian
mengenai “Sebaran Keruangan Dan Respon Warga Kota Terhadap Layanan
Smart Living Menuju Semarang Smart City Tahun 2018”
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang
muncul dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Berapa tingkat penggunaan pelayanan loket dan non loket warga Kota
Semarang pada indikator smart living?
2. Bagaimana pola penyebaran pengguna pelayanan loket dan non loket
warga Kota Semarang pada indikator smart living?
3. Bagaimana respon warga Kota Semarang terhadap pelayanan smart
living?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :
1. Mengetahui tingkat penggunaan pelayanan loket dan non loket warga
Kota Semarang pada indikator smart living.
2. Mengetahui pola sebaran pengguna pelayanan loket dan non loket
warga Kota Semarang pada indikator smart living.
3. Mengetahui respon warga Kota Semarang terhadap pelayanan smart
living
8
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan peneliti adalah :
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik dalam
rangka ilmu pengetahuan, memperkaya informasi dan memberikan
sumbangan konsepsual pada kajian mengenai pembangunan kota dan
konsep smart city yang kemudian bisa menjadi referensi atau masukan
bagi penelitian sejenis
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini menambah wawasan penulis maupun pembaca akan
respon warga Kota Semarang menanggapi smart city dalam indikator
smart living dan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka ilmu
pengetahuan maupun khazanah akan pengetahuan khususnya dalam
bidang Geografi.
.
9
1.5 Batasan Istilah
1. Sebaran Keruangan
Sebaran Keruangan atau disebut Distribusi keruangan adalah
aplikasi dari proses keruangan yang muncul dari kondisi statis, dan
struktur keruangan adalah aplikasi proses dan distribusi keruangan
suatu elemen. Proses keruangan dan struktur keruangan adalah identik
dalam satu sudut pandang. Proses keruangan dapat berjalan lambat dan
dapat pula berjalan cepat, itulah yang harus dibedakan sehingga proses
itu dapat merubah struktur yang ada (Abler dkk., 1977). Sebaran yang
dimaksud yakni persebaran pengguna pelayanan online berbasis loket
pada warga Kota Semarang di tiap kecamatan.
2. Respon
Pengertian respon merupakan suatu reaksi atau jawaban yang
bergantung pada stimulus tersebut (Gulo, 1996). Respon yang
dimaksud yakni tanggapan dari warga terhadap efektifnya smart living
yang sudah berjalan hingga kini.
3. Smart Living
Pengertian smart living yaitu mengacu pada kualitas hidup dan
kebudayaan warga faktor yang paling mempengaruhi adalah
tersedianya kebutuhan-kebutuhan,adanya keamanan, keselamatan,
kemudahan dan kenyamanan hidup (Rumpak, 2016). Smart Living yang
dimaksud yakni mengacu pada website semarang smart city yang
10
terdapat pada sub bagian Smart Living : PDAM, Smart Police, dan
Transpotasi.
4. Layanan
Definisi Menurut (Groonros, 1990) dalam (Atik dan Ratminto,
2005) adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang di
sediakan oleh Menurut perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau
pelanggan.
5. Smart City
Smart City merupakan sebuah konsep pengembangan dan
pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor dan
mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan
lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada
warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
(Supangkat, 2015). Smart City sangat diperlukan di era modern ini
dikarenakan semua tentang informasi pemerintah dapat diakses oleh
warga dengan transparan. Dalam penelitian ini yang dimaksud yakni
berhasilnya menjalankan smart living di warga Kota Semarang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Deskripsi Teoritis
2.1.1 Sebaran Keruangan
Sebaran keruangan merupakan aplikasi dari proses keruangan yang muncul
dari kondisi statis, dan struktur keruangan adalah aplikasi proses dan distribusi
keruangan suatu elemen. Proses keruangan dan struktur keruangan adalah identik
dalam satu sudut pandang. Proses keruangan dapat berjalan lambat dan dapat pula
berjalan cepat, itulah yang harus dibedakan sehingga proses itu dapat merubah
struktur yang ada (Abler dkk., 1977).
2.1.2 Respon
Menurut (Rakhmat, 1999) respon adalah suatu kegiatan (activity) dari
organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis
kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut
respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau
kesan yang didapat (ditinggal) dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan-pesan.
