Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PERKULIAHAN
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
OLEH
ADEN WIJAYA, S.Pd.I,.M.M.
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANTEN
2020
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JUMLAH SKS : 2 SKS
PERTEMUAN KE : 2
MATERI : MANUSIA, ALAM SEMESTA DAN AGAMA
NAMA DOSEN : ADEN WIJAYA, S.Pd.I.,M.M.
NIDN : 0415099302
Dosen Mata Kuliah
ADEN WIJAYA, S.Pd.I.,M.M.
NIDN. 0415099302
Ketua Program Studi
SUARIFQI DIANTAMA, S.Pd.M.Pd.
NIDN. -0405019101
PERTEMUAN 1
MANUSIA, ALAM SEMESTA DAN AGAMA
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian dari Manusia, Alam Semesta dan Agama
B. Isi Materi
a. Manusia dan Alam Semesta Perkembangan tentang penciptaan alam semesta banyak diutarakan oleh para
pakarasal Yunani dengan teori spekulasinya seperti Thales (625 – 546 SM) Bahwa alam
raya ini berasal dari air. Menurutnya air adalah pokok pangkal dari segala sesuatu yang
ada sesuatu yang ada dan akan berakhir kepada air pula. Anaximandros (610-547 SM)
salah satu murid Thales, mengemukakan pendapat yang berbeda dengan gurunya, ia
menyatakan alam ini berasal dari sesuatu yang bernama “ apeiron” yaitu sesuatu yang
tidak dapat dirupakan dengan apapun yang ada di alam raya ini. Anaximenes ( 585 –
528 SM) Mengembangkan pemikiran Anaximandros dengan menjelaskan bahawa asal
alam raya ini adalah satu dan tidak terhingga, yaitu udara. Sementara Heraklitos (540 –
480 SM) Mengembangkan bahwa unsur asal alam raya ini adalah api yang memiliki sifat
dinamis karenanya alam tidak tetap dan terus bergerak. Sebaliknya, maka
Permenindes (540 SM) Menyatakan alam raya ini serba tetap sedangkan yang bergerak
itu hanyalah penglihatan hasil tipuan panca indra. Sedangkan Menurut Empledokles
(490 – 430 SM) memadukan pendapat diatas bahwa asl alam raya ini terdiri dari empat
unsur yaitu unsur udara, api, air dan tanah yang masing-masing memiliki sifat dingin,
panas, basah dan kering. Makan pemikiran Empledokles ini mempengaruhi pemikiran
para filsafat sampai abah ke 18. Sampai abad ke 19 sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan maka pembuktian alam raya ini dibuktikan secara faktual. Para pakar ilmu
fisika pada abad ke 20 mengutarakan bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan
sebagai akibat goncangan vakum yang membuatnya mengandung energi yang sangat
tinggi dalam singularitas yang tekanannya negatif. Vakum ini menimbulkan dorongan
eksplosif keluar dari singularitas. Ketika adalam mulai mendingin karena ekspansinya
sehingga suhunya merendah melewati 1000 triliun derajat dan seluruh kosmos
terdorong membesar dengan kecepatan luar biasa. Ekspansinya yang luar biasa ini
enimbulkan kesan seolah-olah alam ini di gelembungkan dengan tiupan dahsyat yang
dikenal dengan gejala inflasi. Dan proses inflasi ini kemungkinan terjadi tidak hanya
satu alam saja tetapi beberapa alam yang mempunyai hukum tersendiri.
Kehadiran manusia yang pertama tidak terlepas dari asal-usul dari kehidupan di
alam semesta ini. Menurut ilmu pengetahuan asal manusia tidak bisa dipisahkan
dengan teori spesis baru yang berasal dari spesis lain sebelumnya melalui proses
evolusi. Teori ini diutarakan oleh Darwin pada abad 19.
Adapun evolusi manusia menurut ahli paleontologi berdasarkan tingkat
evolusinya dibagi pada empat kelompok:
Pertama, Tingkat pra manusia, fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan
Tahun 1924 dinamai fosil Australopithecus.
Kedua, Tingkat manusia kera, posilnya ditemukan di solo pada tahun 1891 disebut
pithecantropus erectus.
Ketiga, Manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat dengan manusia moderen yang
sudah digolongkan kepada genus yang sama. Yaitu homo walaupun spesiesnya
dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan di Neander, karena itu disebut neanderthalesis dan
kerabatnya ditemukan di Solo maka disebut Soloensis.
Keempat, Manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berfikir
menggunakan otak dan nalarnya.
b. Pandangan Islam Tentang Alam
Tentang penciptaan asal mula alam menurut pandangan islam ialah prosesnya
bertahap sesuai dengan firman Allah SWT surat Hud ayat :7:
Artinya : Dan dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari,
adapun arasy-Nya telah tegak pada air untuk menguji siapa diantara kalian yang lebih
tinggi amalnya. ( Q.S. Hud 11:7).
Penjelasan dalam kitab tafsir jalalain karya Iman Jalaluddin As-Suyuthi dan Imam Al-
Mahalli.
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yang permulaannya
adalah hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat (dan adalah Arasy-Nya) sebelum diciptakan langit
dan bumi (di atas air) yaitu berada di atas angin (agar Dia menguji kalian) lafal liyabluwakum
berta'alluq kepada lafal khalaqa artinya, Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya yaitu
berupa manfaat-manfaat dan maslahat-maslahat bagi kalian untuk menguji kalian (siapakah di
antara kalian yang lebih baik amalnya) artinya yang lebih taat kepada Allah.
Namun sebagian ulama menyatakan bahwa istilah enam hari (Sittatu ayyam)
bukanlah enam hari dalam arti sebenarnya sebagaimana perhitungan manusia melainkan
enam masa atau enam periode sebagaimana terdapat dalam kitab tafsir Ibnu Katsir. Dari
penafsiran ini maka timbulah perbedaan penafsiran dalam memahami ayat-ayat berkaitan
dengan alam ini.
Pada abad ke 20 para pakar fisika muslim mulai memahami ayat-ayat yang
berkaitan dengan alam semesta ini. Menurut mereka Al-Quran telah menjabarkan konsep
dasar tentang alam raya ini. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah :
Artinya:” sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam
dan siang, terdapat tanda-tanda kebesar Allah bagi orang-orang yang berakal (Q.S. Ali
Imran:190).
Menurut Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
menyatakan:
Demikian juga keajaiban-keajaiban yang ada pada keduanya, seperti besarnya,
luasnya, teraturnya peredaran benda yang beredar dan lain sebagainya. Semua ini
menunjukkan keagungan Allah, keagungan kerajaan-Nya dan menyeluruhnya kekuasaan-
Nya. Tertib dan teraturnya ciptaan Allah, demikian juga rapi dan indahnya menunjukkan
kebijaksanaan Allah dan tepat-Nya serta luas ilmu-Nya. Terlebih dengan manfaat bagi
makhluk yang ada di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan keluasan rahmat-Nya,
meratanya karunia dan kebaikan-Nya, dan semua itu menghendaki untuk disyukuri. Semua
itu juga menunjukkan butuhnya makhluk kepada khaliqnya dan tidak pantas Penciptanya
disekutukan. Di dalam ayat ini terdapat anjuran untuk memikirkan alam semesta,
memperhatikan ayat-ayat-Nya dan merenungkan ciptaan-Nya
Sedangkan dalam tafsir Al-Wajiz karya Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili bahwa:
menjelaskan Sesungguhnya tentang kejadian langit dan bumi dan perlisihan malam dan
siang itu, ada beberapa tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.
Kemudian dalam surat al-anbiya ayat : 30:
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman? ( Q.S.AL-anbiya :30).
Menurut afsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas
Islam Madinah. Menjelasksan.
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui) Yakni tidakkah mereka
memikirkan dan mengetahui. (bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu) Terdapat pendapat mengatakan yang dimaksud adalah bahwa dahulu
langit-langit hanyalah satu kemudian dipisahkan; begitu juga bumi-bumi. Pendapat lain
mengatakan bahwa dahulu langit dan bumi merupakan benda yang satu yang saling
menempel. ( kemudian Kami pisahkan antara keduanya) Yakni Kami pisahkan keduanya.
(Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup) Yakni Kami hidupkan seluruh
makhluk hidup dengan air yang Kami turunkan dari langit atau dengan air yang di lautan.
Hal ini meliputi hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dan maknanya adalah air
merupakan sebab kehidupan segala makhluk hidup yang ada di bumi. (Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?) Padahal tanda-tanda dari Allah telah cukup untuk menjadikan
mereka beriman.
Kemudian dalam surat Adz-Dzariyat: 47:
Artinya: Dan langit (sama) itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa ( Q.S. Adz-Dzariyat:47).
Pada masa lalu “ sama” diartikan langit, digambarkan sebagai halnya bola besar
yang berputar pada sumbunya dan pada dindingnya menempel bintang-bintang. “Ardh”
atau bumi adalah tempat datar yang dikurung bola langit itu. Namun penafsiran demikian
tidak dapat dipertahankan terus, karena sama sekali tidak didasari argumentasi dan
penalaran yang kuat. Menurut Prof. Baiquni ilmuan fisika muslim menyebutkan bahwa
“sama” tidak diartikan bola raksasa melainkan ruang alam yang didalamnya terdapat
bintang –bintang, galaksi-galaksi, dan lain-lainnya. Secara eksperimental dapat dibuktikan
bahwa ruang dan waktu adalah satu kesatuan. “ Ardh” diartikan sebagai istilah materi,
yaitu bakal bumi yang sudah ada sesaat setelah Allah menciptakan jagat raya.
Dalam surat Al-Mulk ayat 3 :
Artinya: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? ( Q.S. AL-Mulk:3).
Dalam surat Ar-Rum ayat 22:
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S. Ar-Rum:
22).
Ayat diatas menjelaskan bahwa alam semesta ini berjalan dengan kokoh, teratur,
rapi serta harmonis yang tak habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi
manusia yang kecil dan lemah. Alam raya merupakan manifestasi dan refleksi dari
keagungan dan kebesaran Allah yang menciptakan dan mengaturnya.
Alam dalam pandangan islam adalah makhluk Allah yang diperuntukkan bagi
manusia dan menjadikannya sebagai pendorong untuk menyelidiki fenomena yang terjadi
di dalamnya. Penyelidikan terhadap alam raya ini merupakan bagian dari tugas manusia
sebagai kholifah di muka bumi (khalifatul fil ardh), firman Allah dalam surat Al-An’am ayat
165:
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat
cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Q.S.
Al-An’am : 165).
Artinya: Katakanlah (Muhammad) "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman". ( Q.S. Yunus: 101).
dan firman Allah SWT, dalam surat Ali Imran ayat 190-191.
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. ( Q.S. Ali Imran : 190-191).
Ayat ini mendorong manusia untuk menyelidiki sifat-sifat dan kelakuan Alam
sekelilingnya yang menjadi tempat tinggal dan sumber kehidupannya. Segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah tidak ada yang sia-sia. Hal ini menjadi asumsi dasar untuk meneliti
dan memahami alam, dengan apapun objeknya. Dengn meperhatikan segala sesuatu yang
telah Allah ciptakan akan menambah nilai syukur dan memupuk keimanan kita kepada
Allah SWT. Dengan demikian bahwa penciptaan seluruh alam raya ini adalah merupakan
sunnatullah yang ditakdirkan oleh Allah secara pasti. Peran ilmu pengetahuan bagi manusia
adalah untuk mengungkap, menjelaskan dan menyusun proses-proses sunnatullah itu.
Sunnatullah itu sendiri adalah hukum-hukum Allah dan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk diikuti dan ditaati. Seperti dalam firman Allah SWT:
Artinya: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan
suka hati". (Q.S. Fushilat:11).
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab dalam tafsir AL-Misbah menjelaskan” maksud
ayat diatas adalah” Kekuasaan-Nya kemudian tertuju kepada penciptaan langit yang pada
saat itu berujud asap, dan langit itu pun tercipta. Penciptaan langit dan bumi menurut
kehendak-Nya itu adalah mudah, yaitu seperti orang yang mengatakan kepada sesuatu,
"Datanglah, suka atau tidak suka!" Sesuatu itu pun kemudian menurut." Maksudya alam
selalu merespon terhadap siapapun dengan berbagai macam respon. Respon itu
bergantung kepada tindakan kita kepada alam raya ini.
Penciptaan alam raya ini adalah bentuk perwujudan dari ayat-ayat kauniyah Allah yang
gunanya bagi manusia untuk diamati, diperhatikan, dipahami dan dihayati. Sehingga akan
timbul kesadaran pada diri manusia dalam menyikapi alam raya ini.
c. Manusia Menurut Agama Islam Manusia tak akan mengungkapkan secara pasti tentang hakekat dirinya. Manusia
tidak mungkin dapat berdiri ditempat netral dan memandang dirinya secara bebas dari
luar dirinya sendiri. Dengan demikian hanya dengan memahami ayat-ayat Allahlah kita
mampu memahami diri ini. Hanya pencipta manusialah yang paling tahu tentang
manusia.
1. Asal Kejadian dan Potensi Manusia
Berbicara manusia maka kita akan tahu keterkaitannya ialah dengan manusia
pertama yaitu Adam. Karena penciptaan Adam adalah penciptaan manusia pertama
dengan segala kesempurnaannya. Adam mewariskan tidak hanya dari sisi fisik semata
namun lengkap dengan kebudayaannya sehingga diakatlah sebagai khalifah di muka
bumi ini, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30:
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".( Q.S. Al-Baqoroh: 30).
Artinya: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua
benda ini, jika kamu yang benar !.Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang
Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.(Q.S. Al-Baqarah:31-32).
Pada ayat diatas Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama yang memiliki
kemampuan akal yang sempurna. Adam manusia pertama yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan dengan itu manusia membentuk kebudayaan.
Penciptaan manusia secara fisik pada kejadian selanjutnya melalui proses pencampuran
bahan dari laki-laki dan perempuan. Jika masuk kedalam rahim terjadi proses kreatif, tahap
demi tahap membentuk wujud manusia seperti firmanNya.
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).( Q.S. Al-Mukminun:12).
Nutfah adalah tetesan cairan yang mengandung gamet pria dan gamet wanita, kemudian
tersimpan di dalam rahim (qararin makin) atau uterus, yaitu suatu wadah yang ideal untuk
perkembangan embrio.
Artinya: Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. Al-
Mukminun:14)
‘Alaqah adalah embrio yang berumur 24-25 hari, kemudian berubah menjadi stadium
mudghah 26-27 hari. Kemudian masuk ke stadium tulang ( Idzam), yaitu cikal tulang rangka
yang berbentuk dalam stadium mudzghah 25-40 hari berubah menjadi tulang rawan,
setelah itu embrio berada dalam stadium tulang ( idzam). Dalam stadium ini berbagai organ
menumbuh berhubungan dengan tulang/rangka.
Setelah itu embrio masuk kedalam stadium dibugkus daging (fakasunal idzama lahma)
artinya setelah tulang dibentuk lalu diikuti oleh pembentukan daging yang meliputi tulang-
tulang tersebut. Pada minggu ke 8 embrio menjadi fetus membentuk otot-otot. Dalam
minggu ke 12 terjadi assifkasi pada pusat-pusat pertulangan. Anggota badan
berdifferensiasi dan terbentuk kuku pada jari kaki dan tangan.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Artinya: Kemudian Dia ( Allah) menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air
mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. ( Q.S. As Sajdah:8-9).
Selain itu Al-Qur’an juga menjelaskan penciptaan manusia dari tanah dan oleh karenanya
Iblis tidak mau disuruh Allah untuk bersujud di hadapan manusia, firman Allah:
Artinya: Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".(Q.S. Shaad:76).
Tubuh memiliki daya-daya yang mengarahkan manusia untuk melakukan hal-hal
yang bersifat fisik seperti mendengar, melihat, mencium, merasakan, serta memiliki daya
gerak. Sedangkan ruh memiliki dua daya yaitu daya pikir (kepala) dan daya rasa (hati).
Daya pikir melahirkan logika dan dipertajam dengan (tafakkur), dengan akal manusia dapat
melahirkan teori-teori, dan filterisasi dari nalar yang baik dan buruk.
Akal membawa manusia pada rasa keingintahuan yang besar untuk memahami alam
sehingga manusia dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan rasa
dapat dipertajam dengan ibadah menghadapkan diri kepada allah dengan mensucikan diri
melalui proses ritual dalammendekatkan diri kepada Allah. Rasa pun dapat melahirkan
etika dan estetika.
