Upload
hanif-yusroni
View
224
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ugkj
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENJELASAN TARI JARAN KEPANG
Gambar 1.1
Jaran kepang yang biasanya juga disebut kuda lumping atau jathilan
adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah
menunggang kuda dari anyaman rotan . Tari jaran kepang ini merupakan
kesenian rakyat yang hingga saat ini masih tumbuh dan berkembang di banyak
kelompok masyarakat di nusantara. Jaran Kepang merupakan bagian dari
pagelaran tari reog. Tarian tradisional yang dimainkan secara ”tidak berpola”
oleh rakyat kebanyakan tersebut telah lahir dan digemari masyarakat, khususnya
di Jawa, sejak adanya kerajaan-kerajaan kuno tempo dulu. Awalnya, menurut
sejarah, seni jaran kepang lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki
kemampuan dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan istimewa
kerajaan yang memiliki bala tentara. Di samping itu, juga sebagai media
menghadirkan hiburan yang murah-meriah namun fenomenal kepada rakyat
banyak. Konon, tari jaran kepang merupakan bentuk apresiasi dan dukungan
rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam
menghadapi pasukan penjajah Belanda. Ada pula versi pendapat yang
5
6
menyebutkan, bahwa tari jaran kepang menggambarkan kisah perjuangan
Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan pasukan penjajah
Belanda. Versi pendapat lain juga menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan
tentang latihan perang pasukan Kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan
Hamengku Buwono I, sebagai seorang Raja Mataram, untuk menghadapi
pasukan penjajah Belanda.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari jaran kepang
merefleksikan semangat heroisme dan semangat aspek kemiliteran sebuah
pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis,
dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan
layaknya seekor kuda di tengah peperangan, magis seperti atraksi mengunyah
kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan
kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural
yang berbau magis pada jaman dahulu yang berkembang dilingkungan Kerajaan
Jawa dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan
pasukan penjajah Belanda.
Kini, kesenian jaran kepang masih menjadi sebuah pertunjukan yang
cukup menarik membuat hati para penontonnya terpukau. Walaupun
keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian
modern ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang
tinggi dari masyarakat. Faktanya, kesenian jaran kepang dijumpai di banyak
daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini sebagai salah satu budaya
tradisional mereka. Termasuk (disinyalir beberapa waktu lalu) diakui juga oleh
pihak masyarakat Johor di Malaysia sebagai miliknya di samping Reog
Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni jaran kepang di berbagai tempat,
dengan berbagai ragam dan coraknya, dapat menjadi indikator bahwa seni
budaya yang terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” sebagai sebuah seni
7
budaya yang patut diperhatikan dan diperhitungkan sebagai kesenian asli
Indonesia.
Gambar 1.2
2.2 SEJARAH TARI JARAN KEPANG
Indonesia memiliki berbagai macam suku yang memberikan kekayaan
tak terhingga. Hal ini diakui oleh bangsa-bangsa di dunia. Salah satu kekayaan
tersebut adalah tarian daerah. Setiap daerah mempunyai jenis tarian yang
berbeda sehingga jika dikumpulkan, maka tarian-tarian daerah tersebut
merupakan kekayaan budaya bangsa. Jaran kepang adalah salah satu tarian
daerah yang mempesona. Tarian ini mempesona sebab diiringi oleh tetabuhan
yang begitu serempak dan gerakan-gerakan lemah gemulai penarinya. Gerakan
penari begitu anggun sehingga terjadi perpaduan antara musik dan tarian. Selain
itu, tarian daerah ini lebih menarik lagi ketika para pemainnya mengalami
kesurupan.