Menurut (Soenarjo dan Soenarjo, 1983) istilah respon dalam komunikasi
adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau setelah
komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek
12
berupa respon dari komunikasi terhadap suatu pesan yang dilancarkan oleh
komunikator.
Respon dengan istilah balik (feedback) yang memiliki peranan atau
pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi
(Subandi, 1982).
Dengan adanya respon yang disampaikan dari komunikan kepada
komunikator maka akan menetralisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses
komunikasi. Sedangkan menurut (Poerwadarminta, 1999) respon diartikan
sebagai tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon akan muncul dari penerimaan pesan
setelah terjadinya serangkaian komunikasi. Para ahli dalam menafsirkan respon
antara satu dan lainnya berbeda. Tetapi walaupun para ahli berbeda-beda dalam
mendefisinikan tanggapan, kesemuanya memiliki titik kesamaan.
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor
penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat
menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan
tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua
stimulus yang ada persesuaaian atau yang menarik darinya. Dengan demikian maka
akan ditanggapi adalah individu tergantung pada stimulus juga bergantung pada
keadaan individu itu sendiri.
13
13
2.1.3 Smart Living
Pengertian smart living yaitu mengacu pada kualitas hidup dan
kebudayaan warga faktor yang paling mempengaruhi adalah tersedianya
kebutuhan-kebutuhan,adanya keamanan, keselamatan, kemudahan dan
kenyamanan hidup (Rumpak, 2016)
2.1.4 Layanan
Menurut (Groonros, 1990) dalam (Atik dan Ratminto, 2005) adalah
suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata
(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang di sediakan oleh Menurut
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan.
Pendapat (Parasuraman dkk, 1998), faktor-faktor yang mempengaruhi
dan mengevaluasi kualitas jasa pelanggan umumnya menggunakan 5
dimensi, antara lain:
1. Tangibles / Bukti Langsung
Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian
yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen
2. Reliability / Keandalan
Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan
untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara
tepat waktu.
14
3. Responsiveness / Ketanggapan
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan
perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan
pelayanan dengan cepat dan tanggap.
4. Assurance / Jaminan
Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku
employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri
konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan.
5. Emphaty / Empati
Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan
langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada
konsumen secara individu.
15
2.1.5 Smart City
Smart City atau secara harfiah berarti kota pintar, merupakan suatu
konsep pengembangan, penerapan, dan implementasi teknologi yang
diterapkan disuatu daerah sebagai sebuah interaksi yang kompleks di antara
berbagai sistem yang ada di dalamnya (Pratama, 2014). Tujuan dari
pendekatan Smart City untuk mencapai informasi dan pengelolaan kota
yang terintegrasi. Integrasi ini dapat melalui manajemen jaringan digital
geografi perkotaan, sumber daya, lingkungan, ekonomi, sosial dan lainnya.
“The structure of Smart City includes perception layer, network layer and
application layer, which can make the future world increasingly
appreciable and measurable, increasingly interconnection and
interoperability and increasingly intelligent”(struktur dari Smart City
meliputi lapisan persepsi, lapisan jaringan dan lapisan aplikasi, yang dapat
membuat masa depan dunia semakin cukup dan terukur, semakin
interkoneksi dan interoperabilitas dan semakin cerdas) (Su, dkk, 2011).
Amerika Serikat dan Eropa merupakan negara dan benua yang
menjadi pelopor Smart City di dunia. IBM atau disebut International
Business Machines merupakan perusahaan yang mewadahi berdirinya
Smart City, IBM membagi Smart City menjadi enam jenis. Keenam jenis
pembagian Smart City tersebut meliputi smart economy, smart mobility,
smart governance, smart people, smart living, dan smart environment.
(Pratama, 2014).
16
Gambar 2.1 Indikator Smart City (Cohen, 2012)
1. Smart Economy
Ekonomi merupakan salah satu pilar penopang
daerah/kota/negara. Pengelolaan ekonomi suatu daerah hendaknya
perlu dilakukan dengan lebih baik dan terkomputerisasi.