2. Manusia Sebagai Kholifah
Berbicara kholifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Sebagai khalifah, manusia diberi kewenangan berupa kebebasan memilih dan menentukan sehingga dengan kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Namun diatas kebebasan yang diberikan oleh Allah ada batasan-batasan yang harus di jaga dan aka diminta pertanggung jawabannya. Sebagaimana firman Allah:
Artinya: ialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan
pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka. (Q.S. Fathir :39).
Manusiapun harus menjadi khalifah terbaik dihadapan Allah. Jika manusia lalai
maka derajat manusia akan jatuh ke tingkat paling rendah. seperti firmanNya:
Artinya: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
(Q.S. Ath-Thin : 5).
d. Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya
Agama merupakan bagian penting dalam kegidupan manusia.agama berkaitan
dengan kepercayaan, keyakinan terhadap tuhan dan alam ghaib, pengaturan tentang
upacara-upacara ritual, serta aturan-aturan dan norma-norma yang mengikat para
penganutnya. Ketuhanan adalah masalah pokok dalam agama, darisinilah timbul
pandangan-pandangan manusia tentang kepercayaan mereka pada agama naka
timbulah paham dinamisme, animisme, politeisme, dan monoteisme. Dinamisme
adalah kepercayaan terhadap kekuatan ghaib yang dimiliki benda-benda tertentu.
Animisme adalah kepercayaan pada masyarakat primitif beanggapan benda mati atau
hidup semua memiliki roh yang tersusun dari suatu zat atau materi yang halus. Dari
animisme berkembang menjadi paham politeisme yang percaya dengan roh-roh dan
para dewa. Dalam politeisme sesuatu yang misterius maka akan otomatis dianggap
sebagai tuhan dan kepercayaan. Dan pengaruh politeisme ini dapat muncul kapanpun
termasuk dizaman modern ini.
Agama dalam ruang lngkupnya memiliki pera dan fungsi yakni fungsi maknawi dan
fungsi identitas. Fungsi maknawi adalah dasar bagi semua agama yang menyajikan
wawasan dunia atau cosmos karenanya segala ketidak adilan, penderitaan, dan
kematian dapat dipandang sebagai suatu yang penuh makna. Fungsi identitas dari
agama berhubungan dengan perasaan dan mendorong perilaku tertentu sesuai
identitas yang berada dalam diri sehingga melahirkan kesadaran, kebanggaan dan
tanggung jawab.
Adapun ruang lingkup agama adalah:
Pertama, tata keyakinan atau credial, yaitu bagian diri agama yang paling mendasar
berupa keyakinan akan adanya suatu kekuatan supranatural. Dzat yang maha mutlak
diluar manusia.
Kedua, tata peribadatan atau ritual, yaitu tingkah laku manusia yang berhubungan
dengan dzat yang diyakini.
Ketiga, tata aturan kaidah-kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan dengan
manusia atau manusia dengan alam lainnya sesuai keyakinan dan peribadatan tersebut.
e. Hubungan Manusia dan Agama
Agama memasuki pikiran manusia dalam bidang mistis yaitu kebutuhan
manusia dalam hubungannya dengan hal-hal yang bersifat yang dikaitakan
dengan kehidupan sehari-hari.
Manusia dengan kemampuan akalnya dapat melahirkan ilmu teknologi
tetapi akal saja tidak mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang dihadapi
manusia. Atas dasar itu kebutuhan manusia akan agama mendorongnya untuk
mencari agama yang sesuai dengan harapan-harapan rohaninya.
Kebenaran tentang tuhan yang datang dari tuhan sendiri merupakan
kebenaran yang bersifat mutlak. Persoalannya tidak semua manuisa mampu
mendapatkan itu langsung dari tuhan. Denga tuhan tuhan memberikan informasi
tentang dirinya melalui orang yang dipilhnya sendiri, yaitu para Rasul seperti
firmanNya:
Artinya: Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan
dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Q.S. As-Syura :51).
Informasi yang benar tentang tuhan harus melalui rasul yang dipercaya dan dipilih
tuhan untuk menerangkan tentang dirinya. Disinilah Allah menunjuk nabi Muhammad
sebagai rasul terakhir yang nerima informasi dan ditunjuk untuk menyampaika pada yang
lainnya. Firman Allah dala surat An-Najm ayat 2-4, yang intinya nabi ditunjuk dan dipilih
untuk menyampaikan wahyu dari Allah yang jauh dari kekeliruan dan hawa nafsu.
PERTEMUAN 2
PENGERTIAN AGAMA ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Agama Islam
B. Isi Materi
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Agama Islam
Kata islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama” yang berarti tunduk,
patuh dan berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang diturunkan Allah
SWT, kepada rasul-rasulnya untuk disampaikan kepada manusia.
Agama islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad adalah wahyu Allah
terakhir untuk manusia. Oleh karena itu agama ini telah sempurna dan senantiasa
sesuai dengan tingkat perkembangan manusia sejak masa diturunkannya, kurang lebih
empat belas abad yang lalu hingga akhirperadaban manusia hingga hari kiamat kelak.
Agama islam yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya tidak selengkap
wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Wahyu yang turun pada saat itu
bersifat lokal untuk atau dua suku bangsa saja. Misalkan wahyu yang turun kepada nabi
Isa untuk bani israil dan sebagainya. Al-Quran sangatlah gamblang menjelaskan bahwa
para nabi terdahulu membawa agama islam bagi umatnya.
: (٦٣١)البقرة
Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub
dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara
mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Q.S. Al-Baqoroh:136).
Demikian juga wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Isa AS. Nabi yang paling dekat
urutannya dengan nabi Muhammad, dinyatakan Allah sebagai agama Islam, dalam Firman
Allah.
. : (٢٥)ال عمران
Artinya: Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia:
"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?"
Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama)
Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah
orang-orang yang berserah diri. (Q.S. Ali Imran : 52).
Wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi sebelum nabi Muhammad, tidak dijamin
orisinilnya oleh Allah. Sebagaiman dijelaskan oleh Allah dalam AL-Quran:
: (٦١)الساء
Artinya: Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah Perkataan dari tempat-tempatnya.
mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi Kami tidak mau menurutinya[303]. dan
(mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-
apa[304]. dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan
mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat,
akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman
kecuali iman yang sangat tipis. (Q.S. An-Nisa:46)
Pada ayat lain juga dijelaskan penyimpangan kaum Nasrani:
.
(. ٦٦) المائدة:
Artinya: dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Kami ini orang-orang
Nasrani", ada yang telah Kami ambil Perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja)
melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; Maka Kami
timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. dan kelak
Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan. (Q.S. Al-Maidah ; 14).
Berdasarkan ayat-ayat diatas bahwa dapat diambil kesimpulan bahwa agama yang
diturunkan Allah kepada Rasul sebelum nabi Muhammad telah diintervensi. Dengan
demikian Agama Islam menjadi satu-satunya nama bagi wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Yang terkumpul dalam kitab suci Al-Quran. Dengan
demikian wahyu yang diturunkan kepada nabi dahulu tidak berlaku lagi, telah dikoreksi dan
disempurnakan oleh wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Quran. Firman
Allah bahwa Allah mengoreksi aqidah trinitas kaum nasrani, antara lain:
. :(٣٣)المائدة
Artinya: Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah
seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa.
jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir
diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Q.S. Al-Maidah:73)
Kemudian perintah Allah untuk kembali kepada wahyu Allah yang murni. Dalam firman
Allah:
:(٦٣)المائدة
Artinya: dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik (Q.S. Al-
Maidah:47)
Dengan demikian islam adalah agama yang terakhir diturunkan dengan sempurna.
Dan tidak ada lagi wahyu yang dating setelah agama ini, firman Allah:
:(٣)المائدة
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (Q.S. Al-Maidah:3).
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa Agama Islam mampu menjadi landasan hidup
dan menyediakan jawaban terhadap segala permasalahan dan perkembangan budaya
manusia sampai akhir sejarahnya.
Relevansi ajaran islam dengan perkembangan budaya manusia itu diisyaratkan dalam
firman Allah:
.:(٩)الحجر
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (Q.S.Al-Hijr ;9).
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Hakikat manusia diciptakan oleh sang pencipta yaitu Allah, dan Al-Quran dengan
didalamnya agama islam berasal dari Allah. Maka tentu akan sesuai karena hakikatnya
berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Hal tentang fitrah manusia sebagai
makhluk yang beraga sejak dilahirkan sebagaimana tercantum dalam firman Allah:
:(٦٣١)الاعراف
Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami),
Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)", (Q.S. Al-A’raf:72)
b. Klasifikasi Agama dan Agama Islam
Dilihat dari sumber, sifat, dan tempatnya, agama dapat diklasifikasikan atas tiga
kategori, yaitu:
1. Agama wahyu dan bukan wahyu,
2. Agama misionari dan bukan misionari, dan
3. Agama ras geografis dan agama universal.
Pertama Agama Wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada tuhan
pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan
wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia. Sedangkan agama
bukan wahyu tidak memandang penyerahan kepada tuhan. Adapun perbedaannya
adalah:
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan
wahyu tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada nabi sedangkan agama bukan wahyu tidak.
3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang
diwahyukan sedangkan agama bukan wahyu kitab suci dianggap tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di timur tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir
diluar itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semitik.
6. Agama wahyu dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan
wahyu bukan agama misionari
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan
elastis.
8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun
material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitikberatkan kepada aspek
spritual saja, seperti pada paham teoisme, atau pada aspek material saja seperti
pada Confusianisme.
c. Agama Islam dan IPTEKS
Agama islam bersumber dari wahyu Allah, sedangkan ilmu pengetahuan
bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan alam.
Tujuan ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran ilmiah yaitu kebenaran yang sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah. IPTEK dalam islam dipandang sebagai kebutuhan manusia
dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memberikan kemudahan
pada peningkatan ubudiyah kepada Allah. Kerena itu islam memandang IPTEK adalah
bagian yang wajib bagi manusia sebagai makhluk yang berakal. IPTEK adalah bentuk
penetapan Allah kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini agar dapat
menjalankan kehidupan dengan baik. Firman Allah:
): ٦١٢الهعام)
Artinya: dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Q.S. Al-An’am: 165).
Dari ayat diatas menjelaskan manusia ditunjuk sebagai khalifah dan
hendaknya harus bertanggungjawab dengan segala yang telah Allah titipkan yaitu
alam raya ini. Maka dengan ilmu pengetahuanlah manusia dapat menjalankan
tanggungjawab tersebut dengan baik dan benar. Firman Allah SWT, tentang
perintah kepada manusia agar mau menyelidiki gejala-gejala dari seluruh ciptaan
Allah:
( ٦٠٦)يو وس:
Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman".(Q.S. Yunus : 101)
Seorang khalifatullah harus membuktikan dirinya sebagai penguasa dan
pengelola alam melalui penguasaan IPTEK yang dipersembahkan bagi peningkatan
kualitas ibadah kepada Allah dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Allah
sangan mengapresiasikan kepada para ilmuan, tentunya degan tidak
mengenyampingkan keimanan kepada Allah SWT. Sebagaimana tertera dalam Al-
Quran surat Al-Mujadilah :11.
:(٦٦. )المجادلة
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-
Mujadilah:11).
Islam menetapkan bahwa IPTEK adalah alat untuk kesejahteraan manusia yang
didasari nilai-nilai ilahiyah serta diarahkan bagi tujuan-tujuan kemanusiaan. Namun
semuanya haruslah dibarengi dengan keimanan dan ketakwaan agar ilmu pengetahuan
dapat digunakan dengan baik.
PERTEMUAN 3
SUMBER AJARAN ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Sumber ajaran Islam
B. Isi Materi
A. AL-QURAN SEBAGAI SUMBER NILAI
1. Pengertian dan Nama Al-Quran
a. Pengertian
Al-Quran berasal dari kata “qaraa” yang berarti bacaan atau suatu yang
dibaca. Secara terminologis Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada
nabi Muhammad Saw, melalui perantara malaikat Jibril. Al-quran tertulis dalam
mushaf dan sampai kepada manusia secara mutawatir. Membacanya bernilai
ibadah, diawali dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.
b. Nama-nama Al-Quran
1) Al-quran, kata al-quran sebagai nama kitab ini disebutkan dalam firman Allah
SWT:
)١٢: الحشر)
Artinya: kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya
kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya mereka berfikir. (Q.S. Al-Hasyr:21).
2) Al-Furqon, artinya pembeda atau pemisah, yaitu kitab yang membedakan antara
yang hak dan yang bathil. Dalam firman Allah SWT:
)٢: الفرقان)
Artinya: Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (Q.S. Al-
Furqan:1)
3) Azzikra artinya peringatan, yaitu kitab yang berisi peringatan Allah kepada
Manusia. Penamaan ini sesuai dalam firman Allah SWT:
)٩: الحجر)
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Q.S. Al-Hijr :9).
4) Al-Kitab artinya tulisan atau yang ditulis, yaitu kitab yang ditulis dalam mushaf.
)٢: الكهف )
Artinya: segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya
Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya, (Q.S. Al-
Kahfi:1).
2. Fungsi dan Peran Al-Quran
a. Al-quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia
Adanya Al-quran memberikan petunjuk kearah pencapaian kebahagiaan
yang hakiki, yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kebahagian yang hendak
dicapai bukanlah kebahagiaan berdasarkan perkiraan pikiran manusia saja,
melainkan kebahagiaan yang abadi. Untuk mencapai kebahagiaan itu tentunya Al-
quran telah memberikan petunjuk yang jelas, yaitu meletakkan seluruh aspek
kehidupan dalam kerangka ibadah kepada Allah firman Allah SWT:
)٦٥: الذاريات )
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Az-Zariyat:56).
Dari ayat diatas jika hidup kita telah diletakkan dalam penghambaan yang
mutlak kepada Allah, maka kebahagiaan yang hakiki akan didapati.
b. Al-quran memberikan penjelasan terhadap segala sesuatu
Al-quran diturunkan Allah ke bumi untuk memberikan penjelasan tentang
segala sesuatu, sehingga manusia memiliki pedoman dan arahan yang jelas
dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Allah. Firman Allah:
Artinya: Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Q.S. Al-An’am:38)
ayat 89Nahl -Firman Allah dalam Surat An
Artinya:’ dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl:89).
c. Al-Quran sebagai penawar jiwa yang haus (Syifa)
Al-quran juga berfungsi sebagai obat ( penawar) bagi manusia, sebagaimana
firman Allah:
Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S. Al-Israa:82).
3. Kodifkasi Al-Quran
a. Kodifikasi pada masa rasulullah
Periode pertama penghimpunan al-Qur’an terjadi pada masa Rasulullah
SAW. Pada periode setiap kali sebuah ayat turun langsung dihafal dalam dada dan
ditempatkan dalam hati karena Nabi Muhammad SAW dan umatnya merupakan
orang yang ummi.
Masa itu para sahabat dikenal memiliki daya ingat yang kuat dan hafalan
yang cepat. Sehingga pada masa itu banyak sahabat yang hafal Al-Qur’an
diantaranya keempat Khulafaur Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi
Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darda’, dan
lainnya.
Ayat-ayat Al-Qur’an ketika itu tidak dihimpun dalam satu mushaf, tetapi
ditulis pada sarana yang mudah didapat seperti pelepah korma, bata-bata tipis,
lembaran dari kulit, pecahan batu dan sebagainya. Tulisan-tulisan tersebut disimpan
dirumah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mengangkat beberapa sahabat untuk
menulis, agar setiap wahyu turun langsung dapat ditulis dan bisa dijadikan
dokumentasi. Mereka adalah Abu Bakar, Usman, Umar, Ali, Muawiyah, Abban ibn
Sa’id, Khalid ibn al-Walid, Ubay ibn Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit ibn Qais dan lain
lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan Al-Qur’an belum dihimpun pada masa Nabi SAW
yaitu:
a. Faktor-faktor yang mendukung penulisan belum muncul.
b. Nabi SAW masih menunggu kemungkinan penaskhan beberapa ayat dari Allah
SWT.
c. Al-Qur’an turunya bertahap.
d. Urutan ayat Ayat Al-Qur’an tidak sesuai dengan urutan turunnya.
Sedangkan faktor yang mendorong penulisan Al-Quran pada masa Nabi adalah :
a. Mem-back up hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.
b. Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna, karena bertolak
dari hafalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang mereka lupa atau
sebagian dari mereka sudah wafat. Adapun penulisan akan tetap
terpelihara walaupun pada masa Nabi, Al-Quran tidak ditulis di tempat tertentu.
b. Kodifikasi pada masa para khalifah
Pasca wafatnya Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam yang kemudian
diganti dengan terpilihnya secara aklamasi Sahabat Abu Bakar menjadi khalifah
pertama, muncul berbagai persoalan yang sangat mendasar di dalam tubuh agama
Islam, yakni banyaknya orang yang murtad dengan kembali ke agama nenek
moyang mereka, dan banyaknya orang yang membangkang tidak mau membayar
zakat, dan yang paling mengenaskan adalah adanya Musaylamah sebagai tokoh
yang mengaku sebagai nabi dengan menggubah surat al-fiil untuk menandingi al-
Qur’an.
