Upload
tutik-hasanah
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Sejarah Pendidikan Islam
Pendidikan memiliki akar yang kuat dalam sejarah Islam. Unsur-unsur dasar pendidikan dapat
kita baca dengan jelas terdapat dalam masyarakat islam sejak embrionya dimasa Mekkah. Sistem
pendidikan integral dan ideal yang terus berkembang melewati lintasan abad dan menjadi petunjuk
bagi generasi ummat islam kepada cahaya Allah.
Pendidikan islam adalah suatu sistem yang telah menunjukkan kekokohannya dengan
menghadirkan output terbaik dalam sejarah manusia. Untuk lebih mengenal pendidikan islam, maka
dalam makalah kali ini kami menghadirkan 4 pembahasan dalam sejarah pendidikan islam, yaitu :
1. Pendidikan Islam dimasa Rasulullah SAW
2. Pendidikan Islam dimasa khulafaur Rasyidin
3. Pendidikan Islam dimasa Daulah Umawiyyah
4. Pendidikan Islam dimasa Daulah Abbasiyah
Setiap pembahasan akan mencakup rukun-rukun pendidikan yaitu pendidik, peserta didik,
kurikulum dan lingkungan. Dari keempat rukun tersebut point kurikulum juga akan mendapatkan
perhatian yang cukup signifikan, dimana pembahasan kurikulum akan membahas tujuan, konten,
metode dan sarana serta cara-cara evaluasi yang dilakukan dalam sejarah pendidikan islam.
1. Pendidikan Islam dimasa Rasulullah SAW
Jejak pendidikan dimasa Rasulullah dapat kita temukan dari sejak awal mula wahyu diturunkan.
Dimana diantara ayat-ayat yang awal mula turun adalah ayat yang bekaitan erat dengan sikap-sikap
yang dihadirkan dalam pendidikan, yaitu sikap pembelajar. Ayat yang pertama turun yaitu surat al
‘Alaq ayat 1-5 mengandung perintah membaca dan membangun kesadaran bahwa termasuk tugas
utama Rabb adalah memberikan pengajaran. Kemudian surat yang kedua turun adalah surat al Qalam
yang memberi kesan mendalam akan pentingnya sistem pencatatan dalam dunia pendidikan dan
perburuan ilmu.
Pendidik utama di zaman Rasulullah adalah Rasulullah, yang upaya pendidikannya menghasilkan
pendidik-pendidik handal dikalangan shahabat.
Masa Rasulullah dapat kita bagi menjadi dua fase besar, yaitu fase Mekkah dan fase Medinah,
yang setiap fasenya memiliki tahapan-tahapan detil tersendiri.
Fase Mekkah ditiga tahun pertama sejak kenabian, tokoh pendidik nya adalah Rasulullah dengan
jumlah peserta didik pada akhir tahun ketiga kenabian berjumlah kurang lebih 50 orang, mereka ini
diberi gelaran assabiquunal awwaluun. Kurikulum yang diberikan adalah kurikulum qur’aniy
rabbaniy. Lingkungan pendidikan yaitu kota Mekkah merupakan kota pusat keagamaan bagi
masyarakat Arab. Pusat keagamaan yang dijaga dengan cara sederhana secara komunal oleh klan
Quraisy, tanpa perangkat negara berdaulat. Pada lingkungan sederhana komunal masyarakat Mekkah
ini Rasulullah mendidik para sahabatnya dengan suatu cita besar, yaitu penaklukan dua kekuatan
adidaya Persia dan Romawi1
Pada tiga tahun berikutnya, yaitu tahun ketiga kenabian hingga tahun keenam kenabian nabi
Muhammad mendirikan satu pusat pendidikan yang bertempat di rumah Al Arqam bin Abi Al Arqam.
Pusat pendidikan ini bersifat rahasia. Ditempat ini Rasulullah mengajarkan al Qur’an dan juga
melaksanakan shalat. Difase ini Rasulullah juga memberikan lisensi pengajaran kepada peserta didik
terpercaya untuk memberikan pengajaran kepada mereka yang tidak dapat hadir di rumah Al Arqam.
