33
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh Gorys Keraf dan Abdul Chaer : Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat abitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan untuk mengidentifikasikan diri (1998:1) Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermayarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap. Sering manusia lupa akan misteri dan kekuatan bahasa. Mereka lebih percaya pada pengetahuan dan pengalamannya. Padahal semua itu masih mentah dan belum nyata, bila tidak dinyatakan dengan bahasa. Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Pada saat ini, bahasa yang harus kita kuasai adalah bahasa Inggris, karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi antar negara. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Asal usul Bahasa Indonesia

Citation preview

Page 1: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar BelakangBahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain

agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh Gorys Keraf dan Abdul Chaer : Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat abitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan untuk mengidentifikasikan diri (1998:1)

Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermayarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap. Sering manusia lupa akan misteri dan kekuatan bahasa. Mereka lebih percaya pada pengetahuan dan pengalamannya. Padahal semua itu masih mentah dan belum nyata, bila tidak dinyatakan dengan bahasa.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Pada saat ini, bahasa yang harus kita kuasai adalah bahasa Inggris, karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi antar negara.

Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahsa adalah merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita didalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa, khusunya bahasa Indonesia.

1.2  TujuanTujuan dari penulisan makalah ini antara lain yaitu : Mengetahui sejarah perkembangan

bahasa Indonesia, karena sebagai warga negara Indonesia kita harus tau asal dari bahasa yang kita pakai setiap hari.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan

Page 2: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi begitu

saja, ada beberapa tahapan proses dalam penerimaan itu yang membutuhkan waktu lama.

Tahapannya meliputi :

a). Masa Pra-1928

Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, Bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan

atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada

masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar

filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungan yaitu

Bahasa Melayu.

Berdasarkan catatan sejarah, Bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa

perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa

agama, dan bahasa dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan

alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, Bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa

penerjemah buku-buku keagamaan misalnya buku keagamaan yang diterjemahkan ke bahasa

Melayu oleh I Tsing.

Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan Bahasa

Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :

a.     Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.

b.    Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.

c.     Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.

d.    Prasasti Karang Brahi antara jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M

e.     Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah, tahun 832 M.

f.     Prasasti Bogor, di Bogor, tahun 942 M.

Masuknya agama Islam ke kepulauan nusantara,membuat kedudukan bahasa Melayu

semakin Penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana

komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya Khasanah kosa kata

dalam bahasa Melayu.

Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulaua Nusantara. Dalam

mendirikan lembaga pendidikan, pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga

menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi “..Pengajaran di

sekolah-sekolah Bumi Putera diberikan dalam bahasa Melayu”. Ejaan resmi bahasa Melayu

dan diterbitkan dalam Kitab Logat Melajoe. Buku ini disusun oleh Charles Andrianus Van

Page 3: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-

ciri dari ejaan ini yaitu :

1.      Huruf “ j “ untuk menuliskan kata-kata seperti jang, pajah, sajang, dan sebagainya.

2.      Huruf “ oe “ untuk menuliskan kata-kata seperti goeroe, itoe, oemoer, dan sebagainya

3.      Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata seperti

ma’moer, ‘akal.ta’, pa’, dinamai’, dan sebagainya.

Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan pergerakan

bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908) yang telah

menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukarnya informasi dan komunikasi antara

penggerak. Hal ini dianggap penting dan perlu, karena dengan itu akan mudah dalam

mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka nasional.

Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbitan buku-buku

bacaan yang diberii nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang

kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku

novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun

memelihara kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan

masyarakat luas.

Dalam Kongres II jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa

pemersatu antar Jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah dengan menerbitkan surat

kabar Neratja, Bianglala dan kaoem Moeda.

Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan diatas, maka pada

tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong.

Salah satu hasil gemilang dari Kongres Pemuda yaitu dengan dicetuskannya ikrar Sumpa

pemuda. Sumpah Pemuda itu berisikan :

1.      Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbagsa yang satu bangsa Indonesia ;

2.      Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air Indonesia ;

3.      Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

b). Masa Pasca-1928

Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah

menjadi bahasa Indonesia.

Perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun

1933. Para pelopornya antara lain: Sultan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir

Hamzah. Angkatan ini tampil dengan tema : “ Pembinaan bahasa dan kesusastraan

Indonesia.”

Page 4: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Pada masa itu terjadinya krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah

(Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga sejumlah pakar

bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan

di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1983.

Sejumlah pakar yang ikut diambil bagian dalam Kongres tersebut antara lain : K. St

Pamoentjak ; Ki Hadjar Dewantoro ; Sanoesi Pane ; Sultan Tkdir Alisjahbana ; Dr.

Poerbatjaraka ; Adinegoro ; Soekrdjo Wirjopranoto ; R.P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin ; dan

Mr. Amir Sjarifudin, kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa,

dan bahasa persurat kabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha

pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah di lakukan secara sadar oleh

cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai pencetus

kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.

Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa Indonesia

ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antara penduduk, disamping bahasa jepang dan

pelarangan tegas dalam penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu sangat mengembirakan

bagi pemekaran bahasa indonesia dalam rangka bangkitnya. Hal ini terlihat dari munculnya

sebuah Angkatan Kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idris, Asrul Sani. Angkatan

ini dikenal sebagai Angkatan 45.

Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh jepang. Tugas

komisi ini adalah menyususn istilah dan tata bahasa Normatif serta kosa kata umum bahasa

Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung semakin

mantap dan memperoleh tempat di hati penduduk.

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada zaman Kemerdekaan

Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian

pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkan Undang-undang Dasar 1945. Dalam Pasal 36

Bab XV UUD ’45 berbunyi : “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 19

Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti

Ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

Ciri-ciri ejaan ini yaitu :

a.       Huruf “ oe “ diganti dengan “ u “ seperti pada kata Guru, Itu, Umur, dan sebagainya.

b.      Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan K pada kata-kata Tak, Pak, Rakjat, dan

sebagainya.

c.       Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

d.      Awal di-an kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

Page 5: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan bahasa

Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai sebelum masa reformasi antara lain :

1.      Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 salah

satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa

Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

2.      Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H.M. Soeharto, meresmikan

penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan

di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.

3.      Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan

Istilah resmi berlaku diseluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

4.      Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober- 2

November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres

yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain

memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun

1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

5.      Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November

1983. Kongres ini diselengarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-

55. Dalam keputusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia

harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-garis Besar Haluan

Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik  dan benar, dapat tercapai maksimal mungkin.

6.      Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 3 November 1988. Ia

dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan

bagi Negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam,

Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini ditanda tangani dengan

dipersembahkan karya besar pusat pembinaan dan pengembangan bahasa kepada pecinta

bahasa Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa baku Bahasa

Indonesia.

7.      Kongres bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993.

Peserta sebanyak 770 pakar bahasa Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi

Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura,

Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan

Page 6: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta

mengusulkan disusunya Undang-undang Bahasa Indonesia.

Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang disusun oleh

Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema(kata) dalam bahasa Indonesia

mencapai 23.000 kata.

Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat

penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara

luar biasa, saat produk asing berupa properti masuk ke perkantoran dan pusat pembelanjaan,

banyak istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing banyak digunakan dan sehingga

membuat pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1995 terjadi perencanaan berbahasa

Indonesia dengan baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan, dan pusat perbelanjaan

yang menggunakan bahasa asing, diganti dengan menggunakan bahasa Indonesia.

2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi

Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi, diawali dengan Kongres Bahasa

Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober

1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan

sebagai berikut :

a.       Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian

terhadap bahasa dan sastra.

b.      Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta

mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa.

Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata

baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata diberbagai bidang ilmu. Sementara kata

umumnya telah berjumlah 78.000 kata.

