13
TUGAS KABUPATEN KOTA NABIRE Disusun Oleh: Moses Douw/ 13520173/ IP/ SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2015

Sejarah Singkat Kabupaten Nabire.docx

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS

KABUPATEN KOTA NABIRE

Disusun Oleh:

Moses Douw/ 13520173/ IP/

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2015

Sejarah Kabupaten Kota Nabire

“Nabire” demikian sekarang disebut, adalah suatu wilayah Pemerintahan

Kabupaten yang terhampar di seputar “Leher Burung” pulau Papua. Dalam

perkembangannya “Nabire” telah melampaui fase-fase sebelum masuknya

Pemerintahan Belanda, jaman Pemerintahan Belanda dan jaman Pemerintahan RI

hingga saat ini.

Paparan mengenai sejarah Pemerintah Kabupaten Nabire ini bukanlah

merupakan suatu tulisan yang sudah sempurna, sehingga masih perlu untuk dikaji

dan disempurnakan bersama-sama sehingga menjadi suatu materi yang bisa

dipahami dan diterima oleh semua kalangan.

1. Asal usul dan arti Nabire

Sebelum mengulas sejarah singkat Kabupaten Nabire maka terlebih dahulu

akan disampaikan uraian secara singkat tentang asal usul dan arti Nabire dari

beberapa sumber/versi. Uraian mengenai cerita asal usul dan arti Nabire ini

bukanlah untuk dipertentangkan tetapi merupakan wacana untuk dibahas secara

bersama, sehingga nantinya bisa diketahui asal usul dan arti Nabire yang

sebenarnya.

a. Versi Suku Wate

Berdasarkan cerita dari suku Wate, bahwa kata “Nabire” berasal dari kata

“Nawi” pada zaman dahulu dihubungkan dengan kondisi alam Nabire pada saat

itu yang banyak terdapat binatang jangkrit, terutama disepanjang kali Nabire.

Lama kelamaan kata “Nawi” yang mengalami perubahan penyebutan menjadi

Nawire dan akhirnya menjadi “Nabire”.

Suku Wate yang terdiri dari lima suku yaitu Waray, Nomei, Raiki, Tawamoni dan

Waii yang menggunakan satu bahasa terdiri dari enam kampung dan tiga distrik.

Pada tahun 1958, Konstein Waray yang menjabat sebagai Kepala Kampung

Oyehe menyerahkan tempat/lokasi kepada Pemerintah.

b. Versi Suku Yerisyam

Menurut versi suku Yerisyam Nabire berasal dari kata “Navirei” yang

artinya daerah ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan. Penyebutan Navirei

muncul sebagai nama suatu tempat pada saat diadakannya pesta pendamain

ganti daerah antara suku Hegure dan Yerisyam.

Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi

dipakai untuk memberi nama daerah ini oleh Bupati pertama yaitu Bapak AKBP.

Drs. Surojotanojo, SH (Alm).

Versi lain Suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere yang artinya daerah

kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang

menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire

kembali ke kampungnya dan Nabire menjadi sepi lambat laun penyebutan Na

Wyere menjadi Nabire.

c. Versi Suku Hegure

Versi dari suku ini bahwa Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir

pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk,

pohon enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon palem lainnya. Akibat adanya

hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan

Inambre berubah menjadi Nabire.

d. Dalam Hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan

Nabire dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan saat ini merupakan kependekan dari kata-kata N-nyaman, A-

Aman, B-bersih, I-indah R-ramah, E-elok yang mengandung makna bahwa

“Nabire” (nyaman, aman, bersih, indah, ramah dan elok) tersebut merupakan

suatu kondisi yang diharapkan dan membutuhkan keterlibatan semua lapisan

masyarakat untuk mewujudkannya.

e. Jaman sebelum Pemerintahan Belanda

Hingga saat ini, karena keterbatasan sumber data/informasi maka apa

dan bagaimana penyelenggaraan pemerintahan pada fase ini belum bisa

diuraikan.

