20
BAB III PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI AGAMA ISLAM 3.1 Kesehatan Jiwa Menurut Syari’at Islam Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari lima kemashlahatan yang ingin dituju dan diciptakan dalam syariat Islam. Mashlahah, secara bahasa merupakan lawan dari mafsadah, berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang mengandung manfaat. Imam al-Ghazali mengemukakan definisi mashlahah adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syarak. Lima kemashlahatan tersebut dikenal sebagai Mawashid Al- Syari’ah. Imam al- Syathibi menyebutkan lima kemashlahatan tersebut meliputi : 1. Memelihara agama (hifzh ad-Din) 2. Memelihara jiwa (hifzh al-Nafs) 15

Sekilas Alzheimer dalam sudut pandang Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini merupakan salah satu makalah yang menyajikan mengenai gambaran penyakit alzheimer dilihat dari pandangan kedokteran dan islam secara singkat dijelaskan ayat ayat alquran atau hadits yang menunjang mengenai penyakit alzheimer ini

Citation preview

BAB III

PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI

DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU

DARI AGAMA ISLAM

1.1 Kesehatan Jiwa Menurut Syari’at Islam

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari lima kemashlahatan yang ingin

dituju dan diciptakan dalam syariat Islam. Mashlahah, secara bahasa

merupakan lawan dari mafsadah, berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang

mengandung manfaat. Imam al-Ghazali mengemukakan definisi mashlahah

adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka

memelihara tujuan-tujuan syarak. Lima kemashlahatan tersebut dikenal sebagai

Mawashid Al- Syari’ah. Imam al-Syathibi menyebutkan lima kemashlahatan

tersebut meliputi :

1. Memelihara agama (hifzh ad-Din)

2. Memelihara jiwa (hifzh al-Nafs)

3. Memelihara keturunan/kehormatan (hifzh an-Nasb)

4. Memelihara akal (hifzh al-‘Aql)

5. Memelihara harta (hifzh al-Mal) (Zuhroni, 2010).

Para ulama cenderung mendahulukan pemeliharaan agama sebagai

prioritas utama, berikutnya adalah menjaga jiwa, sebab dengan adanya

kehidupan maka akan diperoleh kemashlahatan agama dengan melakukan

ibadah, ibadah hanya bisa dilakukan jika jiwa seseorang dalam keadaan baik.

Urutan ketiga dan keempat adalah menjaga keturunan yang diikuti dengan

15

menjaga akal, sebab tanpa akal yang baik orang sama dengan binatang, berarti

tidak termasuk mukallaf (muslim yang dikenai kewajiban agama atau dibebani

melakukan apa yang telah ditetapkan syāri). Urutan yang terakhir adalah

menjaga harta. (Zuhroni, 2010). Keberadaan lima kemashlahatan di atas sesuai

dengan firman Allah SWT :

Artinya : “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (Q.S. Al-An’Am (6): 151-152).

16

Di dalam Al-Quran ada beberapa istilah yang dapat dikategorikan

sebagai potensi kejiwaan manusia seperti istilah nafsu, qalbu (qalb), akal (aql),

dan roh (Kholid, 2011). Roh diartikan sebagai semangat atau ciri khas sesuatu yang

hidup. Dapat diartikan sebagai faktor adanya kehidupan dan dapat diartikan sebagai

kesadaran segala apa yang telah, sedang dan akan diperbuat (Tajudin, 2012). Roh

seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT:

Artinya : “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Q.S Al-Hijr (15):29).

Akal berasal dari bahasa Arab, yaitu kata jadian ‘Aqala Ya’qilu-Aqlan,

yang secara etimologi berarti mengikat, menahan, mengerti, dan membedakan.

Dari pengertian ini kemudian dihubungkan bahwa akal adalah merupakan daya

yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau mengikat

pemiliknya dari perbuatan buruk dan jahat (Kosasih, 2010)

Selain akal yang merupakan bagian penting dari jiwa ialah qalbu. Qalbu

berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik.

