27
Sejarah Perkembangan, Kompetensi, serta Peran Profesi Apoteker dan Perawat Septian Ika Prasetya 1406578754 IPE-37 Sejarah Perkembangan Profesi Apoteker Sejak masa prasejarah, manusia purba belajar mengenai ramuan pengobatan dari insting dan dari pengamatan terhadap binatang. Manusia purba mencoba-coba menggunakan air dingin, lumpur, debu, atau dedaunan untuk merawat luka dan melihat bahan apa yang paling cocok. Pengetahuan dari hasil coba-coba itu diterapkan kepada manusia purba lainnya. Peradaban yang meninggalkan catatan praktik serupa apoteker adalah peradaban Babilonia (2600 tahun sebelum masehi). Pada zaman ini, praktisi pengobatan dijalankan oleh seorang yang berperan sebagai pendeta, farmasis, dan dokter sekaligus. Peradaban Babilonia menyisakan peninggalan berupa papan tanah liat yang bertuliskan catatan medik yang berisi catatan gejala penyakit, resep, dan petunjuk meramu obat serta doa-doa untuk dewa. Pengetahuan obat peradaban Tiongkok Kuno menurut legenda berakar dari seseorang bernama Shen Nung (sekitar 2000 tahun sebelum masehi), raja yang mencari dan menyelidiki manfaat pengobatan dari ratusan jenis tanaman herbal. Ia melakukan percobaan obat termasuk kepada tubuhnya sendiri dan berhasil

Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sejarah profesi apoteker & perawat, kompetensi apoteker dan perawat, peran apoteker dan perawat

Citation preview

Page 1: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Sejarah Perkembangan, Kompetensi, serta Peran Profesi Apoteker dan Perawat

Septian Ika Prasetya

1406578754

IPE-37

Sejarah Perkembangan Profesi Apoteker

Sejak masa prasejarah, manusia purba belajar mengenai ramuan pengobatan dari insting dan

dari pengamatan terhadap binatang. Manusia purba mencoba-coba menggunakan air dingin, lumpur,

debu, atau dedaunan untuk merawat luka dan melihat bahan apa yang paling cocok. Pengetahuan dari

hasil coba-coba itu diterapkan kepada manusia purba lainnya.

Peradaban yang meninggalkan catatan praktik serupa apoteker adalah peradaban Babilonia

(2600 tahun sebelum masehi). Pada zaman ini, praktisi pengobatan dijalankan oleh seorang yang

berperan sebagai pendeta, farmasis, dan dokter sekaligus. Peradaban Babilonia menyisakan

peninggalan berupa papan tanah liat yang bertuliskan catatan medik yang berisi catatan gejala

penyakit, resep, dan petunjuk meramu obat serta doa-doa untuk dewa.

Pengetahuan obat peradaban Tiongkok Kuno menurut legenda berakar dari seseorang

bernama Shen Nung (sekitar 2000 tahun sebelum masehi), raja yang mencari dan menyelidiki

manfaat pengobatan dari ratusan jenis tanaman herbal. Ia melakukan percobaan obat termasuk

kepada tubuhnya sendiri dan berhasil mencatat sekitar 350 obat dari

hasil pengolahan tanaman herbal, kulit kayu, akar, dan kayu yang

masih dikenal dalam dunia farmasi hingga kini.

Teknik pengobatan bangsa Mesir kuno tecatat mulai

berkembang sejak 2900 tahun sebelum masehi, namum catatan

farmasi yang paling terkenal dan paling penting adalah “Papyrus

Ebers” yang dibuat 1500 tahun sebelum masehi. Catatan tersebut

berisi kumpulan 800 resep yang menyebutan 700 jenis obat. Profesi

farmasi pada zaman Mesir kuno dilaksanakan oleh dua orang

dengan level profesi yang berbeda, seseorang berperan pengumpul

bahan dan peracik obat, sementara seseorang lainnya berperan sebagai kepala farmasis yang

memimpin pembuatan obat. Pekerjaan farmasi dijalankan pada suatu tempat yang disebut “rumah

kehidupan” dimana pada setting seperti ini, Papyrus Ebers dibacakan oleh farmasis kepala untuk

mengarahkan aktivitas peracikan obat.

