Sediaan Injeksi Dalam Ampul

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ampul

Citation preview

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    1/24

    TUGAS TERSTRUKTUR

    PERBEKALAN STERIL

    Pembuatan Sediaan Injeksi dalam Kemasan Ampul

    Disusun Oleh:

    Kelompok 12

    Muntofingah (G1F012024)

    Curie Julia Kulzumia (G1F012054)

    Sariah Aini Rahmawati (G1F012086)

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN FARMASI

    PURWOKERTO

    2014

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    2/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Kemasan Sediaan Injeksi

    Ampul merupakan wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang

    memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah

    1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran

    tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali

    pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas

    tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan

    gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat

    sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal. 464)

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sediaan ampul :

    1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal

    2. Tidak perlu isotonis

    3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan

    alkohol 70 %

    4.

    Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi

    Sediaan suntik dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara

    parenteral. Istilah steril adalah keadaan bebas dari mikroorganisme baik bentuk

    vegetatif, nonvegetatif, pathogen maupun nonpatogen. Sedangkan parenteral

    menunjukkan pemberian dengan cara disuntikkan. Produk parenteral dibuat

    mengikuti prosedur steril mulai dari pemilihan pelarut hingga pengemasan. Bahan

    pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastik, elastik

    (karet), metal. Pengemasan sediaan suntik harus mengikuti prosedur aseptis dan

    steril karena pengemas ini langsung berinteraksi dengan sediaan yang dibuat,

    termasuk dalam hal ini wadah. Wadah merupakan bagian yang menampung dan

    melindungi bahan yang telah dibuat (Ansel,1989).

    Wadah obat suntik (termasuk tutupnya) harus tidak berinteraksi dengan

    sediaan, baik secara fisik maupun kimia karena akan mengubah kekuatan dan

    efektifitasnya. Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    3/24

    berwarna atau berwarna kekuningan, untuk memungkinkan pemeriksaan isinya.

    Jenis gelas yang sesuai dan dipilih untuk tiap sediaan parenteral biasanya

    dinyatakan dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan dalam

    wadah dosis tunggal atau wadah dosis berganda (Ansel, 1989).

    Wadah dosis tunggal adalah suatu wadah yag kedap udara yang

    mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian

    parenteral sebagai dosis tunggal, dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat

    kembali dengan jaminan tetap steril. Wadah dosis berganda adalah wadah kedap

    udara yang memungkinkan pengambilan isinya secara berulang tanpa terjadi

    perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian pada bagian yang tertinggal (Ansel,1989).

    Wadah dosis tunggal biasanya disebut ampul, tertutup rapat dengan

    melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher

    agar dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi

    serpihan-serpihan gelas. Sesudah dibuka, isi ampul dapat dihisap kedalam alat

    suntik dengan jarum hipodermik. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup dan

    digunakan lagi untuk waktu kemudian, karena sterilitas isinya tidak dapat

    dipertanggungjawabkan lagi. Beberapa produk yang dapat disuntikkan dikemas

    dalam alat suntik yang diisi sebelumnya dengan atau tanpa cara pemberian khusus

    (Ansel, 1989).

    Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui

    berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat

    mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalamkondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan,

    dan penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah

    pengamatan terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya

    tertera dalam masing-masing monografi. (Depkes RI, 1995).

    Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan di

    dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan

    perubahan khasiat, mutu dan kemurniannya (Depkes RI, 1979). Bagaimanapun

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    4/24

    bentuk dan komposisi wadah, wadah pengemas merupakan sumber dari masalah

    stabilitas sediaan, bahan partikulat, dan sumber pirogen (Martindale, 1982).

    Keuntungan wadah gelas (Martindale, 1982) :

    1. Mempunyai daya tahan kimia yang baik sehingga tidak bereaksi dengan

    kandungan wadah dan tidak mengabsorbsi atau mengeluarkan senyawa

    organik.

    2. Bersifat tidak permeable sehingga apabila ditutup dengan baik maka

    pemasukan atau hilangnya gas-gas dapat diabaikan.

    3. Wadah gelas mudah dicuci karena permukannya licin

    4.

    Bersifat transparan sehingga dapat diamati kandungnnya dalam wadah.5. Mempunyai sifat kaku, kuat dan bentuknya stabil. Tahan terhadap

    tusukan dapat divakumkan, dapat dipanaskan pada suhu 121OC pada

    sterilisasi uap dan 2600C pada sterilisasi kering tanpa mengalami

    perubahan bentuk.

