29
Topik : Pembuatan sediaan injeksi Diphenhidramin HCl 0,5% single dose yang dikemas dalam vial (3 vial) Tujuan : 1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang mudah teroksidasi 2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan menggunakan teknik aseptik) 3. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume kecil yang dikemas dalam vial I. PRAFORMULASI 1.Tinjauan farmakologi bahan obat Efek utama : Diphenhidramin HCl merupakan golongan antihistamin antagonis reseptor H 1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan dengan efek sedatif. (Farmakologi dan Terapi 5 th p. 280) Efek samping : 1. Bervariasi mulai dari drawsiness sampai kantuk, sakit kepala, gangguan psikomotorik, gangguan saluran cerna dan efek muskarinik seperti mulut kering, gangguan penglihatan, retensi urin dan konstipasi. (MD 36 th p. 561) 2. Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral antagonis reseptor H 1 ialah vertigo, tinitus, lelah, 1

Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

Topik : Pembuatan sediaan injeksi Diphenhidramin HCl 0,5% single dose yang dikemas

dalam vial (3 vial)

Tujuan :

1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang mudah teroksidasi

2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan menggunakan teknik

aseptik)

3. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume kecil yang dikemas dalam vial

I. PRAFORMULASI

1. Tinjauan farmakologi bahan obat

Efek utama : Diphenhidramin HCl merupakan golongan antihistamin antagonis

reseptor H1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan

mencegah atau mengobati mabuk perjalanan dengan efek sedatif. (Farmakologi

dan Terapi 5th p. 280)

Efek samping :

1. Bervariasi mulai dari drawsiness sampai kantuk, sakit kepala, gangguan

psikomotorik, gangguan saluran cerna dan efek muskarinik seperti mulut

kering, gangguan penglihatan, retensi urin dan konstipasi. (MD 36th p. 561)

2. Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral antagonis reseptor H1

ialah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia,

euforia, gelisah, insomnia dan tremor. Efek samping yang termasuk sering

ditemukan adalah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada

epigastrium, konstipasi atau diare. (Farmakologi dan Terapi, p. 280 – 281)

3. Efek samping lain yang mungkin timbul oleh antagonis reseptor H1 ialah

mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah

pada tangan. (Farmakologi dan Terapi, p. 280 – 281)

4. Antagonis reseptor H1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi

lebih sering terjadi akibat penggunaan lokal berupa dermatitis alergik.

Demam dan fotosensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi. Antagonis

reseptor H1 sangat jarang menimbulkan komplikasi berupa leukopenia dan

agranulositosis (Farmakologi dan Terapi, p. 280 – 281)

1

Page 2: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

Indikasi :

1. Digunakan pada kondisi alergi termasuk urtikaria dan angioderma, rhinitis,

dan konjungtivitis dan gangguan gatal-gatal pada kulit. (MD 37th p. 628)

2. Digunakan juga sebagai antiemetik untuk pengobatan mual dan muntah.

(MD 36th p. 577)

3. Diphenhidramin memiliki efek antimuskarinik yang digunakan sebagai

kontrol terhadap sindrom parkinson. (MD 37th p. 628)

Kontraindikasi :

1. Penderita asma, neonatus, anak di bawah 2 tahun, dan ibu hamil. (MD

36th, p. 562 – 563).

2. Bayi yang baru lahir karena dapat terjadi efek antimuskarinik

karena organ-organ hati, liver yang belum terbentuk dengan

sempurna. (MD 36th p.507).

2. Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat

a. Kelarutan

Larut dalam 1 : 1 bagian air, 1 : 2 bagian alkohol dan kloroform, 1 : 50 bagian

aseton, sangat sedikit larut dalam eter dan benzena. (MD 36th, p.577)

b. Stabilitas

Terhadap cahaya

Tidak stabil, perlahan-lahan menjadi gelap karena cahaya (FI ed IV, p.330).