Namun persoalan-persoalan tersebut berhasil diselesaikan oleh sahabat Abu
Bakar dengan cara memerangi para pembangkang tersebut dan berhasil
mengembalikan mereka ke jalan Islam dalam waktu yang sangat singkat, mengingat
sahabat Abu Bakar hanya menjadi Khalifah hanya dalam kurun waktu tidak lebih
dari dua tahun saja (632-634 M.). Terkait dengan nabi palsu, konon pengikut
Musaylamah mencapai 40.000 orang yang terdiri dari suku Thayyi, Asad, Thulayhah
dan Banu Hanifah, sehingga Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk berangkat
memerangi mereka tepatnya di Yamamah (kemudian masyhur dengan istilah
perang Yamamah). Dalam peperangan inilah, teramat banyak para penghafal al-
Qur’an yang berguguran syahid. Cerita yang lebih panjang bisa dibaca buku the
History of The Arab karya Philip K. Hitti, h. 175-177. Disebabkan peristiwa Yamamah
tersebut, sahabat Umar merasa khawatir tentang kondisi dan nasib al-Qur’an di
masa yang akan datang, sehingga ia mengusulkan kepada Abu Bakar untuk
mengumpulkan al-Qur’an, sebelum pada akhirnya para sahabat yang hafal al-
Qur’an berguguran di medan perang yang lain. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Zaid bin Tsabit )w. 45 H.) mengatakan: “Saya diutus oleh Abu Bakar untuk ikut
memerangi penduduk Yamamah, lalu tiba-tiba Umar datang dan berkata ‘Sungguh,
perang Yamamah begitu berat bagi para penghafal al-Qur’an, saya khawatir nanti
korban berjatuhan hingga menyebabkan al-Qur’an hilang dengan wafatnya para
penghafal al-Qur’an, saya punya inisiatif agar engkau berkenan mengumpulkan al-
Qur’an.’ “Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah?.” Jawab Abu Bakar merasa keberatan. “Demi Allah, ini adalah suatu
keniscayaan yang baik.” Umar mencoba meyakinkan Abu Bakar. “Berkali-kali Umar
mencoba meyakinkan hal itu, lalu allah telah melapangkan dadaku dengan
menerima inisiatif Umar untuk mengumpulkan al-Qur’an.” Jelas Abu Bakar. Abu
Bakar menyampaikan hal itu kepada Zaid dengan mengatakan “Sungguh engkau
adalah lelaki yang luar biasa, sebab engkau pernah menulis al-Qur’an untuk baginda
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (HR. Bukhari. Bab kitabu fadhaili al-Qur’an).
Sang Penulis Mushaf Zaid bin Tsabit
Sahabat Zaid bin Tsabit terkenal dengan kepiawaiannya dalam hal menulis
sehingga di masa Abu Bakar dan Usman kelak, ia tetap ditugaskan untuk menulis
mushaf. Di antara kecakapannya dalam hal ini adalah ia merupakan seorang yang
hafal al-Qur’an, ia juga masih muda yang prigel, hafalannya sangat kuat, logikanya
dan kekreatifitasnya berjalan, tenang dan tidak suka tergesa-gesa sekaligus banyak
kerjanya. Semua sifat-sifat tersebut dimiliki oleh pribadi seorang Zaid bin Tsabit.
Karena kecakapannya tersebut, ia membuat metode dalam pengumpulan mushaf
dengan memberikan syarat sebuah ayat al-Qur’an harus disaksikan minimal dua
orang sahabat, sekaligus tidak hanya mengandalkan hafalan para sahabat saja,
melainkan terdapat bukti tertulis yang ditulis di masa Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam. Ketika dua syarat tersebut tidak terpenuhi maka ia tidak akan
menulis dan memasukkan ayat tersebut ke dalam bagian dari al-Qur’an. Sehingga
pada ujungnya, ia menemukan ayat terakhir surat at-taubah. Kedua ayat tersebut
hanya disaksikan oleh Abu Khuzaimah al-Anshari seorang, tidak ada sahabat lain
yang memberikan kesaksian. Dua ayat tersebut tak kunjung dimasukkan oleh Zaid
ke dalam mushaf. Sampai pada akhirnya, terdapat dua sahabat lagi yang datang
memberikan kesaksian, yakni Abdullah bin Zubair dan Umar bin Khattab.
Pengumpulan mushaf ini tidak memakan waktu lama, yakni sekitar satu tahun saja
di era khalifah Abu Bakar, kira-kira di akhir tahun 11 Hijriyah atau awal tahun 12
Hijriyah, pengumpulan mushaf ini selesai dilaksanakan. Pada bulan Jumadil akhir
tahun 13 Hijriyah, sahabat Abu Bakar wafat, kumpulan mushaf tersebut kemudian
pindah tangan ke pangkuan Sahabat Umar bin Khattab, lalu sayyidatina Khafsah,
istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dari mushaf yang dibawa oleh Khafsah
itulah yang kelak dijadikan sumber primer oleh Usman dalam menggandakan
mushaf al-Qur’an.
4. Kandungan Al-Quran
Al-Qur’an merupakan kitab suci ummat islam yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril, yang dipegang
teguh oleh ummat islam untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup ummat
manusia. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, karena untuk meneguhkan
hati Rasulullah SAW. Al-Qur’an turun dalam kurun waktu selama 22 tahun, 2 bulan
dan 22 hari. Didalamnya banyak sekali isi kandungan Al-Quran yang dapat dijadikan
pedoman dan pegangan hidup ummat manusia. Diantaranya berisi tentang aqidah
atau tauhid, ibadah, akhlak, hukum, sejarah atau kisah-kisah para ambia, peringatan
dan ilmu pengetahuan teknologi dan sains.
Antara lain :
a. Akidah
Akidah adalah keyakinan, yaitu keyakinan seseorang terhadap Allah, rasul,
para malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat dan takdir. Didalam Al-Qur’an semua
dijelaskan bagaimana cara kita beriman kepada Allah SWT, beriman kepada rasul,
malaikat, kitab-kitab, hari kiamat dan takdir. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi
kita ummat islam untuk mengetahui isi kandungan Al-Qur’an. Supaya dapat kita
jadikan pedoman hidup kita.
b. Ibadah
Ibadah artinya tunduk dan taat kepada Allah SWT. yaitu suatu kegiatan yang
dapat dikerjakan manusia untuk menggapai ridha-Nya Allah SWT. didalam Al-Qur’an
dijelaskan tentang bagaimana cara beribadah kepada Allah SWT, didalam nya berisi
perintah sholat, puasa, zakat, haji, kurban dan sebagainya.
c. Akhlak
Akhlak merupakan prilaku atau tingkah laku manusia, baik akhlak terpuji
maupun akhlak tercela. Diadalam Al-Qur’an menjelaskan tentang bagaimana prilaku
akhlak yang baik, seperti akhlaknya Rasulullah SAW yang disebut dengan “uswatun
hasanah” yang dapat kita jadikan contoh dan pedoman dalam kehidupan kita.
Sebaliknya didalam Al-Qur’an juga dijelaskan contoh akhlak yang buruk. Seperti
akhlak istri Nabi Luth AS, akhlak istri Nabi Nuh AS, dan akhlak fir’un yang durhaka
kepada Allah SWT. maka akhlak buruk inilah yang wajib kita jauhi, sekaligus dibuang
jauh-jauh agar kita selamat didunia dan diakhirat
d. Hukum
Hukum merupakan salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an yang berisi kaidah-
kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Didalam
Al-Qur’an dijelaskan berbagai hukum-hukum, diantaranya adalah: hukum jinayat,
hukum mu’amalat, hukum munakahat, hukum faraidh, dan jihad. Yang tujuannya
adalah untuk memberikan pedoman kepada manusia agar kehidupannya menjadi
adil, damai, aman, tentram, sejahtera, dan selamat didunia dan diakhirat.
e. Peringatan
Peringatan yaitu sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan
ancaman Allah SWT berupa siksa neraka. Dan peringatan ini juga bisa berupa kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dengan balasan berupa surga-
Nya Allah SWT. Didalam Al-Qur’an banyak sekali berisi peringatan-peringatan kepada
kita agar kita tidak melanggar perintah Allah, seperti peringatan larangan khamar,
peringatan tentang agar kita tidak mendurhakai orang tua, dan peringatan agar kita
tidak menyukutukan Allah. Ini semua bertujuan untuk mengingatkan kita akan
adanya azab Allah dan hari akhir.
f. Kisah
Didalam Al-Qur’an juga berisi banyak kisah-kisah diantaranya adalah kisah
para nabi dan rasul, kisah hari kiamat, dan kisah kisah orang-orang yang terdahulu,
seperti kisah orang-orang yang mengalami kehinaan akibat durhaka kepada Allah
SWT, dan kisah orang-orang yang mendapatkan kejayaan dan kemuliaan disisi Allah
karena keta’atan dan keimanannya kepada Allah SWT
g. Dasar ilmu pengetahuan sains dan teknologi
Didalam Al-Qur’an juga berisi tentang ilmu pengetahuan sains dan teknologi
yang bersifat potensial agar dapat dikembangkan guna untuk kemaslahatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
5. Keistimewaan Al-Quran
Cara mengamalkan dari isi Al Qur'an itu sendiri ialah dengan mempelajari
cara belajar membacanya (mengaji) baik itu memulainya dari iqra', qiraati, atau
bahkan yang lain. Kemudian, mencoba untuk mempelajari artinya, menganalisis
dari segi arti, serta bisa langsung untuk mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.
Keistimewaan dari kitab suci Al Qur'an ialah, sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman serta
bertakwa.
2. Sebagai bentuk informasi kepada setiap umat jika Nabi dan Rasul terdahulu
memiliki syariat (aturan) dan caranya masing-masing dalam menyembah kepada
Allah SWT.
3. Al Qur'an menjadi kitab suci yang terakhir dan terjamin akan keasliannya.
4. Al Qur'an tidak bisa tertandingi oleh ide-ide manusia yang ingin
menyimpangkannya.
5. Membaca dan mempelajari isi dari kitab suci Al Qur'an, merupakan suatu ibadah
dan dihitung sebagai pahala.
6. Al Qur'an diturunkan oleh Allah SWT dan langsung dipelihara olehNya.
7. Pembenar dari kitab-kitab sebelumnya (kitab-kitab yang terdahulu).
6. Penafsiran Al-Quran
a. Pengertian tafsir
istilah tafsir merujuk kepada Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 33 ( Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar, dan penjelasan yang terbaik ).
Secara etimologi, tafsir berarti menjelaskan (الايضاح), menerangkan (التبيين),
menampakan (الاظهار), menyibak (الكشف) dan merinci (التفصيل). Tafsir berasal dari isim
masdar dari wajan (تفعيل). Kata tafsir diambil dari bahasa arab yaituيفسر تفسيرا فسر
yang artinya menjelaskan. Pengertian inilah yang dimaksud di dalam lisan al arab
dengan كشف المغطلى ( membuka sesuatu yang tertutup ). Pengertian tafsir secara
bahasa ditulis oleh Ibnu Mahdzur ialah membuka dan menjelaskan maksud yang
sukar dari suatu lafaz. Pengertian ini pulalah yang diistilahkan oleh para ulama tafsir
dengan ايضاح و التبيين ( menjelaskan dan menerangkan ). Di dalam kamus bahasa
indonesia kata “ tafsir” diartikan dengan keterangan atau penjelasan tentang ayat-
ayat Al-Qur’an.
Sedangkan tafsir secara istilah terdapat beberapa pendapat para ulama
tafsir, antara lain :
1. Pendapat Abd al-Azhim al-Zarqani dalam Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-Qur`an
mengatakan:
علم يبحث عن القران الكريم من حيث دلالته على مراد الله تعالى بقدر الطاقة البشرية
"ilmu yang membahas tentang al-Qur`an dari segi dilalah-nya berdasarkan maksud
yang dikehendaki oleh Allah sebatas kemampuan manusia"
2. Menurut Khalid bin Utsman al-Tsabt dalam Qowa'id al-Tafsir, tafsir adalah:
علم يبحث فيه عن أحوال القران العزيز من حيث دلالته على مراد الله تعالى بقدر الطاقة البشرية
"Ilmu yang membahas tentang keadaan al-Qur`an dari segi dilalah-nya
berdasarkan maksud yang dikehendaki oleh Allah sebatas kemampuan
manusia"
b. Sejarah Tafsir
Alquran merupakan salah satu sumber utama hukum Islam, ia adalah wahyu
Allah SWT yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
Dengan posisinya sebagai sumber utama hukum Islam, maka Alquran harus
dipahami oeh seluruh umat Islam. Tetapi, tidak semua orang mampu
memahaminya dengan benar, karena keterbatasan dari segi akal ataupun ilmu
pengetahuan yang dimiliki.
Tafsir merupakan sebuah penjelasan terhadap ayat-ayat Alquran,
merincinya dan mengambil hukumnya. Secara bahasa, para pakar ilmu tafsir
mendifinisikan tafsir adalah menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam
kamus lisan al-Arab, tafsir berarti menyingkap maksud kata yang samar.
Sedangkan dalam kitab Mabahits fi Ulumil Qur’an karya Manna Khalil al-
Qathan, tafsir adalah ilmu yang membahas cara pengucapan lafaz Alquran,
petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun
tersusun dan makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun, serta hal lain yang
melengkapinya.
Bagi para sahabat waktu itu, untuk mengetahui makna Alquran tidaklah
terlalu sulit. Karena mereka langsung berhadapan dengan Nabi Muhammad Saw
sebagai penyampai wahyu, atau kepada sahabat lainnya yang lebih mengetahui.
Sehingga ciri penafsiran yang ada di kalangan sahabat adalah periwayatan
yang dinukil dari Nabi Muhammad Saw. Pada masa sahabat, sedikit sekali sahabat
yang menggunakan akal dalam menafsirkan Alquran, bahkan Abu Bakar dan Umar
bin Khatab dengan tegas menolak penggunaan akal dalam menafsirkan Al-quran.
Tetapi ada juga beberapa sahabat, yang menafsirkan Alquran dengan ijtihad akal (bi
al-ra’yi), yaitu Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas.
Secara garis besar, di masa sahabat penafsiran Alquran berpegang pada tigal
hal yaitu Alquran, Hadis Nabi sebagai penjelas Alquran, dan ijtihad. Dan pada era
ini, kajian tafsir belum dibukukan sama sekali dan masih bagian dari salah satu
cabang hadis. Kondisinya belum tersusun secara sistematis, dan masih diriwayatkan
secara acak untuk ayat-ayat yang berbeda.
Namun setelah generasi sahabat berlalu, muncul para ahli tafsir setelah
generasi sahabat yang disebut dengan tabi’in. Tafsir yang berkembang dimasa
tabi’in berbeda dengan yang berkembang pada masa sahabat, dimana pada masa
sahabat penafsiran Alquran hanya bersandar kepada Nabi Saw dan sahabat sendiri.
Namun penafsiran yang berkembang di masa tabi’in, mulai bersandar pada berita-
berita Israiliyyat dan Nasraniyyat.
selain itu, tafsir di era tabi’in banyak terkontaminasi unsur sektarian
berdasarkan kawasan atau madzhab, yang pada perkembangan berikutnya banyak
muncul berbagai corak dalam penafsiran Al-qur’an sebagaimana yang kita lihat
sekarang ini. Hal itu dikarenakan, para tabi’in yang pernah belajar kepada para
sahabat menyebar ke berbagai daerah.
Di era tabi’in juga terdapat tiga aliran besar dalam tafsir, pertama yaitu
aliran Makkah yang diwakili oleh Sa’id ibn Jubayr )w 712/713M), Ikrimah )w 723 M),
dan Mujahid ibn Jabr (w 722 ). Mereka semua berguru kepada Ibnu Abbas. Kedua,
aliran Madinah yang diwakili oleh Muhammad ibn Ka’ab )w 735 M), Zayd ibn Aslam
al-Qurashy (w. 735 M), dan Abu Aliyah (w. 708 M). Mereka semua berguru kepada
Ubay ibn Ka’ab. Ketiga, aliran Irak yang diwakili oleh Al-Qamah ibn Qays (w 720 M),
Amir al-Sha’by )w 723 M), Hasan al-Bashry (w 738 M), dan Qatadah ibn Daimah al-
Sadsy )w 735 M). Mereka berguru kepada Abdullah ibn Mas’ud.1
Tafsir pada periode tabi’in memiliki beberapa ciri sebagai berikut, yaitu tafsir
mengandung banyak kisah-kisah israiliyyat, dan tafsir pada masa tersebut telah
menunjukkan benih-benih perbedaan madzhab. Yang mana kemudian tafsir seperti
ini diwarisi oleh generasi selanjutnya yaitu tabi’i tabi’in. Mustafa al-Maragi
menyebut periode tabi’i tabi’in sebagai periode penghimpunan tafsir sahabat dan
tabi’in.