Implementasi dan penilaian Smart City pada bagian (indikator)
smart economy meliputi dua hal, yakni proses inovasi (innovation)
dan kemampuan daya saing (competitives). Kedua hal tersebut
berguna untuk mencapai peningkatan ekonomi bangsa yang lebih
baik dan pintar, sebab inovasi dan kemampuan daya saing
merupakan modal utama untuk kemajuan bangsa serta peningkatan
pembangan sumber daya. Arah pembangunan sumber daya di suatu
wilayah diwujudkan melalui peningkatan akses, pemerataan,
17
relevansi, dan mutu layanan sosial dasar, peningkatan kualitas dan
daya saing tenaga kerja, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk serta peningkatan partisipasi warga.
2. Smart People
Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal
ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun
modal social (social capital). Smart people dapat dikatakan sebagai
tujuan utama yang harus dipenuhi dalam mewujudkan Smart City.
Pada bagian ini terdapat kriteria proses kreatifitas pada diri manusia
dan modal sosial. Berikut kriteria penilaian tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan
perguruan tinggi yang merata kepada warga dan berbasiskan
IT seperti penerapan e-learning, pemanfaatan sistem informasi
sekolah/perguruan tinggi, pembelajaran dengan sarana
komputer, penyediaan akses internet untuk sumber informasi/
bahas pembelajaran, dan lain-lain.
b. Adanya komunitas IT dan komunitas lainnya yang berkaitan
dengan pemanfaatan teknologi informasi.
c. Adanya peranan warga dalam pemanfaatan teknologi
informasi.
18
3. Smart Governance
Smart governance merupakan bagian atau indikator pada
Smart City yang mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan.
Adanya kerja sama antara pemerintah dan warga diharapkan dapat
mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan yang bersih, jujur,
adil, dan demokrasi, serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang
lebih baik. Smart governance terdiri atas tiga bagian sebagai berikut:
a. Keikutsertaan warga di dalam penentuan keputusan secara
langsung maupun online.
b. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik. Implementasi
Smart City dalam hal ini memanfaatkan teknologi informasi
dapat dilakukan dengan cara penyediaan sistem informasi
berbasis web dan mobile untuk pelayanan publik (pembuatan
KTP, SIM dan lain-lain), penyediaan layanan administrasi
keuangan/pembayaran yang efektif, hemat waktu, dan
otomatis (pembayaran listrik, air dan lain-lain), dan adanya
database yang terstruktur dan tertata baik di dalam
penyimpanan data dan informasi terkait dengan layanan
publik.
c. Adanya transparansi di dalam pemerintahan, sehingga warga
menjadi tahu dan cerdas.
19
4. Smart Mobility
Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada smart city
yang mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat.
Pada smart mobility ini terdapat proses transportasi dan mobilitas
yang smart, sehingga diharapkan tercipta layanan publik untuk
transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus
permasalahan umum di dalam transportasi, misalkan macet,
pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.
5. Smart Environment
Smart Environment merupakan bagian atau dimensi pada
smart city yang mengkhususkan pada bagaimana menciptakan
lingkungan yang pintar. Kriteria penilaian disini mencakup proses
kelangsungan dan pengelolaan sumber daya yang lebih baik. Untuk
mewujudkan smart environment perlu adanya beragam terapan
aplikasi dan komputer dalam bentuk sensor network dan wireless
sensor network, jaringan komputer, kecerdasan buatan, database
sistem, mobile computing, sistem operasi, paralel computing,
recognition (face recognition, image recognition), image processing,
intellegence transport system, dan bergam teknologi lainnya yang
terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.
6. Smart Living
Pada smart living terdapat syarat dan kriteria serta tujuan untuk proses
pengelolaan kualitas hidup dan budaya yang lebih baik dan pintar.
20
Untuk mewujudkan smart living, terdapat tiga buah sub bagian yang
harus dipenuhi, diataranya sebagai berikut:
1. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat
dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti penyediaan sarana
internet gratis dan sehat II-4 sistem filtering/proxy
2. Penyediaan sarana, prasarana dan informasi terkait dengan potensi
pariswisata daerah dengan baik dan atraktif memanfaatkan teknologi
informasi seperti adanya sistem informasi geografis untuk pemetaan
lokasi objek wisata, proses pemesanan tiket masuk dan kamar hotel
secara online dan mobile.