Papyrus ebers: resep asthma

Page 2: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Zaman Yunani kuno mencatat nama Theoprastus ( 300 tahun sebelum masehi) sebagai

“bapak botani”, seorang filsuf dan ilmuwan sains yang meneliti manfaat medis dan sifat-sifat

tanaman obat dengan akurat meskipun pengetahuan pada saat itu masih sangat terbatas.

Peradaban Romawi memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap ilmu dan praktik

profesi farmasi yang dimulai sejak 100 tahun sebelum masehi. Salah satu tokoh yang mencolok

adalah Galen (120-200 masehi) yang menjalankan praktik farmasi dan dokter sekaligus di Roma.

Prinsip-prinsip yang dikemukakan Galen dalam meracik dan menyiapkan obat dipakai oleh dunia

barat selama hampir 1500 tahun. Kini, namaya dipakai dalam menamai obat yang dibuat secara

mekanis : “galenicals”.

Sejarah menuliskan catatan kolaborasi dua profesi kesehatan, dokter dan farmasis yang

dijalankan dengan harmonis oleh Damian, sang apoteker dan Cosmas, sang dokter. Saudara kembar

keturunan Arab ini menjalankan pengobatan bagi orang-orang sakit yang datang ke rumah mereka

secara berdampingan di kota Siprus, tahun 303 masehi.

Apotik yang pertama kali ada didirikan oleh bangsa Arab di kota Baghdad pada akhir abad

ke-8. Bangsa Arab memisahkan ilmu dan praktik kedokteran dan farmasi dengan menganut

pengetahuan-pengetahuan dari Yunani dan Roma. Pada zaman ini, bangsa Arab sudah mengenal

penggunaan sirup dari bahan alam, pengawet, air distilasi, dan cairan alcohol dalam pembuatan dan

penyimpanan obat. Ilmu kefarmasian bangsa Arab meluas seiring ekspansi agama Islam ke Afrika,

Spanyol dan Prancis bagian selatan.

Di negara-negara Eropa yang mendapat pengaruh Arab, praktik farmasi public mulai muncul

sejak abad ke-17. Sebenarnya, sejak abad ke-13, di Pulau Sisilia dan wilayah Italia bagian selatan,

telah ada pembagian profesi farmasis dan dokter. Raja Jerman yang juga merupakan Raja Sisilia,

Frederick II dari Hohenstaufen mengeluarkan dekrit untuk memisahkan tanggung jawab pelayanan

kesehatan antara dokter dan farmasis.

Migrasi penduduk eropa ke amerika turut membawa perkembaangan ilmu dan praktik

kefarmasian di benua baru. Louis Hebert, dalam upayanya membantu rekan-rekan mendirikan koloni

pertama di Kanada, ia menjaga kesehatan para penduduk awal, menanam tanaman obat dan

merawatnya, serta mengamati specimen obat yang dibuat penduduk asli; Bangsa Indian.

Apotik yang didirikan oleh Christopher Marshall adalah yang pertama yang didirikan di

Amerika tahun 1729 di Philadelphia. Perkumpulan ahli-ahli farmasi pada tanggal 6-8 Oktober 1852

mendirikan American Pharmaceutical Association. Tokoh yang menjadi “bapak farmasi Amerika”

adalah William Procter Jr. yang merupakan sekretaris dari APhA pada awal terbentuknya asosiasi

tersebut. Procter merupakan professor farmasi, menjalankan usaha ritel farmasi, serta menjadi editor

Page 3: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

American Journal of Pharmacy selama 22 tahun. Buku standar obat Amerika disusun pada tahun

1820 yang menjadi “United States Pharmacopeia” dan diterima oleh kalangan luas.