Menurut  kondisinya, qalbu pada manusia terbagi menjadi 3 yaitu: (1) qalbu

yang selamat, yaitu qalbu yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang

bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap shubhat, ketidakjelasan

yang menyeleweng dari kebenaran; (2) qalbu yang mati, adalah qalbu yang

tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadanya, enggan

menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan

17

diridhai-Nya; (3) qalbu yang sakit, adalah qalbu  yang hidup namun

mengandung penyakit. Ia akan cenderung mengikuti unsur yang kuat, apakah

pada keimanannya atau cenderung kepada syahwat (Kania, 2012).

Qalbu sebenarnya dapat berfungsi untuk mengendalikan keputusan-

keputusan akal agar berjalan di atas nilai-nilai moral seperti kebaikan. Qalbu

secara psikologis memiliki daya-daya emosi (al-infi’aliy) yang menimbulkan

daya “rasa“ (al-syu’ur). Fungsi qalbu selain berdaya emosi juga berdaya

kognisi. Hal itu menunjukkan bahwa qalbu memiliki dua daya, yaitu daya

kognisi dan daya emosi. Daya emosi qalbu lebih banyak ditangkap daripada

daya kognisinya, sehingga para ahli sering menganggap qalbu sebagai aspek

nafsani yang berdaya emosi (Kania, 2012).

Adapun nafsu (dalam bahasa Arab al-hawa, dalam bahasa Indonesia

sering disebut hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia

untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan

dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk.

Oleh karena itu, nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas. Untuk

mengendalikan nafsu, manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-

dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakkan manusia

ke arah tujuan yang jelas dan baik. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada

pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-

muthmainnah atau jiwa yang tenang (Kosasih, 2012). Firman Allah SWT :

18

Artinya “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S Al-Fajr (89): 27-30).

Dengan demikian keutuhan jiwa manusia adalah manusia yang mampu

menjaga, mengelola, dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara

harmonis, dimana konsep ini menggambarkan manusia yang menuruti hukum-

hukum Allah secara keseluruhan dan dilandasi dengan berserah diri, tunduk,

dan ikhlas kepada Allah untuk menjadi muslim yang kaffah dengan jiwa yang

sehat (Kosasih, 2012). Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang

dapat mengatasi segala gangguan, seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut

mati, dan berbagai ketakutan yang lain. Kegelisahan jiwa menyebabkan

jantung berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak, merasa cemas dan

tertekan. Menurut Islam hal yang dapat dilakukan untuk mengobati kegelisahan

jiwa ialah dengan ‘dzikir Allah’ (Zuhroni, et al, 2003).

Menurut Elzaky dalam bukunya yang berjudul Mukjizat kesehatan ibadah,

bahwa shalat memiliki peran yang sangat penting bagi terciptanya ketenangan

19

serta hilangnya kegelisahan dan stres. Penyebabnya yang paling utama ialah

karena orang yang melaksanakan shalat akan memiliki kepercayaan diri bahwa

ia mampu menghadapai berbagai persoalan hidup karena semuanya merupakan

kehendak Allah SWT. Gerakan sujud dapat menyembuhkan nyeri leher, sakit

kepala, radang sendi, kelelahan, dan gangguan saraf ( Elzaky, 2011).

Selain shalat, ibadah dalam Islam yang sudah terbukti memiliki pengaruh

terhadap masalah kejiwaan dan tingkat stres seseorang ialah zakat. Perasaan

senang dan rida dapat muncul pada diri seseorang setelah mengeluarkan zakat

atau sedekah. Di sisi lain, menunaikan zakat dan memberikannya kepada para

mustahik akan menghilangkan amarah, dendam, kebencian, dan kedengkian

dari hati kaum fakir dan miskin (Elzaky, 2011). Secara sosial ekonomi ibadah

zakat diharapkan dapat mengurangi tingkat stres kaum miskin yang terlalu

berat memikirkan beban ekonomi. Berbagai praktik keagamaan, disamping

bernilai ubudiah, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan

fisik dan psikis (Zuhroni, et al, 2003).

3.2 Larangan Merusak Akal Menurut Syariat Islam

Islam sangat menekankan pemeliharaan akal. Akal diposisikan sebagai

sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan insani. Manusia dimuliakan dari

makhluk lain karena eksistensi akalnya (Zuhroni, 2010). Begitu pentingnya

akal dalam Islam dapat terlihat dari firman Allah SWT :

20

Artinya : “Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir” (Q.S. Yunus (10):24).

Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, segala bentuk

kekuasaan Allah ditunjukkan kepada para hamba yang mempergunakan

akalnya. Akal itu merupakan rahmat Allah yang luar biasa kepada manusia,

sehingga manusia memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk

lainnya. Oleh sebab itu akal juga yang membedakan manusia dari hewan.

Kalaupun ada hewan yang cerdas, maka secerdas-cerdasnya hewan itu

bukanlah merupakan produk akalnya akan tetapi itu merupakan kecerdasan

instingnya. Akan tetapi manakala  manusia  yang tidak memanfaatkan akal

pikirannya dengan baik maka nilai manusia itu tidak akan lebih baik dari

hewan yang cerdas tadi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam berbagai

surat dalam al-Qur’an agar manusia benar-benar memanfaatkan akal fikirannya

dalam mengkaji agama Allah (May, 2010).

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S.Ali-Imran: (3): 190-191).

21

Dari makna ayat tersebut di atas, jelas sekali betapa Allah menganjurkan

kepada manusia memberdayakan fungsi  akalnya untuk mengingat kebesaran-

Nya. Allah menyuruh kepada manusia untuk memperhatikan, merenungkan,

mengkaji dan  meneliti betapa canggihnya fenomena alam hasil ciptaan-Nya.

Dengan pemberdayaan fungsi akal pikiran itu , maka rasa kagum kepada Allah

akan tercipta, dan dengan kekaguman itu juga maka keimanan itu akan menjadi

kokoh (May, 2010).

Syariat Islam sangat menekankan memelihara akal dengan mengharamkan

berbagai tindakan yang dapat merusak potensi akal, seperti larangan

mengonsumsi khamar dan narkoba, memberikan sanksi berat bagi pelakunya.

Akal diberikan kebebasan untuk memahami, memikirkan, dan menggunakan

dalil atau bukti logis dan menolak taqlid buta dan dianjurkan menjaga

kecerdasan akal, baik secara fisik maupun psikis. Islam sangat

mengistimewakan akal, dianjurkan untuk memikirkan berbagai objek di alam

semesta. Diharamkan mengikuti sesuatu yang hanya didasarkan pada

dongengan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Zuhroni,

2010). Sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al-Isra’ (17): 36).

22

Berbagai upaya medis yang termasuk dalam upaya menjaga akal, antara lain,

berupaya menyembuhkan stres fisik untuk menjaga kesehatan mental,

menghindari penyalahgunaan alkohol, obat, dan zat adiktif lainnya yang

mengakibatkan penurunan daya intelektualitas. Dilihat dari segi

kepentingannya, memelihara akal dapat dibedakan menjadi tiga peringkat :

1. Memelihara akal peringkat dlarúriyyah (primer), seperti diharamkannya

minum-minuman keras. Jika ketentuan ini dilanggar, akan berakibat

terancamnya eksistensi akal dan diancam siksa di akhirat. Bahkan, dalam

batasan hukum islam dikenai sanksi cambuk.

2. Memelihara akal peringkat hajjiyah (sekunder), seperti dianjurkannya

menuntut ilmu pengetahuan, belajar keterampilan tertentu dalam kaitannya

dengan olah otak, jika tidak dilakukan tidak akan merusak akal tetapi akan

mempersulit diri seseorang dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu

pengetahuan. Sesuai dengan riwayat daripada Abu Hurairah, radhiallahu

`anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

Artinya : “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, nescaya dimudahkan  oleh Allah baginya jalan menuju ke Syurga” (HR Muslim).

3. Memelihara akal peringkat tahsiniyyah (tersier), seperti menghindarkan

diri dari menghayal, berandai-andai, melamun kosong atau mendengarkan

sesuatu yang tidak berguna, yang secara etika tidak akan mengancam

23

eksistensi akal secara langsung, hanya akan menjadikan kehidupannya

kurang bernilai. (Zuhroni, 2010).

Seperti pada firman Allah yang tercantum dalam surat Yunus : 100, agar

manusia harus mempergunakan akal pikiran secara jernih dengan tetap

berpegang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya agar terhindar dari murka Allah

SWT (May, 2010).