3. Infrastruktur teknologi informasi yang memadai, sehingga semua
fasilitas dan layanan publik dapat berjalan dengan baik melalui
bantuan komputerisasi dan teknologi informasi seperti tersedianya
komputer publik di tempat-tempat umum, tersedianya jaringan
internet yang memadai, tersedianya tenaga IT/SDM yang kompeten.
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang berkaitan dengan kajian sebaran keruangan dan layanan online dalam
implementasi smart city. Dalam beberapa penelitian sebelumnya berfokus pada
sebran keruangan dan indicator yang berada pada smart city terhadap layanan
online. Berikut merupakan perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan
penelitian sebelumnya secara rinci Tabel 2.1.
21
Nama dan Judul Tujuan Metode Hasil Perbandingan
Nam, Taewoo and
Pardo, Theresa A/
Journal of
Information System
Applications (2011),
Konsep Smart City
dengan Dimensi
Teknologi, Manusia,
dan Institusi
Mengetahui
Konsep yang
diterapkan
pada Smart
City.
Metode Observasi,
mengetahui
keadaan letak
geografis .
Prinsip strategis
menyelaraskan ke tiga
dimensi utama
(teknologi, orang, dan
institusi) kota pintar:
1. Integrasi
infrastruktur dan layanan
yang dimediasi teknologi,
2. Pembelajaran sosial
untuk memperkuat
infrastruktur manusia,
3. Tata kelola untuk
peningkatan kelembagaan
dan keterlibatan warga
negara.
Persamaan terletak pada
objek penelitian yaitu
integrasi pelayanan yang
dimediasi oleh teknologi
dan untuk peningkatan
kelembagaan dan
ketelibatan warga
Perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan adalah
terletak pada variable
penelitiannya lebih
bervariasi seperti Smart
Environtment, Health Care,
Energy, Education, dan
Safety
Mengetahui
Dimensi
Teknologi,
Manusia, dan
Institusi.
Metode
Wawancara, untuk
mengetahui data-
data yang
terkonsep dalam
ketiga dimensi .
Metode
Dokumentasi,
untuk
mengumpulkan
data melewati
website Smart City.
Pongsapan, Fajar P/
Jurnal Teknik
Elektro dan
Komputer (2014),
ISSN: 2301-8402
Desain Arsitektur
Jaringan Teknologi
Informasi dan
Komunikasi untuk
Manado Smart city;
Mengetahui
teknologi
informasi dan
komunikasi
sebagai upaya
meningkatkan
daya saing
daerah pada
khususnya dan
Indonesia.
Metode Interview,
untuk
mengumpulkan
data-data pada
pegawai-pegawai
di lingkungan
pemerintah
Manado.
1. Topologi Jaringan
Internet Pemerintah Kota
Manado
2. Server jaringan TIK
di Pemerintah Kota
Manado, yang akan
menghubungkan instansi-
instansi pemerintahan
lainnya akan terdapat 15
Jalur Utama.
Persamaan terletak
pembangunan kota berbasis
Online dengan
menghubungkan berbagai
instansi terkait.
Perbedaannya adalah
penelitian ini menjurus pada
teknik jaringan internet kota
Mandado yang
menghubungkan beberapa
Tabel 2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
22
Nama dan Judul Tujuan Metode Hasil Perbandingan
Studi Kasus
Pemerintah Kota
Manado
.
Mengetahui
terapan Smart
City di
Manado.
Metode Observasi,
untuk mengetahui
letak dan struktur
geografis.
instasi.
Widodo,
Nurjati/Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik
(JLAP) Vol. 2, No.
4, pp 227-235, 2016
Pengembangan e-
Government di
Pemerintah Daerah
Dalam Rangka
Mewujudkan Smart
City (Studi di
Pemerintah Daerah
Kota Malang)
Menganalisis
pengembangan
electronic
government
yang semakin
marak di
pemerintahan
daerah dalam
rangka
mewujudkan
smart city.
Metode Deskriptif,
untuk
mendeskripsikan,
mencatat,
menganalisis dan
menginterpretasika
n mengenai kondisi
saat ini, dengan
kata lain penelitian
jenis deskriptif
kualitatif bertujuan
untuk memperoleh
informasi -
informasi dari
keadaan yang
sudah terjadi.