Tokoh yang memberikan banyak kontribusi terhadap perkembangan farmasi adalah Stanislas

Limousin (1831-1887) yang menggabungkan teori-teori ilmiah dengan keterampilan teknis dengan

menciptakan berbagai alat farmasi, diantaranya penetes obat, sistem pewarnaan racun, dan

penyempurnaan terhadap alat bantu untuk pernafasan dan pemberian oksigen terapeutik.

Penemuan efeketivitas antitoksin difteri tahun 1894 memicu ilmuwan-ilmuwan farmasi untuk

meneliti teknologi bioproses.

Ilmu farmasi terus berkembang hingga mampu menyediakan terapi bagi beberapa penyakit

sperti sifilis dan kanker. Riset farmasi secara ekstensif dimulai pada tahun 1930-an oleh Jerman

selama perang dunia ke-1, dilanjutkan oleh Amerika Serikat. Sejak penemuan antibiotik Alexander

Fleming pada tahun 1929, dimulailah era antibiotik dengan riset intensif pada perang dunia kedua

sehingga pada saat ini telah tersedia berbagai antibiotik yang dapat melawan mikroba dengan lebih

efektif.

Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia

1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik

Unit dan elemen kompetensi apoteker Indonesia poin satu diantaranya:

a. Menguasai kode etik yang berlaku dalam praktik profesi

b. Mampu menerapkan praktik kefarmasian secara legal dan professional sesuai kode etik

apoteker Indonesia

c. Memiliki ketrampilan komunikasi, dengan elem kompetensi berupa kemampuan

menerapkan prinsip-prinsip komunikasi terapeutik, mengelola informasi dan

memfasilitasi proses komunikasi

d. Mampu komunikasi dengan pasien dengan komponen kompetensi berupa kemampuan

dalam menghargai pasien dan melaksanakan tahapan komunikasi dengan pasien

e. Mampu komunikasi dengan tenaga kesehatan

f. Mampu komunikasi secara tertulis dengan elemen kompetensi berupa kemampuan

memahami rekam medis atau rekam kefarmasian/catatan pengobatan dan

mengkomunikasikannya

g. Mampu melakukan konsultasi/konseling sediaan farmasi dan alat kesehatan

2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi

Page 4: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

a. Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional, dengan elemen

kompetensi meliputi kemampuan menelusuri riwayat pengobatan pasien,meninjau

penggunaan obat pasien, menganalisis drug therapy problems (masalah sehubungn obat),

mendukung kemandirian pasien daam menggunakan obat, monitoring parameter

keberhasilan pengobatan,serta evaluasi hasil akhir penggunaan obat

b. Mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien, dengan elemen meliputi kemampuan

menindaklanjuti hasil monitoring, melakukan intervensi apoteker, dan mendokumentasi

obat pasien

c. Mampu melakukan monitoring efek samping obat (MESO)

d. Mampu melakukan evaluasi penggunaan obat

e. Mampu melakukan praktik therapeutic drug monitoring (TDM)

f. Mampu mendampingi pengobatan mandiri (swamedikasi)oleh pasien

3. Mampu melakukan dispensing sediaan alat farmasi dan alat kesehatan

a. Mampu melakukan penilaian resep, dengan elemen diantaranya memeriksa keabsahan

resep, mengklarifikasi permintaan obat, dan memastikan ketersediaan obat

b. Mampu melakukan evaluasi obat yang diresepkan, yaitu mempertimbangkan oat yan

diresepkan, menelaah obat yang diresepkan terkait dengan riwayat pengobatan dan terapi

terakhir pasien, dan mengupayakan optimalisasi terapi obat

c. Melakukan penyiapan dan penyerahan obat yang diresepkan, yaitu menerapkan SOP

penyiapan dan penyerahan obat, mendokumentasikan dispensing, serta membangun

kemandirian pasien dalam kepatuhan menggunakan obat

4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan darmasi dan alat kesehatan sesuai standar

yang berlaku

a. Mampu melakukan persiapan produksi obat, yaitu memahami standar dalam formulasi

dan produksi, memastikan jaminan mutu, dan melakukan penilaian ulang formulasi

b. Mampu membuat formulasi dan pembuatan sediaan farmasi, dengan elemen kemampuan

melakukan pencampuran zat aktif dan zat tambahan, menerapkan prinsip dan teknik

penyiapan pembuatan obat non steril dan obat steril, mengemas, memberi label,

menyimpan, dan mengontrol kualitas sediaan.

