Upload
ria-farikhah-al-khurmain
View
41
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEKTOR PERTANIAN TERHADAP
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Ratna Mustika Sari H0813149
2. Ria Farikhah Al Khurmain H0813153
3. Ricco Gerdana Sbroong H0813154
4. Yunita Khusnul Khotimah H0813180
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI PERTANIAN
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian sebagai
budidaya penghasil tanaman pangan padahal kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan
pertanian dapat menghasilkan tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk,
pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani
memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai
keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).
Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program
dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal
sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sedangkan pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup
pembudidayaan tanaman saja. Melainkan membudidayakan serta mengelola
dibidang yang lain sub sektor perternakan, sub sektor perikanan, dan sub sektor
kehutanan. Sub sektor peternakan seperti merawat dan membudidayakan hewan
ternak yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti:
ayam, bebek, angsa. Serta pemanfaatan hewan yang dapat membantu tugas para
petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam bidang pertanian.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam penyajian makalah ini membahas mengenai apa itu sektor pertanian,
serta manfaatnya bagi pembangunan didalam negara.
Perlu kita pelajari bahwa sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam
kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan
sandang, pangan, maupun papan yang harus dipenuhi dan menjadi bagian pokok
dalam kehidupan. Sektor pertanian mampu menjangkau kebutuhan utama manusia
yaitu dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini tidak boleh dianggap mudah
karena pada dasarnya dalam sektor pertanian ini bergantung pemenuhan kebutuhan
hidup orang banyak dan berpengaruh sekitar 17,3% penyumbang pemasukan negara
pada PDB (Produk Domestik Bruto). Namun pada kenyataanya seperti yang tidak
jarang kita lihat bahwa kehidupan para petani memang sangat memprihatinkan mulai
dari pendanaannya didalam pertanian hingga kehidupanya yang kurang sejahtera.
Disini kita bisa melihat suatu ketimpangan bahwa orang yang berjasa terkadang
dipandang sebelah mata.
Point kedua dalam pengidentifikasian masalah ini adalah mengetahui apa
yang menjadi permasalahan-permaslahan di dalam sector pertanian yang ada di
Indonesia sehingga kita mengetahui apa yang menjadi kendala utama penghambat
sektor pertanian agar menemukan secara bersama-sama pemecahan masalahnya.
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembelajaran makalah ini adalah agar setiap individu mampu
mengembangkan pendapatnya dalam penemuan solusi yang tepat mengenai kendala
yang terjadi pada sektor pertanian dinegara kita. Serta mampu menciptakan inovasi-
inovasi terbaru dalam pengembangan sarana dalam pertanian sehingga berdaya guna
bagi peningkatan hasil pertanian mulai dari inovasi penciptaan peralatan pertanian
maupun bibit unggul yang dapat bermanfaat terutama disektor pertanian.
Namun yang menjadi point penting dalam makalah ini adalah berusaha untuk
mencari titik temu dalam pemecahan kendala dibidang pertanian terutama yang
memiliki kaitan erat dengan bidang-bidang lainya sehingga dapat di aplikasikan
dalam pemecahan kasusnya sehingga setiap individu mampu mengembangkan pola
pikirnya dalam membantu pemerintah serta dibutuhkannya partisipasi masyarakat
dalam setiap problema yang ada secara bersama-sama dalam menangani kasus yang
ada. Baik pemikiran tersebut yang berguna pada saat sekarang maupun dimasa depan
sehingga menjadikan negara kita mampu bersaing dalam berbagai bidang terutama
bidang pertanian yang memberi sumbangsih terhadap PDB maupun mengurangi
angka pengangguran yang cukup besar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANFAAT SEKTOR PERTANIAN
Kegiatan pertanian merupakan mata pencaharian terbesar penduduk didunia
termasuk di Indonesia. Sejarah Indonesia pun tidak terlepas dari sektor pertanian
(menghasilkan bahan baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan perkebunan
(menghasilkan buah-buahan) terutama pada masa kolonial penjajahan Belanda
kegiatan pertanian dan perkebunan menjadi penentu tingkat sosial dan perekonomian
seseorang. Meskipun kegiatan pertanian hanya menyumbang rata-rata 4% dari PDB
(Produk Domestik Bruto) suatu negara namun kegiatan pertanian ini menjadi
penyedia lapangan pekerjaan terbesar bagi setiap negara. Berdasarkan data BPS
tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar
44,3% bagi penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total
pendapatan domestik bruto.