Simpan di tempat kering terlindung dari cahaya. (MD 36th p. 577)

Terhadap suhu

Tidak stabil pada suhu tinggi, melebur pada suhu 167oC – 172oC. (FI ed III

p.228)

Terhadap pH

Stabil pada pH sediaan 4,0 – 6,0. (MD 36th, p.577)

Terhadap udara

Tidak stabil terhadap udara, disimpan dalam wadah tertutup kedap udara. (MD

36th, p. 577)

c. Cara sterilisasi masing-masing bahan :

2

Page 3: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

1. Aqua pro injection : sterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121ºC selama 15

menit

2. Diphenhidramin HCl : sterilisasi dengan radiasi

3. NaCl : sterilisasi dengan oven 180ºC selama 30 menit

4. Na Metabisulfit : sterilisasi dengan radiasi

d. OTT (inkompatibilitas) :

Amphotericin, Amyobarbitone Sodium, Cephalotin Sodium, Iodides,

Phenobarbitone Sodium, Phentobarbitone Sodium, Quinalbarbitone Sodium,

Thiopentone Sodium, Hidrocortison Sodium Succinate (MD 28th p. 1311).

e. Cara penggunaan dan dosis :

1. 25 – 50 mg : 3 atau 4 kali sehari

2. 1,25 mg / kgbb : 4 kali sehari

3. 37,5 kg/m2 : 4 kali sehari

(MD 37th, p. 628)

II. FORMULASI

A. Permasalahan dan penyelesaian :

1. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap udara

Penyelesaian : ditambah dengan antioksidan (Na Metabisulfit) / chelating agent.

2. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap cahaya

Penyelesaian : dikemas dalam vial coklat + kemasan sekunder.

3. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap pemanasan (suhu

tinggi)

Penyelesaian : sterilisasi sediaan menggunakan metode filtrasi dengan membran

filter 0,22 µm.

4. Sediaan belum isotonis

Penyelesaian : + NaCl agar tonisitas sama dengan tekanan osmotik tubuh.

3

Page 4: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

B. Formulasi yang akan dibuat

Formula 1

R/ Diphenhidramin HCl 10 mg

Aqua pro injectio ad 10 ml

Formularium Nasional 2nd, p. 113 = Single dose

Formula 2

R/ Diphenhidramin HCl 0,5%

Na Metabisulfit 0,01%

NaCl 182,5 mg

Aqua pro injectio ad 25 ml

FI III, p.16 = Single dose

Formula 3

R/ Diphenhidramin HCl 1%

NaCl 625 mg

Benzalkonium Cl 0,01%

Na Metabisulfit 0,01%

Aqua pro injectio ad 100 ml

FI III, p. 16 = Multiple dose

Formula 4

R/ Diphenhidramin HCl 50 mg/ml

Benzalkonium Cl 0,1 mg/ml

Aqua pro injectio ad 1 ml

Handbook of Injectable Drug 12th, p.484

4

Formula terpilih

Page 5: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

C. Perhitungan bobot dan dosis

1. Perhitungan volume sediaan

Akan dibuat 3 vial, dengan perhitungan sebagai berikut :

v = (v’ + a) n v = volume sediaan yang dibuat

= (9 + 0,5) . 3 v` = volume yang diminta

= 28,5 ml ~ 40 ml n = jumlah vial yang diminta

a = kelebihan volume menurut FI IV

2. Perhitungan Diphenhidramin HCl

Diphenhidramin HCl = 0,5% (0,5 g / 100 ml) untuk 40 ml

0,5 g / 100 ml x 40 ml = 0,2 g = 200 mg

Dalam satu vial =

0,5 g / 100 ml x 9 ml = 0,045 g = 45 mg

3. Perhitungan Na Metabisulfit

Na Metabisulfit = 0,01% (0,01 g / 100 ml) untuk 40 ml

0,01 g / 100 ml x 40 ml = 0,004 g = 4 mg

4. Perhitungan Isotonisitas NaCl

NaCl 0,9% (0,9 g / 100 ml) x 40 ml = 0,36 g

5. Perhitungan Ekivalensi NaCl dengan Diphenhidramin HCl

Ekivalensi Diphenhidramin HCl 0,5% dengan NaCl = 0,34 (Formulasi Steril, p.124)

Jadi, kebutuhan NaCl dalam formula =

= 0,36 g – (0,34 x 0,2 g)

= 0,36 g – 0,068 g

= 0,292 g = 292 mg ~ 295 mg

5

Page 6: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

Tabel Perhitungan Bobot dan Dosis

D.