Rekam jejaknya dapat kita lihat pada peristiwa keislaman Umar bin Khaththab. Saat Umar masuk
islam seorang sahabat bernama Khabbab Ibn Al Arat tengah melakukan pengajaran al Qur’an kepada
Sa’id bin Zayd dan istrinya Fathimah Binti Khaththab. Murid terakhir yang terdaftar di fase ini adalah
Umar bin Khaththab, yang ditandai dengan keislamannya. Umar adalah murid ke empat 40 yang
pernah mengenyam pendidikan di rumah al Arqam bin Abi Al Arqam. Waktu pendidikan Umar
dirumah Al Arqam ini sangat singkat karena keislamannya menjadi akhir bagi sistem pengajaran
tersembunyi di rumah Al Arqam bin Abi Al Arqam. Rumah tersebut merupakan rumah mulia, ia
adalah sekolah terhebat dibumi, universitas kelas dunia yang melahirkan manusia-manusia terhebat
sepanjang sejarah umat manusia. Suatu kebanggaan yang tak akan sirna bagi pemiliknya.
Tahun keenam kenabian, pendidikan islam dilakukan dengan lebih terang-terangan. Pengajaran
pada para sahabat dilakukan ditempat terbuka. Pada gilirannya menyebabkan semakin sengitnya
permusuhan. Kaum kafir Quraisy membuat kesepakatan pemboikotan dan blokade. Seluruh klan
Hasyim dan Muththalib diblokade pada satu tempat. Kondisi ini merupakan masa tiarap bagi
pengajaran al Qur’an. Blokade ini berakhir di akhir tahun kesembilan.
Pada fase Mekkah terjadi juga pembelajaran jarak jauh dengan cara surat menyurat antara
Mekkah dan Habasyah, ini terjadi karena pada tahun ke lima dan tahun ke enam kenabian terdapat
kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah. Jumlah mereka kurang lebih 83 orang.
Tahun kesepuluh hingga ketigabelas kenabian adalah tahun-tahun sulit. Meski demikian
kampanye dan seruan untuk menjadi peserta didik pendidikan islam semakin melebarkan sayapnya.
Orang-orang dari kota Yatsrib yang kemudian namanya berganti menjadi Medinah masuk islam.
Kemudian Rasulullah mengirimkan Mush’ab bin ‘Umair ke kota Medinah untuk memberikan
pengajaran. Mush’ab berhasil dengan gilang gemilang. Waktu satu tahun ternyata cukup bagi Mush’ab
untuk menjadikan kaum muslimin di Yatsrib menjadi kaum yang sangat baik keislamannya dan
memiliki loyalitas sempurna kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tahun
ketigabelas kenabian menjadi akhir dari fase pendidikan Islam di kota Mekkah pada masa Rasulullah
SAW.
1 Al Muqriziy, Taqiyyuddin. Imtaa’ul Asma’. Daar el Kutub Ilmiyyah , Beirut, 1999, jilid 9 hal 93.
Berikutnya adalah fase Medinah. Pada fase ini Rasulullah membangun Mesjid Nabawi, dan
menjadikan mesjid tersebut sebagai pusat pendidikan. Pada fase ini konten pengajaran semakin
berkembang. Pengajaran al Qur’an selalu menjadi hal pokok, dan Rasulullah menggalakkan
pengajaran baca tulis, demikian pula dengan pengembangan kekuatan fisik dan kekuatan ekonomi
menjadi konten pendidikan.
Selain memusatkan pendidikan di mesjid Nabawi, Rasulullah juga mengirimkan pendidik-
pendidik handal pada daerah yang kondusif, misalnya Rasulullah mengirim Mu’adz bin Jabal, Abu
Musa al Asy’ari, ‘Ali bin Abi Thalib dan Khalid bin al Walid ke Yaman.
Setelah penaklukan Mekkah, Rasulullah menugaskan Mu’adz Bin Jabal untuk tinggal di Mekkah
beberapa saat dan mengajarkan al Qur’an kepada penduduk Mekkah.
Jauh sebelum pengiriman ke Yaman, pernah terjadi suatu peristiwa kelam dalam sejarah
pengiriman guru ke daerah, dimana 70 orang ahli alQur’an dikirim ke kabilah-kabilah Sulaim yaitu
Ra’l dan Dzakwan. 70 orang tersebut dibunuh dalam persitiwa yang dikenal dengan peristiwa Bi’r
Ma’unah.