Kegiatan pertanian ini sangat besar pengaruhnya dalam mengurangi angka
pengangguran di Indonesia sehingga kegiatan pertanian ini tidak dapat diabaikan dan
berpengaruh juga terhadap tumbuh kembangnya setiap negara. Mengingat negara
Indonesia merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan sumber daya alam,
sehingga berpotensi tinggi dalam mengembangkan usaha pertanian. Sudah
seharusnya kita mengolah setiap limpahan sumber daya yang ada dengan
semaksimal mungkin dengan memanfaatkan sektor pertanian dinegara kita yang
turut meningkatkan pula sektor pertanian baik secara langsung maupun tidak
langsung membangkitkan sektor-sektor lainya dalam memajukan bangsa. Perlu kita
ketahui mengapa sektor pertanian ini perlu dikembangkan dan dimajukan dinegara
kita. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Potensi Sumber Daya Yang Sangat Besar dan Beragam
Yang artinya negara Indonesia merupakan wilayah yang terdiri atas
beribu-ribu pulau yang amat subur memiliki letak astronomis 6° LU – 11°LS dan
94°BT – 141°BT menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang
subur dan beriklim tropis. Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya
dalam pengembangan sektor pertanian. Ini menandakan faktor iklim yang sangat
mempengaruhi faktor terbentuk dan tumbuh suburnya setiap tanaman. Iklim di
Indonesia yang cukup dalam memperoleh sinar matahari sepanjang tahun,
mempengaruhi tumbuh suburnya setiap tanaman dengan mudah. Potensi yang
demikian membuat wilayah Indonesia mendapat julukan sebagai “Kolam Susu”
dimana setiap tangkai maupun bibit yang ditanam diwilayah Indonesia selalu
tumbuh subur dan menghasilkan uang.
Potensi yang demikianlah yang harusnya kita perhatikan dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Meskipun sektor pertanian kelihatannya mudah dan berpengaruh
kecil terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) namun disinilah kekayaan yang
berlimpah yang dianugerahi oleh alam kepada negara kita yang perlu
dikembangkan dan diolah demi peningkatan pendapatan perekonomian negara,
serta mampu berdaya saing dengan negara-negara lain sebagai pengekspor bahan
baku alam dan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi setiap masyarakatnya.
Bila ditinjau dari segi letak geografis wilayah Indonesia berada pada posisi
dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dan terletak diantara
dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Hal ini menandakan bahwa
letak wilayah negara kita berada di sebuah jalur internasional yaitu sebuah jalur
yang strategis dalam menjalankan berbagai sektor yang seharusnya mampu
menjadi daya ikat bagi negara-negara luar terutama dalam bidang pemasaran
barang-barang produksi dalam negeri salah satunya produksi hasil pertanian.
Untuk itu pentingnya bagi kita untuk mengetahui situs-situs opportunity
yang tepat dalam memanfaatkan segala ketersediaan kesempatan yang didepan
mata terutama dalam memasarkan produk-produk pertanian dari dalam negeri
sehingga dapat menimbulkan suatu istilah yang disebut demand yaitu permintaan
barang dari negara luar sebagai hasil pendemonstrasian jenis maupun kualitas
barang yang bermutu baik sehingga dipercaya oleh setiap negara dalam kegiatan
bilateral maupun multilateral yang dimulai dari sektor yang dianggap kecil yaitu
pertanian tetapi memberi dampak serta keuntungan yang besar bagi negara kita.
b. Pangsa Pasar Terhadap Pendapatan Nasional Cukup Besar
Bisa dikatakan tidak banyak orang yang tahu dan paham bahwa sektor
pertanian menaruh keuntungan yang cukup besar pada PDB negara dan banyak
yang beranggapan bahwa sektor pertanian hanya sektor sampingan yang tidak
perlu terlalu diperhatikan. Meskipun hanya memberi 17,3% bagi PDB tiap
tahunnya, sektor ini menjadi barang komoditi yang paling dicari oleh masyarakat
karena menjadi kebutuhan primer dalam pemenuhan kebutuhan pangan yaitu
menjadi kebutuhan sehari-hari dan tidak boleh habis stoknya karena bisa
berdampak fatal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena bila terjadi suatu
kesalahan yang tidak terencana penyediaannya atau habis didalam negeri sendiri
kita bisa kerepotan untuk mengimpor dari negara luar. Oleh sebab itu sektor
pertanian harus diperhatikan lebih baik karena menjadi faktor primer dalam
pemenuhan kebutuhan dan seharusnya sebagai negara yang terletak diwilayah
tropis kita harus bisa memanfaatkan keadaan alam yang ada dengan
meningkatkan hasil produksi dari sektor pertanian ini karena selain bermanfaat
sebagai pemenuh kebutuhan setiap keluarga bisa menjadi sektor yang amat
menguntungkan apabila dibawa kepangsa pasar dan dilihat pada pangsa pasar
yang lebih luas.