c. Mampu melakukan Iv-Admixture dan mengendalikan sitostatika

d. Mampu melakukan sterilisasi alat kesehatan sesuai prosedur standar

5. Mempunyai ketrampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan

Page 5: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

a. Pelayanan informasi obat, meliputi kemampuan mengklarifikasi perminataan informasi

obat, mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber informasi/referensi yang relevan, serta

merespon pertanyaan dengan informasi dengan jelas, valid, tanpa bias, dan independen

b. Mampu menyampaikan informasi kepada masyarakat sesuai etika profesi kefarmasian

6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat. Yaitu

mampu bekerjasama dalam pelayanan kesehatan dasar, yaitu kemampuan bekerjasama

dengan tenaga kesehatan lain, melakukan survey masalah obat di masyarakat

7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar yang

berlaku. Kompetensi ini mencakup kemampuan menyeleksi sediaan farmasi dan alat

kesehatan; mendesain,menyimpan dan mendistribusikan sediaan dan alat kesehatan,

mengelola infrastruktur dan keuangan, serta menyelenggarakan praktik kefarmasian yang

bermutu

8. Mempunyai ketrampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal dalam

melakukan praktik kefarmasian. Unit kompetensi yang penting dari poin ini diantaranya

kemampuan dalam bekerjasama dalam tim, menyelesaikan masalah, serta mengelola konflik

9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan

kefarmasian

Peran Profesi Apoteker

Secara umum, apoteker berperan sebagai seorang professional, manajer, dan seorang retailer.

1. Profesional

Sebagai seorang professional kesehatan, apoteker berperan dalam melaksanakan kegiatan

asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) sesuai dengan standar asuhan kefarmasian yang

baik (GPP/Good Pharmaceutical Practice) yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

no. 1027 tahun 2004.

2. Manajer

Seorang apoteker yang baik adalah seorang pengelola sumber daya yang baik yang mampu

menyusun perencanaan agar di apotek tidak terjadi kehabisan persediaan atau justru

penumpukan persediaan dari obat tertentu.

3. Retailer

Page 6: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Apoteker berperan dalam menjembatani produsen dan konsumen obat yang dituntut untuk

mampu mengidentifikasi pasar sekaligus mengidentifikasi kebutuhan konsumen serta

memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan No. 1027/ MENKES/ SK/IX/ 2004, standar

pelayanan kefarmasian (dalam hal ini adalah perananan praktikal apoteker) di apotek adalah sebagai

berikut:

1. Pelayanan resep (asuhan kefarmasian di apotek)

Apoteker berperan dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintan dari

dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Pelayanan resep meliputi

skrining resep dan penyiapan obat.

a. Skrining resep

1) Persyaratan administratif

a) Nama, SIP, alamat dokter

b) Tanggal penulisan resep

c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta

f) Cara pemakaian

g) Informasi lainnya

2) Kesesuaian farmasetik

a) bentuk sediaan

b) dosis

c) potensi

d) stabilitas

e) inkompatibilitas

f) cara dan lama pemakaian

3) Pertimbangan klinik

a) adanya alergi

b) efek samping

c) interaksi

d) kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dll)

b. Penyiapan obat

Page 7: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

1) Peracikan

2) Etiket

3) Kemasan obat yang diserahkan

4) Penyerahan obat

5) Informasi obat

6) Konseling

7) Monitoring penggunaan obat

2. Promosi dan edukasi

Apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) suatu penyakit ringan

yang memberikan promosi dan edukasi. Dalam upaya upaya kesehatan masyarakat promotif dan

preventif, apoteker berperan dalam diseminasi informasi melalui penyebaran leaflet/brosur,

poster, penyuluhan, dll.

3. Pelayanan residensial ( home care )

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian

yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan

penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan

pengobatan (medication record).