Kesurupan dalam tarian daerah ini merupakan bagian terpenting dari
pertunjukkan. Pada saat inilah penari kehilangan kesadarannya tetapi masih
dapat komunikasi dengan ttetabuhan pengiring tarian. Walaupun mereka
kehilangan kesadaran mereka tetap bisa menari serempak. Tarian ini biasanya
ditarikan oleh 6-8 gadis atau pria yang menaiki kuda. Tari Jaran Kepang berasal
8
dari Jawa Timur. Jaran Kepang artinya kuda-kudaan yang terbuat dari kepangan
bambu. Juga terbuat dari lapisan kulit kambing dan kulit sapi dibagian
belakang. Dalam pertunjukkan ini akan menampilkan sekelompok prajurit yang
tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari
bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Jaran kepang atau
Jaran Kepang adalah seni tari yang ditarikan dengan menggunakan properti
berupa kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Tidak satupun catatan sejarah
mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya pendapat yang menyatakan
bahwa tari Jaran kepang disebut juga tari Jaran Kepang atau Jathilan. Dalam
pertunjukkan tari jaran kepang ada sebuah atraksi yang paling ditunggu-tunggu
oleh para penonton yaitu atraksi memakan kaca dan kesurupan.
Kesenian tradisional merupakan pertunjukan yang menarik bagi
wisatawan, khusunya wisatawan manca. Tarian tradisional juga sering
ditampilkan pada acara perayaan khusus seperti hari ulang tahun kemerdekaan
RI, hajatan keluarga dan lain-lain. Salah satunya adalah Tari Jaran Kepang yang
juga sering digunakan untuk berbagai acara perayaan. Biasanya dibawakan oleh
7 orang penari tetapi ada pula yang hanya melakukan dengan 6 orang penari dan
ada pula yang melakukan dengan 8 orang penari. Satu penari sebagai pemimpin
dan yang lainnya menjadi prajurit.
Tarian ini didasarkan pada Legenda Raden Panji Asmoro Bangun yang sedang
mencari kekasihnya yang bernama Dewi Sekartaji.
Para penarinya menaiki jaran atau kuda yang terbuat dari anyaman bambu atau
kepang. Biasanya pemimpin tari membawa pecut atau cambuk yang
digunakan sebagai alat bantu dalam mengendalikan kuda. Tarian ini disebut
juga jathilan.Kesenian tradisional jaran kepang memang susah kalau bersaing
dengan kesenian yang lebih modern. Hanya kecintaan para senimannya yang
membuat para penarinya bertahan dengan kesenian yang hidup dan berlangsung
9
secara turun-temurun dari leluhur mereka tersebut. Meski sekarang sudah
hampir tidak pernah ada yang menanggapnya, para senimannya tetap ingin
menurunkan kesenian itu pada anak cucunya. Ia ingin tetap hidup dari sini,
meski dia harus mengamen dan menarikannya didepan orang banyak. Pada saat
pertunjukkan para penari menunggangi kuda dan bertingkah seolah-olah kuda
tersebut hidup. Awalnya semua menari teratur dan bergoyang seperti kuda
mengikuti irama musik. Setelah beberapa saat, mendadak penari kesurupan dan
mulai seperti kerasukan kuda. Mereka berlari, melompat, dan berperilaku sama
dengan seekor kuda. Ada yang kesurupannya kalem tidak membahayakan dan
ada pula yang kesurupannya bersifat liar dan tak terkendali. Mereka meminum
banyak air,menelan daun pisang, kembang, kemenyan dan gerabah.Jaran
Kepang biasa diiringi dengan alunan musik gamelan. Selain itu, diiringi pula
oleh alunan musik gambuh. Pada saat kesurupan mereka seolah dirasuki oleh
makhluk halus yang dipanggil oleh seseorang yang memiliki daya mistik dan
biasanya disebut dengan dalang. Dalang ini bertanggung jawab dalam jalannya
pertunjukkan dan memulihkan seseorang yang mengalami kesurupan. Sebelum
pertunjukkan dimulai, dalang dan pengiringnya khusyuk dalam doa serta
menggelar sederet upacara.
Disediakan pula sebuah dupa atau kemenyan yang dicampur minyak wangi
tertentu kemudian dibakar, buceng yang berisi ayam panggang jantan dan
beberapa jajanan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir pisang raja, kembang
boreh yang berisi kembang kantil dan kembang kenanga, ulung-ulung yang
berupa seekor ayam jantan yang sehat, serta kinangan yang berupa satu unit
gambir, daun sirih, tembakau, dan kapur yang dilumatkan menjadi satu lalu
diaduk dengan tembakau. Pada saat dalang memberikan isyarat tertentu kepada
para penari, dalam sekejap semua penari akan kesurupan. Dalanglah yang akan
memberikan instruksi maupun isyarat kepada kelompok penari dan juga para
penonton.