Bila dilihat dari segi ekonomi sektor pertanian ini mampu menaikan PDB
kita dan membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan hasil produksinya
dan mencari wilayah yang dianggap memiliki pangsa pasar yang luas. Tidak perlu
melihat secara jauh atau mencari pangsa pasar kenegara luar. Melihat dari segi
kuantitas wilayah Indonesia yang terdiri dari ±250 juta jiwa saja sudah menjadi
target utama pangsa pasar yang cukup ekonomis dan menguntungkan bagi kita.
Apalagi ditambah bila kita mampu menembus kepasar luar yang membutuhkan
barang-barang hasil pertanian negara kita. Ini merupakan suatu perencaan yang
cukup bagus dalam menembus pasar dunia bahkan bisa meningkatkan pendapatan
negara dari sektor pertanian berkali-kali lipat dari biasanya. Dari pembelajaran
inilah kita bisa menentukan setiap target yang akan ditempuh kedepanya dengan
melirik kepada sector yang dianggap kecil sebenarnya bisa memberi keuntungan
yang besar.
Namun bukan semudah membalikan telapak tangan dalam melakukan
sutau proses pencapaian target ini. Di setiap titiknya dibutuhkan suatu perjuangan
yang tidak gampang bisa dikatakan demikian mengapa, karena bila kita melihat
kebelakang kita akan mengetahui seberapa besar kendala-kendala yang menjadi
penghambat dalam memajukan sektor pertanian yang memang membutuhkan
kepedulian dari seluruh pihak. Agar pencapaian akan tujuan tersebut dapat
terlaksana.
c. Peranan Petani Dalam Penyediaan Pangan Masyarakat
Peranan petani tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat.
Mengapa demikian karena petani menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari
setiap anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari.
Tanpa adanya petani manusia tentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan
harus mengimpor barang-barang pangan dari luar. Namun dibeberapa negara
besar seperti Arab yang sering mengimpor hasil tani kedalam negaranya, kurang
memanfaatkan peranan dari petaninya bukan dikarenakan faktor ketidaksediaan
modal melainkan faktor ketidakmampuann dari segi tanah dan iklim mereka
untuk bercocoktanam, sehingga sektor pertanian kurang berkembang dinegara
timur tersebut.
Untuk wilayah Indonesia profesi sebagai petani mampu mengurangi angka
pengangguran yang cukup besar dimana sektor pertanian terbuka secara luas
asalkan memiliki modal dan pengetahuan yang cukup dalam pengelolaaan usaha
tani tersebut. Keterkaitan peran para petani dengan masyarakat bisa disamakan
sebagai keterkaitan antara produsen dengan konsumen. Dimana produsen harus
selalu menyediakan setiap saat barang-barang kebutuhan dari konsumennya. Oleh
karena itu terdapat saling ketergantungan antara peran petani dengan masyarakat
dalam pemenuhan setiap kebutuhan masyarakat.
d. Menjadi Basis Pertumbuhan Ekonomi
Sektor pertanian menjadi salah satu dari unsur-unsur yang mengisi
pertumbuhan perekonomian disetiap negara . Di negara arab sekalipun meskipun
wilayahnya lahannya tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan bercocok
tanam namun sektor pertanian menjadi salah satu unsur pengisi basis
pertumbuhan perekonomian dinegaranya misalnya dengan membudidayakan
tanaman kurma yang nilai komoditinya cukup besar dalam pengeksporan
keseluruh negara termasuk ke Indonesia yang ikut mengimpor komoditi
pertanaian dari Arab. Dengan kata lain sektor pertanian meski hanya
menyumbang tidak sampai dari ¼ pendapatan negara tetapi menjadi penopang
terhadap pendapatan dari setiap negara terutama di Indonesia yang tiap tahunya
mengekspor biji mete, beras, dan berbagai bahan pokok lainya dalam pangan
menjadi pemasukan devisa negara tiap tahunya.
