3
Sekolah adalah neraka. Ini seperti penjara yang memerangkap siapapun yang ada di dalamnya. 8 jam per hari nya neraka berwujud fasilitas pendidikan ini menggembleng budak yang disebut siswa agar menjadi sama dan serupa. Jangan ada pertanyaan! Kerjakan saja apa yang diperintahkan oleh sipir yang disebut guru. Jangan ada keluhan! Kau masuk kemari berarti mengerti apa konsekuensi nya kan? Jadilah anak penurut, bermuka manis, dangkal, terus-terusan tak sadar. Iya,begitu. Mendorong masuk dengan paksa data-data ke dalam otak kecilmu. Angka-angka tak berarti menembus retina matamu. Serta tulisan tegak membosankan itu akan terus menghantui bawah sadarmu, baris demi baris, paragraf demi paragraf, sampai jadi puluhan kumpulan kertas yang didaulat sebagai buku. Kau tak diizinkan tidur sebelum merapikan catatanmu. Monster mimpi pun tak ketinggalan hadir menertawakanmu, memojokkan harga dirimu, memastikanmu bangun awal pagi dan tak kabur dari penjara itu. Ujian itu apa? Sederet soal yang dicetak dengan tinta tebal di atas lembaran putih polos. Kau tak diizinkan berpikir. Salin saja dari buku. Coret saja pilihan yang mencantumkan harga mati dari guru. Menurutku jawabannya bukan seperti ini, tapi di buku ... Aku tak setuju, tapi kata guru ... Ujian bukan masalah benar atau salah. Ujian dibuat untuk menanamkan ketakutan dalam dirimu. Jangan jadi berbeda, termaktub disitu. Jawaban hanya ada satu dan yang diajarkan padamu semuanya

Sekolah adalah neraka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Poetry

Citation preview

Page 1: Sekolah adalah neraka

Sekolah adalah neraka.Ini seperti penjara yang memerangkap siapapun yang ada di dalamnya.8 jam per hari nya neraka berwujud fasilitas pendidikan ini menggembleng budak yang disebut siswa agar menjadi sama dan serupa.Jangan ada pertanyaan!Kerjakan saja apa yang diperintahkan oleh sipir yang disebut guru.Jangan ada keluhan!Kau masuk kemari berarti mengerti apa konsekuensi nya kan?Jadilah anak penurut, bermuka manis, dangkal, terus-terusan tak sadar.Iya,begitu.Mendorong masuk dengan paksa data-data ke dalam otak kecilmu.Angka-angka tak berarti menembus retina matamu. Serta tulisan tegak membosankan itu akan terus menghantui bawah sadarmu, baris demi baris, paragraf demi paragraf, sampai jadi puluhan kumpulan kertas yang didaulat sebagai buku.Kau tak diizinkan tidur sebelum merapikan catatanmu.Monster mimpi pun tak ketinggalan hadir menertawakanmu, memojokkan harga dirimu, memastikanmu bangun awal pagi dan tak kabur dari penjara itu.

Ujian itu apa?Sederet soal yang dicetak dengan tinta tebal di atas lembaran putih polos.Kau tak diizinkan berpikir. Salin saja dari buku. Coret saja pilihan yang mencantumkan harga mati dari guru.Menurutku jawabannya bukan seperti ini, tapi di buku ...Aku tak setuju, tapi kata guru ...Ujian bukan masalah benar atau salah.Ujian dibuat untuk menanamkan ketakutan dalam dirimu. Jangan jadi berbeda, termaktub disitu.Jawaban hanya ada satu dan yang diajarkan padamu semuanya benar,selamanya tidak akan berubah.Samasekali tak ada celah untuk menyisipkan opini sampahmu.

Kemudian setelah musim menyakitkan itu berakhir, kerja kerasmu hanya dibayar dengan Raport.Kuberitahu apa Raport itu.Suatu daftar yang mencantumkan namamu dan teman-temanmu,diurutkan dengan skor terbilang angka, ditandatangani lalu distempel oleh atasan serta orangtuamu.Apa arti skor itu? Apa arti dari urutan yang kau dapat?Mudah. Peringkat satu sampai tiga adalah robot elit. Mereka hanya lebih baik dalam

Page 2: Sekolah adalah neraka

mengerjakan perintah daripada dirimu.Mereka ini menjejali diri dengan pelajaran, dan memuntahkannya kembali saat tes-tes semacam itu berlangsung. Muntahan yang sempurna, sama persis dengan apa yang masuk dari kelima panca indera mereka.Sempurna dalam artian; tidak masuk akal, tanpa alasan, tak ada yang lain lagi.Di hari itu orang yang mengasuhmu sedari kau lahir datang dengan hati tak karuan.Mereka berharap setengah mati agar guru tak mengatakan hal-hal buruk tentangmu.Kasih sayang semacam ini digerus oleh skor yang samasekali tidak pernah cukup untuk mewakili dirimu.Mata orang itu berkilat, menusuk-nusuk bagai ribuan belati, tepat ke jantungmu.Orang itu kecewa karena anaknya gagal menjadi budak yang patuh.Kemudian entah karena alasan apa, mulai membayangkan masa depanmu, seakan-akan catatan Tuhan tentangmu diberikan langsung oleh malaikat ke tangannya.Dia bergidik ngeri melukiskanmu dengan baju compang-camping menadahkan tangan di pinggir jalan. Beberapa bernyanyi-nyanyi sumbang, mencegat kotak-kotak beroda yang laju.Ketakutan akan kemungkinan melihatmu gagal saat berusaha menjebol barrier universitas di masa depan,atau hanya tidur-tiduran di rumah tanpa menghasilkan apa-apa,mendesak akal sehat mereka ke pinggiran, hampir mengabaikan kewarasan.

Saat dirimu menyatakan kenapa,saat bibirmu akhirnya bergerak mengikuti insting alami setiap makhluk yang tercipta, mempertahankan diri, bagaimana reaksinya?Engkau adalah sang Pendurhaka!Sekarang kembali ke bilikmu, jilat semua tulisanmu, makan buku-buku itu, atau aku tidak sudi lagi menerimamu!

Semua yang terjadi padamu, semua ucapan yang terlontar padamu, terpahat begitu dalam, menimbulkan ukiran luka penuh lubang.Ini adalah lingkaran setan.Luka itu memburu nafasmu, menjelma bagai awan mendung,dan nantinya memintamu berlaku sama terhadap anak-anakmu.Anak-anakmu yang tak berdosa itu ketakutan dalam diam.Dan dia akan kembali mewariskan apa yang didapat dari neneknya, ibunya, kakak-kakaknya.

Selamat datang di Sekolah.

Tak ada jalan keluar darinya.