10
Apabila sudah ada penari yang kesurupan, maka akan membuat penonton yang
melihatnya (yang sudah pernah kesurupan) mengalami kesurupan juga. Karena
roh makhluk halus yang merasuki para penari akan berpindah tempat kedalam
raga seorang penonton yang pernah kesurupan. Ada berbagai jenis roh hewan
yang dapat merasuki raga penari dan penonton, seperti celeng atau babi, macan
maupun singa dan yang paling sering merasuki para penonton maupun para
penari adalah roh kera. Seseorang yang telah mengalami kesurupan, maka
tingkah laku orang tersebut juga akan sama dengan tingkah laku hewan yang
merasukinya.
Di akhir pertunjukkan, si dalang juga yang melepaskan para penari dan para
pononton dari kesurupannya. Menurut sejarah, selain diangkat dari Legenda
Raden Panji Asmoro Bangun yang sedang mencari kekasihnya yang bernama
Dewi Sekartaji, juga diangkat dari cerita rakyat Kediri, tepatnya pada masa
pemerintahan Prabu Amiseno dari Kerajaan Ngurawan.
Berdasarkan sejarah, asal muasal seni jaranan atau jaran kepang diangkat dari
dongeng rakyat tradisional Kediri tepatnya pada Pemerintahan Prabu Amiseno
yaitu Kerajaan Ngurawan, salah satu kerajaan yang terletak di Kediri sebelah
timur Sungai Brantas. Konon sang Prabu berputera seorang putri yang sangat
cantik jelita nan rupawan dan tiada banding yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata yang diberi nama Dyah Ayu Songgolangit. Tidak mengherankan kalau
kecantikan Dyah Ayu Songgolangit yang jelita tersebut tersohor di seluruh
jagad raya sehingga banyak raja dari luar daerah Kediri yang ingin
mempersuntingnya dan mendapatkan keturunan darinya.
Dyah Ayu Songgolangit juga mempunyai seorang adik laki-laki yang berparas
tampan, terampil, gagah dan trengginas dalam pendidikan olah keprajuritan,
yang bernama Raden Tubagus Putut. Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan Raden Tubagus Putut memohon pamit dan meminta izin kepada
ayahanda dan ibundanya untuk berkelana dan menyamar sebagai masyarakat
11
biasa. Sementara itu di Kerajaan Bantar Angin yang dipimpin oleh Prabu
Kelono Sewandono, Raden Tubagus Putut berminat mengabdi sebagai Suwito.
Berkat kemampuan dan kemahirannya dalam olah keprajuritan ia diangkat
menjadi patih kerajaan dan diberi gelar Patih Pujonggo Anom. Seiring
berjalannya waktu, Prabu Kelono Sewandono mendengar kecantikan Dyah Ayu
Songgolangit dan ingin meminangnya, maka diutuslah Patih Pujonggo Anom
untuk melamar ke Kediri. Sebelum berangkat ke Kediri Pujonggo Anom
memohon petunjuk kepada Sang Dewata agar dirinya tidak diketahui oleh
ayahanda dan ibundanya maupun kakaknya.
Di kerajaan Ngurawan banyak berdatangan para pelamar diantaranya Prabu
Singo Barong dari Lodoyo yang didampingi patihnya Prabu Singokumbang.
Prabu Singo Barong memiliki dua kepala dalam satu tubuh yang disebabkan
pada saat perang dengan Prabu Kelono Suwandono, kepala Prabu Singo Barong
bergabung menjadi satu dengan kepala burung rajawali yang bertengger di
pundaknya sehingga Prabu Singo Barong memiliki dua kepala, yang satu kepala
manusia dan satu lagi kepala hewan . Kedatangan Pujonggo Anom untuk
melamar membuat terkejut Dyah Ayu Songgolangit, karena meskipun Pujonggo
Anom memakai topeng, ia mengetahui bahwa itu adiknya sendiri yang telah
lama berkelana dan meninggalkan kerajaan untuk merantau. Dyah Ayu
Songgolangit menghadap ayahandanya menyampaikan bahwa Pujonggo Anom
itu putranya sendiri. Mendengar penuturan itu maka murkalah sang ayah.