Menurut laporan BPS, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah
bruto terbesar dalam PDB berdasarkan harga berlaku triwulan I-2010 adalah
sektor industri pengolahan sebesar Rp380,9 triliun, kemudian sektor pertanian
Rp239,4 triliun, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
Rp208,0 triliun. Sementara sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp168,1
triliun, sektor konstruksi sebesar Rp150,4 triliun, sektor jasa-jasa sebesar Rp139,2
triliun, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar Rp107,6 triliun
dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp93,4 triliun, serta terakhir
sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp11,7 triliun.
Dari data BPS tersebut bisa kita definisikan bahwa sektor pertanian
menempati peringkat ke-3 setelah sektor industri dalam pendapatan negara tiap
tahunya. Melihat dari data BPS tersebut dapat dikemukakan bahwa sektor
pertanian merupakan sektor yang cukup menguntungkan dan akan lebih
meningkatkan devisa negara apabila ditingkatkan dan disebarluaskan pangsa
pasarnya khususnya dalam pemasaran produk-produk local negara kita sehingga
tidak kalah saing dengan produk-produk luar yang bermunculan saat ini.
Adanya pasar bebas harusnya menjadi tolak ukur bagi pemasaran produk
hasil pertanian di negara kita dengan produk luar yang artinya kita tidak boleh
kalah saing terhadap segala bentuk pola-pola pemasaran yang datangnya dari luar
tetapi lebih meningkatkan semangat dan kinerja dalam dunia persaingan bisnis,
politik, dan berbagai bidang lainya karena kemajuan zaman yang begitu pesat.
Kita tidak boleh semakin melemah namun harus tetap menjaga eksistensi dengan
memanfaatkan modal yang kita miliki sebaik-baiknya dan terencana sehingga
memiliki nilai jual dan mampu bersaing terhadap negara manapun.
e. Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri
manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu
pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat.
Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori
mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses
pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan
per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan
pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan
sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak
langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor
industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor
pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel,
dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen.
Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29
persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri
pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan,
asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial
dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini,
sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah
orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan
sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling
tinggi.
f. Kontribusi Pertanian Terhadap Devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan
devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat
ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian.
Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet,
kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan
perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sektor
pertanian terhadap pasar dan industri domestik bisa tidak besar karena sebagian
besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri
domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor
pertanian bisa berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau
sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu
faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada
dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan
meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris,
termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena
keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
2.2 KENDALA SEKTOR PERTANIAN YANG SEDANG TERJADI Di
INDONESIA
Dalam pengembangan sektor pertanian di negara kita, kita tidak bisa begitu
saja menutup mata dan mengabaikan setiap kendala yang terjadi karena dalam setiap
usaha pasti menemui batu kerikil yang menjadi penghambat dalam kemajuan. Begitu
pula yang kita lihat pada sektor pertanian di Indonesia banyak sekali kendala atau
faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan sektor pertanian misalnya
seperti ketersediaan lahan, keterbatasan modal, kondisi iklim yang kurang
mendukung dan lain-lain. Perlu kita kaji demi penemuan solusinya dalam
penuntasan masalah tersebut. Berikut beberapa penjelasan umum mengenai
problema yang menghampiri para petani di Indonesia yang terperinci sebagai
berikut:
a. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani di Indonesia rata-rata
kecil mengingat harga tanah yang semakin mahal sedangkan kemampuan para
petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah minim ditambah harus
membeli lahan yang harganya semakin melonjak. Yang memungkinkan hanya
bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua.
Semakin sempitnya lahan untuk bertani karena penyebaran pembangunan
gedung-gedung industri yang bertambah jumlahnya disetiap lokasi. Hal ini
tentunya dapat mengurangi wilayah para petani untuk bercocok tanam.