Pengembangan e-
government melalui
penerapan Program
Anugerah Inovasi dan
Komunikasi Informasi
Digital (AIKID) di Kota
Malang dalam rangka
mewujudkan smart city
diukur dengan
menggunakan indikator
efektivitas dapat
dikatakan cukup efektif.
Hal ini dibuktikan dengan
terpenuhinya seluruh dari
isi indikator tersebut. Saat
ini, setelah program ini
berjalan di tahun kedua
mengalami peningkatan di
setiap situs layanan SKPD
Persamaan terletak dari
tujuan yakni menciptakan
suatu pelayanan yang prima
bagi warga dengan adanya
Smart City.
Perbedaan dengan penelitian
ini yakni bahwa kreatifitas
e-government sangat
diperlukan untuk
mewujudkan berbagai
produk fitur online dengan
penerapan Program
Anugerah Inovasi
Komunikasi Informasi
Digital (AIKID) di Kota
Malang dengan
menggunakan indikato
efetivitas dan efisiensi tanpa
mengetahui respon warga
Kota Malang.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
23
Nama dan Judul Tujuan Metode Hasil Perbandingan
Indrayati, Ariyani.
2011/ Jurnal Ilmiah
Geografi Volume 8
No. 1
Pola Distribusi
Keruangan Mck
Komunal
Dan Hubungannya
Dengan Kawasan
Kumuh Di Perkotaan
Yogyakarta
Menganalisis
mengenai pola
distribusi
keruangan
MCK
Komunal yang
sudah ada di
Kota
Yogyakarta,
dan
menghubungka
nnya dengan
distribusi
keruangan
Kawasan
kumuh yang
ada di kota
tersebut
Metode Kuantitatif,
untuk pola
distribusi spasial
dihitung
menggunakan
teknik statistik
berbasis area
kelurahan,
sedangkan
distribusi kawasan
kumuh dilakukan
dengan analisis
spasial dengan unit
analisis
titik
1. Peta pola keruangan
MCK Komunal di Kota
Yogyakarta
2. Tabel dan peta tingkat
manajemen MCK
Komunal di bantaran
sungai (Winongo, Code,
Gajahwong) Kota
Yogyakarta
3. Tabel komparasi antar
kasus tingkat peran serta
komunitas pada MCK
Komunal
4. Arahan pengembangan
manajemen MCK
Komunal di Perkotaan
Yogyakarta
Persamaan terletak pada
Teknik Analisis
menggunakan Indeks Moran
dalam mengetahui pola
keruangan MCK Komunal
di Yogyakarta.
Perbedaan pada Penelitian
ini yakni terletak pada
arahan bagi pemerintah
sebagai referensi untuk
meletakkan infrasruktur
baru terkai dengan masalah
sanitasi.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
24
24
2.3 Kerangka Berpikir
Peluncuran program Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni program
Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 merupakan sebuah inovasi
digital dalam Pembangunan Perkotaan di Indonesia yang keterkaitanya
dengan pelayanan publik. Hal tersebut dimuat dalam UU No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam Bab XXI bertajuk Inovasi
Daerah, dimana program tersebut sejalan dengan salah satu misi Kota
Semarang yakni terkait pengelolaan pelayanan agar lebih efektif dan efisien.
Konsep smart city merupakan pengembangan dan pengelolaan kota dengan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
menghubungkan, memonitor, dan mengendalikan berbagai sumber daya
yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk
memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung
pembangunan yang berkelanjutan (Supangkat, et.al., 2015:16).
Pelayanan Smart Living yang dimaksud yakni pelayanan PDAM,
Smart Police, dan Transportasi. Dalam mendukung pelayanan ini agar
meningkatknya efisien, efektif, dan transparan, dipastikan adanya SDM
yang mumpuni sebagai operator berbasis IT dan dapat memahami,
menganalisis, dan memberikan penilaian terhadap pelayanan pada loket dan
non loket (online) terkait dengan implementasi konsep smart city. Dengan
hasil analisis dan respon warga ini selanjutnya dirumuskan arahan
pelayanan yang lebih baik sebagai langkah awal mewujudkan smart city
Kota Semarang.