Kemudian sang Prabu mengutuk Pujonggo Anom bahwa topeng yang
dikenakan pada wajahnya tidak bisa dilepas dari wajahnya. Pujonggo Anom
mengatakan pada Dyah Ayu Songgolangit bahwa lamarannya itu sebetulnya
untuk rajanya yaitu Prabu Kelono Sewandono. Akhirnya Dyah Ayu
Songgolangit mengeluarkan suatu Patembaya atau yang biasa disebut dengan
sayembara yang isinya: “Dia menginginkan sebuah titian yang tidak berpijak
pada tanah. Barang siapa dapat membuat tontonan yang belum ada di jagad ini,
12
dan bilamana digelar dapat meramaikan jagad raya, serta Pengarak manten
menuju ke Kediri harus lewat bawah tanah dengan diiringi tetabuhan dan tari-
tarian. Barang siapa yang bisa memenuhi permintaan tersebut maka si pencipta
berhak mempersunting Dyah Ayu Songgolangit sebagai permaisurinya”.
Pujonggo Anom melaporkan permintaan Dyah Ayu Songgolangit kepada Prabu
Kelono Sewandono. Karena merasa cukup sulit, akhirnya Prabu Kelono
Suwandono dan Pujonggo Anom bersemedi memohon petunjuk Sang Dewata
Agung. Dewata memberikan bahan berupa batang bambu, lempengan besi serta
sebuah cambuk yang disebut Pecut Samandiman. Adapun batang bambu itu
digunakan untuk membuat kuda kepang yang melambangkan sebuah titian yang
tidak berpijak pada tanah, lempengan besi dijadikan bahan tetabuhan yang enak
didengar. Dalam waktu singkat Prabu Kelono Sewandono beserta Pujonggo
Anom sudah bisa memenuhi patembaya atau sayembara yang diminta oleh
Dewi Dyah Ayu Songgolangit.
Akhirnya pasukan prajurit penunggang kuda dari Bantar Angin menuju
Kerajaan Kediri dengan diiringi tetabuhan bisa menjadi tontonan yang belum
pernah dilihat oleh masyarakat Kediri. Maka mulailah kesenian itu diberi nama
Tari Jaran Kepang yang terdiri dari empat orang sebagai penari yang
menggambarkan punggawa kerajaan yang sedang menunggang kuda dalam
tugas mengawal raja. Tarian tersebut diiringi oleh satu unit musik gamelan jawa
berupa ketuk, kenong, kempol, gong suwukan, terompet, kendang dan
angklung. Di lain pihak Prabu Singo Barong merasa kedahuluan oleh Prabu
Kelono Sewandono, maka marahlah Prabu Singo Barong dan terjadilah perang
antara keduanya. Prabu Kelono Sewandono unggul dalam peperangan berkat
pecut Samandiman. Prabu Singo Barong pasrah kepada Prabu Kelono
Sewandono, karena kekalahannya, dia bersedia dan sanggup menjadi pelengkap
dalam pertunjukkan jaranan yang digelar di Kerajaan Kediri, karena pada
dasarnya mereka sangat menyukai musik gamelan. Dengan bergabungnya Prabu
13
Singo Barong dan patihnya Singo Kumbang yang berwujud celeng maka
genaplah penari jaranan berjumlah enam orang hingga sekarang ini.