Rasulullah, selain mengajarkan langsung kepada para sahabat, juga memerintahkan para sahabat
untuk mengajarkan kepada mereka yang baru saja datang ke Medinah dan berislam. Sebagaimana
pengalaman yang diceritakan Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah memerintahkan untuk
mengajarkan al Qur’an pada seorang pria yang baru saja datang ke Medinah dan berislam.2
Ada pula kisah Buraidah Ibn al Hushaib yang masuk islam dalam perjalanan Rasulullah hijrah.
Kesempatan singkat tersebut dimanfa’atkan dengan mengajarkan Buraidah surat Maryam. Beberapa
tahun kemudian Buraidah datang ke Medinah dan diperintahkan Rasulullah untuk menyempurnakan
pelajaran a Qur’an yang pernah diterimanya. Rasulullah menugaskan Ubay bin Ka’ab untuk
mengajarinya.3
Demikianlah gambaran akan kentalnya nuansa pendidikan dalam 23 tahun kehidupan Rasulullah.
Pusat pendidikan adalah di mesjid, lalu dirumah-rumah. Rasulullah adalah guru utama, lalu para
sahabat yang mendapat penugasan, dan juga para orang tua serta wali kepada anak-anaknya. Mereka
yang mengenyam langsung pendidikan Rasulullah disebut para sahabat, jumlah mereka kurang lebih
empat ribu orang. Adapun total jumlah ummat islam saat Rasulullah wafat adalah 60ribu orang, 30ribu
orang tinggal di Madinah, dan 30ribu lainnya tinggal selain di Madinah.4
Karakter masyarakat yang dihasilkan zaman ini adalah masyarakat yang kokoh dalam beragama,
menahan diri dari syahwat dan menundukkannya kepada kebenaran, masyarakat yang bersungguh-
sungguh dalam berjuang menggapai ridha Allah, masyarakat yang mencintai surga, mencintai ilmu
pengetahuan, masyarakat yang ta’at kepada Allah dan RasulNya. Kebenaran dan kebaikan menjadi
2 Al Baqilany, Abu Bakr. Al Intishar li al qur’an, Daar Ibn Hazm, Beirut 2001, jilid 1 hal 1433 Al Baqilany, Abu Bakr. Al Intishar li al qur’an, Daar Ibn Hazm, Beirut 2001, jilid 1 hal 1454 Al Muqriziy, Taqiyyuddin. Imtaa’ul Asma’. Daar el Kutub Ilmiyyah , Beirut, 1999, jilid 9 hal 82.
panglima, penyakit-penyakit masyarakat tiarap, setiap kesalahan yang terjadi berlabuh pada
pertobatan.
2. Pendidikan Islam dimasa Khulafaur Rasyidin
Pemegang estafeta kepemimpinan Ummat Islam sepeninggal Rasulullah disebut Khalifah. Masa
30 tahun sejak wafatnya Rasulullah disebut era Khulafaur Rasyidin, yaitu empat orang sahabat mulia
yang sebelumnya telah mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah Muhammad SAW. Mereka
adalah Abu Bakr ash Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Abu Bakr ash Shiddiq memerintah dalam waktu yang cukup singkat yaitu hanya 2 tahun 3 bulan
saja. Masa ini menjadi pondasi kokoh bagi keberlangsungan proses pendidikan dimasa-masa
berikutnya. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pengajaran al Qur’an menjadi
konten utama dari kurikulum pendidikan islam. Pada masa Abu Bakr ini AlQur’an yang semenjak
masa Rasulullah telah ditulis dalam tempat-tempat yang terpisah kemudian disatukan menjadi satu
kesatuan kitab yang urutannya sesuai dengan yang malaikat jibril kabarkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallalhu ‘alaihi wa sallam, yaitu dimulai surat al Fatihah dan diakhiri surat anNaas.
