Upload
faisal-rahmad
View
205
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Draft OTK Sedimentasi
Citation preview
DRAFT PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA I
SEDIMENTASI
GRUP : 3
1. Fernandes Arma (1231010005)
2. Faisal Rahmad H. (1231010038)
LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FALKUTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kita mengenal bahwa sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material
yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Namun, dalam Ilmu
Teknik Kimia kita memanfaatkan fenomena ini dalam proses industri sehingga definisi dari
Sedimentasi adalah pemisahan dari komponen slurry dengan adanya gravity settling menjadi
larutan yang bersih atau jernih dan suatu slurry dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Salah
satu peralatan yang sering digunakan untuk memisahkan suatu campuran antara partikel solid
dan liquida adalah “Continous thickener”.
Operasi sedimentasi dilakukan umumnya untuk pemekatan suatu slurry dengan cara
pengendapan. Proses pemisahan terjadi karena adanya perbedaan densitas antara partikel
padatan dalam liquid bersama pengaruh gaya luar (gravitasi). Dengan mengetahui data batch
sedimentasi maka dapat dirancang kebutuhan untuk proses kontinyu dalam skala pilot
maupun industri.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang diinginkan dari percobaan ini adalah untuk merencanakan continous
thickener dari data batch sedimentasi yaitu dengan menentukan luas penampang dan
kedalaman dari suatu thickener yang dapat digunakan untuk untuk memisahkan slurry.
I.3 Manfaat Percobaan
1. Dapat menentukan luas penampang suatu thickener dari data-data yang diperoleh.
2. Dapat menentukan kedalaman suatu thickener dari data yang diperoleh.
3. Dapat mengetahui prinsip-prinsip tentang sedimentasi.
Sedimentasi page 2
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum
Sedimentasi adalah pemisahan dari komponen slurry dengan adanya gravity settling
menjadi larutan yang bersih atau jernih dan suatu slurry dengan konsentrasi yang cukup
tinggi.Salah satu peralatan yang sering digunakan untuk memisahkan campuran antara
partikel solid dan liquid adalah Continous Thickener.
Pemisahan slurry encer dengan menggunakan prinsip sedimentasi sehingga akan
mengakibatkan adanya fluida bening dan slurry .Untuk mempelajari sedimentasi ini sebagai
dasar dapat kita gunakan proses batch settling dalam sebuah gelas ukur atau tabung
gelas.Proses pemisahan terjadi karena perbedaan densitas antara partikel solid dan liquid
bersama pengaruh gaya luar(gravitasi).
Sedimentasi bisa juga diartikan sebagai pemisahan padatan dan cairan menggunakan
gaya gravitasi untuk mendapatkan partikel suspensi. Ada 4 kelas jenis pengendapan ,yaitu :
1. Discrate Settling
2. Floculant Settling
3. Hindred settling atau zone settling
4. Compression Settling
Secara umum pengendapan atau yang biasa disebut dengan sedimentasi juga terjadi
pada alam sekitar.Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan
pelapukan oleh air, angin atau glester ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Hasil
proses sedimentasi disuatu tempat dengan tempat lain berbeda. Berikut ini beberapa
pengendapan yang terjadi dialam sekitar :
Pengendapan oleh air
Pengendapan oleh laut
Pengendapan oleh angin
http://id.wikipedia.org/wiki/Sedimentasi
Sedimentasi page 3
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
II.2 Secara Khusus
Batch Sedimentasi
Adalah proses pemisahan slurry yang membutuhkan waktu tinggal dalam
beberapa menit atau jam hingga dicapai pengendapan sempurna.
A B C D E
Gambar II.2.1 Zona – Zona Sedimentasi
Keterangan gambar :
- Zone A = fluida bening dimana batas antara zona A dan Zona B sangat jelas.
- Zone B = Slury yang uniform (Seragam).
- Zone C = zone diatas D dimana solid yang ada disini ukurannya bervariasi dan tidak
uniform.