Gambar 1.3
2.3 SESAJI PADA ACARA JARAN KEPANG
Pada saat pertujukan jaranan, selain seperangkat gamelan, pagelaran
jaranan juga membutuhkan sesaji yang harus disediakan dari sang dalang
jaranan yang lazim disebut Gambuh antara lain: Dupa atau kemenyan yang
dicampur dengan minyak wangi tertentu kemudian dibakar, Buceng yang berisi
ayam panggang jantan dan beberapa jajan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir
pisang raja, Kembang Boreh yang berisi kembang kanthil dan kembang
kenongo, Ulung-ulung yang berupa seekor ayam jantan yang sehat, Kinangan
yang berupa satu unit gambir, suruh, tembakau dan kapur yang dilumatkan
menjadi satu lalu diadu dengan tembakau. Selanjutnya sang gambuh dengan
mulut komat-kamit membaca mantera sambil duduk bersila di depan sesaji
mencoba untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan meminta agar menyusup
ke raga salah satu penari jaranan. Setelah roh yang dikehendaki oleh Sang
gambuh itu hadir dan menyusup ke raga salah satu penari maka penari yang
telah disusupi raganya oleh roh tersebut bisa menari dibawah sadar hingga
berjam-jam lamanya karena mengikuti kehendak roh yang menyusup di dalam
raganya. Sambil menari, jaranan diberi makan kembang dan minum air
14
dicampur dengan bekatul bahkan ada yang lazim makan pecahan kaca
semprong.
2.4 VARIASI PADA TARI JARAN KEPANG
Di Jawa Timur, seni tari jaran kepang ini akrab dengan masyarakat di
beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah
lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-event tertentu, seperti
menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang
dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Dalam pementasan tari jaran kepang, tidak diperlukan suatu koreografi
khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan.
Gamelan untuk mengiringi tari jaran kepang cukup sederhana, hanya terdiri dari
kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking
yang dikeluarkan. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian,
biasanya berisikan himbauan atau ajakan pada manusia agar manusia senantiasa
melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.
Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional jaran
kepang ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran
dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk
mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya
dilakukan di lapangan terbuka.
2.5 PERGELARAN TARI JARAN KEPANG
Dalam setiap pagelarannya, tari jaran kepang ini menghadirkan 4 fragmen
tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.
Pada fragmen tari Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan
terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda
15
anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik yang dimainkan. Pada
bagian inilah, para penari tari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau
kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan,
sehingga para penonton juga dapat mengalami kesurupan. Banyak warga sekitar
yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para
penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan
enerjik,semangat, spontan dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan,
dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki
kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba
hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga
kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih setelah kerasukan. Pada
fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari
senterewe. Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai,
enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian
penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari jaran kepang.
Di Kediri kesenian Jaranan sering ditampilkan untuk menyambut tamu-
tamu penting, acara peresmian maupun pesta-pesta keluarga, terlebih untuk
acara yang berlangsung pada bulan Suro.
2.6 MAKNA TARI JARAN KEPANG
Makna yang terkandung dalam pertunjukkan jaran kepang ini adalah
warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini, yaitu: merah,
putih, dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta
semangat yang membara. Warna putih melambangkan kesucian yang ada di
dalam hati juga pikiran yang merefleksikan semua panca indera sehingga dapat
dijadikan sebagai panutan warna hitam.
16
Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian dilakukan di bawah
pengawasan seorang pawang atau pemimpin. Biasanya, pimpinan ini adalah
seorang yang memiliki ilmu gaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang
penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung jawab
terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain
jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka
pada si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat,
pertunjukkan ini tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di
bawah petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.
2.7 ATRAKSI YANG DIHADIRKAN
Gambar 1.4
Semarak dan kemeriahan permainan jaran kepang menjadi lebih lengkap
dengan ditampilkannya atraksi semburan api. Semburan api yang keluar dari
mulut para pemain lainnya, diawali dengan menampung bensin di dalam mulut
mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi
kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan
sesudah bensin itu disemburkan dari mulutnya.
17
2.8 KOSTUM TARI JARAN KEPANG
Gambar 1.5
Dalam gambar diatas kostum tari jaran kepang adalah sebagai berikut
Pada penari wanita memakai pakaian lengan panjang berwarna putih
dengan renda batik berwarna coklat. Memakai celana sepanjang lutut yang
berwarna hitam dengan renda batik berwarna coklat pula.
Pada penari pria memakai pakaian yang tak berlengan berwarna merah.
Memakai celana sepanjang lutut yang berwarna hitam dengan renda berwarna
orange dan putih pada tepi celana.