Cara sterilisasi sediaan yang akan dibuat

Sediaan injeksi Diphenhidramin HCl 0,5% disterilkan dengan cara filtrasi karena

bahan aktif (Diphenhidramin HCl) bersifat termolabil / tidak tahan panas (MD

28th p.1311), sehingga tidak cocok jika disterilkan dengan pemanasan, melainkan

difiltrasi menggunakan membran filter 0,22 μm di LAFC. (MD 36th p. 577).

III. PELAKSANAAN

6

No. Komponen Bahan Bobot / volume Fungsi Cara Sterilisasi

1. Diphenhidramin HCl 200 mg / 40 ml Bahan aktif Radiasi

2. NaCl 295 mg / 40 ml Pengisotonis Oven 180ºC, 30 menit

3. Na Metabisulfit 4 mg Antioksidan Radiasi

4. Aqua Pro Injection Ad 20 ml Pelarut Otoklaf 121ºC, 15 menit

Page 7: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

A. Penyiapan Alat

No. Nama Alat Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi Waktu

1. Kaca arloji Φ 5 cm & 8 cm 2 + 2

30 menit

2. Beaker glass 100 ml 2

3. Beaker glass 50 ml 2

4. Labu Erlenmeyer 100 ml 1

5. Labu Erlenmeyer 50 ml 1

6. Pengaduk kaca 10 cm 2

7. Pinset 10 cm 4

8. Tara dan wadah - 1 set

9. Anak timbangan 1 mg – 500 mg 1 set

10. Sendok logam 15 cm 2

11. Kantong sampah2x modul & 1x

modul1 + 1

Otoklaf

115ºC

30 menit

12. Vial coklat 10 ml 3

13.Aluminium foil +

tali

10 x 10 cm +

30 cm3

14.Corong gelas +

kertas saringΦ 5 cm 2

15. Pipet tetes Panjang 4

16. Pipet tetes Pendek 4

17. Gelas ukur 5 ml 1

18. Gelas ukur 10 ml 2

19. Gelas ukur 50 ml 1

20.Filter holder &

membran filter0,22 μm 1

21. Tutup vial Standar 3

22. Jas Praktikum Standar 1

23. Masker Standar 1

7

Oven 180oC

Page 8: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

24 Sarung tangan Standar 1

25. Penutup kepala Standar 1

26. Spuit injeksi 10 ml 1 Sudah steril

27. Kasa steril Standar 20 Sudah steril

28.Aqua pro

injection100 ml 1 Otoklaf 121ºC 15 menit

B. Pencucian alat

Pencucian alat / wadah gelas serta peralatan laboratorium lain (huizinga)

1. Sikat dengan larutan tepol

2. Bilas dengan air kran

3. Semprot dengan uap dan tiriskan

4. Bilas dengan aquadem

5. Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas pirogen)

6. Keringkan dengan posisi terbalik dalam oven

Pengeringan

1. Keringkan dalam oven dalam keadaan terbalik pada suhu 100 ºC, tidak

boleh terlalu lama kira-kira 15 menit (terutama gelas ukur, bahan yang

terbuat dari karet dan plastik)