    Kerugian (Martindale, 1982) :

    1. Mudah pecah dan bobotnya relatif berat.

    2.

    Wadah yang biasa digunakan untuk sedian injeksi adalah berupa vial atau

    ampul. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi biasanya digunakan

    ampul berwarna gelap (biasanya coklat) untuk melindungi sediaan dari

    cahaya.

    3. Gelas tipe I untuk membuat wadah tiup dalam bentuk tabung, misalnya

    vial, ampul, badan alat suntik (syringe) dan bagian infus set. Beberapa

    sediaan parenteral volume kecil dikemas dalam alat suntik gelas sekali

    pakai (disposable one-trip glass syringe).

    4. Wadah yang biasa digunakan untuk sedian injeksi adalah berupa vial atau

    ampul. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi biasanya digunakan

    ampul berwarna gelap (biasanya coklat) untuk melindungi sediaan dari

    cahaya.

    Tipe wadah yang digunakan untuk kemasan sediaan injeksi antara lain :

    1. Gelas

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    5/24

    Gelas digunakan untuk sediaan parenteral dikelompokkan dalam

    tipe I, Tipe II, dan Tipe III (tabel 8). Tipe I adalah mempunyai derajat

    yang paling tinggi, disusun hampir ekslusif dan barosilikat (silikon

    dioksida), membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam dan

    basa yang ekstrim. Gelas tipe I, meskipun paling mahal, ini lebih disukai

    untuk produk terbanyak yang digunakan untuk pengemasan beberapa

    parenteral. Gelas tipe II adalah gelas soda-lime (dibuat dengan natrium

    sulfit atau sulfida untuk menetralisasi permukaan alkalinoksida),

    sebaliknya gelas tipe III tidak dibuat dari gelas soda lime. Gelas tipe II dan

    III digunakan untuk serbuk kering dan sediaan parenteral larutan

    berminyak. Tipe II dapat digunakan untuk produk dengan pH di bawah 7,0

    sebaik sediaan asam dan netral. USP XXII memberikan uji untuk tipe-tipe

    gelas berbeda (Martindale, 1982).

    Formulator harus mengetahuidan sadar bahwa masing-masing tipe

    gelas adalah berbeda dan level bahan tambahannya (boron, sodium,

    potassium, kalsium, besi, dan magnesium) yang berefek terhadap sifat

    kimia dan fisika. Oleh karena itu, formulator sebaiknya mempunyai semua

    informasi yang diperlukan dari pembuatan gelas untuk memastikan bahwa

    formulasi gelas adalah konsisten dan dari batch dan spesifikasi bahan

    tambahan adalah konsisten ditemukan.

    Gelas untuk parenteral volume kecilTabel 1

    Tipe Definisi Umum Test USP

    Batas

    Ukuran

    (ml)

    ml 0,02 N

    asam

    I Paling resisten,

    gelas borosilikat

    Gelas

    serbukSemua 1,0

    IIGelas dibuat dari

    soda lime

    Attack

    water

    100 atau

    kurang

    lebih 100

    0,7

    0,2

    III Gelas soda limeGelas

    serbukSemua 8,5

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    6/24

    IVGelas soda lime-

    tujuan umum

    Gelas

    serbukSemua 15,0

    Wadah gelas ambar digunakan untuk produk yang sensitif terhadap

    cahaya. Warna ambar dihasilkan dengan penambahan besi dan mangan

    oksida untuk formulasi gelas. Namun demikian, dapat leach ke dalam

    formulasi dan mempercepat reaksi oksidasi.

    2. Container / wadah

    Tipe wadah yang paling umum digunakan untuk sediaan parenteral

    volume kecil adalah gelas atau vial polietilen dengan penutup karet dan

    besi. Gelas ampul digunakan paling banyak untuk sistem pengemasan

    parenteral volume kecil, tetapi jarang digunakan sekarang karena masalah

    aprtikel gelas ketika leher ampul dibuka. Masing-masing pembedahan dan

    wadah catridge mempunyai peningkatan popularitas dan penggunaan

    karena kenyamanan mereka dibandingkan vial dan ampul. Vial dan ampul

    menginginkan kemunduran produk dari kemasan. Injeksi, sebaliknya

    produk-produk dalam pembedahan dan catridge adalah siap untuk

    diberikan. Keduanya digunakan untuk parenteral volume besar (LVP).

    I.2 Persyaratan larutan injeksi

    Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral ialah

    kejernihan. Sediaan itu harus jernih, berkilauan, bebas dari semua zat-zat khusus

    (senyawa yang bergerak, tidak larut) dan pengotor seperti debu, serat baju,

    serpihan gelas, kelupasan dari wadah gelas atau plastik, yang tanpa disengaja

    masuk kedalam produk selama proses pembuatan, penyimpanaan dan pemberian.