- Zone D = solid yang mengendap terlebih dahulu (partikel kasar) .
- Zone Tr = zone transisi yang merupakan sebagian partikel agak padat, batas antara
zona Tr dan C ini ditandai dengan adanya alur fluida yang naik ke atas
dan meninggalkan daerah dibawahnya karena mengalami kompresi.
Selama proses pengendapan zone B dan C berangsur-angsur akan menghilang dan
zone D akan memadat karena terjadi kompresi.Pada saat B n C hilang dan berbentuk
lapisan D maka akan terbentuk lapisan D yang padat, dan disebut Titik Kritis
Pengendapan (Critical Settling Point) . Mc Cabe, (1992)
Sedimentasi page 4
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Continuous Sedimentasi
Untuk mendapatkan liquid jenis continuous bisa digunakan sistem continuous
sedimentasi secara kontinu dan tangki dalam keadaan terbuka. Rate aliran masuk dan
keluar dijaga sedemikian rupa sehingga tinggi permukaan air tetap. Slugde yang
terbentuk dikeluarkan melalui outlet bagian bawah tangki. Dalam suatu operasi
sedimentasi yang menggunakan continuous thickener, dimana setelah kondisi operasi
berada dalam keadaan ajeg (steady state) maka akan terbentuk beberapa daerah yang
mempunyai ketinggian konstan.
Gambar II.2.2 Gambar Countinous Sedimentasi
Macam-macam continous sedimentasi
1. Turbular Centrifugal (pemusing)
2. Disk Centrifugal
Laju Sedimentasi
Laju pengendapan lumpur berbeda satu sama lainnya. Demikian pula tinggi
relatif berbagai zone pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik pengendapan
secara teliti, setiap lumpur harus diperiksa melalui eksperimen. Selama tahap awal
pengendapan, kecepatan tetap setelah itu zat padat mengumpul. Laju pengendapan
berkurang dan berangsur turun hingga mencapai titik akhir.
Sedimentasi page 5
Feed Overflow
Underflow
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Gambar II.2.3 Gambar Laju Sedimentasi
Peralatan Proses Settling
Peralatan peralatan yang umum digunakan dalam proses settling adalah sebagai
berikut :
1. Simple Gravity Settling Tank
Alat dini ditunjukkan dengan memindahkan suatu fase liquid terdispersi secara
settling menjadi fase yang lain. Kecepatan linear yang benar sebenarnya haruslah
cukup lambat untuk menyesuaikan waktu untuk droplets terkecil dari rise, dari
dasar menuju interface, atau dari atas turun ke interface dan coalesec.
Gambar II.2.4 Gambar Simple Gravity Settling Tank
2. Equipment For Classification
Slurry masuk dalam tangki yang berisi sejumlah partikel solid, kecepatan
pengendapan terbesar terjadi didaerah atau didekat pintu keluar dan yang terendah
ada dibagian bawah pemasukan, kecepatan linear feed masuk berkurang sesuai
dengan luas penampang pintu keluar.
Sedimentasi page 6
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Gambar II.2.5 Gambar Equipment For Classification
3. Spitzkasten classifier
Alat ini adalah tipe lain dari alat untuk settling dan sedimentasi dimana berisi
rangkaian vessel yang diameter sedimentasinya diperbesar searah aliran.
Slurry masuk vessel pertama (yang paling besar diameternya) dan dilakukan
pengendapan partikel tercepat dan mengalir ke vessel berikutnya sehingga terjadi
pemisahan disini. Proses berlangsung kontinu. Ditiap vessel kecepatan air masuk
dikontrol untuk memberikan ukuran yang diinginkan pada tiap vessel
Gambar II.2.6 Gambar Spitzkasten classifier
Sedimentasi page 7
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Menghitung Luas Thickener Dengan Continuous Thickener
(V+dV+VL) ( C – dC )
C,V + VL VL
Gambar II.2.7. Hubungan Kecepatan Konsentrasi
Dalam suatu batch test, diambil sebuah lapisan dengan konsentrasi C dan solid
seolah-olah mempunyai kecepatan naik sebesar VL. Solid mengendap ke dalam lapisan
ini dari atas mempunyai konsentrasi ( C – dC ) dan kecepatannya ( V + dV ) terhadap
kolom bagian atas atau ( V + dV + VL ) terhadap lapisan.