25
Arahan untuk perbaikan dan pengembangan pelayanan
perkotaan berdasarkan analisis keruangan sebagai langkah awal
mewujudkan Smart City Kota Semarang
1. PDAM
2. Smart Police
3. Transportasi
Pelayanan Smart City dalam indikator
Smart Living
Upaya smart city
oleh Pemerintah
Indikator Smart City :
1. Smart Governance
2. Smart Infrastructure
3. Smart Environment
4. Smart Living
5. Smart People
6. Smart Economy
Pelayanan (Berbasis TIK)
Respon warga dan analisis pelayanan online
per unit kecamatan (PDAM dan SKCK) dan
per koridor (Transportasi) dalam upaya
implementasi smart city Kota Semarang
Pembangunan Inovasi Digital
berdasarkan program Indeks Kota
Cerdas Indonesia (IKCI) dalam
Pelayanan Publik di Kota Semarang
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
115
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan yang telah
dilakukan pada wilayah penelitian dapat disimpulkan bahwa pelayanan smart
living pada smart city di Kota Semarang dari hasil perhitungan tingkat pengguna
pada pelayanan PDAM sudah dapat menerapkan smart living dengan baik
dengan prosentase pengguna non loket (online) yakni 74,91%, sedangkan pada
SKCK dan BRT belum dikatakan dapat menerapkan smart city dengan baik
dikarenakan pengguna yang melalui non loket pada SKCK dan pembayaran non
tunai pada BRT masih terpaut jauh yakni 0,7% (SKCK) dan 4,2% (BRT).
Sebaran keruangan pada pelayanan PDAM dan SKCK Non Loket
(Online) menggunakan Indeks Moran tersebut termasuk kedalam pola
menyebar (spreaded), ini berarti masyarakat Kota Semarang sudah menerapkan
smart living dengan baik dikarenakan sudah tersebar merata disetiap kecamatan
atau tidak ada pemusatan disatu kecamatan kecuali pada pelayanan SKCK di
Loket yang masih mengelompok (clustered) yakni pada kecamatan Ngaliyan,
Genuk, Pedurungan, dan Tembalang, sedangkan indeks konektivitas pada Trans
Semarang yakni 1,714 yang berarti konektivitas pada jalur Trans Semarang
adalah baik.
Pada respon masyrakat Kota Semarang terhadap ketiga pelayanan
tersebut sudah menandakan bahwa masyarakat selalu mendukung dan
116
menghargai pelayanan PDAM, SKCK, dan Trans Semarang dengan
memberikan penilaian yang sangat baik, yakni dengan penilaian PDAM
78,2125%, SKCK 84,58%, dan Trans Semarang 76,571%, meskipun penilaian
ini memuaskan tetapi masih banyak masyarakat yang memberi masukan yang
sangat perlu untuk ditingkatkan bagi ketiga instasnsi ini.
5.2 SARAN
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
Berdasarkan hasil analisis pelayanan smart living pada pelayanan PDAM
yakni perlu pengawasan ketat terhadap jaringan pipa agar tingkat kebocoran
dan matinya air tidak sering terjadi, tetap mempertahan pelayanan pembayaran
secara online dengan baik.
Pada pelayanan SKCK yakni perlu adanya informasi lebih lanjut atau
anjuran terhadap cara mudah dalam permohonan SKCK secara Online agar
lebih mempermudah dalam pelayanan, mempebanyak mobil SKCK Online di
tiap daerah di Kota Semarang atau mobil SKCK Online yang hanya satu dapat
berpindah di daerah tertentu dan sesuai jadwal tertantu juga, agar warga lebih
cepat mengakses pelayanan SKCK secara online.
Pada pelayanan Trans Semarang yakni fasilitas shelter/halte diperbaiki
agar saat hujan tidak kehujanan, saat ramai tidak berdesakan, dan
meningkatkan ketepatan waktu armada dengan menggunakan jalur khusus
seperti Trans Jakarta sehingga implementasi smart city dalam bidang smart
living dapat merata di Kota Semarang.
117
DAFTAR PUSTAKA
Abler, Ronald, John S Adams dan Peter Gould. 1977. Spatial Organisation, The
Geograher’s View of The World. London : Prentice Hall International Inc.