2. Jaman Pemerintahan Belanda

Wilayah Tanah Papua sudah sejak tahun 1828 dianggap sebagai bagian dari

wilayah/tanah jajahan Belanda di Kepulauan Indonesia, namun kekuasaan

Pemerintahan Belanda baru benar-benar terwujud di Papua ini pada tahun 1898

ketika Tweede Kamer (Parlemen Belanda) mensahkan Anggaran Belanja sebesar F.

15.000 (Gulden), untuk mendirikan pemerintahan di daerah jajahannya.

Papua pada waktu itu Irian Barat dibagi menjadi dua bagian, masing-masing

dikuasai oleh Kontrolir Belanda, bagian utara dinamakan Afdeling Noord Nieuw

Guinea berkedudukan di Manokwari dan menguasai daerah yang terbentang dari

Jamursba (Kaap de Guide Hoop).

Sebelah barat sampai ujung timur Teluk Humbolt, dan bagian barat

dinamakan West en Zuid Nieuw Guinea berkedudukan di Fak-fak dan menguasai

Daerah Jamursba ke selatan, menyusur ke timur sampai ke perbatasan daerah

jajahan Inggris (PNG sekarang).

Pada tanggal 10 November 1938 Pos Pemerintahan Belanda dibuka untuk

pertama kali, pejabat yang pertama kali bertugas disini adalah J.F. Stutterheim,

sebagai Assistent Controleur, kemudian awal Februari 1939 Dr. J.F. Victor De Bruin

menggantikannya sebagai Controleur di Wisselmeren.

Beberapa tahun kemudian Pemerintah Belanda membuka Onder Distrik di

Nabire, yaitu pada tahun 1942, dengan Pejabat Distrik Hooft Bestuur Assistent

(H.B.A.) Somin Soumokil.

Pada zaman Gubernur Van Waardenburg tepatnya mulai 1 April 1952 wilayah

Papua dibagi dalam 4 Afdeling. Wilayah Paniai merupakan bagian dari Afdeling

Central Nieuw Guinea yang terbagi dalam 3 Onder Afdeling yaitu :

a. Onder Afdeling Wisselmeren dengan ibu kota Enarotali

b. Onder Afdeling Tigi dengan ibu kota Waghete

c. Onder Afdeling Grothe Valley dengan ibu kota Wamena

Pada masa pemerintahan kedua Onder Afdeling tersebut memiliki wilayah Distrik

yang meliputi :

Onder Afdeling Wisselmeren meliputi :

1. Distrik Paniai Timur

2. Distrik Paniai Barat

3. Distrik Aradide

Onder Afdeling Tigi meliputi 3 wilayah Distrik yaitu :

1. Distrik Tigi

2. Distrik Kamu

3. Distrik Teluk Sarera di Nabire

3. Jaman Pemerintahan Republik Indonesia

Setelah Irian Barat, kini Papua kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, maka

dengan Surat Keputusan Wakil Perdana Menteri Republik Nomor : 120/PM/1965

tanggal 23 November 1965, Paniai ditetapkan menjadi Kabupaten Administratif yang

terlepas dari Kabupaten Jayawijaya, dengan Ibukota Enarotali. Berhubung Ibukota

Enarotali berada di daerah pedalaman, maka berdasarkan pertimbangan efektifitas

dan efisiensi, Ibukota Kabupaten Paniai dipindahkan dari Enarotali ke Nabire pada

tahun 1966 dengan alasan Nabire yang berada di Daerah Pantai merupakan pintu

masuk ke daerah pedalaman melalui transportasi laut sesuai dengan Surat Usul

Bupati Administratif Paniai Nomor : 1035/PU/66 tanggal 17 Oktober 1966.

Sejalan dengan Pergantian Undang-undang Pemerintahan daerah, yaitu

nomor 18 tahun 1965, maka Pemerintah Pusat menetapkan Undang-undang Nomor

12 tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-

Kabupaten Otonom di Irian Barat, dengan demikian Kabupaten Administratif Paniai

ditetapkan menjadi Kabupaten Otonom atau Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai.