2.9 PROPERTI TARI JARAN KEPANG
Dalam gambar diatas properti yang digunakan dalam tari jaran kepang
adalah sebagai berikut
Pada penari wanita memakai selendang yang mereka gunakan sebagai
sampur dengan warna merah,dan mereka ikatkan pada pinggang mereka. Para
penari wanita juga memakai sewek bercorak batik dengan perpaduan warna
coklat tua dan putih yang juga mereka ikatkan pada pinggang mereka. Mereka
memakai semacam blangkon yang mereka taruh dikepala dengan warna hitam.
Dikaki mereka juga menggunakan gelang kaki atau kecrek seperti yang
18
dikenakan para penari tari remo. Tak lupa pula mereka akan mengenakan
sebuah properti yang menjadi khas dari tari jaran kepang yaitu tiruan kuda yang
terbuat dari anyaman bambu.
Pada penari pria memakai dua helai kain berwarna merah dan orange
yang mereka gunakan sebagai selendang dan mereka ikatkan pada pinggang
mereka. Mereka memakai semacam penutup kepala yang berwarna merah.
Dikaki mereka juga menggunakan gelang kaki atau Jaran kepang adalah seni
tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari
anyaman bambu yang pembuatannya dengan cara dipilin atau di kepang. Pada
acara jaran kepang biasanya juga dibutuhkan sebuah pecut atau cambuk besar
yang digunakan untuk memancing roh hewan agar mau keluar dan merasuki
tubuh para pemain. Para pemain biasanya juga menggunakan kecrek pada
kakinya.Kecrek ini seperti yang dikenakan para penari tari remo. Ditangan
mereka juga menggunakan gelang. Tak lupa pula mereka akan mengenakan
sebuah properti yang menjadi khas dari tari jaran kepang yaitu tiruan kuda yang
terbuat dari anyaman bambu.
2.10 TATA RIAS dan TATA PANGGUNG TARI JARAN KEPANG
Para penari wanita dan pria menggunakan tata rias yang sederhana dan
naturalis. Make-up yang digunakan tidak mencolok. Lipstik,bedak dan
eyeshadow yang berwarna sederhana tidak tebal dan tidak mencolok serta
pewarna alis atau biasa kita sebut celak yang berwarna hitam namun tidak
terlalu tebal.
Tata panggung harus dalam keadaan yang menarik. Warna background
panggung dapat disesuaikan dengan minat para penyelenggara tari namun harus
tetap sesuai dengan keselarasan gerakan dan tari yang ditarikan. Dibagian
19
pinggir panggung dapat diletakkan berbagai bunga atau tanaman sebagai
pengindah ruangan dan sebagai sesuatu yang dapat menyegarkan mata.
2.11 PERBEDAAN TARI JARAN KEPANG SEKARANG DAN ZAMAN
DAHULU
Gambar 1.6
Kesenian tari jaran kepang yang kini sudah menjadi bagian kegiatan
berkesenian masyarakat Jawa Timur, dulu kesenian ini dilakukan tidak sebatas
sebagai bentuk pengisi acara hiburan semata, tetapi tari jaran kepang memiliki
tujuan sebagai acara ritual penolak bala.
‘Bala’ diartikan sebagai hal yang negatif, bisa diartikan sebagai penyakit, atau
sesuatu yang ditimbulkan karena pengaruh-pengaruh yang berasal dari mahluk
halus.Jaran kepang biasanya sebagai kelengkapan pengiring tari “Reog
Ponorogo” bersama tokoh lain seperti ‘macan putih’ dan ‘jatilan’. Namun dalam
perkembangannya. Jaran kepang saat ini membentuk kelompok seni tersendiri.
Seperti ‘Jaranan’ dan ‘Kuda Lumping’. Di beberapa daerah kesenian jaran
kepang digunakan sebagai pengiring sesaji dalam tradisi upacara seperti
Upacara ‘Metri Bumi’ atau penghormatan pada leluhur cikal bakal berdirinya
suatu wilayah atau Upacara ‘Bedah Krawang‘.
20
2.12 KE-KHAS-AN TARI JARAN KEPANG
Gambar 1.7
Jaran kepang biasanya juga ada yang menyebutnya dengan sebutan kuda
lumping. Arti jaran kepang adalah sebagai berikut jaran artinya kuda.