Sedangkan kebutuhan manusia akan pangan semakin meningkat tidak diimbangi
oleh ketersediaan lahan dan pembangunan gedung-gedung industry yang tidak
terencana tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Sedangkan
pada daerah-daerah pedalaman masih banyaknya “Lahan Tidur” yang artinya
lahan tersebut belum tergarap maupun tersentuh oleh tangan-tangan manusia
sementara lahan disuatu wilayah strategis cenderung menjadi rebutan dengan
harga yang mahal. Ini mencerminkan bahwa penyebaran penduduk diwilayah
Indonesia yang belum merata.
Banyaknya lahan para petani yang belum bersertifikat menambah dampak
buruk bagi masa depan para petani yang menyebabkan terjadinya persengketaan
antara pihak petani dan pihak yang mencoba merampas hak milik petani dimana
posisinya memanfaatkan kesempatan pada lahan yang belum berlabel pemilik.
Bahkan kerap terjadi persengketaan antara petani dengan pihak pemerintah dalam
kepemilikan lahan.
b. Masalah Dari Petani Sendiri dan Mentalitasnya
Pendidikan formal petani yang masih rendah menyebabkan
pengetahuannya dalam pengembangan sektor pertanian tidak berkembang dan
cenderung monoton hanya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian
tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang
berlimpah. Hasil panen yang tidak seberapa menyebabkan petani tidak memiliki
modal dalam pengembangan usahanya ini menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan kehidupan para petani kurang sejahtera di wilayah Indonesia. Serta
menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, sementara 50 juta
penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
Kaum petani cenderung menggantungkan hidupnya pada pemerintah dan
lebih bersikap pasrah pada kondisi kehidupannya pada saat ini. Seharusnya
mereka lebih meningkatkan jiwa kewirausahaanya dalam pengembangan sector
usaha diberbagai bidang dan jangan hanya terpacu pada sector pertanian yang
hasilnya diperoleh pada periode dan musim-musim tertentu.
c. Masalah Teknologi
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam
pengelolaan pangan, belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang
lebih banyak menggunakan peralatan tradisional seperti : cangkul, sabit dan lain
sebagainya. Pada kenyataannya lebih banyak memakan waktu dan tenaga.
Dibanding menggunakan peralatan dan teknologi modern yang telah diterapkan
dinegara-negara luar. Penerapan teknologi di negara kita terkadang kurang tepat
pada sasaran dimana disatu sisi peralatan teknologi tersebut mampu membantu
dan meningkatkan kualitas pangan tetapi disisi lain peralatan tersebut merusak
ekosistem yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
Disini perlu adanya sebuah penyuluhan besar-besaran dalam penyampaian
informasi serta pendidikan bagi para petani dalam pengambangan buduaya
pertaniannya serta peragaan alat pertanian yang berteknologi modern sehingga
mampu meningkatkan hasil panen para petani demi pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat banyak serta pensejahteraan kehidupan para kaum petani di wilayah
Indonesia. Perlu pula adanya pengkajian ulang terhadap kebijakan para
pemerintah disektor pertanian guna penggalangan dana dalam peningkatan sektor
pertanian di Indonesia agar memberikan fasilitas yang layak dan tepat bagi para
petani dalam pengeloaan lahannya.
2.3 SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA
a. Sistem Persawahan
Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa
pematang lurus membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga.
Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam
pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang
tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem
pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan
potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa
daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.
Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang
monokultur, karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan
sawah tadah hujan. Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau
macak-macak. Hal ini untuk menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga
diatur.
Lahan sawah biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan
di sini merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian
ini sendiri. Kebanyakan lahan sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis,
sehingga keberadaan air masih sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun
pada musim kemarau. Berbeda halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang
menggunakan hujan sebagai sumber airnya. Sawah dengan saluran irigasi, baik
teknis maupun setengah teknis biasanya terbentang dan tergolong sangat luas
karena saluran irigasi dapat digunakan tidak hanya di satu tempat saja, sehingga
dapat pula mengairi lahan lain yang masih termasuk dalam satu wilayah. Ini
berarti, untuk pengelolaan sistem sawah ini memerlukan input dari luar, berupa
air irigasi tadi. Selain itu, sawah seperti ini masih menggunakan pupuk kimia
serta pestisida yang juga didatangkan dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa
sistem pertanian sawah ini belum merupakan sistem pertanian yang terpadu, juga
belum dapat dikatakan sebagai pertanian yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan
proses produksi untuk menghasilkan output masih berorientasi pada hasil yang
maksimum, bukan optimum.