Peranan apoteker dalam ruang lingkup rumah sakit (bukan di apotek)

Apoteker memiliki peranan vital dalam pelayanan kesehatan dalam setting klinik yang dapat

dibagi menjadi dua peranan utama, yaitu pertama adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai serta yang kedua adalah kegiatan pelayanan farmasi klinik. Peranan

apoteker dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi

pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan

penarikan sediaan farmasi alkes dan bahan medis habis pakai, pengendalian administrasi.Sementara

itu, pelayanan farmasi klinik oleh apoteker di rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan

outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, keselamatan pasien

(patient safety) dan kualitas hidup pasien (quality of life) dilaksanakan melalui :

a. Pengkaijian dan pelayanan resep

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

d. Konseling

e. Pemantauan terapi obat (PTO)

Page 8: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Sejarah Perkembangan Profesi Perawat

Pada masyarakat primitif, penyediaan layanan keperawatan diasosiasikan terhadap kaum

perempuan. Karena tidak ada pendidikan maupun ilmu formal, profesi keperawatan pada mulanya

merupakan suatu tradisi yang diwariskan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi yang

bersumber dari pengamatan terhadap orang lain yang sedang melakukan praktik keperawatan atau

kadang berasal dari coba-coba.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa profesi perawat mulai membentuk persatuan sejak awal

era Kristen. Idealisme perawat seperti amal, layanan kepada orang lain, dan pengorbanan diri sesuai

dengan ajaran awal gereja. Peranan istri samas adalah untuk menemani uskup dalam mengunjungi

jemaat yang dakit di rumahnya. Fabiola adalah istri samas yang pertama yang berperan dalam

pembangunan dan pengoperasian rumah sakit Kristen pertama di Roma.

Ketika terjadi reformasi protestan di Inggris, dimana banyak biara ditutup, perawatan bagi

orang sakit harus kembali dijalankan oleh wanita biasa karena profesi perawat dianggap rendah. Pada

pertengahan abad ke-19, tokoh-tokoh reformis sosial Inggris membentuk kelompok perempuan yang

berlatar belakang relijius untuk menjadi staf di rumah sakit hingga pada tahun 1840 dibentuklah

Potestant Sisters of Charity.

Florence Nightingale adalah tokoh peletak pondasi perawat sebagai suatu profesi.

Nightingale adalah wanita dari keluarga bangsawan Inggris yang secara radikal memutuskan untuk

menjalani kehidupannya untuk merawat orang sakit dengan mengikuti pendidikan sister katolik dan

mengunjungi berbagai negara untuk mengamati pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pengetahuan

dan pengaruh politik yang ia miliki ia gunakan dalam memecahkan permasalahan angka mortalitas

yang sangat tinggi dari tentara Inggris pada perang Crimea hingga ia mampu menerapkan hasil

pengkajiannya yang disertai analasis statistik hingga ia dianggap meletakkan pondasi praktik

evidence-based modern. Sepulangnya dari Rusia, Nightingale mendirikan sekolah keperawatan di St.

Thomas Hospital.

Profesi keperawatan di Amerika Serikat berkembang akibat adanya perang saudara dimana

sekitar 3000 wanita berperan dalam memberikan perawatan bagi korban perang di berbagai tempat,

di medan perang, di rumah sakit tentara, dan lain-lain selain di rumahnya sendiri hingga dikenal-lah

Page 9: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

suatu profesi dimana seorang wanita memberikan pelayanan kesehatan bagi orang lain di luar

rumahnya. Menyadari perlunya bekal pendidikan bagi wanita staf rumah sakit, dibangunlah Nurse

Training School of Women’s Hospital of Philadelphia, sekolah keperawatan pertama di Amerika

Serikat.

Sejarah profesi keperawatan Indonesia dimulai dari zaman kolonial Belanda dimana perawat

disebut velpleger yang berasal dari penduduk pribumi dan dibantu zieken opasser yang bertugas

menjaga orang sakit di RS, ynag kebanyakan adalah staf dan tentara Belanda.