Ciri tafsir yang berkembang di masa tabi’i tabi’in, tidak jauh berbeda dengan
dengan generasi sebelumnya, hanya saja pada periode ini telah mengarah
penghimpunan tafsir secara khusus. Di antara para ahli tafsir yang terkenal pada
masa tabi’i tabi’in adalah Syu’bah bin Hajjaj, Waki’ bin Jarrah, Sufyan bin Uyainah,
Ishaq al-Naisaburi, Yazid bin Harun al-Sulami, Abdullah bin Hamid al-Juhni.
c. Metode-metode dalam Penafsiran Al-Quran
Kata metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti “cara
atau jalan”. Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bahasa Arab
menerjemahkannya dengan “tariqat” dan “manhaj”. Dalam pemakaian Bahasa
Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan berpikir baik-
baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”.
Adapun metode tafsir adalah cara yang ditempuh untuk melakukan manafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an.
1. Tafsir bil al ma’tsur/tafsir bil ma’tsur/tafsir naql/tafsir bil manqul 1 Nur Hasanah, Sejarah Perkembangan Tafsir dari masa ke masa, Islamic Studies
International University of Africa, Republic Sudan, 2017.
Adapun defenisi tafsir bil al ma’tsur menurut istilah adalah ibarat
menafsirkan suatu ayat dari ayat-ayat al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri
atau dengan hadis Nabi atau nukilan dari para sahabat dan tabi’in. karena tafsir
bil al ma’tsur merupakan penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an dan hanya Allah
yang mengetahui maksudnya, atau penafsiran al-Qur’an dengan hadis Nabi Saw
sebagai penjelasan terhadap Kalam Allah, atau penafsiran al-Qur’an dengan
perkataan sahabat, dimana mereka adalah orang-orang yang menyaksikan al-
Qur’an ketika diturunkan dengan syarat sanadnya sahih dari rasulullah Saw atau
dari sahabat.
Contoh, seperti firman Allah :
ارق ماء والط )٦:الطارق( (والس
Artinya : “Demi langit dan yang datang dimalam hari”. (QS. Ath-Thariq : 1)
Ditafsirkan dengan ayat:
. اقب )٥الطارق: (اليجم الث
Artinya : “Ialah bintang yang bercahaya”. (QS. Ath-Thariq : 3)
Contohnya:
Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzab:59)
Kemudian di jelaskan dalam QS an-Nur : 31, pada ayat ini jilbab dijelaskan
tidak harus memakai jilbab yang menutupi seluruh tubuh.
Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur:31)
Kemudian dalam hadis Nabi juga di terangkan tentang batasan jilbab yang diulurkan
dari atas hingga bawah harus bisa menutupi dua telapak kaki wanita
Hal ini didasarkan pada Hadis Nabi saw :
“Siapa saja yang menyeret bajunya lantaran angkuh, Allah tidak akan melihatnya
pada Hari Kiamat.” Ummu Salamah bertanya, “Lalu bagaimana dengan ujung-ujung
pakaian kami?” Beliau menjawab, “Turunkanlah satu jengkal.” Ummu Salamah bertanya
lagi, “Kalau begitu, telapak kakinya tersingkap.” Lalu Rasulullah saw. bersabda lagi,
“Turunkanlah satu hasta dan jangan lebih dari itu.” )HR at-Tirmidzi).
2. Tafsir bil ma’qul/Tafsir bir-ra’yi/tafsir bil ma’qul/bil-ijtihad
Tafsir bil ma’qul adalah tafsir Al-Qur’an yang didasarkan pada pendapat dan ijtihad
ulama yang didasarkan pada dalil-dalil yang shahih, kaidah yang murni dan tepat, bisa
diikuti dan sewajarnya, bukan didasarkan atas kata hati atau kehendaknya.
Contohnya
Perintah berjilbab dalam ayat itu tampak kepada kita tidak secara tegas dan mutlak,
melainkan tergantung kondisi kaum wanita itu. Diminta untuk memakai jilbab, manakala
mereka diganggu oleh orang-orang usil dan nakal. Dengan demikian dimanapun di dunia ini
baik dulu maupun sekarang, bila dijumpai kasus yang sama kreterianya dengan peristiwa
yang melatarbelakangi turunya ayat ini, maka hukumnya adalah sama sesuai dengan
kaidah ushul fiqih, yaitu hokum-hukum syara’ didasarkan pada ‘ilat penyebabnya ada atau
tidak ‘ilat tersebut. Jika ‘ilat ada, maka ada pula hukumnya. Sebaliknya, jika tidak ada ‘ilat,
maka taka da hukumnyaberdasarkan kaidah itu. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kewajiban memakai jilbab pada ayat itu bersifat kondisional.
3. Tafsir bil Izdiwaji
Tafsir Bil Izdiwaj disebut juga dengan metode campuran antara tafsir bil Ma’tsur
dan Tafsir bil Ra’yi yaitu menafsirkan Al-qur’an yang didasarkan atas perpaduan antara
sumber tafsir riwayat yang kuat dan shahih, dengan sumber hasil ijtihad akan pikiran yang
sehat. Tafsir macam ini banyak ditulis pada tafsir modern yang muncul sesudah
kebangkitan kembali umat islam, dengan tujuan untuk membersihkan tafsir-tafsir Al-qur’an
dari ikatan kaidah bahasa dan teori-teori ilmu yang kurang erat hubungannya dengan
maksud ayat.
Contoh kitab-kitab tafsir yang termasuk kategori jenis ini antara lain:
1. Tafsir Al-Manar, karya Syaikh Rasyid Rida (wafat 1354 H/1935 M).
2. Al-Jawahiru fi Tafsiril Quran, karya Syaikh Tanthawi Jauhari (wafat 1358
H/1940 M).
3. Tafsirul Maraghi, karya Syaikh Ahmad Mustafa Al-Maraghi (wafat 1371
H/1952 M) dan lain sebagainya
4. Tafsir Muqranin
Secara etimologis kata muqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il dari
kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi dapa dikatakan
tafsir muqarin adalah tafsir perbandingan.
Secara terminologis adalah menafsirkan sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu
surat tertentu dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, atau atara ayat
dengan hadits, atau antara pendapat ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek
perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan
5. Tafsir Tahlili
Secara bahasa (al lughah), kata Tahliliy berasal dari akar kata bahasa
arab, hallala-yuhallilu-tahlilan. Artinya, analisa atau menguraikan.
Secara istilah, menurut M. Quraish Shihab, Metode Tafsir Tahlili merupakan
suatu bentuk tafsir yang berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dari
berbagai sisi dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Quran sebagaimana
tercantum dalam mushaf.
Contoh tafsir tahlili:
1. Tafsir al-Qur’an al-‘azhim karya Ibn Katsir.
2. Tafsir al-Munir karya Syaikh Nawawy al-Bantany.
3. Tafsir al-Fakh al-Razy yang terdiri dari tafsir al- Kabir (Mafatih al-
Ghaib) yang terdiri dari 30 jilid dan Tafsir al-Saghir (Asrar al-Tanzil
wa Anwar al-Ta’wil).
4. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-
Thabary
5. Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-
Manqul, karangan Imam Al-Baghawy
6. Tafsir Maudhu’i
Secara bahasa kata maudhu’i berasal dari kata موضوع yang merupakan isim
maf’ul dari kata وضع yang artinya masalan atau pokok pembicaraan, yang berkaitan
dengan aspek-aspek kehidupan manusia yang dibentangkan ayat-ayat al-Quran.
Berdasarkan pengertian bahasa, secara sederhana metode tafsir maudhu’I ini adalah
menafsirkan ayat-ayat al-Quran berdasarkan tema atau topik pemasalahan.
Bentuk defenisi operasional tafsir maudhu’i atau tematik ini, lebih rinci
tergambar dalam rumusan yang dikemukakan oleh Abd al-Hayy al-Farmawi, yaitu:
جمع اليات القرآهية ذات الهدف الواحد التي اشتركت في موضوع ما وترثيبها حسب النزول
ما امكن ذلك مع الوقوف على آس باب ىزولها ثم ثياولها بالشرح والتعليق والستــــــــباط
)Tafsir maudhu’I adalah mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yang mempunyai
maksud yang sama, dalam arti sama-sama membahas satu topik masalah dan
manyusunnya berdasarkan kronologis dan sebab turunnya ayta-ayat tersebut,
selanjutnya mufassir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta
mengambil kesimpulan).
7. Tafsir Bil Ilmi
Tafsir ‘ilmi adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan pendekatan
ilmiah atau menggali kandungan al-Qur’an berdasarkan teori-teori ilmu
pengetahuan. Ayat-ayat al-Qur’an yang di tafsirkan dalam corak tafsir ini adalah
ayat-ayat kauniyah (kealaman).2
Contoh tafsir bil Ilmi Penciptaan Alam Semesta
Asal mula alam semesta diuraikan al-Quran dalam beberapa ayat berikut:
2 Supiana dan M.Karman, Ulumul Qur’an dan Pengenalan Metodologi Tafsir. (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), hlm. 314
1. QS. al-An’am : 101
ء يكون ل ول ولم تكن ل صاحبة وخلق ك ش ماوات والرض آن ء علي بديع الس وهو بك ش
Artinya :“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak
Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu.”
Meluasnya Alam Semesta
Di dalam al-Quran, ketika ilmu astronomi masih primitif, perluasan alam
telah digambarkan pada QS. Az-Zariyat : 47:
ن لموسعون ماء بيياها بأيد وا والس
Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”
B. AL-SUNNAH
1. Pengertian
Para muhadditsun (ulama pakar hadis) mendefinisikan sunnah sebagai
segala hal yang disandarkan kepada Nabi, baik itu berupa perkataan,
perbuatan, taqrir (ketetapan), maupun sifat perangai atau sifat fisik. Baik sebelum
diutus menjadi nabi ataupun setelahnya.
2. Hubungan Antara Al-Quran dan As-Sunah
Dalam hubungan dengan al-Qur’an , maka as-Sunnah berfungsi sebagai
penafsir, pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang
fungsi as-Sunnah dalam hubungan dengan al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:
a. Bayan Tafsiri, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum mujmal dan
musytarak. Seperti hadits: “Shallukama ra’aitumuni ushalli” )shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran dari ayat
al-Qur’an yang umum, yaitu: “Aqimush-shalah” )kerjakan shalat). Demikian
pula dengan hadits: “khudzu ‘annimanasikakum” )ambilah dariku perbuatan
hajiku) adalah tafsiran ayat al-Qur’an “Waatimmulhajja” )dan sempurnakan
hajimu).
b. Bayan Taqriri, yaitu as-Sunnah yang berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan al-Qur’an, seperti hadits yang berbunyi: “Shaumul
liru’yatihi wafthiruliru’yatihi” )berpuasalah karena melihat bulan dan
berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat al-Qur’an
dalamsurat al-Baqarah:185.
c. Bayan Taudhihi, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qu
r’an, seperti pernyataan Nabi: “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan
supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati” adalah taudhih
(penjelasan) terhadap ayat al-Qur’an dalam surat at-Taubah:34 yang
berbunyi sebagai berikut: “Dan orang-orang yang menyimpan mas dan
perak yang kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah maka
gembirakanlah mereka dengan azab yang sangat pedih”. Pada waktu ayat ini
turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah
ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan
hadits tersebut.
3. Perbedaan Al-Quran dan As-Sunah
Para ulama sepakat bahwa kekuatan hukum Hadis sama dengan Al Qur’an
sehingga keduanya merupakan sumber syariat Islam yang utama. Meskipun begitu,
di antara keduanya terdapat beberapa perbedaan mendasar, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Kebenaran Al-Quran bersifat mutlak )qath’i) dan Hadis bersifat dzanni
2. Semua ayat Al-Quran dijadikan pedoman hidup, sedangkan hadis tidak
demikian
3. Al-quran bersifat autentik sedangkan hadis tidak
4. Macam-macam hadis
Dalam disiplin Ilmu Hadis, para Ulama ahli hadis telah membagi hadis dari segi
jumlah rawi atau kuantitas periwayat menjadi dua macam yaitu
Hadis Mutawatir dan Hadis Ahad. Pembagian keduanya berdasarkan batasan
jumlah rawi pada setiap thobaqoh. Jika jumlah rawi pada setiap thobaqoh tak
terbatasi, maka disebut hadis Mutawwatir. Sedangkan hadis Ahad, yaitu apabila
jumlah rawi yang pada setiap thobaqoh (tingkatan) terbatas. Dalam hadis ahad
terdapat pembagiannya (Hadis Masyhur: Hadis Aziz, Hadis Gharib).
Dari segi kualitasnya:
Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori,
yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif. Urainnya sebagai berikut:
1. Hadits Shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan
matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil
Hadits menjelaskan hadits shahih adalah
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Artinya, “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak
terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”
2. Hadits Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang rangkaian
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak
terdapat syadz dan ‘illah. Namun perbedaannya adalah kualitas hafalan
perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits sebenarnya
berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud
Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah defenisi yang dibuat
Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Artinya“Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil,
namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz
dan ‘illah.”
Hadits Dhaif Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi
persyaratan hadits shahih dan hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni
disebutkan hadits hasan adalah:
وكل ما عن رتبة الحسن قصر # فهو الضعيف وهو اقسام كثر
Artinya, “Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan
adalah dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.”
Dilihat dari defenisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah
hadits yang kualitasnya lebih tinggi. Kemudian di bawahnya adalah hadits
hasan. Para ulama sepakat bahwa hadits shahih dan hasan dapat dijadikan
sebagai sumber hukum.
C. IJTIHAD
1. Pengertian
Arti "ijtihad" menurut bahasa adalah mengeluarkan tenaga atau kemampuan.
Ijtihad adalah mengeluarkan segala tenaga dan kemampuan untuk mendapatkan
kesimpulan hukum dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Syarat-syarat untuk
menjadi seorang Mujtahid: pertama, menguasai bahasa Arab, tentu termasuk
nahwu, sharaf dan balaghahnya karena Al-Qur’an dan Hadits berbahasa Arab. Tidak
mungkin orang akan memahami Al-Qur’an dan Hadits tanpa menguasai bahasa
Arab. Kedua, menguasai dan memahami Al-Qur’an seluruhnya, kalau tidak ia akan
menarik suatu hukum dari satu ayat yang bertentangan dengan ayat lain.
Contohnya, do’a terhadap orang mati. Ada golongan-golongan yang menyatakan
bahwa berdo’a kepada orang mati, bersedekah dan membaca Al-Qur’an tidak
berguna dengan dalil. Ketiga, menguasai Hadits Rasulullah SAW baik dari segi
riwayat hadits untuk dapat membedakan antara hadits yang shahih dan yang dlaif.
Mengapa harus menguasai hadits? Karena yang berhak pertama kali untuk
menjelaskan Al-Qur’an adalah Rasulullah SAW, maka apabila tidak menguasai
hadits, dikhawatirkan menarik kesimpulan suatu hukum bertentangan dengan
hadits yang shahih tentu ijtihad tersebut tidak dapat dibenarkan artinya bathil.
Adapun dalil tentang ijtihad adalah:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS.An-nisa:59)
2. Masalah yang diijtihadkan
Secara sederhana dapat diketahui bahwa lapangan ijtihad adalah masalah-
masalah yang ketentuan hukumnya tidak dijelaskan al-Quran dan Sunnah. Masalah-
masalah yang dapat diijtihadkan adalah sebagai berikut:
1. Masalah-masalah yang ditunjukan oleh nash yang zhanniy (tak pasti), baik
dari segi keberadaannya (wurud) maupun dari segi penunjukannya
terhadap hukum (dalalah). Masalah-masalah yang ditunjuk
oleh nash yang zhanniy itulah yang menjadi lapangan ijtihad. Sedang
masalah-masalah yang ditunjuk oleh nash yang qath'iy tidak boleh
dijadikan lapangan ijtihad.
2. Masalah-masalah baru yang belum ditegaskan hukumnya dalam nash.
3. Masalah-masalah baru yang belum di-ijma-kan.
4. Masalah-masalah yang diketahui illat (alasan)hukumnya seperti dalam
masalah
muamalah. Masalah-masalah yang tidak diketahui illat hukmnya tidak boleh
dijadikan sasaran ijtihad, seperti ketentuan-ketentuan dalam beribadah.