    Untuk mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan kedalam produk

    parenteral, sejumlah tindakan pencegahan harus dilakukan selama pembuatan dan

    penyimpanan. Misalnya, larutan parenteral yang proses akhirnya disaring sebelum

    dimasukkan kedalam wadah. Wadah harus dipilih dengan teliti, yang secara kimia

    tahan terhadap bahan yang akan dimasukkan dan mempunyai kualitas yang paling

    baik untuk memperkecil kemungkinan terkelupasnya wadah dan kelupasan masuk

    kedalam larutan. Bila wadah telah dipakai, wadah harus dicuci dengan seksama

    agar bebas dari semua zat asing. Selanjutnya, selama pengisian wadah harus

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    7/24

    diperhatikan dengan sungguh-sungguh proses pengisian untuk mencegah

    masuknya debu yang dikandung udara, serat kain, atau pengotoran-pengotoran

    lain kedalam wadah (ansel,1989).

    Persyaratan dalam larutan injeksi : (Ansel, 1989)

    1. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di

    bawah kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme

    (proses aseptik).

    2. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

    3. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.

    4.

    Sterilitas5. Bebas dari bahan partikulat

    6. Bebas dari Pirogen

    7. Kestabilan

    8. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.

    Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara

    parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :

    a. Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan

    yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama

    penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya,

    b. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan

    tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan

    material dinding wadah,

    c. Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling

    menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara

    fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang (Agoes, 2009).

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    8/24

    BAB II

    ISI

    II.1 Injeksi Amikacin

    Amikasin umumnya dikenal sebagai: amikasin, Amica adriamisin. Nama

    Inggris amikasin, Amikin. Turunan semi-sintetik penisilin sulfat, putih atau

    hampir putih bubuk kristal, hampir tidak berbau, hambar. Produk ini larut dalam

    air, praktis tidak larut dalam etanol.

    Amikasin merupakan spektrum serupa antimikroba dan gentamisin, tetapi

    tahan terhadap kanamisin, tobramycin, dan bakteri gentamisin termasuk

    Pseudomonas aeruginosa dan Serratia masih berlaku. Jadi untuk perayaan besar

    klinis, infeksi serius kanamisin disebabkan oleh bakteri resisten dapat digunakan

    dengan penisilin dan sefalosporin dikombinasikan.

    Amikasin adalah antibiotik aminoglikosida. Produk ini pada kebanyakan

    Enterobacteriaceae, seperti Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus,

    Shigella, Salmonella, Citrobacter, Serratia dll dengan efek yang baik terhadap

    Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas lainnya, Acinetobacter, Alcaligenes,

    dll memiliki efek yang baik, terhadap Neisseria meningitidis, Neisseria

    gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, yeah Mickelson spp, Campylobacter janin,

    Mycobacterium tuberculosis dan beberapa non-TB mikobakteri juga efek

    antibakteri baik, aktivitas antibakteri sedikit lebih rendah dibanding gentamisin.

    Keuntungan yang paling menonjol dari produk ini selama bertahun-enterik gram

    negatif basil aminoglikosida menonaktifkan enzim yang dihasilkan stabil dan

    tidak hilang untuk enzim seperti pasivasi aktivitas antibakteri. Pada saat inidiisolasi 12 macam menonaktifkan enzim, produk ini hanya tersedia untuk AAC

    (6 ') yang pasif, selain AAD (4') dan APH (3 ') - bahkan dapat menyebabkan

    bakteri pada produk sampai sedang perlawanan. Isolat klinis Enterobacteriaceae

    terhadap gentamisin, tobramisin dan Netilmicin dan resistensi aminoglikosida

    lainnya sekitar 60% sampai 70% dari barang yang masih sensitif. Dalam beberapa

    tahun terakhir, basil Gram-negatif untuk amikasin strain resisten juga meningkat.

    Cocci Gram-positif pada produk selain strain Staphylococcus methicillin-sensitif

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    9/24

    memiliki efek antibakteri baik, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus dan

    Enterococcus masing-masing kelompok untuk paling tahan. Produk ini tidak

    efektif melawan bakteri anaerob.