Macam-macam sistem pertanian sawah:
1) Sawah irigasi teknis
Sawah yang pengairannya sejak dari sumber air sampai petak sawah
terdapat jaringan irigasi dari bangunan permanen. Sehingga kehilangan air
karena rembesan atau penguapan dapat diminimalkan.
2) Sawah irigasi setengah teknis
Sawah yang jaringan irigasinya tidak seluruhnya permanen, sehingga
kehilangan air akibat rembesan dan penguapan masih banyak terjadi.
3) Sawah irigasi sederhana
Sawah dengan bangunan jaringan irigasi menggunakan peralatan
seadanya, sehingga kurang hemat air.
4) Sawah irigasi pompa
Sawah dengan memanfaatkan pompa untuk menaikkan air tanah atau air
sungai yang permanen dalam untuk mengairi lahan pertanian yang ada di
sekitarnya.
5) Sawah irigasi tadah hujan
Sawah yang semata-mata hanya tergantung curah hujan daerah setempat,
atau hanya dengan memanfaatkan musim penghujan.
6) Sawah irigasi pasang surut
Sawah yang tergantung dengan pasang surutnya air rawa, sehingga dapat
disebut pula irigasi dengan memanfaatkan air alami.
b. Sistem Ladang
Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu
sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam.
Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada
ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini
pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan
lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti
padi darat, jagung, atau umbi-umbian. Sistem ladang berpindah ini dapat
mengakibatkan dampak negatif, diantaranya : Mengurangi luas hutan, Kerusakan
hutan, Tanah menjadi tandus / lahan kritis, Tanah mudah tererosi, Kebakaran
hutan, Pencemaran udara, Banjir dan lainnya.
Sistem pertanian ladang berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari
sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka
menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya
rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang
intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang
diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-
pohonan.
Fungsi ekologi talun antara lain adalah memberikan perlindungan
terhadap plasma nutfah, sebagai habitat satwa liar seperti jenis burung dan
serangga penyerbuk, memberi perlindungan terhadap tanah dari bahaya erosi, dan
sebagai penghasil seresah dan humus. Sedangkan fungsi sosial ekonominya
antara lain adalah memberikan manfaat ekonomi dari hasil produksinya yang
dapat dijual atau yang dapat dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar,
bahan bangunan, dan buah-buahan.
Pengolahan tanah menggunakan sistem tanam campuran. Karena petani
hanya menanam dan membiarkan lahannya dan tidak ada perawatan yang intensif
seperti pada tegal. Jenis-jenis tanaman yang ada di talun ini antara lain: Kacang
tanah, jagung, jati, mangga, singkong, angsana, johar, tanaman obat, dan lain-
lain.
c. Sistem Tegal
Sistem ini berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari sumber-
sumber air, yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi
tingkatan pengusahaan juga rendah; untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif
dan pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang
diusahakan terutama tanaman –tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-
pohonan.
Input atau masukan yang diberikan antara lain pupuk. Tanaman di tegal
ini diusahakan dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup
petaninya. Oleh karena itu, agar hasilnya juga maksimal, maka tanah perlu
dipupuk agar tanah tersebut terjaga kesuburannya. Jenis pupuk yang diperlukan
adalah pupuk yang mengandung unsur N, P, dan K. Akan tetapi, kebutuhan
tanaman tidak hanya N, P, ataupun K, namun juga unsur mikro. Jika unsur
mikronya diambil lama-lama akan habis, maka tanah itu tidak akan produktif lagi.
Maka dianjurkan untuk memakai pupuk organik agar kembali unsurnya, baik
biologi maupun kimiawinya. Jika hanya menggunakan pupuk anorganik hanya
menambah kesuburan kimianya saja. Keluaran atau output yang dihasilkan adalah
selain hasil pertanian itu sendiri, batang tanaman jagung maupun daun-daunan itu
diambil untuk pakan ternak. Dan tidak ada pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai
pupuk, karena hasil hanya diangkut keluar lahan dan tidak ada yang ditinggal
dalam lahan itu sendiri.
Pada lahan tegal, biasanya siklus haranya adalah terbuka, semua hasilnya
diangkut keluar areal, dan tidak ada yang ditinggal. Hal ini tidak dibenarkan.