3. Macam-macam dan cara-cara Ijtihad
Secara garis besar ijtihad dibagi kedalam dua bagian, yaitu ijtihad Fardhi dan
Jami’i.
1. Ijtihad Fardhi
Ijtihad fardhi adalah : ”Setiap ijtihad yang dilakukan oleh perseorangan atau
beberapa orang, namun tidak ada keterangan bahwa semua mujtahid lain
menyetujuinya dalam suatu perkara.
Ijtihad yang semacam inilah yang pernah dibenarkan oleh Rasul kepada
Mu’adz ketika Rasul mengutus beliau untuk menjadi qodhi di Yaman.
2. Ijtihad Jami’i
Ijtihad Jami’i adalah : ”Semua ijtihad dalam suatu perkara yang disepakati
oleh semua mujtahidin.” ) Ushulu Tasyri’ :116 )
Ijtihad semacam ini yang dimaksud oleh hadits Ali bin Abi Thalib pada waktu
beliau menanyakan kepada Rasul tentang suatu urusan yang menimpa masyarakat
yang tidak diketemukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ketika itu Nabi bersabda : ”Kumpulkanlah orang-orang yang berilmu dari
orang-orang mukmin untuk memecahkan masalah itu dan jadikanlah hal itu
masalah yang dimusyawarahkan diantara kamu dan janganlah kamu memutuskan
hal itu dengan pendapat orang seorang.” ( H.R. Ibnu Abdil Barr )
Disamping itu, Umar bin Khatab juga pernah berkata kepada Syuraikh : ”Dan
bermusyawarahlah (bertukar pikiran) dengan orang-orang yang saleh.”
4. Syarat-syarat Mujtahid
Adapun syarat-syarat Mujtahid adalah:
1. Mengetahui isi Al-Qur’an dan hadits yang bersangkutan denagn hokum
itu, meskipun tidak hapal diluar kepala.
2. Mesti mengetahui bahasa arab dengan alat-alat yang berhubungan
dengan itu seperti Nahwu, Shorof, Ma’ani, Bayan, Bad’i, agar dengan ini
mentafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an atau As-Sunnah dengan cara berfikir
dengan benar.
3. Mesti mengetahui ilmu usul fiqh dan qoidah-qoidah fiqh yang seluas-
luasnya, karena ilmu sebagai dasar berijtihad.
4. Mesti mengetahui soal-soal ijma’, hingga tiada timbul pendapat yang
bertentangan dengan ijma’ itu.
5. Mesti mengetahui nasikh mansukh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
6. Mengetahui ilmu riwayat dan dapat membedakan: mana hadits yang
sahih dan hasan, mana yang dhoif, mana yang maqbul dan mardud.
7. Mengetahui rahasia-rahasia tasyri’i ) asrarusy syari’ah) yaitu qoidah-
qoidah yang menerangkan tujuan syara’ dalam meletakan beban taklif
kepada mukallaf.
PERTEMUAN 4
KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Kerangka dasar Agama Islam
B. Isi Materi
a. Kerangka dasar agama islam
Banyak berpendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang struktur
agama islam, antara lain, syaikh muhammad syaltout menyebutkan bahwa ajaran
islam itu terdiri atas aqidah dan syariah.sementara Hasbi As-Shidiqi menyebutkan
i’tikad, Akhlak dan amal shaleh.
Secara harfiah, (segi bahasa) Aqidah berarti sesuatu yang mengikat, atau
terikat, tersimpul. Secara istilah (terminologi), berarti sistem kepercayaan/
keimanan dalam Islam. Secara harfiah, syari`ah berarti jalan yang harus diikuti, bisa
juga berarti menjelaskan dan menyatakan sesuatu (dari kata dasar syara’), atau dari
kata Asy-Syir’ dan Asy-Syari’atu yang berarti berarti jalan ke sumber air atau jalan
yang harus diikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Secara istilah,
syari`ah adalah aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan
hubungan manusia dengan alam semesta. Atau dengan kata lain mengandung
dimensi hukum atau peraturan dari ajaran Islam.
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al akhlaq yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat.
Secara terminologi, akhlak adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya
perbuatan dimana perbuatan itu lahir secara spontan tanpa berfikir untung atau
rugi.
b. Agama Islam dan Ilmu-Ilmu Keislaman
Secara etimologi Istilah agama merujuk dari bahasa Sanskreta yang
bermakna suatu tradisi atau tidak kacau karena berasal dari kata “a” dan “gama”.
Agama juga dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan aturan yang dapat
mengarahkan manusia dalam arah dan tujuan tertentu yang baik dan benar.
Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang
berasal dari Tuhan dimana hal tersebut nantinya mampu membimbing manusia
menjadi seseorang yang berakal dan berusaha mencari kebahagiaan hidup baik itu
di dunia ataupun di akhirat sebagai bekal dalam kehidupan di tahap yang
selanjutnya di alam fana.
Sedangkan (asal-usul kata) kata “Islam” berasal dari bahasa
Arab: salima (سلم ) yang artinya “selamat”.
Dari kata itu terbentuk aslama (أسلم) yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan
patuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat
kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam (إسلم ). Pemeluknya
disebut Muslim (مسلم).
A. Tasauf, Filsafat, Pembaharuan
1. Tasauf
Tasawuf adalah salah satu upaya atau usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk menyucikan jiwa dengan cara menjauhi pengaruh kehidupan yang bersifat
kesenangan duniawi dengan cara mendekatkan diri kepada Allah sehingga
kehadiran Allah senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan.
Tasawuf merupakan cabang imu yang menekankan dimensi rohani daripada
materi, akhirat daripada dunia fana, dan bathin daripada lahir. Nilai spiritual seperti
keikhlasan ibadah dan kerinduan kepada Allah merupakan tujuan pokok tasawuf.
Para sufi berzuhud, menerima kepurusan Allah SWT dengan hati lapang dan
berdzikir hingga mencapai kesatuan wujud (Armando, 2005)..
Berikut pengertian tasawuf berdasarkan etimologi atau asal bahasanya:
o Ahlu suffah, yaitu sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya
diisi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid, dan mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
o Shafa, yaitu nama bagi orang-orang yang bersih atau suci. Makna tersebut
sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci,
maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya di hadapan Allah
SWT.
o Shaf, yaitu orang-orang yang ketika salat berada di barisan yang paling
depan. Makna shaff ini dinisbahkan kepada para jemaah yang selalu berada
pada barisan terdepan ketika solat, sebagaimana solat yang berada di
barisan pertama maka akan mendapat kemuliaan dan pahala.
o Sufi, istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang disamakan artinya dengan
hikmah, yang berarti kebijaksanaan.
o Shaufanah, yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang
banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi
itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.
o Shuf, yang berarti bulu domba atau wol. Mereka disebut sufi karena
memakai kain yang terbuat dari bulu domba. Pakaian yang terbuat dari bulu
domba menjadi pakaian khas kaum sufi, bulu domba atau wol saat itu
bukanlah wol lembut seperti sekarang melainkan wol yang sangat kasar,
itulah lambang dari kesederhanaan pada saat itu. Berbeda dengan orang
kaya saat itu yang memakai kain sutra.
o Shuffah, yaitu serambi Masjid Nabawi yang ditempati sebagian sahabat
Rasulullah. Makna tersebut dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang
hidup zuhud dan konsentrasi beribadah kepada Allah SWT serta menimba
ilmu bersama Rasulullah yang menghuni serambi Masjid Nabawi.
Sedangkan pengertian tasawuf berdasarkan pendapat para ahli sufi
antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Al-Junaid Al-Bagdadi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah
membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan
akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa
nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu
kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar
keabadianNya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati
janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syariat Rasulullah SAW.
2. Menurut Abu Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi (Pemadi, 2004), tasawuf
adalah menjabarkan ajaran-ajaran Al Quran dan Sunnah, berjuang
mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bidah. mengendalikan
syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah.
3. Menurut Abu Yazid al-Bustami (Pemadi, 2004), tasawuf mencakup tiga
aspek yaitu takhalli (melepaskan diri dari perangai yang tercela), tahalli
(menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (mendekatkan diri
kepada Tuhan).
4. Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani (Alba, 2012), tasawuf adalah
menyucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt,
riyadloh, taubah dan ikhlas.
5. Menurut Syaikh Ibnu Ajibah (Alba, 2012), tasawuf merupakan ilmu yang
membawa seseorang agar bisa bersama dengan Allah SWT melalui
penyucian jiwa batin dan mempermanisnya dengan amal saleh dan jalan
tasawuf tersebut diawali dengan ilmu, tengahnya amal dan akhirnya
adalah karunia Ilahi.
6. Menurut H. M. Amin Syukur (Alba, 2012), tasawuf adalah latihan dengan
kesungguhan (riya-dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati,
mempertinggi iman dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka
mendekatkan diri manusia kepada Allah sehingga segala perhatiannya
hanya tertuju kepada Allah.
a. Asal Usul Tasauf
Asal usul tasauf yang dikemukakan oleh para ahli dalam beberapa macam
teori antara lain:
1. Ma’ruf al-Karakhi mengatakan; tasawuf ialah mengambil hakikat dan
putus asa terhadap apa yang ada ditangan mahluk, maka barang siapa
yang tidak benar-benar fakir, dia juga tidak benar-benar bertasawuf.
2. Abu Turab al-Nakhsabi berpendapat; sufi ialah orang yang tidak ada
sesuatupun yang mengotori jiwa dan dapat membersihkan segala
sesuatu.
3. Zun Nun al Misri mengatakan; sufi ialah orang yang tidak suka meminta-
minta dan tidak merasa susah karena ketiadaan.
4. Sahl bin Abdullah al-Tusturi menjelaskan; Sufi ialah orang yang bersih
dari kekeruhan dan penuh dengan cara fikir yang terpusat kepada Tuhan
dan memutuskan hubungan dengan manusia dan baginya antara emas
dan perak itu sama.
5. Abu al Husain al-Nuri berpendapat; tasawuf bukanlah wawasan atau
ilmu, tetapi akhlak. Karena jika seandainya tasawuf itu wawasan, maka ia
dapat diperoleh atau dicapai hanya dengan kesungguhan dan jika ia
hanya ilmu, ia akan dapat diperoleh melalui belajar. Akan tetapi tasawuf
hanya dapat dicapai dengan akhlak Allah dan seseorang tidak akan bisa
menerima akhlak ketuhanan kalau hanya dengan wawasan dan ilmu.
6. Al Jurairi ; Memasuki segala budi atau akhlak yang bersifat sunni dan
keluar dari akhlak yang rendah.
7. Abu Muhammad Ruwaim menyebutkan; tasawuf ialah membiarkan diri
dengan Allah menurut kehendak-Nya.
8. Amir bin Usman al-Makki menegaskan; tasawuf adalah seorang hamba
yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama.
9. Abu Bakr al-Syibli mengatakan; sufi ialah anak-anak kecil dalam
pangkuan Tuhan.
10. Junaidi al-Baghdadi berpendapat; tasawuf ialah keluar dari akhlak tercela
dan masuk kepada akhlak terpuji. (Takhalli-Tahalli dan tajalli).
Namun di kalangan masyarakat muslim asal usul tasawuf dapat disimpulkan:
1. Lahirnya tasawuf merupakan pengaruh kristen yang berpaham
menjauhi dunia dan mengasingkan diri dalam biara-biara. Maka
akan timbul sifat zuhud dan meninggalkan dunia.
2. Filsafat mistik Pytagoras yang berpendapat bahwa roh manusia
bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan
merupakan penjara dari roh, kesenangan roh adalah letaknya dialam
samawi, manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan
hidup materi.
3. Filsafat Emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini
memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari tuhan
dan akan kembali ke tuhan>
4. Ajaran Budha dengan paham nirwananya, dimana untuk mencapai
nirwana orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup
kontemplasi. Paham fana yang terdapat dalam tasawuf hampir sama
dengan paham nirwana.
5. Ajaran Hindu yang mendorong manusia untuk meninggalkan dunia
dan mendekati Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan
brahman.
b. Tasawuf dalam Al-Quran dan Hadis
Dalam hal ini, tasawuf termaktub dalam Surat Al A’la ayat 14-15,
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. (Q.S. Al-A’la
:14-15).
Sementara hati yang bening akan senantiasa terwujud pada diri
manusia itu sendiri ketika memperbaiki hubungannya dengan Sang Ilahi.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat ar-Rad ayat 28 sebagai
berikut:
نوا الذين ئن آم طم ت بذكر قلوبهم و بذكر أ لا الل ئن الل القلوب ت طم
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.( Q.S. Ar-Rad : 28 ).
Sedangkan implikasi terhadap kata tasawuf itu sendiri dalam ayat-
ayat Al Qur’an, dari akar kata yang paling tepat untuk kata tasawuf diatas
maka hanya ada satu ayat yang menyinggung tentang itu, yaitu dalam QS.
An Nahl ayat 80.
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat
tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit
binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa nya) diwaktu kamu berjalan
dan waktu kami bermukim dan (dijadikan Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan
bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai
waktu (tertentu)”. (QS. An Nahl:80)
Dinyatakan dalam hadits nabi:
ما وا ما ث مسكت ب تركت فيك امرين لن ثضل عن اوس ابن مالك قال اليب صلى الله عليه وسل
ية رسول كتاب الله و س
Artinya:“Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW: telah ku
tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang pada
keduanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan sunnah RosulNya”.
2. Filsafat
a. Pengertian Filsafat
Istilah ini mungkin sering sekali terdengar di telinga Anda, apalagi bagi yang
sudah memasuki perguruan tinggi. Lantas sebenarnya apa pengertian filsafat? Jika
dibahas secara etimologi kata filsafat berasal dari istilah philosophia atau pilosophos
yang diambil dari bahasa Yunani. Philo sendiri memiliki arti cinta, lalu shopia
memiliki arti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan.
Jika definisikan maka filsafat dapat diartikan sebagai gagasan yang penuh
pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Sedangkan secara umum filsafat adalah
ilmu yang membahas segala fenomena yang ada dalam kehidupan serta pemikiran
manusia secara skeptis dan bersifat kritis. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam
filsafat tidak ada percobaan atau eksperimen apapun, melainkan mengungkapkan
masalah secara jelas, mencari pemecahannya, dan memberikan argumen terhadap
solusi yang telah dikemukakan. Untuk mengenal filsafat secara lebih jelas, maka
dibawah ini terdapat pendapat para ahli tentang filsafat:
1. John Dewey
Filsafat menurut John Dewey adalah pengungkapan akan usaha dan
perjuangan manusia secara terus-menerus, Menurutnya hal tersebut merupakan
upaya yang dilakukan manusia untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai
tradisi. Sehingga hasilnya dapat membentuk budi pekerti yang memiliki cita-cita
politik serta kecenderungan ilmiah baru yang tidak sejalan dengan wewenang yang
telah diakui.
2. Plato
Sedangkan filsafat menurut plato ialah ilmu yang berusaha untuk
mendapatkan pencapaian akan kebenaran pengetahuan yang sebenarnya.
3. Aristoteles
Filsafat menurut Aristoteles merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berisi
kebenaran. Unsur-unsur dalam kebenaran tersebut meliputi ekonomi, metafisika,
estetika, retorika, politik dan juga logika. Filsafat yang dikemukakan Aristoteles
sering disebut sebagai filsafat keindahan.
4. Johann Gotlich Fickte
Pengertian filsafat berdasarkan pendapat Johann Gotlich Fickte adalah ilmu
yang menjadi dasar dari segala jenis bidang dan pengetahuan yang digunakan untuk
mencari kebenaran.
5. Cicero
Kemudian Cierco menyebutkan bahwa filsafat adalah seni kehidupan yang
merupakan ibu dari semua seni.
6. Imanuel Kant
Imanuel Kant mengartikan filsafat sebagai ilmu yang menjadi akar dari
segala pengetahuan di dalamnya. Filsafat sendiri menurutnya terbagi ke dalam
empat golongan yaitu antropologi, metafisika, agama, dan etika.
b. Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran seseorang pemikir mengenai
ketuhanan, kenabian, kemanusiaan, alam, realitas ontologi, pandangan tentang
hakikat ruang, waktu, dan materi. Selain itu berkembang juga dalam ilmu kalam,
ul fiqh, dan tasawuf yang berasaskan ajaran Islam sebagai bentuk alur pemikiran
yang logis dan sistematis. Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu
dengan akal, serta untuk menjelaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan
akal manusia. Beberapa pendapat mengatakan bahwa filsafat Islam adalah
pemikiran yang lahir dari dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman yang
berkaitan dengan Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
Selain itu juga dianggap sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang
tersinari ajaran Islam.