Namun, masa reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan buruk

bagi bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing yang semakin luas dan bahasa Indonesia

sempat di pinggirkan. Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam

perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Tokoh

pers Djafar Assegaf menunding sekarang ini kita tengah mengalami “krisis penggunaan

bahasa Indonesia” yang amat serius. Media massa sudah terjerumus kepada situasi tiada

tanggungjawab “ terhadap pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media massa

kini cenderung menggunakan bahasa asing padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia. Ini menunjukan penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar.

Page 7: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan zama, reformasi yang tidak ada konsep yang

utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan. Redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik

perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan pangsa pasarnya, persaingan usaha

antarmedia dan selera pribadi. Ada dua kecenderungan dalam pers saat ini dapat

menimbulkan kekhawatiran akan perkembangan bahasa Indonesia :

1.      Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim).

2.      Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar

Namun, pers juga telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan

baru seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,

provokator, arogan, hujat, makar dan sebaginya. Istilah-istilah tersebut memang terdapat

dikamus, tetapi tidak digunakan secara umum atau hanya terbatas di kalangan tertentu saja.

Selain itu, saat ini Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah

bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Dikalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah

bahasa baru yang merupakan percampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa

daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia

tersebut terutama terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang

beranggapan dan meyakini bahwa kaum intelek adalah mereka yang menggunakan bahasa

asing dalam kehiduapan sehari-hari, baik yang total memakai bahasa asing maupun

mencampur dengan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan Bahasa aisng justru

semakin luas. Kata-kata sperti “ new arrival “, “sale”, “best buy”, “discount”, yang dapat

dijumpai di toko dan pusat peebelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi penggunaan bahasa

Indonesia yang salah. Dan tidak sedikit media yang memberikan judul acara dengan kata-kata

dalam bahasa asing. Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum,

maupun pelajar mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat

penyebaran bahasa Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang

pesat. Bahasa Indonesia semakin dikenal di masyarakat. jika pada awalnya masyarakat

Indonesia yang terdiri dari multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul

dengan sesama karena terdapat perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa pemersatu yaitu

Bahasa Indonesia, semua elemen bangsa dapat berkomunikasi. Ini merupakan salah satu

bentuk kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain mengalami kemajuan, Bahasa Indonesia

juga memiliki kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengauh besar negara-negara

besar sperti Amerika Serikat, Bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan. Bahkan dari kalangan

masyarakat dan pelajar di Indonesia sendiri. Banyak yang menganggap sepel Bahasa

Page 8: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Indonesia dan lebih mementingkan bahasa lain seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol,

bahasa Arab, Perancis, Jerman, Mandarin dan sebagainya. Pelajar dan pemuda sekarang

menggap bahasa Indonesia terlalu kaku, tidak bebas dan terasa kurang akrab. Mereka lebih

menyukai bahasa baru yang dikenal dengan bahasa gaul yang merupakan campuran dari

bahasa derah, bahasa asing, dan bahasa Indonesia. Keadaan ini berbalik 180 derajat dari

keadaan 78 tahun yang lalu, disaat ini pelajar dan pemuda dengan semangat cinta tanah air

menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bukan bahasa lainnya seperti Bahasa

Belanda ataupun bahasa derah. Alhasil, akibat pelajar menggap sepel pelajaran bahasa

Indonesia, banyak dari pelajar itu sendiri mendapatkan nilai rendah dalam pelajaran bahasa

Indonesia. Parahnya lagi, sebagian penyebab banyaknya pelajar tidak lulus ujian karena

menganggap sepele bahasa Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkanmasyarakat

Indonesia itu menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, karena masyarakat

Indonesia merasa tidak perlu lagi belajar bahasa Indonesia karena mereka sudah berbangsa

dan bisa berbahasa Indonesia seadanya. Padahal sebenarnya belum tentu mereka bisa dan

mampu berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Kedua, karena adanya kemunduran dan

kemerosotan ekonomi Indonesia sejak beberapa tahun terakhir sehingga timbul rasa malu

berbahasa Indonesia dalam pergaulan internasional. Ketiga, sebagai akibat adanya globalisasi

yang membuat timbulnya pengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia dikalangan

masyarakat Indonesia.

Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami penurunan minat

mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing belajar bahasa Indonesia

menurun akibat kondisi pengajaran Bahasa Indonesia belakangan ini menunjukkan segala

penurunan. Gejala penurunan itu baik dari aspek intensitas penyelenggaraan maupun dari segi

jumlah peminatnya. Penurunan intensitas pelenggaraan pengajar bahasa Indoesia untuk

penutur asing ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam negeri

menurunkanya minat itu akibat penyelenggaraan pengajaran indonesia untuk penutur asing

itu sendirimaupun dari kondisi dalam negeri sendiri. Penurunan minat ini terjadi di negara

Australia, Belanda, dan Jerman. Hal itu akibat politik di negara tersebut, di Jermanbahkan

pelajaran bahasa indonesia di kampus-kampus peminatnya berkurang. Kalau sampai ditutup

program ini, tertutup juga upaya untuk meningkatkan citra Indonesia di sana. Kurangnya

minat untuk mempelajari bahasa Indonesia di beberapa negara diantaranya juga karena

kurangnya sumber daya manusia. Namun sejak itu pun ada peningkatan mempelajari Bahasa

Indonesia dari negara China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab, serta negara berkembang

pesat.

Page 9: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Salah satunya upaya pemerintah Indonesia mengembangkan pengajaran bahasa Indonesia

untuk penutur asing, dengan pemasyarakatan alat uji bahasa Indonesia yang disebut Uji

Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Pusat Bahasa juga mencoba mensosialisasikan

setiap programnya kepada instansi lain seperti membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia

di beberapa negara. Pusat kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada

masyarakat dunia.

2.4  Peranan Bahasa Indonesia

Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk

berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya

dengan otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran,

sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang

kebudayaan. Melalui bahasa nilai – nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu

generasi ke generasi selanjutnya.

Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam

mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang sama

akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.

2.5  Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia

yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa

perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal

tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu

menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti

yang luas.

2.6  Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia

Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu

sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam

perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa

Page 10: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun

dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya

muncul satu atau dua fungsi saja.

Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak “Soempah Pemoeda”, 28 Oktober 1928,

yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para pemuda

sepakat untuk mengangkat bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa Indonesia. Para pemuda

melihat bahwa bahasa Indonesialah yang berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia

yang terdiri atas ratusan suku vangsa atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan

hanya isapan jempol. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa

Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang

berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasaIndonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah

tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru

kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai

penengah ego kesukuan.

Dalam hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang mempunyai

latar belakang budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru dapat

menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan

kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik yang

bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ini,

kepentingan nasional diletakkan jauh di atas kepentingan daerah dan golongan.

Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat

perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa

berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian ke

pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa

Indonesia dalamn fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya. Semuanya

terjadi karena bertambah baiknya sarana perhubungan, bertambah luasnya pemakaian alat

perhubungan umum, bertambah banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan bertambah

banyaknya perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah

yang lain karena mutasi tugas atau inisiatif sendiri.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17 Agustus 1945 ketika

bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional,

bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan.

Page 11: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.

Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang

dapat dijadikan pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan

dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini

pun terus dibina dan dijaga oelh bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional,

bahasa Indonesia dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu

nasional bangsa Indonesia, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa

Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri sehingga serasi dengan lambang

kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia dapat mewakili identitasnya sendiri apabila

masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih

dari unsur-unsur bahasa lain, yang memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya

istilah/kata dari bahasa Inggris yang sering diadopsi, padahal istilah.kata tersebut sudah ada

padanannya dalam bahasa Indonesia.

Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya,

bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan

perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan bahwa bahasa

Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, sekarang dapat

dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang

dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa

perasaan betapa pun halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa

kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia.

Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa

Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai

bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan

kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang, peraturan-

peraturan, dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi kenegaraan

lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan

dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi internasional

(antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan

dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang

berhubungan dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa

Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina

dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang

Page 12: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau

pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada

seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah

kewibawaan bahasa Indonesia.

Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja

dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan

bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai

sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya.

Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan,

lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi

pemerintah. Dengan kata lain, apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut

masalah nasional dan dalam situasi formal, berkecenderungan menggunakan bahasa

Indonesia. Apalagi, di antara pelaku komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup

jauh,misalnya antara bawahan – atasan, mahasiswa – dosen, kepala dinas – bupati atau

walikota, kepala desa – camat, dan sebagainya.

Akibat pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36, UUD 1945, bahasa

Indonesia pun kemudian berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Di samping

sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam hubungannya sebagai bahasa budaya, bahasa

Indonesia merupakan satu-satunya alat yang memungkinkan untuk membina dan

mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki

ciri-ciri dan identitas sendiri, yang membedakannya dengan kebudayaan daerah. Saat ini

bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai sosial budaya

nasional. Pada situasi inilah bahasa Indonesia telah menjalankan kedudukannya sebagai

bahasa budaya. Di samping itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuna dan teknologi (iptek) untuk

kepentingan pembangunan nasional. Penyebarluasan iptek dan pemanfaatannya kepada

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan negara dilakukan dengan menggunakan bahasa

Indonesia. Penulisan dan penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau

perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi

bergantung sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha mengikuti

perkembangan dan penerapan iptek. Pada tahap ini, bahasa Indonesia bertambah perannya

sebagai bahasa ilmu. Bahasa Indonesia oun dipakai bangsa Indonesia sebagai alat untuk

Page 13: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

mengantar dan menyampaian ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat

pendidikan.

Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga

pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan

lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah

yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa

daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar

sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia.

Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa – skripsi,

tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa

Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian

iptek, dan sekaligus menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi

konsep-konsep iptek.

2.7  Kedudukan Bahasa Nasional dan Bahasa Asing

   Biasanya bahasa yang sering dipelajari anak setelah bahasa ibunya pasti digunakan

dalam lingkungan masyarakat sekitar. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa negara lain

yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi sosial. Kedudukan Bahasa asing di

Indonesia tersebut mengakibatkan jarang digunakannya Bahasa asing dalam interaksi sosial

di lingkungan anak. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) yang menggunakan bahasa pengantar contohnya Bahasa Inggris karena

pemerolehan bahasa asing bagi anak berbanding lurus dengan volume, frekuensi dan

penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan program pembelajaran dengan pengantar tersebut mendapat berbagai

kendala mengingat kedudukan Bahasa asing di Indonesia Artinya, Bahasa asing hanya

menjadi bahasa pada kalangan tertentu, tidak digunakan oleh masyarakat umum seperti jika

kedudukannya sebagai bahasa kedua (bahasa Ibu). Hal ini menyebabkan kurangnnya

interaksi anak terhadap Bahasa asing. Selain itu terdapat juga berbagai pendapat mengenai

pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing yang bisa mempengaruhi perkembangan bahasa

ibu.

Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa secara umum terjadi masalah jika anak

dikenalkan pada dua bahasa secara bersamaan pada usia dini. Terutama ketika dikenalkan

pada usia pra sekolah setelah bahasa ibu sudah sering digunakan. Pendapat lainnya

Page 14: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

menjelaskan bahwa jika bahasa kedua dikenalkan sebelum bahasa pertama benar-benar

terkuasai, maka bahasa pertama perkembangannya akan lambat dan bahkan mengalami

regresi. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa bahasa kedua akan terperoleh ketika

bahasa pertama sudah dikuasai.

2.8  Jati Diri Bahasa Indonesia

   Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang

membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun

bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan

mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-

ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia. Ciri-ciri

umum dan kaidah-kaidah pokok yang dimaksud adalah antara lain sebagai berikut.

a. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jenis

kelamin.

Kalau kita ingin menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan kata keterangan penunjuk jenis

kelamin, misalnya:

a)      Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan perempuan atau wanita.

b)      Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina.

Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk

menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk.

Contoh:

Bahasa Inggris : lion – lioness, host – hostess, steward -stewardness.