Seharusnya, masih ada sisa-sisa panen yang dibiarkan di lahan itu, agar lama-
kelamaan berubah menjadi pupuk untuk menambah unsur hara tanah. Namun
petani malah menggunakannya sebagai pakan ternak. Tetapi apabila kotoran
ternak itu dikembalikan ke lahan, maka akan ada siklus hara yang masuk.
Untuk sistem tegal sendiri, biasanya tetap mendapat masukan (input) dari
luar. Karena tanaman atau komoditas yang ditanam pada lahan ini biasanya hanya
sejenis, sehingga belum dapat dikatakan sebagai sistem pertanian yang terpadu.
Akan tetapi berbeda masalahnya apabila dalam tegal itu ditanam dua atau lebih
jenis komoditas (tumpang sari).
d. Sistem Perkebunan
Perkebunan didefenisikan sebagai segala bentuk kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai; termasuk mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan dan manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pekebun dan
masyarakat.
Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar
(estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan
negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-
bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama,
sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang
industri pertanian.
Untuk perkebunan teh, biasanya menggunakan lahan miring yang berada
di lereng pegunungan. Pengolahan tanah: Karena terletak di lahan miring, maka
digunakan terasering untuk mencegah terjadinya erosi. Pola tanam pada lahan
miring tidak boleh searah dengan kemiringan. Jadi harus melintang, agar tidak
terjadi longsor. Tanaman yang baik ditanam pada lahan yang miring adalah
pohon-pohon besar. Pada lahan pada kemiringan seperti itu, tanaman teh dapat
eksis dari longsor, karena menutupi permukaan tanah. Dan tanaman ini
mempunyai sistem perakaran yang hampir seperti pohon. Tapi tanaman ini sangat
melindungi permukaan tanah dari air. Sehingga sangat efektif dalam
mengendalikan air hujan. Di satu sisi, resapannya juga tinggi.
Input atau masukan yang ada adalah pupuk. Penggunaan pupuknya antara
lain NPK dan urea. Akan tetapi, penambahan pupuk tidak terlalu intensif,
biasanya sangat jarang dipupuk. Oleh karena itu, untuk menekan biaya
pengolahan, pupuk kimia tidak terlalu sering diberikan. Dan untuk output atau
keluaran adalah hanya teh saja, karena tidak diusahakan tanaman bernilai jual lain
selain teh. Begitu pula dengan macam perkebunan yang lain. Biasanya, outputnya
hanya komoditas perkebunan tersebut.
2.4 KEBIJAKAN PEMERINTAH
a. Kebijakan Harga
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak
Negara dan biasanya digabung dengan pendapatan sehingga disebut kebijakan
harga dan pendapatan (price and income policy). Segi harga dari kebijakan itu
bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga, sedangkan segi pendapatannya
bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim
dan dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat mengandung pemberian suatu
penyangga untuk hasil-hasil pertanian supaya tidak merugikan petani atau
langsung sejumlah subsidi tertentu bagi petani. Di banyak Negara Eropa, Amerika
Serikat, Jepang, Australia dan lain-lain. Banyak sekali hasil-hasil pertanian seperti
gandum, kapas, padi, gula dan lain-lain yang mendapat perlindungan pemerintah
berupa penyangga dan subsidi. Indonesia baru mempraktikan kebijakan harga
untuk beberapa hasil sejak tahun 1969. Secara teoritis kebijakan harga dapat
dipakai mencapai tiga tujuan yaitu:
1) Stabilisasi harga-harga hasil pertanian terutama pada petani.
2) Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan nilai tukar (term of trade).
3) Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi
b. Kebijakan struktural
Dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi
misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan penguasaan alat-alat pertanian
yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik
maupun sosial ekonomi. Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan
kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang
dimaksud disini tidak mudah mencapinya dan biasanya memakan waktu yang
lama. Hal ini disebabkan karena sifat fisik usaha tani yang tidak saja merupakan
unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian kehidupan petani denga segala
aspeknya. Oleh sebab itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu mendorong
perubahan struktur dalam sektor pertanian sebagai mana dapat dilaksanakan
dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif adalah merupakan pula satu contoh
dari kebijakan ini.
c. Menyediakan lahan pertanian yang tepat
Menyediakan lahan pertanian yang tepat dilakukan untuk meningkatkan
hasil produksi pertanian dalam negeri. Karena seperti yang diketahui, lahan
pertanian saat ini sangatlah sempit. Ini terjadi karena banyaknya perumahan dan
gedung-gedung pembelajaan menggunakan lahan pertanian yang ada. Maka dari
itu, pemerintah sebaiknya menyediakan lahan pertanian yang sesuai dan strategis.
Dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi, sehingga kedepannya dapat
mengekspor hasil pertanian ke luar negeri.
d. Melakukan penyuluhan kepada petani
Melakukan penyuluhan kepada petani dimaksudkan agar petani dapat
memahami secara jelas tentang cara bercocok tanam yang baik. Karena sebagian
petani pada umumnya kurang memahami dalam hal menggunakan pupuk
tanaman dan obat pembasmi serangga (pestisida). Bila para petani kurang
memahami hal itu, maka akan ditakutkan akan terjadi perusakan ekosistem yang
berada disekitarnya. Oleh karena, sebaiknya para petani diberikan penyuluhan
khusus dalam hal bercocok tanam. Ini bertujuan agar hasil produksi yang
dihasilkan dapat memiliki nilai yang berkualitas tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sektor pertanian merupakan penopang tinggi dalam pendapatan negara serta
menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia mengingat wilayah kita
yang kaya akan lahan, subur, dan iklim mendukung. Menghasilkan produk pertanian
yang berkualitas meruapakn komoditi terbesar Negara Indonesia yang menduduki
posisi teratas dalam BPS terhadap perhitungan PDB di Indonesia tiap tahunnya.
Untuk itu perlu adanya perhatian khusus terhadap sektor pertanian ini guna
peningakatan hasil tani ditahun-tahun kedepannya dengan melihat berbagai factor
kendala seperti masalah minimnya modal para petani, masalah kepemilikan lahan,
maupun ketidakmampuan dalam penggunaan alat yang berteknologi canggih
menjadi PR khusus dalam penanganannya mengenai sektor pertanian tersebut
sehingga perlu adanya partisipasi dan dukungan dari pihak pemerintah maupun
kepedulian segenap masyarakat dalam menangani kasus tersebut.
Dalam masalah kepemilikan lahan pemerintah beserta masyarakat harus
tururt membela hak lahan milik petani guna menjaga kelangsungan lingkungan dan
pengolaan lahan untuk kegiatan pertanian. Pembangunan yang berkelanjutan pula
harus memperhatikan segi lingkungan alam yang ada diwilayahnya jangan sampai
memakan wilayah pertanian dan merusak kondisi lingkungan kita. Masalah
kepemilikan modal pula perlu dibentuknya sejenis koperasi petani, organisasi tani,
serta modal simpan pinjam bagi rakyat kecil guna membantu kegiatan para petani
dalam pengeloaan lahan mulai dari pemberian bibit unggul, pemberiaan pupuk,
hingga memperoleh hasil akhir dari pertanian yaitu ketika tiba musim panen yang
memang membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Perlu pula adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat guna meningkatkan semangat para petani dalam pengeloaan lahan,
penyampaian informasi tani yang tepat dalam peningkatan hasil pangan, cara-cara
mengkreasikan hasil tani, serta cara-cara penggunaan alat-alat teknologi canggih
guna mendapatkan hasil yang optimal dari kegiatan bertani dengan efektif dan
efisien tanpa memakan waktu lama dan tenaga yang besar serta dengan modal yang
sekecil-kecilnya sesuai dengan prinsip ekonomi.
Jadi dalam penanganan permasalahan pertanian di negara kita perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah sebagai pendana bagi kegiatan
pertanian, masyarakat sebagai penyampai informasi yang tepat dalam pengeloaan
lahan, serta partisipasi para petani dalam penerima dan penerap informasi serta ilmu-
ilmu pertanian yajng telah didapat dalam kegiatan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
NN. 2009. Tiga Problem Sektor Pertanian. Melalui:
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?
option=com_content&task=view&id=9207&Itemid=822 [2014/02/21]
NN. 2010. Pembangunan Pertanian di Indonesia. Melalui:
http://www.docstoc.com/docs/36654781/PEMBANGUNAN-PERTANIAN-DI-
INDONESIA [2014/02/21]
NN. 2011. Pertanian. Melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian [2014/02/21]
Reijntjes, Coen, et al.1992. Pertanian Masa Depan: Pengantar Untuk Pertanian
Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah.Kanisius : Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan pertanian Organik : pemasyarakatan sdan
Pengembangannya. Kanisius : Yogyakarta.