Diterbitkan oleh Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

pascasarjana_unnes Universitas Negeri Semarangunneskonservasi universitasnegerisemarang

Edisi: Khusus 2019

BULETIN

PASCASARJANA UNNES

Warisan Pemikiran dari Kampus Sekaran

Mengenang Prof Achmad Slamet

Akademikus Universitas Negeri Semarang (UNNES), Prof Dr Achmad Slamet MSi,

meninggal pada 31 Oktober lalu. Pemikiran Direktur Pascasarjana ini relevan

menjadi pijakan dunia pendidikan menghadapi persaingan global.

....bersambung ke halaman 2

Selamat Jalan Prof Dr H Achmad Slamet

Prof. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si. lahir di Semarang, 25 Mei 1961, wafat Kamis, 31

Oktober 2019 karena sakit di Rumah Sakit dr. Kariadi, Semarang.

Ia meninggalkan istri Dra. Hj. Farkhatun Choiriyah, anak Amalia Afni dan Nichia Choirunnisak.Riwayat pendidikan: SD Badan Wakaf Sultan Agung Semarang, Kota Semarang (1973), SMP SMEP Badan Wakaf Sultan Agung Semarang, Kota Semarang (1976), SMA SMEA PGRI Kota

Semarang (1980), Sarjana IKIP Negeri Semarang 1985, Magister (S2) Universitas Padjadjaran, Bandung (1993), dan Strata 3 (S3) Universitas Padjadjaran, Bandung (2000).

Riwayat jabatan fungsional: Asisten Ahli (1988), Lektor (1994), Lektor Kepala (2006), dan Profesor (2011).

Riwayat kepangkatan: CPNS (-)1986, Penata Muda (III/a) 1987, Penata Muda Tk. I (III/b) 1991, Penata (III/c) 1994, Penata Tk. I (III/d) 2011, Pembina (IV/a) 2015,

dan Pembina Tk. I (IV/b) 2018.Riwayat jabatan nonstruktural: anggota senat fakultas (2011-2014), anggota senat universitas (2015-2018).

Riwayat jabatan struktural: Wakil Direktur Pascasarjana (2000-2003), Direktur Pascasarjana (2015-2019).

Penghargaan yang pernah diterima: Satya Lancana Karyasatya XX Mei 2011, Satya Lancana Karyasatya XXX Mei 2017.

Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Dr Fathur Rokhman MHum beserta Keluarga besar UNNES mengucapkan bela sungkawa yang sedalam dalamnya atas berpulangnya ke rahmatullah Prof Dr H Achmad Slamet MSi Direktur Pascasarjana UNNES.

KETIKA ditemui pria kelahiran Semarang, 24 Mei 1961, ini di ruang kerjanya,

pertengahan Maret 2019, ia tengah sibuk di meja kerjanya. Sambil memeriksa sejumlah berkas, ia mendengarkan ceramah seorang akademikus dari kanal Youtube. Sesekali, ia melihat ke monitor itu ketika ada pernyataan penceramah yang menarik perhatian atau tak ia sepakati.

Sambil beraktivitas itu pula ia melayani wawancara. “Silakan bertanya, tapi jangan sulit-sulit ya,” kelakar alumnus Jurusan Pendidikan Bisnis IKIP Semarang (sekarang Unnes) pada 1985 ini.

Hal apa yang perlu disiapkan mahasiswa pascasarjana dalam menghadapi persaingan pada masa-masa mendatang?

Menurut Achmad, era disrupsi dan Revolusi Industri 4.0 menuntut siapa pun untuk mempelajari hal yang mungkin belum dibutuhkan sekarang. Akan tetapi, pada masa-masa mendatang, apa yang dipelajari itu akan akan sangat penting. Pelbagai pekerjaan yang sekarang dijalani pun sangat memungkinkan terdisrupsi. Sejalan dengan ijaan baru yang kini belum ada.

Dalam konteks itulah pendidikan

pendidikan mesti dilihat sebagai proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia mengatakan, kecerdasan tidak hanya terkait dengan pengetahuan, tapi juga bagaimana seseorang berperilaku dan berkarakter. Insan yang cerdas ialah siapa pun yang bisa menjadi teladan bagi orang lain. Sedangkan karakter khas bangsa merupakan pembeda dengan bangsa-bangsa lain.