2. Untuk menghindari debu dapat ditutup dengan kertas yang tenbus uap air

3. Wadah kecil harus benar-benar kering

Pencucian karet

1. Rendam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari

2. Rendam dalam larutan tepol 1% dan Natrium Karbonat 0,5% selama 1 hari

3. Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas dengan

aquadest

4. Ulangi dengan larutan yang baru

5. Ulangi sampai larutan jernih

6. Rendam dalam aquadest (dalam beaker glass yang ditutup kertas

perkamen) dan dicuci dengan otoklaf pada suhu 110 ºC selama 20 menit (1

atau 2 kali) sampai air rendaman jernih

8

Otoklaf 115oC 30 menit

Page 9: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

Tahap-tahap pencucian karet dengan otoklaf pada suhu 110ºC selama 20

menit adalah:

Waktu pemanasan : pk. 12.49 – 12.53 ( 4 menit )

Waktu pengeluaran udara : pk. 12.53 – 13.00 ( 7 menit )

Waktu menaik : pk. 13.00 – 13.06 ( 6 menit )

Waktu suhu dipertahankan : pk. 13.06 – 13.26 ( 20 menit )

Waktu menurun : pk. 13.26 – 13.29 ( 3 menit )

Waktu pendinginan : pk. 13.29 – 13.44 ( 15 menit )

Proses pencucian karet berlangsung dari pk. 12.49 – 13.44 ( 55 menit )

7. Bilas dengan spiritus dilutus (etanol 70%) – air sampai jernih

8. Masukkan kantong kering rangkap dua dan sterilkan dalam otoklaf

C. Pembungkusan

Masing-masing alat dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kertas perkamen dan

tuliskan nama alat dan nama kelompok.

D. Sterilisasi

Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180ºC selama 30 menit (Kaca

arloji, beaker glass, labu Erlenmeyer, pengaduk kaca, pinset, tara dan wadah,

anak timbangan, sendok logam, ampul, kantong sampah). Tahap-tahap

sterilisasi adalah sebagai berikut:

Waktu pemanasan : pk. 13.36 – 14.13 ( 37 menit )

Waktu kesetimbangan : pk. 14.13 – 14.13 ( 0 menit )

Waktu pembinasaan : pk. 14.13 – 14.43 ( 30 menit )

Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 14.43 – 14.43 ( 0 menit )

Waktu pendinginan : pk. 14.43 – 14.58 ( 15 menit )

Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 13.36 – 14.58 ( 82 menit )

Sterilisasi alat-alat dengan otoklaf pada suhu 115ºC selama 30 menit (corong

kaca dan kertas saring, pipet tetes (panjang dan pendek), gelas ukur 5 ml,

9

Page 10: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

gelas ukur 10 ml, gelas ukur 50 ml, filter dan holder. Tahap-tahap sterilisasi

adalah sebagai berikut :

Waktu pemanasan : pk. 14.16 – 14.17 ( 1 menit )

Waktu pengeluaran udara : pk. 14.17 – 14.30 ( 13 menit )

Waktu menaik : pk. 14.30 – 14.32 ( 2 menit )

Waktu kesetimbangan : pk. 14.32 – 14.32 ( 0 menit )

Waktu pembinasaan : pk. 14.32 – 15.02 ( 30 menit )

Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 15.02 – 15.02 ( 0 menit )

Waktu menurun : pk. 15.02 – 15.04 ( 2 menit )

Waktu pendinginan : pk. 15.04 – 15.19 ( 15 menit )

Proses sterilisasi berlangsung dari pk.14.16 – 15.19 ( 63 menit )

Sterilisasi pelarut aqua pro injectio dengan otoklaf suhu 121ºC selama 15

menit.Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :

Waktu pemanasan : pk. 13.53 – 13.54 ( 1 menit )

Waktu pengeluaran udara : pk. 13.54 – 14.01 ( 7 menit )

Waktu menaik : pk. 14.01 – 14.04 ( 3 menit )

Waktu kesetimbangan : pk. 14.04 – 14.06 ( 2 menit )

Waktu pembinasaan : pk. 14.06 – 14.21 ( 15 menit )

Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 14.21 – 14.22 ( 1 menit )

Waktu menurun : pk. 14.22 – 14.26 ( 4 menit )