Pembangunan Daerah sejak Pelita I dan seterusnya, menuntut adanya

peningkatan pelayanan Pemerintah dalam menjawab kebutuhan masyarakat yang

semakin meningkat, menyebabkan pada tahun 1984 berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Dalam Negeri Nomor : 821.26-769 tanggal 3 Oktober 1984, Kabupaten Dati

II Paniai dibentuk 2 wilayah Pembantu Bupati yaitu Pembantu Bupati Enarotali dan

Pembantu Bupati Mulia, sehingga secara administratif Kabupaten Dati II Paniai

dibagi menjadi 2 wilayah Pembantu Bupati, 17 Kecamatan, 9 Perwakilan

Kecamatan, 332 Desa, 9 Kelurahan dan 6 UPT sebagai Desa Persiapan. Kemudian

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 65 Tahun 1996 tentang Penetapan 63

Kecamatan di Provinsi Irian Jaya. Kecamatan tersebut diatas ditetapkan menjadi

Kecamatan definitif.

4. Struktur Keruangan Kota Nabire berdasarkan Peranaan Transportasi.

Kota nabire terlihat sangat menarik dengan desain pembangunan kota yang

sesuai dengan strategis pembangunan di Papua lebih khusus di leher burung pulau

Papua. Nabire sebagai sebuah kota metropolitan meskipun kota masih kecil.

Mengapa demikian? Tentunya secara strategis dan pelancaran atau aksesibilitas di

semua kabupaten serta pedalaman yang ada di kabupaten nabire.

Sebagai kota yang terpusat, dalam hal penyebaran barang-barang dan

semua sistem ekonomi maka perlua mengetahui seperti apa struktur keruangan kota

nabire sebagai berikut:

Secara umum sangat jelas bahwa antara bandara udara yang baru dan

pelabuhan sangat berjauhan tetapi untuk terminal di tengah kota. Mengapa bandara

jauh dari kota mungkin akan terjawab ketika kita memikirkan pengaruh dari pesawat

saat mendarat terhadap warga dan rumah sekitarnya. Begitu pun juga Pelabuan

Nabire sangat jauh kisarkan sekitar 20 KM dari pusat kota Nabire, sehingga seorang

ingin bepergian harus melakukan tranportasi kota-kampung untuk ke pelabuhan

nabire, agar tidak bersibukan semua transportasi dalam perkotaan sehingga bisa

terjadi dan mengakibatkan polusi buruk alias mendapatkan nama buruk. Oleh

karena itu, untuk Terminal kota Nabire ada dua yakni ke Terminal kota-Kampung

dan Terminal TRANS Nabire-Dogiyai-Deiyai-Paniai-Intanjaya.

Transportasi udara di Nabire

memang sangat terpengaruh dengan

adanya lokalisasi warga tetapi pada

akhir-akhir ini bisa membuat Bandara

yang baru Di wanggaar Nabire.

Sehingga akan muda melayani

masyarakat dengan efektifitas tanpa menyimpan. Berikut sebuah photo di Lapangan

terbang di Kabupaten Nabire.

Jalur tranportasi laut di Nabire terdapat diujung timur Kota Nabire yang

kisaran 20 KM dari kota. Jalur tranpostasi laut memudahkan masyarakat untuk

berkunjung ke kota terdekat dari

Nabire. Transportasi laut di Nabire

sangat strategis jikalau di pandang

dari tata letak sebagai kota

berkembang. Karena kiriman dan

transaksi barang kebanyakan

lewat kapal dan kemudian bagikan

ke kabupaten yang dekat di

Pegunungan tengah yang

berdekatan dengan Nabire tadi.

Transportasi laut di nabire akan merehabilitasi karena memang sdh tua alias

lapuk semua kayu yang dipake. Tetapi sangat senang bagiku sebab letak pelabuhan

jauh dari aktifitas-aktifitas yang lainya di kota Nabire.