Pada masa penjajahan Belanda pasca pendudukan Inggris, pemerintah kolonial mendirikan

beberapa rumah sakit di Batavia, Bandung, dan Semarang yang diikuti dengan pendirian sekolah

perawat. Contohnya adalah RS PGI Cikini dan RSCM yang menyelenggarakan pendidikan juru

rawat.

Pendidikan keperawatan professional mulai diadakan mulai tahun 1962 dengan didirikannya

Akademi Keperawatan oleh Departemen Kesehatan di Jakarta dengan tujuan menghasilkan perawat

professional pemula. Pada bulan Januari 1983 diadakan Lokakarya Nasional Keperawatan yang

menghasilkan kesepakatan untuk menerima keperawatan sebagai pelayanan professional dan

pendidika keperawatan sebagai pendidikan profesi.

Kompetensi Perawat Indonesia

Page 10: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Standar Kompetensi Perawat Indonesia digolongkan ke dalam tiga ranah utama, yaitu sebagai

berikut:

Ranah Utama I : Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya

1) Bertanggung gugat terhadap praktik professional.

Menerima tanggung gugat terhadap keputusan, tindakan profesional, hasil asuhan dan

kompetensi lanjutan sesuai dengan lingkup praktik, tanggung jawab yang lebih besar, dan

hukum/peraturan perundangan.

2) Melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya

a. Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia.

b. Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien

c. Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh informasi, memilih dan

menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan

d. Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang

diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional

3) Melaksanakan praktik secara legal

a. Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan

Ranah Utama II : Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.

1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberiandan manajemen asuhan keperawatan

Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah

serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan

profesional

2) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan

Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama perawat, profesional lain

serta kelompok masyarakat untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan

lingkungan yang sehat.

3) Melakukan pengkajian keperawatan

a. Melakukan pengkajian melalui pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akurat

dan relevan melalui pengkajian kesehatan dan keperawatan yang sistematis.

b. Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data dari berbagai

sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan menetapkan rencana asuhan

c. Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat waktu sesuai

dengan standar profesi dan kebijakan organisasi

Page 11: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

4) Menyusun rencana keperawatan

a. Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan yang teridentifikasi

berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil pengkajian keperawatan dan kesehatan,

masukan dari anggota tim kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan

b. Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi asuhan lain dan klien.

c. Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk menjamin klien

mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti, sebagai dasar persetujuan asuhan yang

diberikan

d. Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta

dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan,

memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan Bahasa

e. Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila memungkinkan

berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien

f. Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait

5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana

a. Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang berada dalam lingkup

praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi dan sesuai standar praktik keperawatan

b. Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu

c. Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan secara cepat dan tepat

d. Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat, termasuk melakukan

prosedur bantuan hidup jika diperlukan, dan prosedur gawat darurat/ bencana lainnya

6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan

a. Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang diharapkan secara

akurat dan lengkap

b. Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang ditargetkan, dengan

melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain

c. Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan

7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian

pelayanan

a. Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis

maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya

b. Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, keluarga, dan/atau

pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya

Page 12: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

c. Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup pandangan klien,

keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat

dalam pemberian pelayanan kesehatan

8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman

a. Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko aktual dan

potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada pihak yang berwenang.

b. Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen risiko peningkatan

kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan asuhan yang aman dan memenuhi

peraturan nasional, persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja,serta kebijakan

dan prosedur.

c. Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan,pemberian dan pencatatan bahan-bahan

pengobatan

d. Memberikan obat, mencatat, mengkaji efek samping dan mengukur dosis yang sesuai

dengan resep yang ditetapkan

e. Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya pelanggaran dalam

praktik yang dilakukan para praktisi lain.

f. Mengetahui tanggung jawab dan prosedur yang harus diikuti pada saat dinyatakan terjadi

bencana

9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/pelayanan kesehatan

a. Memahami dan menghargai peran,pengetahuan dan ketrampilan anggota tim kesehatan

yang berkaitan dengan tanggung jawabnya

b. Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan

keperawatan dan kesehatan yang dapat dijangkau oleh klien

c. Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional yang efektif

d. Memaparkan dan mendukung pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan

selama pembuatan keputusan oleh tim interprofessional

e. Merujuk untuk memastikan klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia

10) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan

a. Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan kemampuan, tingkat

persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal dan menerima kegiatan yang didelegasikan

sesuai dengan tingkat keahliannya dan lingkup praktik legal

b. Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung termasuk preceptingketika

pengawasan dan/atau monitoring asuhan didelegasikan

Page 13: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

c. Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat mendelegasikan aspek asuhan

kepada orang lain

d. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan kebijakan yang berkaitan

dengan pendelegasian tanggung jawab klinik

Ranah Utama III : Pengembangan professional

1) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan

a. Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring dan penelaahan standar profesi serta

pedoman praktik terbaik

b. Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif

c. Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam tim pemberi

asuhan

d. Bertindak sebagai nara sumber bagi mahasiswa, anggota tim kesehatan lain dan

masyarakat

e. Menghargai penelitian dalam memberikan kontribusi pada pengembangan keperawatan

dan menggunakan hasil penelitian sebagai alat untuk meningkatkan standar asuhan

f. Mencermati lingkungan praktik dan literatur keperawatan untuk mengidentifikasi

kecenderungan (trend) dan issu yang muncul

g. Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi

kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk ke dalam pelayanan

2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan

a. Mengikuti pedoman praktik terbaik dan berdasarkan pembuktian (evidence-based) dalam

melakukan praktik keperawatan.

b. Bepartisipasi dalam kegiatan peningkatan kualitas dan penjaminan

3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujudtanggung jawab profesi

a. Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara

refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review mutu.

b. Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan

mempertahankan kompetensi yang dimilikinya

c. Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk memberikan kontribusi

terhadap asuhan kesehatan

Daftar Kompetensi Implementasi Asuhan Keperawatan Ners

1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital

Page 14: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

2. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen

3. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

4. Mengelola asuhan keperawatan pemberian darah secara aman

5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat secara aman dan tepat.