    Injeksi Amikasin dengan cepat diserap setelah injeksi intramuskular. Terutama

    didistribusikan dalam cairan ekstraselular, konsentrasi cairan serebrospinal dari

    bayi yang normal sampai dengan periode yang sama konsentrasi plasma 10

    sampai 20%, bila ada peradangan pada meninges, konsentrasi darah selama

    periode yang sama hingga 50%, tetapi dalam jaringan atrium jantung, cairan

    perikardial , otot, lemak, dan konsentrasi cairan interstitial rendah, 5 sampai 15%

    dari obat kembali didistribusikan ke berbagai jaringan di korteks ginjal dantabungan cairan batin. Menembus plasenta, konsentrasi tinggi dalam urin, cairan

    sinovial dapat mencapai konsentrasi terapeutik. Sekresi bronkial, empedu dan

    konsentrasi aqueous humor rendah, konsentrasi ascites sulit untuk memprediksi.

    Volume 0.21L/kg distribusi, mengikat protein rendah dalam korteks ginjal dengan

    mengikat jaringan. Konsentrasi plasma setelah injeksi intramuskular 0,75 sampai

    1,5 jam pada puncaknya, satu injeksi intramuskular 250.375 dan 500mg,

    konsentrasi puncak rata-rata adalah 12, 16 dan 21g/ml, konsentrasi urin obat 6

    jam adalah 560.700 dan 830g / ml. 15 sampai 30 menit setelah intravena Zhong

    nilai Dafeng, satu infus 500mg, 30 menit untuk menjatuhkan rata-rata selesai

    puncak 38g/ml konsentrasi plasma. Mengurangi konsentrasi plasma pada pasien

    dengan demam. T1 / 2 orang dewasa 2 sampai 2,5 jam, tidak ada urin pada pasien

    dengan T1 / 2 sampai 30 jam, pasien luka bakar l ~ 1,5 jam, janin adalah 3,7 jam,

    bayi yang baru lahir adalah 4 sampai 8 jam (dengan berat lahir dan usia terbalik).

    Produk ini tidak dimetabolisme dalam tubuh. Habis terutama oleh filtrasi

    glomerular, 9 jam habis dalam waktu 84 ~ 92%, sebuah 0.5g injeksi

    intramuskular, konsentrasi urin hingga 800g/ml lebih, dalam waktu 24 jam debit

    94-98%, 10 sampai 20 hari sekali ekskresi. Hemodialisis dan dialisis peritoneal

    untuk menghilangkan darah dari sejumlah besar obat, sehingga paruh berkurang

    secara signifikan.

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    10/24

    II. 2. Faktor fisikokimia

    a. Organoleptis

    Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pemerian dari bahan-bahan yang

    akan digunakan secara kasat mata, meliputi : warna, aroma dan rasa. Manfaat

    pengamatan organoleptis misalnya yaitu setelah melakukan pengamatan dengan

    kasat mata, maka dapat diketahui bagaimana penyimpanan bahan-bahan yang

    akan digunakan tersebut.

    b. Kelarutan

    Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume

    besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pada beberapa

    zat. Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk mermbuat sediaan

    parenteral volume besar adalah obat-obatan/zat yang mudah larut.

    Kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan

    baik secara intravena maupun intramuscular. Sediaan dalam bentuk infus harus

    jernih, maka bahan-bahan obat/zat yang akan digunakan untuk membuat infus

    harus larut sempurna dalam pembawanya.

    Air merupakan pelarut yang paling umum digunakan sebagai zat pembawa yang

    digunakan dalam formulasi infus. Selain itu, untuk memperoleh kelarutan yang

    baik, komponen yang akan digunakan harus memiliki kualitas yang baik.

    Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan iritasi ke jaringan tubuh,

    tetapi jumlah kontaminasi tersebut juga dapat menyebabkan degradasi produk

    sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya selama waktu pemanasan bila

    digunakan sterilisasi panas.

    Adapun pelarut bukan air yang dipilih harus dengan hati-hati, karena pelarut

    tersebut tidak boleh bersifat iritasi, toksik atau terlalu pekat dan juga tidak bolehmemberi efek merugikan pada bahan formulasi lainnya. Pemilihan pelarut seperti

    itu harus melibatkan suatu evaluasi sifat-sifat fisiknya seperti kerapatan,

    viskositas, kemampuan bercampur dan kepolaran, kestabilan, aktivitas pelarut dan

    toksisitas. Contoh pelarut bukan air yang dapat dikombinasi dengan air adalah

    dioksilan, dimetil-asetamida, N-(-hidroksietil )-laktamida, butilen glikol,

    polietilen glikol 400 dan 600, propilen glikol, gliserin, etil alkohol. Pelarut bukan

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    11/24

    air yang tidak dapat bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat,

    isopropil miristat, dan benzilbenzoat.

    c.pH

    pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat menyebabkan :

    - berpengaruh terutama pada darah tubuh

    - berpengaruh pada kestabilan obat

    - berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.

    d. Ukuran partikel

    Ukuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi sebab

    ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat

    dan juga terhadap efek fisiologisnya.

    Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena sediaan

    infus pemberiannya langsung ke dalam pembuluh darah vena. Jika terdapat

    ukuran partikel yang besar dalam infus maka dikhawatirkan akan terjadi

    penyumbatan atau gangguan dalam pembuluh darah.

    e. Pembawa

    Pada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air tetapi

    dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau

    dikombinasi dengan asam amino dan atau dekstrosa asalkan partikel tidak boleh

    lebih besar dari 0,5 m.

    f. Viskositas

    Dalam sediaan infus viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus

    terlalu kental maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat,

    sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkanpun akan lambat pula.

    g.Cahaya dan suhu

    Cahaya dan suhu erat hubungannya dengan tampat/wadah penyimpanan

    obat/bahan obat. Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat sehingga

    dalam hal penyimpanan obat sangat perlu sekali diperhatikan karakteristik dari

    obat/bahan obat yang akan disimpan.

    h. Faktor kemasan

    Faktor kemasan juga berpengaruh terhadap kestabilan obat/bahan obat.

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    12/24

    II.3 Komposisi Sediaan Injeksi

    Bahan aktif

    Zat aktif yang dipilih adalah zat yang umumnya mudah larut dalam air, ataumemiliki ikatan kuat dengan air. karena kelarutan suatu zat sangat

    berpengaruh dalam pembuatan sediaan cair khususnya infus.

    Bahan tambahan

    o Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit,

    metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai

    antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,

    Monotiogliseril, Tokoferol.o Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil

    alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-

    hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-

    hidroksibenzoat, Fenol

    o Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.

    o Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).

    o Gas inert : Nitrogen dan Argon.

    o Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin,

    Polietilen glikol, Propilen glikol, Lecithin

    o Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.

    o Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl

    o Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum

    manusia.

    o Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.

    Pembawa

    o Pembawa air

    o Pembawa nonair dan campuran

    Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak

    kacang, Minyak wijen

    Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen

    glikol, Polietilenglikol 300.

    (Agoes, 2009).

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    13/24

    II.4 Metode Pembuatan Sediaan

    Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara

    tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat

    penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini

    menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan

    kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya

    dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.(Lachman

    hal.1254)

    Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari

    mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan

    iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat

    terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa

    kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari

    tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut

    harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus

    mempunyai tingkat kemurnian tinggi. Semua komponen dan proses yang terlibat

    dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk

    menghilangkan semua jenis kontaminasi fisik, kimia, dan mikrobiologis.

    (Lachman hal 1292)

    Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode

    sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan denganstabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan.

    1. Metode ster il isasi akhir

    Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah

    sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode

    sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab

    menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan

    berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb),

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    14/24

    pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan

    mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau

    kelembaban (Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi)

    (Hadioetomo, 1993)

    2. Cara aseptis

    Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa

    dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi,

    antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan

    metode aseptis.

    Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril

    dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan.

    Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan

    (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang

    digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan

    dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi.

    Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga

    apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu

    dilakukan (Hadioetomo. 1993).

    Menurut Hadioetomo (1993), selain disterilisasi, sediaan injeksi juga perlu

    dilakukan pembebasan pirogen untuk menghindari adanya kontaminan yang dapat

    menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

    Cara menghilangkan pirogen

    1. Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik

    dll.) dipanaskan pada suhu 2500selama 30 menit

    2.

    Untuk aqua p.i ( air untuk injeksi ) bebas pirogen :a. Dilakukan oksidasi :

    Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam.1 liter air yang dapat

    diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling

    dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.

    b. Dilakukan dengan cara absorpsi :

    Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al 2O3

    Panaskan dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    15/24

    600selama 510 menit ( literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk,

    kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.

    Cara mencegah terjadinya pirogen:

    1.

    Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi

    harus segera digunakan setelah disuling.Pada waktu disuling jangan ada air

    yang memercik

    2. Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin

    Sumber pirogen:

    1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.

    2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-

    sitrat.

