Self Medication

Embed Size (px)

Citation preview

A. Pengertian Polifenol Istilah senyawa fenol, meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda pula . Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakoula sel. Senyawa fenolik dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hidroksil, termasuk derivat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada banyak tumbuhan,dan juga banyak terdapat pada kacang-kacangan, teh hijau, teh

putih, anggur merah, anggur putih, minyak zaitun, cokelat hitam, dan delima. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Kadar polifenol yang lebih tinggi dapat ditemukan pada kulit buah seperti pada anggur, apel, dan jeruk. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna pada daun, selain itu polifenol juga berperan sebagai antioksidan yang dapat mengurangi resiko kanker dan sangat baik untuk kesehatan. (Poli)fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu senyawa dengan berat molekul kecil serta oligomer dan polimer yang berat molekulnya relatif tinggi. Fenol dengan berat senyawa rendah (LMP) biasanya terdapat pada pohon yang tinggi, beberapa diantaranya biasanya terdapat pada spesies pohon yang bervariasi dan yang lainnya terdapat pada spesies yang spesifik. Proanthocyanida (PA) dengan berat molekul tinggi adalah senyawa polifenol yang banyak ditemukan pada batang pohon, tetapi biasanya tidak ditemukan pada pohon herbeceous. Beberapa ribu senyawa fenol alam telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik

sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan-lignin, melanin, dan tanin- adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolik dijumpai pada protein, alkalis, dan di antara terpenoid.

B. Sifat Polifenol Bagi kimiawan tumbuhan, senyawa fenol tumbuhan dapat

menimbulkan gangguan besar karena kemampuannya membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Bila kandungan sel tumbuhan bercampur dan membran menjadi rusak selama proses isolasi, senyawa fenol cepat sekali membentuk kompleks dengan protein. Akibatnya, sering terjadi hambatan terhadap kerja enzim pada ekstrak kasar. Sebaliknya, fenol sendiri sangat peka terhadap oksidasi enzim dan munkin hilang pada proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang

terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi senyawa fenol-tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim, dan prosedur ini seharusnya dilakukan secara rutin. Fenol menyerap di daerah UV pendek dan dapat dideteksi pada pelat silika gel yang mengandung indikator fluoresensi gelombang 254 nm, terlihat sebagai bercak gelap dengan latar berfluoresensi. Akan tetapi biasanya lebih baik mendeteksinya dengan pereaksi yang lebih khas,yang terbaik pereaksi folin ciocalteu. Beberapa ribu senyawa fenol alam telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik

sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan lignin, melanin, dan tanin yang berasa pahit dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin digunakan sebagai astringent, baik untuk saluran

pencernaan, maupun kulit. Selain itu tanin juga dapat digunakan sebagai obat antidiare. Tanin dapat menghambat kerja enzim topoisomerase I dan II (T1 clan T2), viral reverse transkriptase (RT) pada konsentrasi 0,01 g/ml. Polifenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air dan etanol kedalam larutan cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim (Harborne, 1987). Polifenol merupakan senyawa dengan inti benzen lebih dari satu.Polifenol mudah larut dalam air karena bersifat polar. Polifenol dapat dideteksi dengan penambahan besi yaitu dengan penambahan (III) klorida dan uji daya reduksi, dan Fehling B pada ekstrak

Fehling A

sehingga membentuk endapan merah bata (Harborne, 1973).

C. Sumber Polifenol Berdasarkan Klasifikasinya Polifenol dapat diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan strukturnya, yaitu: 1. Asam Fenol

Gambar 1. Struktur asam fenol.

Asam fenol terdiri dari 2 kelas yaitu turunan asam benzoat dan turunan asam sinamat. Asam hidroksibenzoat terdiri dari Protocatechuic acid, Gallic acid Blackberry dan p-hydroxybenzoic acid sedangkan asam hidroksicinnamic terdiri dari caffeic acid, chlorogenic acid, coumaric acid, ferulic acid, sinapic acid yang sumber makanannya terdapat pada blackberry, raspberry, black currant, strawberry, blueberry, kiwi, cherry, pudding, aubergine, apel, pear, kentang, jagung, gandum, nasi, oat, cider (Manac, et al, 2004).

2. Flavonoid

Gambar 2. Struktur flavonoid.