Waktu pendinginan : pk. 14.26 – 14.41 ( 15 menit )

Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 13.53 – 14.41 ( 48 menit )

Sterilisasi perlengkapan dengan otoklaf suhu 115oC selama 30 menit. Tahap-

tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :

Waktu pemanasan : pk. 12.50 – 12.59 ( 9 menit )

Waktu pengeluaran udara : pk. 12.59 – 13.13 ( 14 menit )

Waktu menaik : pk. 13.13 – 13.16 ( 3 menit )

Waktu kesetimbangan : pk. 13.16 – 13.16 ( 0 menit)

Waktu pembinasaan : pk. 13.16 – 13.46 ( 30 menit )

10

Page 11: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 13.46 – 13.46 ( 0 menit )

Waktu menurun : pk. 13.46 – 13.52 ( 6 menit )

Waktu pendinginan : pk. 13.52 – 14.07 ( 15 menit )

Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 12.50 – 14.07 ( 77 menit )

Cara Kerja

Ruang II

1. Meja praktikum dibersihkan dengan cara disemprot dengan alkohol

70%, lalu dilap dengan kasa steril satu arah, setelah meja kering,

kemudian nyalakan api spritus.

2. Tara kaca arloji, timbang Diphenhidramin HCl 200 mg, tutup dengan

kaca arloji.

3. Tara kaca arloji, timbang NaCl 295 mg.

4. Tara kaca arloji, Timbang Na Metabisulfit 50 mg.

Ruang I (LAFC)

5. Colokkan kabel LAFC ke stop kontak.

6. LAFC dinyalakan dengan menekan tombol hitam.

7. Fan dinyalakan, kemudian dinyalakan lampu UV minimal 15-30

menit.

8. Setelah 15-30 menit lampu UV diganti dengan lampu neon.

9. LAFC dibersihkan dengan menyemprot alkohol 70% dan dilap

dengan kasa steril satu arah (sisi kanan, kiri, depan ada 2 sisi, dan

meja kerja).

10. Semprot sarung tangan, semprot semua alat yang telah disterilkan

(termasuk lampu spiritus) dengan alkohol 70%, masukkan alat

tersebut satu per satu ke dalam LAFC, masukkan juga bahan yang

telah ditimbang ke dalam LAFC, apabila saat bekerja tangan keluar

dari LAFC, sebelum masuk kembali semprot tangan dengan alcohol

70%.

11. Lakukan pengenceran Na Metabisulfit 50 mg (kelarutan 1 : 1 dalam

air) (HPE 5th, p.690)

11

Page 12: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

a. Tara kaca arloji, timbang 50 mg Na Metabisulfit, masukkan ke

dalam beaker gelas 50 ml.

b. Ukur 10 ml larutan aqua pro injeksi dengan gelas ukur 10 ml.

c. a + b aduk ad larut di beaker gelas 50 ml.

d. c diukur dengan gelas ukur 10 ml sebanyak 1 ml, (Pengenceran :

1 ml / 10 ml x 50 mg = 5 mg).

e. d diadkan 10 ml dengan aqua pro injection di gelas ukur 10 ml.

f. e diukur sebanyak 8 ml dengan gelas ukur 10 ml, kemudian

pindahkan ke beaker glass 50 ml (Pengenceran : 4 mg / 5 mg x

10 ml = 8 ml).

12. Diphenhidramin HCl 200 mg + Na metabisulfit 8 ml, campur di

beaker gelas 100 ml (kelarutan 1 : 1 dalam air). (MD 28th, p. 1311)

13. Melarutkan NaCl (kelarutan 1 : 2,8). (MD 28th, p. 1159)

a. Ukur aqua pro injection sebanyak 5 ml dengan gelas ukur 10 ml

b. 295 mg NaCl dimasukkan ke dalam beaker gelas 50 ml

c. b + a campur ad homogen, aduk ad larut di beaker gelas 50 ml

14. 12 + 13c, campur ad homogen di beaker gelas 100 ml.