    II.5 Formulasi Sediaan Injeksi

    Injeksi Amikasin

    Formula Awal (Handbook on Injectable Drugs hal 30)

    Amikasin sulfat 250 mg/ml

    Na bisulfit 0,66 %

    Na sitrat 2,5 %

    Asam sulfat q.s ad pH 3,55,5

    Formula Akhir

    Amikasin sulfat 500 mg

    Na bisulfit 0,66 %

    Na sitrat 2,5 %

    Asam sulfat q.s ad pH 3,55,5

    Aqua p.i ad 2 ml

    Latar belakang pemilihan formula:

    1. Pada formula injeksi amikasin ini digunakan garam amikasin yaitu amikasin

    sulfat karena sifat kelarutannya yang mudah larut dalam air.

    2. Natrium bisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena amikasin sulfat dapat

    teroksidasi oleh udara dimana menyebabkan perubahan warna menjadi kuning

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    16/24

    pucat. Namun perubahan warna ini tidak mengakibatkan berkurangnya potensi

    dari amikasin sulfat.

    3. Natrium sitrat berfungsi sebagai pendapar, dan digunakan asam sulfat untuk

    mengatur pH hingga pH sediaan adalah 3,55,5.

    Wadah : ampul

    Volume : 2 ml

    Dosis : 15 mg/kg BB

    Jalur : intramuskular

    Volume 1 ampul = 2 ml

    Dibuat 16 ampul, maka

    = {(n + 2) V + (2 x 3)}

    = {(16 + 2) 2,15 + (2 x 3)}

    = 44,7 ml ~ 50 ml

    Amikasin sulfat = 250 mg/ml x 50 ml = 12,5 g

    Na bisulfit = 0,66 x 50 ml = 0,33 g = 330 mg

    Na sitrat = 2,5 x 50 ml = 1,25 g

    II.6 Penandaan Kemasan

    Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah

    zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan

    tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot

    atau bets yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat

    memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh

    proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan, dan penandaan

    (Martindale, 1982).Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral

    volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum

    misalnya injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%) (Martindale, 1982).

    Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, Penandaan

    mencakup informasi berikut (Martindale, 1982) :

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    17/24

    1. Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume

    tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk

    membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan nama dan efek bahan tersebut.

    2.

    Sediaan kering atau sediaan yang memerlukan pengenceran sebelum

    digunakan, jumlah tiap komponen, komposisi pengencer yang dianjurkan,

    jumlah yang diperlukan untuk mendapat konsentrasi tertentu zat aktif dan

    volume akhir larutan yang diperoleh , uraian singkat pemerian larutan

    terkonstitusi, cara penyimpanan dan tanggal kadualarsa.

    3. Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian wadah

    tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.

    II.7 Desain Kemasan dan Penyimpanan

    Volume injeksi wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah tertentu untuk

    pemakaian parenteral sekali pakai dan tidak ada yang memungkinkan

    pengambilan isi dan pemberian 1 liter (Depkes RI, 1995).

    Kemasan sediaan injeksi Amikacin

    (www.indiamart.com)

    Untuk penyimpanan sediaan injeksi harus diperhatikan sehingga tercegah

    cemaran dan penguraian, terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas dan

    cahaya. Kondisi penyimpanan tergantung pada sediaannya, misalnya kondisi

    harus disimpan terlindung cahaya, disimpan pada suhu kamar, disimpan di

    tempat sejuk, disimpan di temapat dingin (Depkes RI, 1979).

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    18/24

    II.8 Evaluasi sediaan

    A. Evaluasi Fisik

    1.

    Penetapan pH

    Bertujuan untuk menetapkan pH suatu sediaan larutan agar sesuai dengan

    monografi. Nilai pH dalam darah normal 7,357,45 (Lachman, dkk, 1994).

    Cara kerja : Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel.

    Simpan dalam wadah tahan bahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dari

    kaca tipe 1. Larutan segar sebaiknya dibuat dengan interval tidak lebih dari 3

    bulan. Tabel berikut menunjukkan pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari

    suhu. Petunjuk ini digunakan untuk pembuatan larutan dapar dengan kadar molal

    sebagaimana disebutkan. Untuk memudahkan, petunjuk diberikan dengan

    pengenceran hingga volume 1000 ml. bukan dengan menyebutkan penggunaan

    1000 g pelarut yang merupakan dasar system molalitas dari kadar larutan.

    Jumlah yang disebutkan tidak dapat secara sederhana diperhitungkan tanpa

    informasi tambahan (Lachman, dkk, 1994).

    2. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah

    Bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang dimaksudkan dalam wadah

    agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada

    penandaan (volume injeksinya itu harus dilebihkan. Kelebihan volume yang

    dianjurkan dipersyaratkan dalam Lachman dkk, 1994).