Umar bin Khaththab menjadi khalifah selama 10 tahun. Umar mengembangkan pusat-pusat
pendidikan dibanyak tempat. Satu hal prestatif yang Umar lakukan adalah mengangkat kaki tangan
administrator pemerintahannya dibanyak kota adalah dari kalangan yang sekaligus dapat menjadi
pendidik bagi masyarakatnya. Dalam suatu kesempatan pidato Umar menyampaikan kesaksian :
“Wahai Allah, aku bersaksi padaMu atas pemimpin kota-kota bahwa sesungguhnya aku mengirim
mereka agar mengajarkan kepada manusia agama mereka dan sunnah nabinya.5
Berikut ini pusat-pusat pendidikan islam dimasa Umar bin Khaththab, para ahli al Qur’an
memegang peranan penting dalam tersebarnya ilmu ditengah-tengah masyarakat. Para ahli al Qur’an
tersebut memiliki keterampilan membaca dan menulis. Mereka dizaman Rasulullah mendapat gelaran
kuttab yang bentuk jamaknya katatib, gelaran yang pada masa Umar disematkan pada proses
mengajar masyarakat di mesjid, yang pengajarannya tidak terbatas pada pengajaran al Qur’an saja,
tetapi juga pada ranah ilmu lainnya, seperti pengajaran baca tulis, tafsir, fiqh, sejarah dan nasab, juga
sastra.
a) Medinah
Medinah adalah ribuan mata air pendidikan islam. Di kota ini berkumpul para sahabat yang
dibimbing langsung oleh Rasulullah. Umar sangat memperhatikan arus keluar masuk para
sahabat dari kota Medinah sebagai bentuk penjagaan atas sumber ilmu. Para pendidik yang paling
5 At Tikritiy, Abu ‘ABdillah. Muhaadharah fi ‘Uluum al Qur’an. Daar ‘Ammar, Oman 2003, hal 116
berpengaruh di kota Medinah di zaman Umar adalah seperti Ali Bin ABi Thalib, Ubay bin Ka’ab,
Zaid Bin Tsabit, dan Abdullah bin Abbas.
b) Kufah
Guru pertama yang dikirim khalifah Umar ke Kufah adalah Abdullah bin Mas’ud.
Keberadaannya di kota Kufah sebagai pendidik diperkuat Umar dengan mengangkat seorang
walikota terpercaya Ammar bin Yasir. Umar menulis surat bagi penduduk Kufah :
“Sesungguhnya aku telah mengutus kepada kalian Ammar bin Yasir sebagai pemimpin, dan
Abdullah bin Mas’ud sebagai guru dan pengokoh Ammar. Mereka adalah dua sahabat Rasulullah
terbaik dan mereka turut serta dalam perang badar, maka ambillah mereka sebagai teladan,
dengarkanlah perkataan mereka. Sesungguhnya aku mengutamakan kalian atas diriku sendiri
akan keberadaan Abdullah bin Umar.
c) Bashrah
Guru pertama yang dikirim Umar adalah Imran bin Hushain al Khuza’i. Sesudah Bashrah
tegak menjadi kota, Umar mengirimkan walikota sekaligus pendidik bagi masyarakat Bashrah,
yaitu Abu Musa al Asy’ariy.
d) Syam
Di tanah Syam terdapat banyak kota-kota besar diantaranya Damaskus, Homs, Aleppo, Al
Quds. Mula-mula Umar mengirim Abdurrahman Bin Ghanmin ke Syam. Setelah seluruh kota-
kota di tanah syam ditaklukan, pemimpin penaklukan tanaj Syam, Yazid bin Abi Sufyan berkirim
surat pada Umar agar mengirimkan guru yang mengajarkan al Qur’an dan menerangkan urusan-
urusan agama kepada penduduk Syam.
Umar kemudian mengirim Mu’adz Bin Jabal, Ubadah bin Shamit dan Abu Darda ke tanah
Syam. Mereka memulai pengajaran di kota Homs. Penduduk kota ini ditenggarai Umar sebagai
penduduk yang agak sulit dalam pelafalan dan pemahaman. Ketiga orang duru mulia yang
dikirim Umar harus memberikan evaluasi terbaiknya dalam pengajaran, jika semua telah tenang
akan hasil pengajaran maka satu orang tinggal di Homs dan yang lainnya seorang menuju
Damaskus seorang lainnya menuju Palestina.