Ardi, Iwan Aminto. 2013. Konektivitas Jaringan Jalan Sebagai Petimbangan
Penataan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, Jurnal
Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi, hal 65
Atik dan Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan, disertai dengan pengembangan
model konseptual, penerapan citizen’s charter dan standar pelayanan
minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017. Kota Semarang Dalam Angka Tahun
2017. Semarang : CV. Citra Yunda
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2018. Kota Semarang Dalam Angka Tahun
2018. Semarang : CV. Citra Yunda
Badan Pusat Statistik Nasional. 2019. Presntase Penduduk Perkotaan Tahun 2010-
2035. Jakarta Pusat
Badan Pusat Statistik Nasional. 2019. Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010.
Jakarta Pusat
Bakıcı, Tuba, Esteve Almirall, and Jonathan Wareham. 2013. “A Smart City
Initiative: the Case of Barcelona”. J Knowl Econ (2013) 4:135–148.
BLU UPTD Trans Semarang. 2014. Company Profile BRT BLU UPTD Trans
Semarang Kota Semarang. Semarang: BLU UPTD Trans Semarang.
118
Chourabi, Hafedh, et.al. 2012. Understanding Smart Cities: An Integrative
Framework. 45th Hawaii International Conference on System
Sciences. IEEE Computer Society. Page 2298-2297.
Cohen, B. 2012. The Top Smart Cities on the Planet.
Dwiyanto, Agus, Partini, Ratmito, Wicaksono, Bambang, Tamtiari, Wini,
Kusumasari, Beveola, nuh, Muhammad. 2002. Reformasi Birokrasi
Publikdi Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan UGM, Galang Printika.
Fajriyah, Irma. 2017. Ketersediaan Infrastruktur Perkotaan Dalam Upaya
Mewujudkan Smart City Kota Semarang Tahun 2017. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Fakultas Ilmu Sosial.
Fauziyah, Khusnul dan Farida, Eva Hany. (2017). Survei Kepuasan Masyarakat
Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) Online Di Polresta Sidoarjo.
Gronroos, C. 1990. Service Management and Marketing: Managing the Moment of
Truth in Service Competition. Massachusetts: Lexington.
Gulo, W. 1996. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo.
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai.
Yogyakarta: FP UGM.
Indrayati, Ariyani. 2011.‘Pola Distribusi Keruangan MCK Komunal dan
Hubungannya dengan Kawasan Kumuh di Perkotaan Yogyakarta’. Dalam
Jurnal Geografi. Vol.8 No.1. Hal. 54-63
119
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Penyunsunan Indeks
Kepuasan Masyarakat
Kosfeld, R. 2006. Spatial Econometrics. Germany: University of Kassel
Listiani, dkk. 2015. Analisis Kualitas Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Lovelock, Christopher dan Wirtz, Jochen. 2007. Services Marketing: People,
Technology, Strategy. Pearson Education, Inc., New Jersey.
Matono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Rajawali Pers
Mote, Frederik. 2008. Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap
Pelayanan Publik di Puskesmas Ngesrep Semarang. Semarang: Unveritas
Diponegoro
Muta’ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisi Regional: Untuk Perencanaan Wilayah, Tata
Ruang, dan Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi
(BPFG) Universitas Gadjah Mada.
Nam, Taewoo and Pardo. 2011. Konsep Smart City dengan Dimensi Teknologi,
Manusia, dan Institusi. Theresa A Journal of Information System
Applications.
Nam, Taewoo dan Theresa A. Pardo. 2011. “Smart City as Urban Innovation:
Focusing on Management, Policy, and Context”. ICEGOV, September 26–
28: 185-194.
120
Neirottia, Paolo, et.al. 2014. “Current trends in Smart City initiatives: some stylized
facts”. CITIES, vol. 38, pp. 25-36.
Novianti, Kurnia dan Choerunisa Noor Syahid. 2016. Towards Smart City: Lessons
From The Implementation Of Smart City’s Concept In Jakarta And
Surabaya. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Jakarta.
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A.and Berry, L.L. 1998. SERVQUAL: a multiple
item scale for Measuring consumer perceptions of service quality, Journal
of Retaling, vol. 64 No, 1, pp. 12-40.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Walikota Nomor 690/004/Tahun 2015 Tentang Pelayanan Air Minum
dan pad Bab III Pasal 27 tentang Ketentuan Larangan Pelanggan
Poerwadarminta. 1999. Psikologi Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka
Pongsapan, Fajar P. 2014. Desain Arsitektur Jaringan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Manado Smart City; Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer. ISSN: 2301-8402
Pratama, I Putu Agus Eka. 2015. Smart City beserta Cloud Computing dan
Teknologi- Teknologi Pendukung Lainnya. Bandung: Informatika,
Bandung.