15. Lakukan pengecekkan pH dengan indikator universal.

pH sediaan setelah pengecekkan = 7

16. 14 di ad kan 40 ml di gelas ukur 50 ml.

17. 16 disaring dengan corong yang dilapisi membran filter ukuran 0,22

µm (kertas saring), tampung di dalam labu Erlenmeyer, pindahkan

ke beaker glass 100 ml.

18. 17 diambil 9,5 ml kemudian difiltrasi dengan membrane filter 0,22

µm ditampung dalam vial coklat, lalu ditutup dengan karet yang

sesuai.

19. 18 diikat champagne 1 kali, tutup dengan aluminium foil, ditali pita

pada leher vial.

Sediaan yang berhasil dibuat = 3 vial

20. Lakukan bubble point test

12

Page 13: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

a. Lepas jarum spuit injeksi, lalu diisi dengan udara 10 ml ke

dalam spuit injeksi.

b. Pasang filter holder yang telah digunakan (didalamnya ada

membran filter yang masih basah 0,22 µm).

c. Siapkan beaker gelas yang berisi aqua pro injeksi.

d. Filter holder dicelupkan ke dalam aqua pro injeksi pada bagian

tengah secara tegak lurus.

e. Tekan pelan-pelan spuit injeksi yang berisi udara, hingga keluar

gelembung udara pertama (gelembung bergerak ke permukaan),

tahan dan baca sisa udara di spuit injeksi.

f. Ciri – ciri gelembung udara : bergerak ke permukaan air (keluar

dari samping membrane filter).

g. Apabila sisa udara dalam spuit injeksi 2 ml, maka ukuran pori –

pori terbesar adalah benar-benar 0,2 µm. Apabila sisa udara

lebih dari 0,2 µm ada kemungkinan sediaan jadi tidak steril atau

pemasangan membran filter tidak tepat.

h. Apabila gelembung udara yang keluar bukan dari bagian bawah

filter holder melainkan dari samping, maka cara pemasangan

alat tidak tepat.

21. Beri etiket dan brosur, kemudian masukkan ke dalam kemasan sekunder.

IV. PEMBAHASAN, KESIMPULAN dan SARAN

1. Pembahasan

Teknik aseptik adalah teknik yang dipakai untuk mencegah masuknya

kontaminan kedalam sediaan yang dibuat. Beberapta sediaan steril yang dibuat

13

Page 14: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

dengan metode aseptik berupa produk steril yang tidak bisa disterilkan dalam

wadah akhir, produk yang disterilkan dengan metode filtrasi, uji sterilitas produk

steril dan iv admixture.

Pada praktikum ini, teknik aseptik digunakan untuk membuat sediaan

steril diphenhidramine HCl. Diphenhidramine HCl tidak stabil pada suhu yang

tinggi sehingga dalam pembuatannya digunakan sterilisasi filtrasi dengan metode

aseptik.

Diphenhidramin HCl mempunyai kelarutan 1:1 dalam air ; 1:2 dalam

etanol ; 1:50 dalam aseton; 1:2 dalam kloroform; tidak larut dalam eter.

Diphenhidramin HCl sangat mudah larut dalam air sehingga digunakan aqua pro

injeksi sebagai pelarut. Selain itu diphenhidramin HCl tidak stabil terhadap suhu,

melebur pada suhu 1670C – 1720C , stabil pada pH 4 - 6, dan tidak stabil terhadap

udara. Dari hasil sediaan steril injeksi Diphenhidramin HCl yang dibuat, pH yang

dihasilkan 7,0. Penambahan NaCl bertujuan agar sediaan injeksi diphenhidramin

HCl isotonis dengan tubuh. Selain itu, Diphenhidramin HCl tidak stabil terhadap

cahaya, sehingga sediaan disimpan dalam wadah vial coklat dan untuk

melindungi dari cahaya dikemas lagi dalam wadah sekunder. Pemilihan vial

berdasarkan sediaan diphenhidramin HCl yang akan dibuat yaitu berupa single

dose dan multiple dose. Pada sediaan diphenhidramin single dose, dapat dilakukan

pengemasan dengan ampul coklat.