Dan kepang artinya ikatan bagian belakang, biasanya mengenai rambut. Jadi
makna jaran kepang adalah kuda yang rambutnya diikat dibagian belakang.
Ikatan rambut kuda sebenarnya adalah juntaian rambut yang ada di punggung
leher kuda.
Dalam simbol yang ada pada perangkat alat yang dijadikan sebagai sosok
kuda itu (terbuat dari anyaman bambu). Rambut tersebut terjalin atau terikat
atau terkepang pada bagian punggung leher kuda dari atas hingga dekat pelana.
Seperti gaya rambut ‘punk rock’.Atau jambul pada perisai kepala pasukan
romawi. Semakin lebat dan panjang. Akan semakin nampak sangar ,mengerikan
dan keren. Rambut biasanya terbuat dari ijuk kelapa. Berwarna hitam kasar
namun lentur tidak kaku. Bila menggunakan bulu kuda asli akan lebih memberi
nilai. Seakan ada ‘roh’ makhluk halusnya.
Jaran kepang adalah suatu bentuk tarian penunggang kuda. Namun dalam hal ini
kuda yang digunakan bukanlah kuda sesungguhnya namun hanyalah sebuah
21
kuda tiruan atau kuda mainan.Sebagai gantinya untuk visualisasi, sosok kuda
atau badan kuda terbuat dari anyaman bambu yang dirangkai sedemikian rupa.
Dengan penambahan asesoris serta pewarnaan sehingga bentuknya menyerupai
kuda sesunggihnya.Bagian yang tidak boleh diabaikan adalah persiapan
sebelum pagelaran diadakan. Penyelenggara tari jaran kepang terlebih dahulu
berkomunikasi dengan kepala kelompok paguyuban jaran kepang.
Mengenai apa saja yang harus dipenuhi, Kepala kelompok paguyuban
akan mempelajari sejenak situasi penyelenggara. Kemudian memberi
persyaratan yang harus dipersiapkan dan disediakan penyelenggara sebelum
memulai acara.
Dupa atau kemenyan adalah benda yang selalu tidak pernah ketinggalan
dalam pagelaran jaran kepang. Keharusan memenuhi persayaratan adalah syarat
utama untuk menghindari dari hal-hal yang tidak dikehendaki selama
penyelenggaraan pagelaran berlangsung, seperti terjadinya kesurupan.
‘Trans’ atau kesurupan adalah hal yang selalu terjadi selama pagelaran
berlangsung. Pemain yang kesurupan tidak hanya satu atau dua orang saja,
malah biasanya nyaris semua pemain mengalami kesurupan. Kesurupan terjadi
setelah formasi tarian penunggang kuda yang pada awalnya lembut mengikuti
irama musik pengiring. Kemudian berubah menjadi liar diawali suara lecutan
‘pecut’ atau cemeti yang meledak-ledak di udara. Pemain menari tidak lagi
dalam formasi kelompok.
Masing-masing menari dengan liar sekehendak hati mereka. Mereka
sudah tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Lantunan tabuhan gending,
gong, dan lagu-lagu serta suara lecutan pecut sang sangat keras, memberi
suasana magis ditambah lagi tebaran aroma kemenyan yang sangat wangi dan
22
khas menyeruak di sekitarnya. Jika seseorang telah kesurupan, maka ia baru
bisa sadar setelah bisembuhkan oleh pemimpin kelompok jaranan tersebut.
2.13 KESENIAN JARAN KEPANG PERLU TERUS DIPELIHARA DAN
DIKEMBANGKAN
Gambar 1.8
Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di
Indonesia diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa
Indonesia hingga ke generasi saat ini. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa
merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang sudah semestinya menjaga
dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan dan
mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan hilang dari khasanah
berkesenian masyarakat kita.
Satu hal yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus dijajah
hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba
menyingkirkan kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai
23
generasi penerus bangsa bangkitlah bersama untuk mengembalikan kembali
kebudayaan yang sejak dahulu ada dan jangan sampai punah ditelan zaman
modern ini. Untuk itu, kepada Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar
secara terus-menerus menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini
hampir tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan
kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Gambar 1.9