Setelah pengajaran di kota Homs dianggap cukup, Ubadah bin Shomit tinggal di Homs, Abu
Darda pergi ke Damaskus dan Mu’adz bin Jabal ke Palestina.6
e) Mesir
6 At Tikritiy, Abu ‘Abdillah. Muhaadharah fi ‘Uluum al Qur’an. Daar ‘Ammar, Oman 2003, hal 118.
Pertama-tama Umar mengirim Hibban Ibnu Abi Jibilah dan mengangkat ‘Amr bin Al ‘Ash
menjadi gubernur Mesir. Pola katatib berkembang dengan sangat pesat di Mesir dan memegang
peranan penting dalam pendidikan islam bagi masyarakat Mesir.
Metode pengajaran juga berkembang dizaman ini, dari hanya metode talaqqi dan ceramah ilmiah
kemudian kepada metode cerita, tercatat bahwa seorang sahabat bernama Tamim ad Daariy meminta
izin kepada Umar untuk melakukan pertunjukan cerita yang kontennya tentang kandungan al Qur’an.
Umar tidak langsung mengizinkan, tetapi setelah beberapa saat Umar memberi izin pada Tamim untuk
melakukan pertunjukan cerita setiap jum’at sebelum shalat jum’at dilaksanakan.
Setelah Umar wafat, Utsman bin Affan terpilih menjadi khalifah. Utsman mulai memerintah
sekitar tahun 13 Hijriah dan ia melanjutkan tradisi keilmuan yang pilar-pilarnya telah dibangun dimasa
kenabian dan dua khalifah sebelumnya. Pada masa Utsman lahir generasi-generasi pendidik baru yang
sebutannya adalah para tabi’in.
Pada masa Utsman terjadi hal fenomenal pada sejarah penulisan Al Qur’an, dimana kita ketahui
bersama bahwa al Qur’an adalah sumber utama pendidikan islam. Berpedoman pada Mushhaf Al
Qur’an yang disusun pada zaman Abu Bakar, Utsman memerintahkan penulisan Al Qur’an dan
menyatukan cara membaca. Khalifah Utsman mengirim mushaf tersebut pada 7 titik wilayah penting.
Pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, kurikulum pendidikan mendapat tambahan konten.
Persebaran islam ditengah masyarakat non arab melahirkan konsekuensi kesadaran kaum muslimin
dalam penguasaan Bahasa Arab. Ketika kesalahan berbahasa mulai meluas dimualilah pengajaran
Bahasa Arab dengan kaidah-kaidahnya.
Masa Khulafaur Rasyidin berakhir tahun 40 Hijriyah. Masa yang mengokohkan pondasi
pendidikan islam berbasis komunitas di Mesjid, pada katatib-katatib, juga pada keluarga di rumah-
rumah mereka. Pendidikan dengan konten kurikulum Al Qur’an dan tafsir, baca tulis, sastra, sejarah
dan nasab, bahasa arab dan gramatikalnya, fiqh dan pendidikan jasmani serta keterampilan. Masa yang
melahirkan masyarakat yang siap mengahadapi tantangan zamannya, melahirkan ulama-ulama yang
melanjutkan pengajaran islam ditengah-tengah masyarakat.
Karakter Masyarakat hasil pendidikan zaman ini berbeda pada setiap era khalifah. Kebijakan
khalifah berpengaruh pada kebijakan pendidikan. Khalifah Umar adalah tipikal menyelesaikan
masalah dan menghukum setiap kesalahan, maka tertutuplah pintu-pintu fitnah dan perselisihan.
Masyarakat terus memusatkan perhatian pada akhirat dan ilmu pengetahuan, meski harta berlimpah
dan kemakmuran merata.
Pada masa khalifah Utsman, pertarungan dengan dunia menjadi, arus perhatian masyarakat mulai
tersedot pada hal-hal yang bersifat materi. Dunia pendidikanpun menghadapi tantangannya. Kita
mendapati bahwa pada zaman ini pusat perhatian masyarakat adalah akhirat dan ilmu pengetahuan
dengan rembesan materialisme yang mulai menguat.