    Cara kerja:

    a. Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih.

    b. 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5

    wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.c. Ambil isi tiap wadah dngan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak

    lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum

    suntik nomor 21, panjang tidak kurang 2,5 cm.

    d. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan

    isi dalam alat suntik. Tanpa mengosongkan bagian jarum kedalam gelas ukur

    kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur

    memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    19/24

    penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang

    dituang) (Lachman, dkk, 1994).

    3. Bahan Partikulat dalam Injeksi

    Bertujuan untuk larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat

    padat steril untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari partikel yang dapat

    diamati pada pemeriksan secara visual.

    Cara pengerjaan : Dua prosedur untuk penetapan bahan partikulat dicantumkan

    berikut ini, berbeda sesuai dengan volume yang tertera pada etiket wadah.

    Semua injeksi volume besar untuk infuse dosis tunggal, dan injeksi volume kecil

    yang ditetapkan dalam persyaratan monografi, harus memenuhi batas bahan

    partikulat seperti yang tertera pada uji yang digunakan (Lachman, dkk, 1994).

    4. Uji Kebocoran

    Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan

    volume serta kestabilan sediaan (Lachman, dkk, 1994).

    Cara pembuatan: Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan

    dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan

    (Lachman, dkk, 1994).

    Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan

    dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang

    bocor maka larutan metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan

    di luar dan di dalam tersebut. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul

    larutan-larutan yang sudah berwarna (Lachman, dkk, 1994).

    Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara unjungnya

    di bawah.ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi

    kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah menjadikosong (Lachman, dkk, 1994).

    Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa

    dengan memasukkan wadah-wadah tersebut eksikator, yang kemudian

    divakumkan. Jika terjadi kebocoran larutan akan diserap keluar. oleh karena itu,

    harus dijaga agar jangan sampai larutan yang keluar, diisap kembali jika di

    vakum dihilangkan (Lachman, dkk, 1994).

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    20/24

    5. Uji Kejernihan dan Warna

    Setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga

    diperlukan uji kejernihan secara visual (Lachman, dkk, 1994).

    Cara kerja : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan

    menyinari wadah dari samping. Dengan latar belakang sehelai papan yang

    separuhnya di cat berwarna hitam dan separuhnya lagi di cat berwarna putih.

    Latar belakang berwarna hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran yang

    berwarna muda, sedangkan yang berlatar putih untuk kotoran-kotoran berwarna

    gelap. Jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan maka larutan tersebut sudah

    memenuhi syarat (Lachman, dkk, 1994).

    6.

    Kejernihan Larutan

    Bertujuan untuk sediaan infuse atau injeksi yang berupa larutan harus jernih dan

    bebas dari kotoran, maka perlu dilakukan uji kejernihan secara visual (Lachman,

    dkk, 1994).

    Cara pengerjaan: Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar berdiameter

    15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.

    Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan

    suspense padanan yang sesuai secukupnya. Setelah itu, bandingkan kedua isi

    tabung setelah 5 menit pembutan suspense padanan, dengan dengan latar

    belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegal

    lurus kearah bawah tabung (Lachman, dkk, 1994).

    B. Evaluasi Biologi

    1. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba

    Bertujuan untuk menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang

    ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahanpembawa air seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung, dan mata yang

    dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan (Wade, 1994).

    Cara pengerjaan: Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic

    menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet. Lakukan pengujian pada

    5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptic,

    pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing-masing 5 tabung bakteriologik

    tertutup berukuran sesuai dan steril.

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    21/24

    2. Uji Kandungan Zat Antimikroba (Wade, 1994).

    Bertujuan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi tidak

    lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket (Wade, 1994).

    Cara pengerjaan (Wade, 1994) :

    - Benzyl alcohol. Larutan baku internal larutkan lebih kurang 380mg fenol p

    dalam 10 ml etnol p dalam labu ukur 200ml tambahkan air, sampai tanda.

    - Larutan baku. Timbang seksamalebih kurang 180mg benzyl alcohol p. larutkan

    dalam 20 ml etanolP dalam labu ukur 100ml. tambahkan larutan baku internal

    sampai tanda.

    Prosedur : suntikan secara terpisah sejumlah volum sama (lebih kurang 5

    mikroliter), larutan baku dan larutan uji, gunakan farameter oprasional

    pramatograf gas seperti yang tertera pada table.Ukur luas puncak benzyl alcohol

    dan fenol larutan baku,tandai masing-masing dengan p1 dan p2, dan luas puncak

    p1 dan p2 dari larutan uji (Wade, 1994).