Rakhmat, Jalaludin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
121
Rumpak, Aristarkus Didimus. 2016. Kajian Pemakai Website Jakarta Smart City
Terhadap Kepercayaan Warga Pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Jakarta.
Soenarjo, Djoenaesih S. dan Soenarjo. 1983. Himpunan Istilah Komunikasi.
Yogyakarta: Liberty.
Senate Department for Urban Development and the Environment. 2015. Smart City
Strategy Berlin. A Report of The “Berlin Strategy|Urban Development
Concept Berlin 2030”.
Setyowati, Dewi Liesnoor, 2007. Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman
Denganteknik Sistem Informasi Geografis (Sig) Dalam Jurnal Geografi.
Vol.4 No.1 Hal.44-54
Sinambela, L.P. (2010). Reformasi Pelayanan Publik; Teori, Kebijakan dan
Implementasi, Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Su, Kehua, Jie Li and Hongbo Fu. 2011. Smart city and the applications, Journal
International Conference on Electronics, Communications and Control
(ICECC), No.1028 – 1031
Subandi, Ahmad. 1982. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang.
Sudjana. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah
Production.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Supangkat, S.H. 2015. Pengenalan dan Pengembangan Smart City. Bandung :
LPIK ITB.
122
Supangkat, Suhono Harso. 2015. Pengenalan dan Pengembangan Smart City.
Bandung: e-Indonesia Initiatives Institut Teknologi Bandung
Suryana, 2010. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Thoha, Miftah. 2005. Birokrasi Indonesia Dalam Era Globalisasi. Pusdiklat
Pegawai Depdiknas. Sawangan. Bogor.
Tika, H. Moh. Panbudu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintah Daerah, dalam Bab
XXI bertajuk Inovasi Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan
Publik
Washburn, Doug and Usman Sindhu. 2010. Helping CIOs Understand “Smart
City” Initiatives: Defining The Smart City, Its Drivers, And The Role Of
The CIO. Research Report for CIOs. February 11, 2010
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah . Insan
Cedekia. Surabaya.
Widodo, Nurjati. 2016. Pengembangan e-Government di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Mewujudkan Smart City (Studi di Pemerintah Daerah Kota
Malang). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JLAP) Vol. 2, No. 4, pp 227-
235
123
Yunus, H. S. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Internet :
Anonim. Profil PDAM Kota Semarang. https://www.pdamkotasmg.co.id/
(diakses pada 27 Februari 2019 pukul 20.45)
Anonim. Semarang Smart City. http://smartcity.semarangkota.go.id/Dashboard
(diakses pada 10 Maret 2019 pukul 21.37 WIB)
Anonim. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
https://www.restabes-smg.jateng.polri.go.id/main/layanan/skck.html
(diakses pada 14 Maret 2019 pukul 20.58 WIB)
Budiman, Hendra. Landasan Hukum Inovasi Kota Cerdas.
https://www.kompasiana.com/hendra_budiman/552b1588f17e610d6cd623d4/land
asan-hukum-inovasi-kotacerdas
(diakses pada 12 Mei 2019 pukul 21.25 WIB)
Company Profile BRT BLU UPTD Trans Semarang Kota Semarang. 2014. Profil
Trans Semarang.
http://transsemarang.semarangkota.go.id/portal/page/ppid/344/trans-semarang-
profil-trans-semarang
(di akses pada 23 Februari 2019 pukul 20.03 WIB)
Conten Writer. 2018. Wali Kota Hendi Gandeng GO-PAY Tingkatkan Layanan
Trans Semarang. http://www.tribunnews.com/regional/2018/09/04/wali-kota-
hendi-gandeng-go-pay-tingkatkan-layanan-trans-semarang
(diakses pada 20 Maret 2019 pukul 22.12 WIB)
Ratya, Mega Putra. 2017. Strategi Wali Kota Semarang Terapkan Smart City.
https://news.detik.com/berita/d-3510613/strategi-wali-kota-semarang-terapkan-
smart-city
(di akses pada 27 Februari 2019 pukul 19.25 WIB)