Filsafat Islam (bahasa Arab: الإسلامية الفلسفة ) adalah ilmu yang mengkaji
tentang masalah-masalah universal eksistensi, pengetahuan, jiwa, Tuhan dan
agama. Ilmu ini bermula dari Yunani kuno. Al-Kindi tercatat sebagai filosof muslim
pertama sedangkan al-Farabi sebagai perintis atau pendiri filsafat Islam. Di dalam
filsafat Islam terdapat tiga aliran (maktab) penting yaitu; aliran parepatetik
(Massya' ), Iluminasi (Isyraq) serta teosofi transenden (Hikmah muta'aliyah).
Al-Farabi, Ibnu Sina, Suhrawardi, Ibnu Rusyd, Mir Damad dan Mulla
Sadra merupakan deretan filosof-filosof muslim terpenting. Kitab al-Isyarat wa al-
Tanbihat, al-Syifa, Hikmatul Isyraq, al-Qabasat, al-Asfar al-Arba'ah, al-Syawahid
al-Rububiyah serta Nihayatul Hikmah adalah di antara teks-teks filsafat Islam
paling menonjol.
Filsafat dalam dunia Islam menemui berbagai penentangan. Sebagian
penentang filsafat Islam menyebutnya sebagai sekumpulan gagasan-gagasan
kufur; sebagian lagi menyebutnya bermanfaat seperti halnya ilmu-ilmu yang lain
tetapi dengan keyakinan ini bahwa filsafat tidak mempengaruhi pengetahuan
keagamaan kita dan teks-teks suci keagamaan tidak boleh ditafsirkan dengan
postulat-postulat yang menjadi pegangan para filosof. Maktab Tafkik (aliran
pemilahan atau pemisahan) merupakan aliran pemikiran Syiah paling terkenal
yang menentang filsafat.
c. Objek Kajian Filsafat Islam
Adapun objek filsafat islam ialah kajian islam dalam tema besar adalah
Tuhan,alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan
lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang
merah dari perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang,
setiap zaman mempunyai semangat sendiri-sendiri.
3. Pembaharuan ( Tajdid)
Pembaharuan dalam bahasa Indonesia seringkali disebut dengan
modernisasi atau modernisme. Pembaharuan sendiri bermakna menyesuaikan dan
mengubah aliran, pikiran, gerakan paham, adat istiadat, institusi lama dan lain
sebagainya dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk
menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa
Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti
pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid. Dalam pengertian itu, sejak awal
sejarahnya, Islam sebenarnya telah memiliki tradisi pembaharuan karena ketika
menemukan masalah baru, kaum muslim segera memberikan jawaban yang
didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab dan sunnah. Rasulullah pernah
mengisyaratkan bahwa “Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini
(Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki,
memperbaharui, agamanya” )HR. Abu Daud).
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul setelah
mereka sadar mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat. Sebelum
periode modern, kontak dengan barat sebenarnya sudah ada, terlebih antara
Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa dengan
beberapa negara barat. Tapi, pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka
Usmani abad kedelapan belas mendapat penolakan, bahkan dari para ulamanya.
Usaha tersebut dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian yang
membawa kepada perubahan besar di Turki.
Kontak dengan kebudayaan barat tersebut ditambah semakin meningkat
ketika kekuatan Mesir dapat dipatahkan oleh Napoleon. Hal itu membuka mata
pemukapemuka Islam Mesir untuk mengadakan pembaharuan. Dimana usaha
pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M) seorang perwira
Turki. Pembaharuan ini menegaskan bahwa paham-paham yang dihasilkan para
ulama di masa lalu memiliki kekurangan. Mungkin kekurangan itu dipengaruhi oleh
kecenderungan subjektif, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya.
Sehingga, sebagian paham tidak lagi relevan, dan diperlukan pembaharuan di
dalamnya. Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah
keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-
Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki
Al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka
pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan
hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
PERTEMUAN 5
AQIDAH ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Aqidah Islam
B. Isi Materi
a. Pengertian Akidah
Akidah berasal dari bahasa arab ة قيد al-aqidah yang berarti iman, maskdunya ا لع
semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa di anggap sebagai salah satu aqidah.
aqidah islam sendiri di dasarkan pada hadist jibril yang mengandung definisi islam,
rukun islam, rukun iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Dari segi bahasa etimologi aqidah berasal dari bahsa arab "aqad" yang memiliki
makna atau ikatan yang mampu menyimpulkan sesuatu.
Menurut istilah, aqidah berarti sebuah kepercayaan, keyakinan atau keimanan
yang tidak mudah terurai oleh segala bentuk pengaruh apapun, karena aqidah itu ada
di diri seseorang dan dialah yang mengaturnya.
Dalam Al-Quran dijelaskan:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al-Baqarh:208).
Aqidah Menurut para ulama:
1. Pengertian Aqidah Menurut Imam Al-Ghazali
Beliau menerangkan bahwa aqidah telah tumbuh dalam jiwa seseorang, maka
orang tersebut akan merasa bahwa hanya allah swt lah yang penguasa seluruh alam
semesta, dan semua yang ada di dalamnya hanyalah makhluk belaka.
2. Pengertian Aqidah Menurut Abdullah Azzam
Menurut beliau, aqidah merupakan iman dengan semua rukun-rukunnya, yang
di maksud adalah rukun iman yang berjumlah 6 rukun, yaitu kepercayaan akan adanya
allah swt, malaikat-malaikat allah, kitab-kitab allah, nabi-nabi allah, hari akhir, serta
qadha dan qadar.
3. Pengertian Aqidah Menurut Ibnu Taimiyah
Dalam bukunya yang berjudul "aqidah al-wasithiyah" beliau menerangkan
bahwa aqidah adalah suatu perkara dalam hati dan jiwa yang harus di benarkan dan di
luruskan agar menjadi tenang, tentram tanpa ada keraguan apapun di dalamnya.
4. Pengertian Aqidah Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Menurut beliau, aqidah merupakan kebenaran yang dapat di terima oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. semua kebenaran tersebut terpatri dalam
hati manusia dan di yakini kesahihannya secara pasti.
b. Fungsi dan Peranan Aqidah
Fungsi dan Peran Akidah dalam Kehidupan
Berikut ini beberapa fungsi dan peran akidah dalam kehidupan.
1. Sebagai petunjuk hidup yang tepat sehingga dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk
2. Melindungi diri agar tidak terjerumus pada jalan yang sesat.
3. Menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
4. Menentramkan dan sebagai penenang jiwa.
5. Memahami dan mengikuti sunah-sunah rasul-Nya.
6. Memurnikan niat ibadah hanya untuk mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
7. Mengokohkan keimanan terhadap Islam.
8. Mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat.
c. Tingkatan Aqidah
Tingkatan aqidah tersebut adalah :
1. Tingkat taqlid, yakni tingkat di mana keyakinan didasarkan atas pendapat orang
yang diikutinya tanpa difikirkan lagi.
2. Tingkat yakin, yakni tingkat keykakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil
yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek
keyakinan dengan dalil yang diperolehnya, sehingga memungkinkan orang terkecoh
oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan mendalam.
3. Tingkat Ainul yakin, yakni tingkt keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara
obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang, sehingga tidak mungklin
terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
4. Tingkatan haqul yakin, yakni tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas
dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan
antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi
yang rasional dan selanjutnya dapat menemukan dan merasakan keyakinan
tersebut melalui pengalaman agamanya.
d. Keesaan Allah
Berbicara tentang keesaan Allah, Sebagian ahli tafsir menyampaikan suatu
riwayat yang menerangkan bahwa surat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan
kaum musyrikin kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal sifat
dan nasab Tuhan yang beliau dakwahkan untuk disembah. Untuk tujuan tersebut,
surat ini diturunkan kepada beliau. Dalam surat ini, pada ayat pertama,
disampaikan bahwa Tuhan yang mereka tanyakan itu adalah Allah al-Ahad, yang
Maha Esa. Terkait makna al-Ahad, Ibnu Katsir memaparkan bahwa “Dia-lah al-
Wahid al-Ahad, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak memiliki pembantu, tanpa
sekutu, serta tidak ada yang serupa dan sepadan dengan-Nya [Tafsir Ibn Katsir :
8/527]. Pada ayat berikutnya ditegaskan bahwa Allah adalah ash-Shamad, yaitu
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Mengingat Allah senantiasa
berada dalam kesibukan sebagaimana dinyatakan dalam surat ar-Rahmaan ayat 29,
adalah tepat jika Allah memiliki nama ash-Shamad , nama yang memiliki cakupan
makna yang sangat luas karena memiliki arti as-Sayyid, yang dijadikan tujuan atau
sandaran, dan tidak ada seorang pun yang berada di atas-Nya [Jaami’ al-Bayaan fii
Takwiil al-Quraan 24/692]. Lebih lanjut pada ayat ketiga Allah berfirman (yang
artinya), “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan”. Ayat ini menjelaskan
bahwa tidak ada anak yang dilahirkan dari-Nya. Demikian pula Allah tidaklah lahir
dari sesuatu apa pun. Kemudian surat ini diakhiri dengan firman-Nya (yang artinya),
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” untuk memperkuat karena
Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa tentu menuntut penafian (peniadaan)
keberadaan sesuatu yang setara dengan-Nya.
e. Malaikat dan Makhluk Ghaib Lainnya
Menurut Hafizh Ibn Hajar al-‘Aqsalani dalam bukunya yang
berjudul Fathul Bahri bahwa kata malaikat itu merupakan bentuk jamak, bentuk
(dari kata) tuggalnya adalah malak yang berarti kekuatan. Sedangkan sebagian
ulama mempunyai pendapat yang berbeda dalam menerangkan arti malaikat
secara bahasa, diantaranya adalah: Pertama, Kata Malaikat adalah berasal dari
kata malik yang berarti “si empunya )yang memiliki). Kedua, Kata Malaikat berasal
dari kata malkun yang berarti “yang bertindak dengan kekerasan”. Adapun
mayoritas ahli kalam dari kaum muslim mengatakan bahwa para malaikat itu adalah
jisim-jisim halus yang dianugerahi kemampuan untuk mengubah bentuknya oleh
Allah dengan rupa yang bermacam-macam, dan tempat mereka adalah di langit.
Orang-orang yang mengatakan, bahwa para malaikat itu adalah bintang-bintang
atau jiwa-jiwa pilihan (utama dan mulia) yang telah terpisah dari jasadnya
merupakan perkataan-perkataan yang tidak ada dasarnya dalam dalil-dalil syari’at.
Menurut Ibnu Sina, malaikat (malak) itu adalah substansi yang sangat sederhana,
hidup, berbicara dan berakal, menjadi perantara antara makhluk dengan Tuhan.
Selain malaikat, Allah juga menciptakan makhluk ghaib lainnya seperti yang
sering kita dengar atau kita ketahui yaitu Jin, Iblis dan Setan.
Jin, iblis dan setan masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang
jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan
muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan
keimanannya. Dengan adanya berbagai pendapat tentang Jin, iblis dan setan maka
kami pemakalah berusaha untuk mejelaskan tentang makhluk ghaib ini sesuai
dengan apa yang kami ketahui.
Firman Allah swt:
Artinya: dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari
golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil
Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka
adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi
orang-orang yang zalim. (QS. Al-kahfi : 50)
f. AL-Quran dan Kitab Suci Lainnya
Syeh Sha’rawi pernah menjelaskan dalam salah satu pengajiannya tentang
perbedaan antara Al Quran dan Kitab-kitab sebelumnya.
Secara jelas dan tegas beliau menjawab, Al Quran berbeda dengan kitab-
kitab sebelumnya. Diantara perbedaan-perbedaannya sebagai berikut:
Kitab-kitab sebelumnya telah hilang keutuhan atau keotentikannya. Sementara
itu, Al Quran hingga saat ini dan bahkan yang akan datang sekalipun, masih
utuh. Hal ini ditegaskan sendiri dalam Al Quran, yakni surat Al Hijr ayat 9:
(Sungguh, Kamilah yang telah menurunkan Al Quran dan Kamilah yang
menjaganya dari pemalsuan).
Bahwa Al Quran ditujukan untuk seluruh alam/umat manusia. Sementara, kitab
terdahulu hanya diperuntukkan untuk satu golongan tertentu. Inilah letak
perbedaan selanjutnya. Banyak ayat yang menjelaskan tentang hal ini; seperti Al
Baqarah ayat 185. Dan juga Ali Imran ayat 183: (… Itulah keterangan yang jelas
untuk semua manusia, sebuah petunjuk dan pelajaran bagi orang yang
bertakwa).
Bahwa kitab-kitab terdahulu menggunakan bahasa kaum yang kini telah hilang
sejak beberapa waktu silam. Berbeda dengan halnya Al Quran, Al Quran
berbahasa Arab yang kini digunakan oleh berjuta-juta manusia. Dan Al Quran
diturunkan dalam bahasa Arab bukan berarti Al Quran untuk bangsa Arab saja,
melainkan untuk semua manusia.
Al Quran memuat ringkasan ajaran-ajaran ketuhanan dalam kitab-kitab dan
mengukuhkan kebenaran ajaran ajaran yang terdapat di dalam kitab-kitab
terdahulu; yakni Taurat, Zabur, dan Injil.
g. Tugas Rasul dan Muhammad
Sebagai mana yang sudah kita ketahui bersama Rasul adalah salah satu
rukun iman dan harus kita yakini akan kebenarannya. Ada banyak sekali Nabi dan
Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk membina dan menyempurnakan tingkah
laku kita sebagai seorang Kholifah yang ada di Bumi.
Berikut ini adalah Tugas Para Rasul Allah SWT:
1. Menyampaikan ajaran agama kepada manusia dan mengajak nya untuk
beribadah kepada Allah.
2. Menjelaskan semua permasalahan agama yang diturunkan oleh Allah.
3. Membimbing manusia kepada kebaikan dan menjauh dari kejahatan.
4. Membawa kabar gembira (surga) dan peringatan (neraka)
5. Memperbaiki kondisi umat manusia
6. Memberikan teladan yang baik (perkataan dan perbuatan)
7. Menegakkan syari’at Allah dan mempraktekan nya di tengah-tengah umat
manusia
8. Memperbaiki kesaksian atas umat mereka pada hari kiawat, bahwa rasul telah
menyampaikan misi yang diterima dengan jelas.
h. Hukum Alam dan Hari Kiamat
Banyak yang mengatakan, itulah awal tanda-tanda datangnya kiamat atau
akhir dunia. Bagaimana sebenarnya kiamat terjadi?
Allah SWT berfirman," Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. Dan diangkatlah
bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari
itu terjadilah hari kiamat, Dan terbelahlah langit, kerena pada hari itu langit menjadi
lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu
delapan orang malaikat menjunjung arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada
hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu
yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya
kitabnya dari sebelah kanannya, Maka dia berkata: "Ambillah, Bacalah kitabku (ini)".
Sesungguhnya Aku yakin, bahwa Sesungguhnya Aku akan menemui hisab terhadap
diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai. Dalam syurga yang
tinggi. Buah-buahannya dekat. (kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah
dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah
lalu". (al-Haqqah:13-24)
Firman Allah SWT: Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. Dan
diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dilenturkan keduanya sekali lentur.
Ibn Jauzi berkata: Berkenaan dengan tiupan ini ada dua pendapat:
-Itu adalah sangkakala pertama. Inilah pendapat Ata.
-Itulah sangkakala yang terakhir. Ini pendapat Ibn al-Saib.
Ibn Kathir berkata: "Allah menguatkan dengan tiupan ini sekali saja karena
perintah Allah tidak mungkin dapat disanggah dan dihalangi. Ia tidak perlu
pengulangan dan penguat."
Al-Magahri berkata: "Bumi dan gunung-ganang diangkat dari tempatnya.
Kita juga tidak mengetahui bagaimana keadaan bumi dan gunung-ganang itu
diangkat, karena keadaan ini dikategorikan dalam berita-berita ghaib.
i. Qadha dan Qadar
Kata qada sebenarnya merupakan sebuah kata yang tidak asing. Beberapa
kali kata ini disebutkan dalam Al quran. Arti kata qada secara bahasa adalah
ketetapan. Yaitu sesuatu kepastian yang telah dibuat sejak sebelum kelahiran, yaitu
di jaman Azali.
Ketetapan yang membawa setiap kehidupan manusia. Kesempurnaan Allah
SWT terlihat dari betapa rinci Allah SWT telah mengatur kehidupan setiap umat.
Bahkan ketetapan telah diberikan jauh sebelum kelahiran manusia-manusia ke
bumi.