Sebelum membuat sediaan, perlu dilakukan sterilisasi alat-alat dan pelarut

yang digunakan. Sterilisasi perlengkapan dilakukan dengan sterilisasi pemanasan

kering dan sterilisasi pemanasan basah. Pada praktikum metode sterilisasi

pemanasan kering menggunakan oven, dilakukan pada suhu 180oC selama 30

menit. Alat-alat yang disterilisasi dengan oven adalah kaca arloji, beaker gelas,

sendok logam/porcelin, tara dan wadah, pengaduk kaca, pinset, labu Erlenmeyer,

anak timbangan, dan vial coklat. Sedangkan alat-alat yang disterilisasi dengan

otoklaf (metode sterilisasi pemanasan basah) adalah gelas ukur, filter dan holder,

pipet tetes, corong dan kertas saring, jas praktikum, masker, penutup kepala, dan

sarung tangan. Sterilisasi ini dilakukan pada suhu 115oC selama 30 menit. Untuk

14

Page 15: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

spuit injeksi, tidak perlu disterilkan karena sudah steril. Pelarut aqua pro injeksi,

juga disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

Pada ruang kelas II dilakukan penimbangan Diphenhidramin HCl yang

bersifat higroskopis, sehingga perlu ditutup dengan kaca arloji sehingga tidak

teroksidasi dan merubah kestabilan zat aktif, selain itu juga dilakukan

penimbangan Na metabisulfit sebagai antioksidan dan NaCl sebagai pengisotonis.

Setelah itu dilanjutkan pada ruang kelas I yang dilengkapi dengan LAFC

(Laminar Air Flow Cabinet). Sebelumnya, LAFC sudah disterilkan dengan cara

radiasi dengan lampu UV selama 15 menit yang kemudian lampu UV diganti

dengan lampu neon dengan tujuan sebagai penerangan dan berbahaya bagi

operator jika terpapar lampu UV dalam jangka waktu yang lama.

Kemudian LAFC dibersihkan dengan alkohol 70% lalu lap dengan kasa

steril satu arah. Api spiritus disemprot dengan alkohol 70%, dimasukkan LAFC

dan dinyalakan, begitu juga untuk alat-alat perlu disemprot terlebih dahulu satu

per satu sebelum dimasukkan ke dalam LAFC. Bahan-bahan yang telah ditimbang

di ruang kelas II dimasukkan LAFC tanpa disemprot dengan alkohol 70%.

Pengenceran Na Metabisulfit dilakukan karena minimal penimbangan

pada timbangan milligram adalah 50 mg sedangkan Na Metabisulfit yang

diperlukan hanya 4 mg. Setelah itu dilarutkan Na metabisulfit yang telah

ditimbang tadi dengan aqua pro injeksi sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan

diphenhidramin HCl kedalam larutan Na Metabisulfit dan diaduk sampai

homogen. NaCl yang telah ditimbang dilarutkan dengan aqua pro injeksi

sebanyak 5 ml, dan kemudian dicampurkan dengan larutan Na metabisulfit dan

diphenhidramin HCl, campuran diaduk sampai homogen. setelah semua

tercampur maka larutan di cek pH dan di ad kan dengan aqua pro injeksi sampai

40 ml.

Setelah volume yang diinginkan tercapai, dilakukan penyaringan

menggunakan filter dan holder untuk menyaring partikel-partikel yang berukuran

besar. Larutan yang telah disaring kemudian diambil sebanyak 9,5 ml dengan

filter holder + spuit injeksi (ukuran membran filter 0,2 µm) dan kemudian larutan

dimasukkan ke dalam vial. Vial ditutup dengan karet yang sesuai, lalu diikat

15

Page 16: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

champagne sebanyak satu kali, ditutup lagi dengan aluminium foil untuk

mencegah kebocoran, dan kemudian leher vial diikat lagi dengan tali agar vial

benar-benar tertutup dengan rapat. Vial yang berhasil dibuat pada praktikum ini

yaitu sebanyak 3 vial.