Artinya : “Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Q.S Yunus (10): 100).

3.3 Pandangan Islam Terhadap Pemeriksaan Kognitif Test Your Memory

(TYM).

Pemeriksaan TYM merupakan pemeriksaan kognitif yang terdiri atas 10

jenis tugas yang harus dikerjakan pada selembar kertas yang dilakukan oleh

seorang pasien dibawah pengawasan supervisi. Pemeriksaan ini bertujuan

untuk mendeteksi penyakit Alzheimer secara tepat dan akurat (A.J,Larner,

2012). Ada beberapa kaidah yang dapat digunakan untuk menetapkan hukum-

hukum yang terkait masalah penggunaan tes kognitif ini dilihat dari perspektif

Islam, diantaranya ialah prinsip manfaat dan kehalalan sesuatu (Zuhroni,2010).

Prinsip manfaat dalam kaidah Islam yang berbunyi “(Hukum) asal atas

sesuatu yang membahayakan adalah dilarang dan yang bermanfaat boleh

(ibadah)”. Seperti yang telah dibahas pada Bab II, penyakit Alzheimer ini dapat

24

mengakibatkan penurunan fungsi kognitif atau intelektual seseorang, dimana

dapat berakibat terhadap gangguan bicara, motorik, dan memori. Pemeriksaan

kognitif TYM bermanfaat untuk mendeteksi penyakit Alzheimer pada stadium-

stadium awal sehingga penanganan medis pun dapat segera diberikan untuk

mencegah dampak yang lebih berat dari penyakit ini. Segala sesuatu yang

memberikan manfaat adalah diperbolehkan di dalam islam. dan semua ciptaan

Allah SWT yang terbentang di dunia ini seperti air, pepohonan, barang

tambang, tanah, bebatuan, makanan, minuman, pakaian, berbagai sarana

prasarana hidup adalah halal untuk dimanfaatkan (Zuhroni, 2010). Sesuai

Firman Allah SWT :

Artinya : “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh

langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah (2):29).

Selain prinsip manfaat di atas, terdapat prinsip yang juga dapat

digunakan sebagai dalil dalam menjalankan pemeriksaan ini yaitu prinsip

kehalalan sesuatu, dimana asal segala sesuatu yang datang dari Allah SWT

adalah halal dan mubah. Tidak ada yang haram kecuali apa yang disebutkan

oleh nash yang shahih (Qardhawi, 2000).

25

Artinya: “Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan yang haram ialah apa yang diharamkan Allah di dalam kitab-Nya; sedang apa yang didiamkan oleh-Nya berarti dimaafkan untukmu” (HR. At Tirmidzi).

Pemeriksaan TYM tidak mengandung unsur haram karena pemeriksaan

ini hanya terdiri atas dua buah lembar kertas yang terdiri atas gambar dan

tulisan yang mencakup penilaian fungsi kognitif seseorang. Pemeriksaan

kognitif pada Alzheimer ini juga bermanfaat sebagai bentuk pencegahan

terhadap mudharat. Penjagaan diri pada waktu sehat, lebih baik dari pada

pengobatan pada waktu sakit. Allah SWT melarang manusia membiarkan

dirinya binasa. Sunnah nabi pada riwayat para sahabat menunjukan berbagai

upaya untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit (Taufiq, 2012). Sesuai

dengan firman Allah SWT :

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah(5) 105).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijadikan sebuah landasan

berpikir bahwa pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) pada penderita

Alzheimer adalah boleh dilakukan. Pentingnya pemeriksaan kognitif TYM ini

dikarenakan merupakan suatu tindakan pencegahan dari mudharat yang

mendatangkan manfaat. Mudharat ialah sesuatu yang membahayakan atau

26

merugikan, dimana penyakit Alzheimer ini dapat mengakibatkan gangguan

fungsi tubuh khususnya fungsi intelektual yang mencakup fungsi memori,

bicara, dan motorik, yang dapat mengakibatkan penderitanya tidak dapat

menjalankan ibadah sesuai dengan syariat agama Islam. Selain itu pemeriksaan

TYM juga tidak melanggar ketentuan agama karena tidak mengandung unsur

yang haram.

27