Istilah yang kedua dalam bahasan mengenai ketetapan yang Allah SWT
berikan adalah qadar. Dapat diartikan bahwa qadar merupakan ukuran atau
pertimbangan. Yang jika disimpulkan bahwa qadar adalah suatu ketetapan yang
telah diciptakan berdasarkan oleh ukuran Allah SWT pada setiap diri manusia. Jika
qada berarti ketetapan atau aturan, qadar adalah ukuran. Namun istilah tersebut
digunakan secara bersamaan untuk menggambarkan sebuah kepastian mengenai
hukum dari Allah SWT.
j. Keterkaitan Iman Kepada Allah dan Rasul dalam syahadat
Manusia tidak mungkin mengetahui informasi tentang Tuhan, kecuali Tuhan
sendiri mengemukakan sifat-sifat –Nya melalui wahyu. Percaya kepada rasul
merupakan awal pengenalan kepada Allah.
Kalimat syahadat yang merupakan persaksian kepada Allah dan kepada Rasulnya
merupakan rangkaian keyakinan yang tidak bisa dipisahkan. Al-Quran menjelaskan
bahwa adanya rasul harus dipercayai oleh seluruh manusia agar mereka
mengetahui dengan benar terhadap tuhannya.
Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa,
Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun
kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-
Nya, (Q.S. Fushilat:6)
Dan lebih jelaslagi tentang kerasulan Muhammad SAW, yang dijelaskan dalam surat
An-Najm: 2-4.
Artinya: kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan Tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. (Q.S. An-
Najm:2-4).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keterkaitan antara iman kepada Allah dan
Iman kepada Rasul tidak dapat dipisahkan.
PERTEMUAN 6
SYARIAH
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Syariah
B. Isi Materi
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Syariah
Syariah Menurut Bahasa berarti jalan, sedangkan menurut istilah adalah
sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.
Syariat Islam mengatur perbuatan seorang muslim di dalamnya terdapat hukum-
hukum yang terdiri atas yaitu: Wajib, Sunnat, Mubah, Makruh dan Haram.
Adapun ruang lingkup syariah islam ialah mengatur hubungan manusia dengan
tuhan yang disebut dengan ubudiyah atau ibadah khusus. Hubungan manusia
dengan manusia disebut muamalah dan disebut dengan ibadah umum.
b. Fungsi Syariah
Adapun fungsi syariah adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan dan mengarahkan pada pencapaian tujuan manusia sebagai
hamba Allah.
2. Menunjukkan dan mengarahkan pada pencapaian tujuan manusia sebagai
khalifah Allah.
3. Membawa manusia pada kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.
c. Syariat dan Fikih
Agama mengatur tata kehidupan seorang muslim dengan hukum-hukum
syariah berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Hukum syariah dari quran tersebut
dikodifikasi dalam bentuk-bentuk aturan yang jelas, rinci dan operasional melalui
ijtihad para ulama. Kodifkasi hukum syariah ini disebut dengan istilah fikih. Fikih
adalah ilmu yang membahas pemahaman dan tafsiran ayat-ayat Al-Quran yang
berkenaan dengan hukum.
d. Ibdah
Ibadah adalah perhambaan seorang manusia kepada Allah sebagai
pelaksanaan tugas hidup selaku manusia. Ibadah meliputi ibadah khusus (ibadah
mahdhoh) dan ibadah umum (ibadah ghairu mahdhoh).
Ibadah khusus para ulama sepakat menetapkan kahidah khusus sebagai pedoman
ibadah tersebut” yaitu: semua tidak boleh dilakukan, kecuali yang diperintahkan
Allah dan dicontohkan Rasulnya”.
Ibadah umum adalah ibadah yang jenis macamnya tidak ditentukan secara rinci,
baik dalam Al-Quran maupun sunnah Rasul.
e. Ibadah Khusus
1. Thaharah dan Hikmahnya
Thaharah atau bersuci merupakan syariat dalam melaksanakan ibadah lainnya,
seperti shalat, tawaf dan sebagainya.
Hikmah Thaharah:
1. Membiasakan hidup bersih yang menjadi syarat hidup sehat
2. Wudhu yang di dalamnya terkandung kewajiban membasuh anggota wudhu
mengisyaratkan kewajiban mensucikan diri setiap saat dari dosa
3. Tayamum menggunakan tanah mengisyaratkan manusia untuk rendah hati,
tidak sombong dan takabur.
2. Salat dan Hikmahnya
Salat adalah ucapan-uacapan dan gerakan-gerakan yang dimulai dari takbiratul
ihram dan diakhiri salam dengan syarat-syarat tertentu.
Sholat yang difardukan yaitu: sholat faja (subuh), dzuhur, Asar, Magrib, isya dan
Jumat (pada hari jumat).
Adapun sholat sunah:
1. Sholat sunah yang mengiringi sholat fardu yaitu sholat rawatib
2. Salat sunah malam hari yaitu : tahajjud, istikharah dll
3. Salat sunah yang dilakukan pada hari-hari tertentu yaitu: salat dua hari raya
4. Salat sunah yang dilakukan pada bulan ramadhan saja, yaitu salat tarawih
5. Salat sunah yang dilakukan pada peristiwa-peristiwa tertentu saja, seperti
salat gerhana.
Adapun hikmah salat ini ialah mengajarkan pembinaan diri, yaitu dapat
menghindari dari perbuatan dosa dan kemungkaran, dan mengajarkan kita
gar selalu tetap suci dari segala macam dosa.
3. Puasa dan Hikmahnya
Puasa adalah menahan makan dan minum serta segala yang membatalkan
sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Adapun puasa terbagi dua
macam ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunah. Tujuan puasa adalah
mencapai derajat takwa.
Hikmah Ibdah Puasa
Puasa mempunyai makna yang tinggi, yaitu merupakan suatu proses
pendidikan dan latihan yang intensif, menguji kekuatan iman, dan sekaligus
mengendalikan hawa nafsu. Puasa juga mendidik orang untuk berdisiplin dan
tepat waktu.
4. Zakat dan Hikmahnya
Zakat adalah memberikan harta apabila telah mencapai nisab dan haulnya
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Nisab adalah
ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Sedangkan haul adalah berjalan genap satu tahun.
Jenis barang yang wajib dizakati adalah hasil pertanian, perkebunan,
peternakan, perdagangan, serta kekayaan lain yang termasuk kategori zakat
mal. Sebagaimana tertera dalam firman Allah surat At-Taubah ayat 103.
Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Hikmah ibadah Zakat
Zakat memiliki hikmah yang besar, baik bagi muzakki, mustahik,maupun bagi
masyarakat muslim dan umumnya. Bagi muzakki zakat mendidik untuk suka
berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir. Bagi mustahik, zakat memberikan
harapan akan adanya perubahan nasib dan sekaligus menghindari sifat iri, dengki,
dan suuzan terhadap orang kaya. Bagi masyarakat umum zakat dapat memeratakan
pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat islam.
5. Ibdah Haji dan Hikmahnya
Haji adalah ibadah ritual, mengunjungi baitullah pada bulan Zul Hijjah
dengan syarat-syarat tertentu. Ibadah haji adalah syariat yang diwajibkan kepada
mereka yang mampu. Ibadah haji adalah bentuk ibadah yang memiliki aspek-aspek
keimanan, ritual, dan fisik yang ditunjang oleh aspek ekonomi dan politik.
Hikmah dari pelaksanaan haji ini diaharpakan mereka yang telah berhaji
dijadikan haji yang diteri (mabrur) bukan yang ditolak (mardud), sehingga akan
berimbas dalam kehidupan setelah berhaji.
f. Muamalah
Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial atau hablum
minannas. Dalam islam hubungan dengan manusia tidak dirinci dengan jelasnya,
tetapi diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya.
Adapun persoalan muamalah para ahli telah mengkodifiksikan hukum-hukumnya
terutama kaitannya dalam aturan pernikahan, pewarisan, ekonomi, pidana dan
sebagainya menyangkut tata hukum dalam hubungan sosial. Yang semuanya
termaktub dalam kitab fikih yang tertuang dalam paham empat madzhab yaitu
Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali.
PERTEMUAN 7
MUNAKAHAT
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Munakahat
B. Isi Materi
a. Pengertian, Hukum dan Tujuan Pernikahan
1. Pengertian
Nikah menurut bahasa berarti menghimpun, sedangkan menurut
terminologi adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban
diantara keduanya.
2. Hukum Pernikahan
Asal usul hukum pernikahan adalah mubah (boleh). Kemudian hukumnya
bergantung pada kondisi atau keadaan orang yang bersangkutan, karena itu
hukum nikah, bisa wajib, sunat, mubah, makruh, atau haram.
3. Kedudukan dan Tujuan Pernikahan
Pernikahan dalam islam berada pada kedudukan yang tinggi dan mulia.
Perrnikahan memiliki arti yang luas, tinggi, dan mulia. Kedudukan pernikahan
disebutkan oleh rasulallah dalam hadisnya yang artinya:
Nikah itu sunahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah
tergolong umatku.
Tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga yang tentram, damai
dan sejahtera lahir dan batin. Firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21:
Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.
b. Persiapan Nikah dan Khitbah
Keluarga sakinah tidak bisa dicapai dengan instan tanpa adanya upaya dari
kedua belah pihak, pemilihan calon yang baik menjadi faktor penentu keluarga yang
bahagia. Kriteria mencari calon pasangan yang dianjurkan oleh rasulallah
dingkapkan dalam hadisnya:
Perempuan dinikahi karena empat hal: karena cantiknya, hartanya, keturunannya,
dan agamanya. Dan pilihlah karena agamanya, niscaya engkau mendapat
keuntungan (H.R. Bukhori dan Muslim).
dari hadis diatas menjelaskan menentukan pasangan haruslah
mengutamakan segi agamanya, yaitu agama islam serta memiliki sikap
keberagamaan yang baik.
Dalam persiapan pernikahan pihak laki-laki melamar kepada pihak
perempuan yang disebut khitbah, yaitu pihak laki-laki menyatakan keinginannya
untuk menikahi seorang perempuan. Apabila seorang perempuan telah dilamar
oleh seorang laki-laki, ia diharamkan untuk menerima lamaran laki-laki lain,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
Janganlah salah seorang dintaramu meminang pinangan saudaranya,
kecuali pinangan sebelumnya meninggalkan pinangan itu atau memberikan izin
kepadanya (H.R. Bukhori dan Muslim).
Perempuan yang haram dinikahi
Perempuan yang haram dinikahi adalah mahram, yang terdiri atas:
1. Diharamkan kerena keturunan
a. Ibu dan seterusnya ke atas
b. Anak perempuan dan seterusnya ke bawah
c. Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu
d. Bibi (saudara ibu, baik sekandung atau perantaraan ayah atau ibu)
e. Bibi (saudara ayah baik sekandung atau dengan perantaraan ayah atau ibu)
f. Anak perempuan dari saudara laki-laki terus ke bawah
g. Anak perempuan dari saudara perempuan terus ke bawah
2. Diharamkan karena susuan
a. Ibu yang menyusui
b. Saudara perempuan yang mempunyai hubungan susuan
3. Diharamkan karena suatu perkawinan
a. Ibu istri (mertua) dan seterusnya ke atas, baik ibu dari keturunan maupun
susuan
b. Anak tiri (anak istri yang dikawin dengan suami lain), jika sudah campur
dengan ibunya.
c. Istri ayah dan seterusnya ke atas
d. Wanita-wanita yang pernah dikawini ayah, kake sampai ke atas
e. Istri anaknya yang laki-laki (menantu) dan seterusnya.
4. Diharamkan untuk sementara
a. Pertalian nikah, yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan
pernikahan, sampai dicerai dan habis masa idahnya
b. Talak bain kubra,yaitu perempuan yang ditalak dengan talak tiga, haram
dinikahi oleh bekas suaminya, kecuali telah dinikahi oleh laki-laki lain serta
telah digauli. Apabila perempuan tersebut dicerai dan abis masa idahnya
boleh dinikah oleh bekas suaminya yang pertama.
c. Menghimpun dua perempuan bersaudara, kecuali salah satu dicerai atau
meninggal
d. Menghimpun perempuan lebih dari empat
e. Berlainan agama, kecuali perempuan itu masuk islam.
Perlaksanaan Pernikahan
Pernikahan dinyatakan sah apabila terkumpul rukun-rukunnya, yaitu :
1. Adanya calon pasangan
2. Wali
3. Dua orang saksi
4. Mahar/maskawin
5. Ijab dan qobul
Pembinaan keluarga
Adapun pembinaan keluarga meliputi:
1. Pembinaan kasih sayang
2. Merawat dan mendidik anak
Thalak dan ‘iddah
1. Pengertian dan hukum thalak
Talak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami kepada istrinya dengan lafadz
tertentu. Misalkan suami mengatakan “saya talak engkau dengan ucapan
tersebut” lepaskan ikatan pernikahan” maka terjadilah perceraina. Talak adalah
jalan akhir yang ditempuh oleh suami dan istri, jika cara lain untuk mencapai
kebaikan bersama tidak ditemukan.
Talak halal hukumnya tetapi konsekuensinya sangan berat, terutama jika
pasangan itu telah memiliki keturunan. Kerena itu kendatipun halal, Allah
membencinya. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
Dari ibnu umar r.a. ia berkata Rasulallah bersabda:” hal yang paling dibenti dari
sesuatu yang halal disanding Allah ialah talak”)H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah).
2. Macam –macam talak
a. Talak sunni dan talak bidh’i
Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan suami ketika istrinya sedang
suci (tidak sedang haid) atau tidak dicampuri. Talak bidh’i adalah talak yang
dijatuhkan suami ketika istrinya sedang haid atau telah dicampuri. Talak
bidh’i hukumya haram.
b. Talak Sarrih dan kinayah
Talak Sarrih adalah talak yang diucapkan sumai dengan
menggunakan kata talak “cerai”, firak )pisah) atau sarah )lepas). Talak
kinayah adalah ucapan yang tidak jelas namun mengarah kepada talak.
c. Talak raj’i dan talak ba’in
Talak raj’i adalah talak yang bisa dirujuk kembali oleh bekas
suaminya, tanpa memerlukan nikah kembali. Talak bain adalah talak
dimana suami tidak boleh merujuk kembali bekas istrinya. Kecuali dengan
persyaratan tertentu. Talak bain terbagi dua yaitu: talak bain sugro dan
talak bain kubra.
Talak bain sugra adalah talak yang dijatuhkan kepada istri yang
belum dicampuri dan talak tebus, Talak bain kubra adalah talak tiga dimana
bekas suami tidak boleh merujuk atau mengawini kembali beksa istrinya,
kecuali bekas istrinya itu dikawini oleh laki-laki lain dan telah dicampuri.
3. ‘iddah
‘iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang ditalak oleh suaminya
sampai ia dapat menikah kembali dengan laki-laki lain.
Hikmah pernikahan
1. Memelihara derajat manusia
2. Menjaga garis keturunan
3. Mengembangkan kasih sayang
PERTEMUAN 8
SISTEM KEWARISAN ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Sistem Kewarisan Islam
B. Isi Materi
a. Hukum Waris
1) Pengertian dan Dasar Hukum Waris
Mewaris atau faraid adalah aturan yang berkaitan dengan pembagian harta
pusaka. Pengetahuan tentang cara perhitungan pembagian harta pusaka dan
pengetahuan tentang bagian-bagian harta peninggalan yang wajib untuk setiap
pemilik harta.
Keberlakukan hukum waris dalam islam adalah Al-Quran surat An-Nisa ayat 7.
Artinya: bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian
yang telah ditetapkan.
Hadis Rasullah SAW:
Nabi Muhammad SAW bersabda : Berikanlah harta pusaka kepada orang-
orang yang berhak. Sesudah itu,sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama (H.R.
Bukhori dan Muslim).
2) Berlakunya Hukum Waris
Apabila seorang muslim meninggal dunia dan meninggalkan harta benda,
maka setelah mayat dikuburkan kelurga wajib mengelola harta peninggalannya
dengan langkah-langkah berikut:
Pertama, membiayai perawatan jenazah
Kedua, membayat zakatnya, jika simayit belum mengeluarkan zakat sebelum
meninggal
Ketiga, membayar utang-utangnya apabila mayat meninggalkan hutang
Keempat,membayarkan wasiatnya, jika simayat berwasiat
Kelima, setelah dbayarkan semua, tentukan sisa harta peninggalan milik mayit
sebagai harta pusaka yang dinamai tirkah atau maurust. Harta tersebut dibagikan
sesuai hukum islam.