5. Pola Terminal Di Nabire

Sesuai dengan penjelasan diatas tadi bahwa terminal hanya 2 di kota Nabire

yakni yang pertama berada di dekat Pusat Pembelanjaan pasar oyehe di kota

Nabire dengan tujuan untuk antar ke kampung dan perkotaan dan yang kedua adalah Terminal Umum Nabire-Enaro-Intan Jaya yang akan lintas di pegunugan

tengah Papua khususnya di Leher Burung pulau Papua.

Terminal di dekat Pasar Oyehe menjadi rebutan para masyarakat yang

melakukan pembelanjaan di kota. Setiap distrik dan setiap kampung mempunyai

taksi antar jemput dari terminal tersebut.

Pasar Oyehe Berdekatan dengan Terminal Umum perkotaan, hal ini

sementara belum mengakibatkan suatu masalah misalnya kemacetan di wilayah

Pasar karena Padat pengunjung, tetapi sementara masih bisa untuk letakkan pusat

pembelanjaan dan terminal di Nabire. Secara tak sadar ketika berlibur

pembangunan di Pasar tersebut sangat baik artian bahwa Pemerintah juga sangat

memperhatikan khususnya sampah di sekitaran Pasar.

Kemudian Terminal Lintas Nabire Enaro-Intan Jaya berada berdekatan

dengan pasar Karang Tumaritis Nabire, Pasar ini selalu memperjual belikan barang-

barang yang berasal dari Pegunungan tengan Papua karena berdekatan juga

dengan Terminal Pegunungan Papua. Terminal yang ini rute hanya dari Nabire-

Dogiai-Deiyai-Paniai-Intan Jaya.

Sehingga secara langsung Kota nabire sebagai Pusat ibu kota dari

Kabupaten yang ada di pedalaman Papua. Mengapa? Sebab Kegiatan

pembelajanjaan akan turun ke Nabire sebagai Kota Metropolitan di Papua Tengah,

dan juga bukan hanya Pembelanjaan tetapi memang sebagai kota Lama yang

terdapat di Leher Burung.

6. Pola Lahan Sawa dan Lahan Kosong di Nabire

Di lain sisi kota juga di kenal sebagai kota Pariwisata. Dalam kota dan luar

kota banyak terdapat Potensi daerah yang sungguh mempersona, mulai dari Pantai

sampai Gunung.

Pola lahan sawa yang

ter dapat di Kota Nabire

sangat terlihat Indah, karena

terbentuk sebuah desain

kota yang luar biasa. Kota

nabire terbentuk aman dalam

artian bahwa kota Nabire

teratur dari titik kota Nabire

Hingga luar kota. Paling luar

di kota Nabire terdapat

wisata Nabire Indah yang mana kunjungan para wisatawan untuk menikmati

indanya senja hari.

Kemudian Kota nabire tersusun dari pusat sawa terdapat di SP-1 dan SP-C

kemudian Pusat Produksi Kelapa sawit terdapat di Wanggar SP-A serta Kebun jeruk

terbesar di Papua adalah Nabire di Wonorejo. Sedangkan lahan kosong yang ada

sedang terisi karena kepadatan Penduduk di Nabire dari hari ke hari selalu

meningkat.

Persawaan dan tempat Pariwisata jauh dari pusat Terminal dan Pasar sentral

dan juga jauh dari gangguan Transportasi umum di kota Nabire.

7. Kesimpulan

Nabire sebagai kota yang tertua di leher Burung pulau Papua sehingga

kabupaten yang terdapat di Pegununga tengah terjadi Urbanisasi ke kota tertua di

Nabire. Karena memang pembelanjaan juga sangat murah di Nabire sesuai dengan

Harga di Papua karena harga barang sangat jauh berbeda dengan Kabupaten-

kabupaten di Pegunungan dengan Kota Nabire.

Kota Nabire tidak tersusun seperti Pola konsentris tetapi dia sangat berjauhan

antara pusat Pembelanjaan, transpostasi laut, Transportasi Lintas Nabire-Intan Jaya,

Tranportasi Kota Nabire, transportasi Udara dan juga Lahan kosong dan sawa serta

sewa lahan untuk Transportasi juga cukup terjangkau karena Lahan Masih belum

terisi penuh dengan warga setempat.