Selanjutnya, dilakukan uji bubble point test untuk mengukur ukuran pori-

pori maksimum pada suatu membran filter dengan cara mengisi spuit dengan

udara sebanyak 10 ml, kemudian dipasang filter holder yang telah digunakan yang

didalamnya terdapat membran filter dengan ukuran pori-pori 0,22 µm, lalu filter

holder dicelupkan ke dalam aqua pro injeksi didalam beker glass yang telah

disiapkan sebelumnya dengan posisi spuit injeksi tegak lurus kemudian menekan

pelan-pelan spuit injeksi yang berisi udara hingga keluar gelembung udara

pertama kali dari bawah filter holder.

Pada uji bubble point test, gelembung udara yang pertama kali keluar dari

bawah filter holder menyisakan udara sebanyak 7 ml pada spuit injeksi. Ukuran

pori-pori maksimum yang diinginkan adalah 0,2 µm dimana ukuran pori-pori

tersebut merupakan ukuran yang cukup efektif untuk menyaring mikroorganisme

dan dapat diamati dari sisa udara pada spuit injeksi. Apabila sisa udara dalam

spuit injeksi 2 ml, maka ukuran pori – pori terbesar adalah benar-benar 0,2 µm.

Sedangkan sisa udara pada spuit hasil bubble point test adalah 7 ml (lebih besar

dari 2 ml) sehingga dapat disimpulkan bahwa membran filter yang dipasang

kurang tepat dan dapat menyebabkan sediaan menjadi tidak steril.

2. Kesimpulan dan Saran

- Diphenhidramin HCl merupakan bahan yang tidak stabil terhadap udara

sehingga pada proses pembuatannya diperlukan perhatian khusus untuk

mencegah berinteraksinya udara dengan diphenhidramin HCl, salah satu

caranya adalah menutup zat aktif tersebut dengan kaca arloji selama

pembuatan sediaan ataupun dengan menambahkan antioksidan seperti Na

metabisulfit pada sediaan untuk mencegah terjadinya oksidasi

16

Page 17: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

- Pembuatan sediaan injeksi diphenhidramin dilakukan dengan metode teknik

aseptik dan sterilisasi sediaan dilakukan dengan metode filtrasi karena

Diphenhidramin HCl tidak stabil pada suhu tinggi

- Pengerjaan harus seaseptik mungkin agar sediaan yang telah jadi terjamin

sterilitasnya.

- Pemasangan filter holder harus dilakukan dengan tepat untuk menghindari

kebocoran dan kontaminasi sediaan.

V. WADAH

Vial coklat 10 ml, kemasan sekunder, brosur, dan label / etiket.

17

Page 18: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

KETERANGAN LENGKAP LIHAT DI BROSUR

SIMPAN DI TEMPAT YANG SEJUK DAN KERING

KOMPOSISI :Diphenhydramin HCl 0,5%

INDIKASI :Kondisi alergi termasuk urtikaria dan angioedema rhinitis dan konjungtivitis, dan gangguan kulit pruritus, juga sebagai antiemetik, untuk terapi mual muntah akibat mabuk perjalanan dan pengobatan vertigo, serta sebagai tambahan dalam pengobatan syok anafilaktik yang mendesak.

HARUS DENGANRESEP DOKTER

No. Reg : DKL 7414556728A1No. Batch : 2435Manuf Date : Oktober 2015Exp. Date: Oktober 2018

KEMASAN SEKUNDER

I.ABEL & BROSUR

LABEL

BROSUR

18

KOMPOSISI :Diphenhydramin HCl 0,5 %

INDIKASI :

Single DoseVial 9 mL

Page 19: Sediaan Steril Diphenhidramin HCl

19

KOMPOSISI :Diphenhydramin HCl 0,5 %

INDIKASI :