Bahasa Arab : muslimi – muslimat, mukminin – mukminat, hadirin – hadirat

Bahasa Sanskerta : siswa – siswi, putera – puteri, dewa – dewi. .

Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah beberapa kata

yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan perubahan bentuk dalam

bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Penyerapan dari bahasa Arab

dan bahasa Sanskerta pun dilakukan secara leksikal, bukan sistem perubahannya. Dengan

demikian, dalam bahasa Arab, selain kata muslim, diserap juga kata muslimin dan muslimat;

selain mukmin, diserap juga kata mukminin dan mukminat; selain hadir (yang bermakna

‘datang’, bukan ‘orang yang datang’), diserap juga kata hadirin dan hadirat. Dalam bahasa

Sanskerta, selain dewa, diserap juga dewi; selain siswa diserap juga siswi. Karena sistem

perubahan bentuk dari kedua bahasa tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maJati

Diri Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi.

Page 15: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan

oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa

arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok

dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini

sangat besar kemngkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah

tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus

dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa

Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa

nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yan berlaku dalam bahasa Indonesia dengan

memperhatikan siatuasi dan kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa

Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua

kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Setiap warga negara Indonesia, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah

pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa

Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk

menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1) sikap kesetiaan berbahasa Indonesia

dan (2) sikap kebanggaan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia

terungkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing

dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap kebanggan

berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa Indonesia pun mampu

mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang

sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini

tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak mungkin

menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran purisme) dan menutup diri dari

saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia

harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan mana pengaruh yang negatif

terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan

percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa

asing lain. Masing-masing bahasa mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sikap positif

terhadap bahasa Indonesia memberikan sumbangan yang signifikan bagi terciptanya disiplin

berbahasa Indonesia. Selanjutnya, disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa

Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya

sendiri. Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan antarbangsa dan era

globalisasi ini.

Page 16: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Di samping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa cinta kepada

bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara Indonesia

mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia dan lalu menggunakannya dengan baik dan

benar. Rasa kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan rasa

cinta tanah air yang mendalam. Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia

demikian ini merupakan sikap yang positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang

muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada

pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa

Indonesia “asal orang mengerti”.

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat

mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu,

bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu

hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati

diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa

yang sederhana, Tata bahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak

rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa

asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa

Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhaan dan

ketidakrumitan tersebut tidak mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam

pergaulan dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan antarbangsa.

Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-

pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa

Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah

pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini

menjadi bahan pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepanh,

Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.

Tidaklah mungkin kita menyatakan kuda betina dengan bentuk kudi atau kudarat;

domba betina dengan bentuk kata dombi atau dombarat. Untuk menyatakan jenis kelamin

tersebut dalam bahasa Indonesia, cukup dengan penambahan jantan atau betina, yaitu kuda

jantan, kuda betina, domba jantan, domba betina. Oleh karena itu, kaidah yang berlaku dalam

bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, dan juga bahasa Inggris tidan bisa diterapkan ke dalam

kaidah bahasa Indonesia. Kalau dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan rusak, yang

berarti jati diri bahasa Indonesia akan terganggu.

Page 17: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

b.   Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukkan jamak

 Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan

jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa sing lainnya,

misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk

menyatakan jamak, antara lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian,

beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan,

seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua

teman, tiga pohon, empat mobil.

Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men

ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa Indonesia. Bentuk bukus

(jamak dari kata buku), mahasiswas (jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena),

misalnya, tidak dikenal dalam bahasa Indonesia karena memang bukan kaidah bahasa

Indonesia.

c.    Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu

   Kaidah pokok inilah yang juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing

lainnya. Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan

sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau).

Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata makan tidak

pernah mengalamai perubahan bentuk yang terkait dengan waktu, misalnya menjadi

makaning (untuk menyatakan waktu sedang) atau makaned (untuk menyatakan waktu

lampau). Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kaa aspek akan, sedang, telah,

sudah atau kata keterangan waktu kemarin, seminggu yang lalu, hari ini, tahun ini, besok,

besok lusa, bulan depan, dan sebagainya.

d. Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum

D-M (hukum Diterangkan – Menerangkan)

Yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M). Kelompok kata

rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-

M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus

disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda Hotel, Bali Plaza,

International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan

hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit Internasional,

Piala Marah Halim, dan Pusat Perbelanjaan Jakarta. Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak

Page 18: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

akan menurunkan prestise atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya, hal

inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas, baik dan benar.

e. Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh

lafal asing dan/atau lafal daerah

Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat

diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal

bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari

pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami oleh sebagian besar

pemakai bahasa Indonesia adalah sampai saat ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia

yang lengkap. Akibatnya, sampai sekarang belum adapatokan yang jelas untuk pelafalan kata

peka, teras, perang, sistem, elang. Tetapi, pengucapan semangkin (untuk semakin),

mengharapken (untuk mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa (untuk mengapa),

thenthu (untuk tentu), therima kaseh (untuk terima kasih), mBandung (untuki Bandung), dan

Demak (untuk Demak) bukanlah lafal baku bahasa Indonesia.

2.9  Dampak positif dan negatif adanya bahasa asing dalam perkembangan bahasa

Indonesia

Pengaruh bahasa asing sangat berdampak dalam perkembangan bahasa Indonesia.

Dampak itu ada yang positif dan ada yang negatif. Berikut beberapa contoh dampak postif

dan negatif adanya bahasa asing dalam perkembangan bahasa Indonesia.

Dampak negatif  masuknya bahasa asing selain diatas antara lain:

a.    Anak-anak mulai mengentengkan/menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia.

b.    Rakyat Indonesia semakin lama kelamaan akan lupa kalau bahasa Indonesia merupakan

bahasa persatuan.

c.    Anak-anak mulai menganggap rendah bacaan Indonesia.

d.   Lama kelamaan rakyat Indonesia akan sulit mengutarakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

e.    Mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya

sendiri.

Dampak positif bahasa asing bagi perkembangan anak antara lain :

a.       Mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak.

b.      Semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris maka akan

semakin cepat pula proses transfer ilmu pengetahuan

c.       Menguntungkan dalam berbagai kegiatan (pergaulan internasional, bisnis, sekolah).

Page 19: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

d.      Anak dapat memperoleh dua atau lebih bahasa dengan baik apabila terdapat pola sosial yang

konsisten dalam komunikasi, seperti dengan siapa berbahasa apa, di mana berbahasa apa,

atau kapan berbahasa apa.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa

Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1.      Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan

bahasa perdangangan.

2.      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal

tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3.      Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa

Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4.      Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam

arti yang luas.

3.2  Saran

Di era seperti sekarang ini sudah banyak bahasa asing yang masuk ke Indonesia dan anak-

anak muda pun banyak yang mengikuti. Sehingga hal ini menyebabkan bahasa Indonesia

akan menjadi rusak dan masyarakat akan terbiasa menggunakan bahasa asing bukan lagi

bahasa Indonesia.

Page 20: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bahasa Daerah Terancam Punah. www.jurnalnet.com. 18 Juli 2007

Anonim. Bahasa Indonesia. www.wikipedia.com.2007.

Anonim. Banggalah Berbahasa Indonesia. www.jurnalnet.com. 16 Juni 2007

Anonim. Penggunaan Bahasa Indonesia Telah Diabaikan. www.sinarharapan.com.2002

Kusaeni, Akhmad. Bahasa Indonesia Jurnalistik di Era Reformasi. www.antara.com. 19

Desember 2007

Moeliono, M. Anton. 1981. Perkembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta : Djambatan.

Saleh, Mustain. Bahasa Mana yang Berbudaya?. www.kacong-jebbing.com.

http://math070017.wordpress.com/2012/01/12/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-

indonesia/

http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/

http://bukittingginews.com/2010/10/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/

http://odhepriyamona.wordpress.com/2009/10/20/bahasa-indonesia-dan-era-globalisasi/