Bila lapisan ini mempunyai konsentrasi yang konstan maka material balancenya :
( C – dC ) S θ ( V + dV + VL ) = C S θ ( V + VL ) …… (1)
dimana :
S = area normal pada aliran solid
Persamaan diatas dapat ditulis :
VL = C dV – V – dV …… (2)
dC
Bila dV diabaikan, maka akan didapatkan :
VL = C dV – V
dC
Bila V = f ( C ), maka dV = f’( C )
dC
VL = C f’( C ) – f ( C ) …… (3)
Sedimentasi page 8
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
dimana : VL = Velocity of capacity limiting layer
V = Settling velocity of particle in layer
C = Solid concentration
f’( C ) dan f ( C ) = konstanta
Bila tinggi interface ( ZL ) pada θL dan VL konstan maka diperoleh persamaan :
CL S θL ( VL + VL ) = Co Zo S
Bila VL konstan :
VL = ZL …… ( 5 )
θL
Substitusikan VL pada persamaan ( 5 ) ke persamaan ( 4 ), maka :
CL = Co Zo …… ( 6 )
( ZL + VL ) θL
Geankoplis, (1997).
Sedimentasi page 9
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Z
θ
Gambar II.2.8 Grafik Z vs θ
Dari grafik terlihat garis slopenya adalah :
Zi ZL = VL z
θL
Zi = ZL + θ L VL
Jika dikombinasikan dari persamaan ( 6 ) dan ( 8 ), maka akan didapatkan :
CL Zi = Co Zo …… ( 9 )
Persamaan ( 9 ) digunakan untuk menghitung tinggi slurry.
Dimana :
VL = kecepatan pengendapan yang terjadi pada batas antara kedua liquida
(kecepatan naik suatu lapisan0.
V = kecepatan pengendapan dari partikel yang ada didalam batas critical point.
C = konsentrasi solid atau unit volume dalam slurry
Co = konsentrasi awal
Zo = tinggi slurry mula-mula
ZL = tinggi interface (batas) pada VL
Zi = tinggi slurry saat konsentrasi CL
θL = waktu akhir
Sedimentasi page 10
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Solid balance :
Jumlah yang masuk = jumlah yang keluar
Lo Co = Lu Cu + V Cv
Lo Co = Lu Cu
Sehingga :
Lu = Lo Co
Cu
Liquid balance :V = Lo Co [(1/Co) – (1/Cu)] . ρAv/ρw
Nilai A dimasukkan :
V/A = (Lo Co)/A . [(1/Co) – (1/Cu)] . ρav/ρw
Maka Lo Co = LL CL
V = (LL CL)/A . [(1/Co) – (1/Cu)) . ρav/ρw
(LL CL) = v
A [(1/Co) – (1/Cu)] . ρav/ρw
Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Sedimentasi
1. Flokulan
2. Medium
3. Bentuk Partikel
4. Konsentrasi
Anonim, “Buku Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia” UPN “veteran” Jawa Timur
Sedimentasi page 11
Draft Praktikum Operasi Teknik Kimia I
Daftar Pustaka
Anonim.2013. “Sedimentasi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Sedimentasi
Anonim. 2014.Fakultas Teknologi Industri, “Buku Petunjuk Praktikum Operasi Teknik
Kimia” UPN “veteran” Jawa Timur.
Geankoplis Christie J. 1997. “Transport Processes and Unit Operation” 3th Edition (Hal 821-
827)
Mc Cabe W. L. Smith. Jc. And Harriot, 1992, “Unit Operation of Chemical Engineering” 5th
Edition (hal 1052-1053)
Sedimentasi page 12