Budaya AkademikDosen yang mengawali karier akademiknya sebagai pegawai negeri sipil di IKIP Semarang pada 1986 ini menuturkan, di kampus, budaytu, akan muncul pekerjaan-pekera akademik

.....sambungan hal 1

merupakan suatu sistem yang memegang peranan penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat secara keseluruhan. Budaya akademik adalah budaya universal. Artinya, dimiliki setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademikus untuk melakukan norma-norma akademik tersebut.

Pascasarjana Unnes kini memiliki 21 program magister dan 9 program doktor. Sebanyak 13 di antaranya mengantongi akreditasi A. Terdapat 269 dosen berkualifikasi doktor yang melakukan pembelajaran berbasis teknologi informasi menggunakan sistem yang dikembangkan oleh UNNES.

Achmad menuturkan, kepiawaian dosen dalam menumbuhkan minat mahasiswa menggali ilmu secara mandiri tak kalah penting dibanding transfer ilmu yang

diperoleh dari dosen secara langsung. Untuk itu, dosen tidak hanya berfungsi sebagai sumber ilmu yang setiap saat menjadi acuan mahasiswa, tetapi juga berperan sebagai perangsang dalam pengembang minat mahasiswa dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri.

“Ke depan kita butuh apa, kita memahami apa, kita mesti berimprovisasi pada era yang melompat-lompat, yang menuntut kita untuk memahami sesuatu yang mungkin saat ini belum kita butuhkan….”

Achmad Slamet lahir di Semarang 25 Mei 1961. Karir akademiknya sebagai dosen diawali pada 1 Januari 1986. Berbagai penelitian di bidang pemasaran telah ia lakukan, terutama berkaitan dengan perilku konsumen. Penelitian “Pengaruh Sikap Konsumen Mengenai Strategi Pemasaran Pasar Swalayan terhadap Pola Perilaku Pembelian” hanya salah satunya.

Sikap konsumen yang sangat positif ditandai dengan variabel lokasi pasar, harga produk, dan promosi pada pasar swalayan, sedangkan sikap konsumen mengenai strategi pemasaran pedagang eceran pasar swalayan yang cukup positip (sedang) ditandai dengan variabel atribut fisik pada pasar swalayan, pengaturan ruangan, dan pencetusan rasa ketidak puasan paska pembelian.

Riset lain yang pernah dilakukannya, berkaitan dengan

proses produksi genteng pre di Mertoyudan, mengungkap bahwa biaya produksi hanya memberikan sumbangan terhadap harga jual sebesar 21% . Adapun sisanya sebesar 78,9% ditentukan oleh variabel lain, yaitu faktor ekstern, seperti elastisitas permintaan, sasaran produk dan persaingan pasar.

Ia menemukan pola pergerakan harga pada komditas genteng pres di wilayah tersebut. Oleh karena itu, ia menyarankan produsen menyimpan barang pada Januari, Februari, April, dan Desember karena pada saat itu pemerolehan laba berada di titik minimal.

Selain melakukan penelitian di bidang pemasaran, Prof. Achmad Slamet banyak melakukan penelitian manajemen pendidikan. Lebih dari 17 penelitian dilakukan Achmad Slamet mengenai manajemen

lembaga pendidikan, antara lain Studi Orientasi Pendidikan Sebagai Human Invesment Dalam Peradaban Bangsa (2006), Studi Alternatif Peranan Pendidikan Nonformal Dalam Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun (2005), Studi Penyelenggaraan Kursus Pendidikan Luar Sekolah Masyarakat (Diklusemas) dan Upaya Standarisasinya (2006), dan Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah (2007), juga Pengelolaan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Nonformal (2007).

Melalui penelitian Model Pemberdayaan Kepala Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2005) ia menyarankan supaya kepal sekolah melibatkan guru dalam pengambilan keputusan.

Hal ini penting dilakukan supaya kepala sekolah dapat mengambil tindakan secara profesional.

Kepakaran