    3. Uji Sterilitas

    Bertujuan untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril

    memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi yang tertera pada

    masing-masing monografi (Wade, 1994).

    Cara pengerjaan :

    - Uji fertilitas. Tetapkan sterilitas setiap lot media dengan mengikubasi sejumlah

    wadah yang mewakili, pada suhu dan selama waktu yang tertera pada uji.

    - Uji sterilitas. Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam media

    uji dan teknik penyaringan membran.

    4. Uji Pirogen

    Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapatditerima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi (Wade, 1994).

    Cara pengerjaan: Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji

    pirogan dan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas

    dari keributan yang menyebabkan kegelisahan (Wade, 1994).

    Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, apabila pengujian

    menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap, sehingga

    kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar. Tidak lebih dari 30 menit

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    22/24

    sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan suhu awal masing-masing kelinci

    yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Suhu tiap kelinci tidak

    boleh lebih dari 1c dan suhu setiap kelinci tidak boleh > 39,8 (Wade, 1994).

    5.

    Penetapan Potensi Antimikroba (untuk zat aktif antibiotik)

    Bertujuan untuk mengetahui aktivitas (potensi) antibiotik

    Metode : Lempeng silinder atau tabung.

    Prinsip : Metode lempeng silinder berdasarkan difusi antibiotik dari silinder

    yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri.sehingga

    mikroba yang di tamabahkan di hambat pertumbuhannya pada daerah berupa

    lingkaran atau zona di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik (Wade,

    1994).

    6. Uji Endokrin Bakteri

    Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada di

    dalam atau pada bahan uji (Wade, 1994).

    Prinsip: pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate (LAL).

    Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri, penetapan titik

    akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji

    dengan enceran endotosin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit

    endotoksin (UE) (Wade, 1994).

    Sebelum melakukan pengujian dilakukan persiapan: Uji konfirmasi kepekaan

    reaksi LAL. Uji pengambatan atau pemacuan.Pengenceran maksimum yang

    absah (PMA) (Wade, 1994).

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    23/24

    BAB III

    KESIMPULAN

    Sediaan injeksi harus steril untuk menghindari adanya iritasi pada jaringan,

    sehingga sediaan injeksi memiliki persyaratan sterilitas, bebas dari bahan

    partikulat, bebas dari pirogen, stabil , dan isotonis dengan darah.

    Sediaan injeksi amikacin dibuat dari bahan amikacin sulfat sebagai pengganti

    amikacin karena kelarutan amikacin sulfat yang lebih mudah larut dalam air

    dibandingkan dengan amikacin dan dikemas dalam wadah ampul. Dalam proses

    pembuatan sediaan amikacin injeksi dilakukan dengan metode aseptis karena

    merupakan sediaan steril dan mengandung bahan yang tidak tahan panas.

  • 5/19/2018 Sediaan Injeksi Dalam Ampul

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Agoes, Goeswien. 2009. Sediaan farmasi steril. Bandung: Penerbit ITB

    Ansel,H.C., (1989).Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.

    Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

    RI

    Depkes RI. 1995.Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

    RI

    Hadioetomo,Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Erlangga. 1993

    http://id.swewe.net/word_show.htm/?77667_1&Amikasin diakses tanggal 10

    oktober 2014

    http://www.indiamart.com/elkoshealthcareprivatelimited/pharmaceutical-

    injections.htmldiakses tanggal 11 Oktober 2014

    L.A. Trissel, (1998).Handbook on Injectable Drugs, 10th Edition. Bethesda : The

    American Society of HealthSystem Pharmacists, Inc.

    Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.

    Martindale. 1982. The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. London : The

    Parmaceutical Press.

    Voight. R,.(1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani

    Noerono. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients.

    Ed II. London: The Pharmaceutical Press.

    http://id.swewe.net/word_show.htm/?77667_1&Amikasinhttp://id.swewe.net/word_show.htm/?77667_1&Amikasinhttp://www.indiamart.com/elkoshealthcareprivatelimited/pharmaceutical-injections.htmlhttp://www.indiamart.com/elkoshealthcareprivatelimited/pharmaceutical-injections.htmlhttp://www.indiamart.com/elkoshealthcareprivatelimited/pharmaceutical-injections.htmlhttp://www.indiamart.com/elkoshealthcareprivatelimited/pharmaceutical-injections.htmlhttp://www.indiamart.com/elkoshealthcareprivatelimited/pharmaceutical-injections.htmlhttp://id.swewe.net/word_show.htm/?77667_1&Amikasin