6. Mengelola asuhan keperawatan luka

7. Mengelola program pengendalian infeksi nasokomial

8. Mengelola upaya pencegahan cedera melalui langkah-langkah precautions/kewaspadaan yang

tepat

9. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan sirkulasi darah

10. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi per oral

11. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi enteral

12. Mengelola asuhan keperawatan dalam upaya mempertahankan keutuhan kulit

13. Mengelola asuhan keperawatan dalam upaya mengatasi masalah nyeri

14. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

15. Melakukan persiapan tempat tidur sesuai kebutuhan klien

16. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan klien dan

peralatan

17. Mengelola asuhan keperawatan menjelang dan sesudah kematian

18. Melakukan kompres dalam upaya mempertahankan suhu tubuh

19. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urin

20. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal

21. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan mobilisasi klien

22. Memberikan dukungan sosial, kultural dan spiritual dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

23. Melakukan penerimaan klien baru untuk memfasilitasi kesinambungan pelayanan

24. Mengelola asuhan keperawatan dengan prinsip keselamatan pasien

Page 15: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

25. Melakukan pencegahan klien jatuh

26. Mengelola asuhan keperawatan dalam pencegahan dan deteksi dini terhadap masalah kesehatan

27. Mengelola asuhan keperawatan untuk mempersiapkan klien dalam prosedur diagnostik dan

penatalaksanaannya

28. Melakukan imunisasi sesuai program pemerintah

29. Mengelola asuhan keperawatan dalam menghadapi proses berduka

30. Melakukan upaya pemeliharaan akses insersi dialysis

31. Melakukan pemeliharaan akses kanulasi phlebotomy

32. Mengelola asuhan keperawatan dalam Mengelola stress

33. Melakukan asuhan keperawatan untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi

34. Mengelola asuhan keperawatan klien dengan anaphylaxis

35. Mengelola asuhan keperawatan post anesthesia

36. Mengelola asuhan keperawatan klien syok

37. Mengelola asuhan keperawatan pencegahan bunuh diri kepada klien

38. Mengelola asuhan keperawatan pencegahan terhadap kekerasan kepada klien

39. Mengelola asuhan keperawatn dalam upaya mempertahankan kelancaran jalan napas

40. Mengelola asuhan keperawatan kepada kilen dengan konstipasi

41. Mengelola asuhan keperawatan kepada klien diare

42. Mengelola asuhan keperawatan kepada klien dengan hyperglykemi dan hypoglikemi

43. Mengelola asuhan keperawatan terapi Intravena melalui kolaborasi tim medis dalam menentukan

jenis terapinya

44. Melakukan pemantauan parameter hemodinamik kepada pasien yang terpasang monitoring

invasif hemodinamik

45. Mengelola asuhan keperawatan upaya peningkatan konsep klien

46. Melakukan upaya pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat klien melalui asuhan keperawatan

Page 16: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

47. Melakukan surveillance untuk kepentingan asuhankeperawatan

48. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhanklien

49. Mengelola asuhan keperawatan dimensia

50.Mengelola asuhan keperawatan dengan memberdayakan potensi klien (terapi modalitas

keperawatan)

51. Melakukan tindakan keperawatan komplementer

Page 17: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Peran Profesi Perawat

1. Pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan kepada

individu, keluarga atau kelompok masyarakat secara komprehensif meliputi pemberian asuhan

pencegahan tingkat 1, 2, ataupun 3 baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung.

2. Pendidik

Perawat berperan dalam memberikan edukasi mengenai upaya peningkatan tingkat kesehatan,

pencegahan penyakit, serta pemulihan dari penyakit dengan cara memberikan informasi

kesehatan yang valid, tepat, dan tanpa bias

3. Pengamat kesehatan

Perawat berperan dalam melakukan monitoring terhadap perubahan kondisi kesehatan yang

terjadi pada tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat melalui kunjungan ke rumah,

observasi & pengumpulan data, dan pertemuan dengan keluarga/kelompok masyarakat.

4. Role model

Perawat harus menampilkan perilaku yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi masyarakat,

terutama bagi pasien, salah satu perilaku yang dapat dijadikan role model adalah

profesionalisme dalam menjalankan tugas profesi.

5. Koordinator pelayanan kesehatan

Perawat berperan dalam mengkoordinasikan pelayanan kesehatan, terutama dalam hal asuhan

keperawatan yang diterima oleh pasien dan/atau keluarga

6. Fasilitator

Perawat berperan dalam membantu pasien/keluarga/masyarakat dalam menyelesaikan suatu

masalah kesehatan dengan memaparkan alternatif-alternatif yang tersedia untuk mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapi

7. Inovator

Perawat berupaya untuk mengadakan pembaharuan perilaku dan pola hidup pasien/keluarga dan

masyarakat demi peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

Page 18: Sejarrah perkembangan, kompetensi, dan peran profesi apoteker dan perawat

Referensi :

1. Ikatan Apoteker Indonesia. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. 2011.

2. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Kompetensi Perawat Indonesia.2005

[internet].[cited on 2015 Mar 7] available from : http://www.inna-ppni.or.id

3. Indarwati R. Peran dan Fungsi Perawat. [internet] [cited on 2015 Mar 7]. Available from

: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/peran%20&%20fungsi%20perawat.pdf

4. Egens KJ. History of Nursing. 2007. Sudbury : Jones and Bartlett Learning.

5. Washington State University College of Pharmacy. A History of Pharmacy in Pictures.

[internet]. [cited 2015 Mar 7]. Avaliable from :

https://pharmacy.wisc.edu/sites/default/files/content/american-institute-history-

pharmacy/resources-teaching/teachinghistpharm.pdf

6. Husada DR. Sejarah Keperawatan Dunia dan Indonesia. [internet]. [cited on 2015 Mar

7]. Available from : http://devidrudidianhusada.blogspot.com/p/sejarah-keperawatan-dunia-

dan-indonesia_5077.html