3) Sebab Pewarisan
Adapun sebab terjadinya pewarisan adalah:
1. Perkawinan, yaitu adanya ikatatan yang sah antara laki-laki dan perempuan.
2. Kekerabatan, yaitu hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan
orangan yang mewarisi yang disebabkan oleh kelahiran.
3. Wala atau perwalian, yaitu kekerabatan yang timbul karena membebaskan
budak dan adanya perjanjian tolong menolong atau sumpah setia antara
seseorang dengan lain.
4) Pembagian Harta Pusaka
1. Pusaka yang disebabkan perkawinan
1) Pusaka Istri,
Istri menerima bagian harta peninggalan suaminya ada dua macam yaitu:
a) Seperempat bagian jika suami tidak memiliki far’u waris, yaitu berupa anak
yang berhak menerima waris secara bagian (fard), seperti anak perempuan,
cucu perempuan dari anak laki-laki terus kebawah. Maupun yang berhak
secara ushubah seperti anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki terus
kebawah.
b) Seperdelapan bagian, jika suami memiliki far’u waris seperti diatas baik
yang lahir dari istri sekarang atau istri yang lain.
2) Pusaka Suami
Suami menerima dari harta peninggalan istrinya, dua macam:
a) Separuh bagian, jika istrinya tidak mempunyai far’ul warist
b) Seperempat bagian, jika istrinya meninggalkan far’ul warist, baik dari suami
sekarang maupun suami terdahulu.
2. Pusaka yang disebabkan kekerabatan
1) Anak
a) Anak perempuan Shulbiyah
Anak perempuan Shulbiyah adalah anak perempuan yang dilahirkan
secara langsung dari orang yang meninggal, baik yang meninggal itu
ibunya atau bapaknya. Bagian anak perempuan ini adalah:
Setengah, jikaia hanya seorang diri, tidak mewarisi bersama-sama
dengan saudara laki-lakinya.
Duapertiga, jika anak perempuan tersebut terdiri dari dua orang atau
lebih dan tidak bersama-sama dengan anak laki-laki yang
menjadikannya ashabah bersama (ashabah bil gahir).
b) Anak laki-laki
Adapun rincian pusaka bagi anak laki-laki sebagai berikut:
Jika simayit meninggalkan seorang atau beberapa orang anak laki-laki,
maka anak laki-laki mewarisi seluruh harta.
Jika simayi meninggalkan seorang atau beberapa orang anak laki-laki
dan meninggalkan ashabul furud, anak laki-laki mendapatkan sisa
setelah diambil oleh ashabul furudnya.
Jika simayit meninggalkan anak laki-laki, anak perempuan, dan ashabul
furud, maka seluruh harta atau sisa harta peninggalan setelah diambil
oleh ashabul furud dan dibagi dua, dengan ketentuan anak laki-laki
mendapat dua kali lipat anak perempuan.
Hibah
Hibah adalah akad mengenai pemberian harta milik seseorang kepada orang
lain di waktu hidup tanpa adanya imbalan. Disyaratkan orang yang menghibahkan
adalah sebagai pemilik barang, bukan milik orang lain yang sedang digadaikan atau
diruguhkan.
Wasiat
Wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik berupa
barang, piutang,atau manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat, sesudah
orang yang bewasiat meninggal dunia. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat
180:
Artinya: diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak
dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.
Wakaf
Wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Wakaf
merupakan perbuatan yang baik dan sangat dianjurkan. Wakaf dianggap sah ketika
tejadi ikrar wakaf berupa ucapan dari orang yang mewakafkan (wakif) kepada orang
yang menerima barang yang diwakafkan (nadir). Barang yang dapat diwakafkan adalah
barang dapat diambil manfaatnya, seperti tanah, gedung, barang yang bisa
dipindahkan.
PERTEMUAN 9
TINDAK PIDANA ATAU JINAYAH
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Tindak Pidana Atau Jinayah
B. Isi Materi
a. Pengertian dan Dasar Hukum
Tindak pidana dalam ajaran islam termasuk ketegori jinayat, yaitu bentuk-
bentuk perbuatan jahat yang berkaitan dengan jiwa manusia atau anggota tubuh
(pembunuhan atau perlukaan). Tindak pidana atau jinayat dibagi kedalam tiga
aspek, yaitu kejahatan yang dapat dikenai hukuman qhishash (jaraimul qhisash).
Kejahatan yang dikenai had atau hudud (jaraimul hudud), dan tindak kejahatan
yang dapat dikenaik takzir (jaraimul takjir).
Qisahash adalah balasan yang sepadan, yaitu hukuman yang dijatuhkan
kepada pelaku seperti perbuatan yang telah dilakukannya kepada korban.
Firman Allah surat Al –Baqarah ayat 178:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa
yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar
(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.
Adapun tindak pidana takzir antara lain takzir atas maksiat, kemaslahatan
umum, dan palanggaram –pelanggaran umum.
Diyat adalah ganti rugi akibat dari suatu perbuatan pidana. Firman Allah
dalam surat An-Nisa ayat 92:
Artinya: dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan Barangsiapa membunuh
seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta membayar diat, yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh
itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya,
Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan
taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Macam-macam tindak Pidana
1. Tindak pidana yang dikenakan Qishash
Tindak pidana yang termasuk dalam jinayat dan dapat dikenai qhisash atau
diyat adalah pembunuhan.
a. Pembunuhan yang disengaja
Pembunuhan yang disengaja adalah pembunuhan yang diniatkan atau
direncanakan dengan menggunakan alat atau cara yang dapat menyebabkan
orang lain terbunuh.
b. Pembunuhan tidak disengaja
Pembunuhan tidak disengaja adalah pembunuhan yang tidak
dimaksudkan membunuh, karena salah sasaran atau ketidaktahuan pelaku
sehingga secara tidak sengaja menghilangkan nyawa orang lain.
c. Pembunuhan seperti disengaja.
Pembunuhan seperti disengaja adalah pembunuhan yang dilakukan tidak
di sengaja dan tidak menggunakan alat dan cara yang dapat membunuh.
2. Keadilan dalam melaksanakan had
Keadilan dalam melaksanakan had telah rasulallah contohkan dalam sebuah
hadis. Dalam suatu riwayat rasulallah menangguhkan had terhadap perempuan
itu sehingga ia selesai menyusukan anaknya (H.R. Muslim).
Adapun tindakan kejahatan yang dapat dikenakan had dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Zina
b. Tuduhan Zina
c. Homoseksual, lesbianisme dan bestiality
d. Permabukan
e. Pencurian
Peradilan
Peradilan adalah proses penerapan hukum dengan proses menyidang
perkara-perkara. Seorang hakim dengan kekuasaannya dapat menjatuhkan
hukuman kepada seseorang kerena itu, hakim dituntut bertindak adil dalam
memutuskan perkara.
Pelaksanaan Hukuman atau Eksekusi
Apabila pengadilan telah menetapkan hukuman bagi para pelaku,
pelaksanaan hukuman dilakukan segera. Ketentuan hukuman itu dilaksanakan
secara terbuka, dilaksanakan orang banyak setelah selesai sholat jumat.
Hikmah dari Peradilan Islam
Hikmah dari pelaksanaan peradilan ini adalah agar memberikan efek jera
dan hendaknya masyarakat dapat berfikir kembali untuk melakukan kejahatan,
karena takut mendapat hukuman berat.
PERTEMUAN 10
KERJASAMA UMAT BERAGAMA
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Kerjasama Umat Beragama
B. Isi Materi
a. Kerjasama Umat Beragama
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendiri. Ia selalu
berhubungan dengan orang lain dalam maupun antar kelompok masyarakat. Dalam
masyarakat plurarisme seperti di Indonesia hubungan –hubungan antar kelompok
masyarakat yang berada adat maupun agama tidak bisa dihindari.
b. Hubungan Intern Umat Islam
Agama islam melakukan hubungan sesama muslim berdasarkan kesamaan
iman yang pada kenyataannya jauh lebih kuat daripada hubungan darah dan etnik.
Bagaimanapun iman merupakan dasar keyakinan yang berpengaruh terhadap seluruh
perilaku seorang muslim.
Hubungan sesama muslim adalah sebagai saudara sebagaimana digambarkan
oleh Allah dalam surat Al-Hijr ayat 10:
Yang artinya: sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”.
Dalam menerapkan ukhuwah islamiyah berkaitan dengan perbedaan
pemahaman dan pengamalan ajaran agama, para ulama menetapkan tiga konsep
yaitu:
1. Konsep tanawwu’ al ibadah )keragaman cara beribadah)
2. Konsep al-mukhti’u fil al ijtihadi lahu ajrun )kesalahan dalam berijtihad
mendapat ganjaran)
3. Konsep la hukma lillahi qobla ijtihad al mujtahid ( Allah belum menetapkan
suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid).
Hubungan Antar Umat Beragama
Dalam hubungan dengan umat beragama lain hendaknya seseorang muslim
tetap menjaga keyakinan (aqidah)nya. Yaitu meyakini bahwa agama islamlah yang
diridhai Allah dan berusaha menyucikan aqidahnya. Hal ini berarti bahwa
hubungannya dengan pihak lain tidak sampai membenarkan keyakinan mereka atau
saling tukar keyakinan, tetapi tetap menghormati dan menghargai keyakinan
masing-masing.
Dengan demikian dalam hubungn umat islam dengan agama lain harus
memperhatikan :
1. Dilarang melakukan pemaksaan delam beragama baik secara halus atau
kasar. Berdasarkan firman Allah dalam surat AL-Baqarah ayat 256:
Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat
yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
2. Manusia berhak memilih, memeluk agama, dan beribadat menurut
keyakinannya. Firman Allah dalam surat Kahfi ayat 29:
Artinya:. dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa
yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang
orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi
yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk
dan tempat istirahat yang paling jelek.
3. Tidak berguna memaksa seseorang agar menjadi seorang muslim
Firman Allah dalam Surat Al-Insan ayat 3:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus ada
yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
4. Allah tidak melarang hidup bermasyarakat dengan orang yang tidak
sepaham atau tidak seagama, selama tidak memusuhi Islam, Firman Allah
dalam surat Al-Mumtahanah, ayat 8:
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang Berlaku adil.
PERTEMUAN 11
AKHLAK
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Akhlak
B. Isi Materi
A. Akhlak, Etika dan Moral
Ahklak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat. Sedangkan
menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk,
mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan
pekerjaannya.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethes artinya adat kebiasaan. Etika adalah llmu
yang menyelidiki baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh
yang diketahui oleh akar pikiran. Persamaan antara akhlak dan etika adalah keduanya
membahas masalah baik dan buruk tinglah laku manusia. Perbedaannya terletak pada
dasarnya.
Moral berasal dari kata mores yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah
tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar.
Moral dan etika memiliki kesamaan dalam hal baik dan buruk. Bedanya etika bersifat
teoritis sedangkan moral lebih bersifat praktis.
B. Akhlak Islam
1. Akhlak terhadap Allah
Adapun akhlak yang baik kepada Allah ialah berucap dan bertingkah laku yang
terpuji terhadap Allah SWT, baik melalui ibadah langung kepada Allah, maupun
melalui prilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi
dengan Allah diluar ibadah itu.
2. Akhlak terhadap manusia
a. Akhlak terhadap diri sendiri yaitu setia (amanah), benar, adil, memelihara kesucian
diri, malu, keberanian, kekuatan, sabar, kasih sayang dan hemat.
b. Akhlak terhadap keluarga
1. Akhlak terhadap orang tua
2. Akhlak terhadap suami istri
3. Akhlak terhadap anak
c. Akhlak terhadap tetangga
3. Akhlak terhadap lingkungan
Berakhlak kepada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara
memelihara kelangsungan hidup dan kelestarian.
PERTEMUAN 12
TAKWA
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Takwa
B. Isi Materi
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Takwa
Takwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangannya. Secara umum takwa merupakan aktualisasi dari pelaksanaan aturan
Allah dalam hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam
lingkungannya.
b. Hubungan dengan Allah
Hubungan dengan Allah dalam arti perhambaan terhadapnya merupakan
titik tolak terwujudnya ketakwaan. Hubungan dengan Allah dilakukan seorang
muslim dalam bentuk ketaan melaksanakan ibadah.
c. Hubungan dengan sesama manusia
1. Hubungan dengan keluarga
a. Berbakti kepada Orang tua
Hubungan anak dan orang tua merupakan hubungan yang istimewa yang
terkait erat dengan sesab perkawinan dan pewarisan. Sebagaimana Firman
Allah dalam surat Al-Lukman ayat 14:
Artinya: dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
b. Menyayangi keluarga
Menyayangi keluarga merupakan salah satu aktualisasi ajaran islam yang
harus ditampilkan dalam perilaku seorang muslim. Menyayangi keluarga
ditampilkan dalam bentuk pemberian kasih sayang pada seluruh anggota
keluarga.
2. Hubungan dengan Masyarakat
a. Menegakkan keadilan
Menegakkan keadilan merupakan aktualisasi ajaran islam dalam hubungan
seorang muslim dengan masyarakat. Adil merupakan kebutuhan Azasi bagi
setiap orang dan setiap muslim senantiasa menjaga hak asasi ini dengan cara
berpihak kepada keadilan dan berusaha menegakkan keadilan ditengah-
tengah masyarakat.
b. Amar makruf nahi munkar
Perbuatan ini merupakan bentuk aktualisasi ajaran islam ditengah masyarakat
dengan cara menegakkan kebenaran dan membenci keburukan dan
kemungkaran yang ada ditengah masyarakat.
c. Menyebarkan rahmat dan kasih sayang
Hubungan yang baik dengan sesama manusia adalah mengembangkan
silaturahmi dan menjalin serta mengokohkan tali persaudaraan atas dasar
kasih sayang.
Hubungan dengan Diri sendiri
1. Memelihara kehormatan diri
2. Sabar
3. Syukur
4. Istiqomah
Hubungan dengan lingkungan hidup
1. Mengelola dan memelihara alam
Firman Allah dalam surat al-lukman ayat 20:
Artinya: tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk
dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
Dalam surat Hud ayat 61 :
Artinya: dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)
2. Menjaga dan melestarikan Alam
Terdapat dalam surat Al-Anbiya ayat 107:
Artinya: dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.
PERTEMUAN 13
AKAL DAN WAHYU
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami pengertian Akal dan Wahyu
B. Isi Materi
a. Kedudukan Akal dan Wahyu
Menurut pemahaman para filosof islam akal mengandung arti daya untuk
meperoleh pengetahuan, membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan
benda lain dan atara benda-benda satu dari yang lain.
Akal dalam pengertian islam adalah daya berfikir yang teradapat dalam jiwa
manusia daya yang memperoleh pengetahuan dengan meperhatikan alam sekitarnya. Akal
menjadi faktor utama yang menempatkan manusia pada kedudukan yang lebih mulia
dibandingkan makhluk Allah lainnya.
Al-Quran menempatan akal pada posisi penting dengan banyaknya ayat yang
mendorong manusia menggunakan akalnya dalam berbagai ungkapan antara lain
menggunakan kata “Nazzara, tadabbara, tafakkara, faqiha, tadzakkara, fahima dan
sebagainya.
Akal membawa manusia kepada posisi subyek di tengah alam semesta dan
menempatkannya sebagai penguasa (khalifah) yang mampu mengelola dan
mendayagunakan alam.
Wahyu berasal dari bahasa arab al-wahyu artinya suara, api dan kecepatan, bisikan,
isyarat dan tulisan. Juga berarti pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
Pemberitahuan dimaksud dari luar manusia yaitu Tuhan.
Wahyu turun kepada nabi-nabi melalui tiga cara yaitu dimasukan langsung kedalam
hati dalam bentuk ilham, dari belakang tabir, dan melalui utusan dalam bentuk malaikat.
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syuara ayat 51:
Artinya: dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Klasifikasi Ilmu dalam Islam
Akal menjadi faktor utama yang melahirkan pengetahuan, baik yang dilahirkan dari
dalam diri manusia sendiri, maupun pengetahuan yang datang dari Tuhan. Berdasarkan
dua macam sumber tersebut para ahli membuat klasifikasi ilmu yang sesuai dengan
kehendak ajaran islam. Al-Ghazali mengklasifikasi ilmu dalam empat sistem sebagai
berikut:
1. Pembagian ilmu atas dasar teoritis dan praktis
Ilmu teoritis adalah ilmu yang diketahui sebagaimana adanya. Sedangkan ilmu
praktis adalah tindakan-tindakan manusia yang bertujuan mencari aktifitas
kondusif manusia untuk kesejahteraannya di dunia dan akhirat.
2. Pembagian atas dasar yang dihadirkan dan dicapai
3. Pembagian atas dasar religius dan intelektual
4. Pembagian atas dasar kewajiban individu (fardu ain) dan kewajiban umat (fardu
kifayah).