Flavonoid terdiri dari flavonol, antosianin, flavon, flavonon, isoflavon yang sumbernya terdapat pada Bawang, buah cery, apel, brokoli, sayur hijau (bayam dan kangkung), tomat, buah berry, teh, red wine, gandum, kacang soya, kacang polong, apel, the, jeruk,anggur, limon, aurantium. Senyawa ini biasanya memilki struktur phenylbenzopyrone (C6 C3 C6) (Manac, et al, 2004). 3. Lignan

Gambar 3. Struktur lignan.

Lignan dibentuk dari 2 unit phenilpropana. Yang sumbernya terdiri dari biji rami yang mengandung secoisolariciresinol dan matairesinol rendah. Yang lainnya terdapat pada sereal, buah-buahan, biji padi-padian

dan tentunya pada sayuran. Lignan dimetabolisme menjadi enterodiol dan enterolakton oleh mikroflora usus halus (Manac, et al, 2004). 4. Stillbene

Gambar 4. Struktur stillbene.

Stillbene hanya ditemukan dalam kadar rendah pada manusia. Salah satunya yaitu resveratrol yang memiliki efek antikarsinogenik, sumbernya terdapat pada kadar rendah di wine (Manac, et al, 2004). Stillbene tidak tersebar luas pada tanaman (Scalbert dan Williamson, 2000). 5. Tannin Tannin merupakan salah satu komponen utama dalam tanaman obat yang sering digunakan. Senyawa Tannin terdiri dari dua golongan utama yaitu : a. Tannin Terhidrolisis Merupakan ester yang terbentuk dari gula dan asam fenolat dan biasa disebut Gallotannin (Ester Galloyl dari glukosa), contohnya Pentagalloyl glukosa atau ellagitannins (asam

hexahydrodiphenic, derivat dari dua unit asam gallat yang

membentuk ester dengan glukosa) contohnya agrimoniin dari agrimony. b. Non Hidrolisis Tannin (Tannin Terkondensasi) Disebut juga sebagai Tannin terkondensasi atau proanthocyanidin, merupakan polymer dari catechin atau memiliki ikatan CC, contohnya cola tannins. gallocatechin yang

D. Manfaat Polifenol Polifenol memiliki banyak manfaat bagi manusia, diantaranya: 1. Antioksidan Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran. Senyawa polifenol berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat langkah propagasi, yaitu memutus rantai autoksidasi atau disebut juga Chainbreaking antioxidants (AH). Berupa molekul dengan ikatan dengan hidrogen yang lemah sehingga mudah diserang pada reaksi propagasi, tapi hasil reaksinya merupakan radikal yang stabil yang tdk mempropagasi rantai reaksi. Antioksidan fenolik juga sering disebut sebagai antioksidan primer atau antioksidan sejati (true antioxidant). reaksi pemutusan rantai autooksidasi senyawa polifenol :

Gambar 6. Pemutusan reaksi autooksidasi oleh senyawa polifenol membentuk prodik radikal nonreaktif.

Senyawa fenol pada gambar, mendonasikan satu atom hIdrogen pada senyawa radikal peroksil (ROO.) diikuti oksidasi lebih lanjut membentuk produk akhir yang stabil nondekstukstif. Produk akhir yang dihasilkan tidak akan mempropagasi lebih lanjut rantai reaksi, sehingga tahap propagasi terputus dan pembentukan radikal selanjutnya dapat dicegah. Dibawah ini skema pemutusan reaksi autooksidasi:

Gambar 7. Skema pemutusan reaksi autooksidasi oleh Chain-breaking antioxidants (AH)

Chain-breaking antioxidants (AH) bisa bereaksi dengan radikal peroksil dan alkoksil, sehingga dapat menghambat pembentukan, isomerisasi dan dekomposisi hidroperoksida (Restya, 2008).

2. Aktivitas menurunkan kadar kolesterol Polifenol mampu menurunkan dan menjaga kadar serum kolestrol total agar tetap berada pada kisaran normal. Hal ini disebabkan karena aktivitas antioksidan polifenol yang dapat mencegah terjadinya stres oksidatif yang dapat memicu aterosklerosis (Widiati, 2009). 3. Aktivitas dalam mengurangi penyakit Diabetes Senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan yang mampu mengikat radikal bebas dapat mengurangi stres oksidatif. Berkurangnya stres oksidatif dapat mengurangi resistensi insulin dan mencegah

perkembangan disfungsi dan kerusakan sel Beta (Astrian, 2009) E. Biosintesis Polifenol

Gambar 8. Jalur biosintesis polifenol.

Pada gambar 8 menunjukkan banyak jaringan tanaman hidup, dilepas ke lingkungan dan nasibnya polifenol pada tanah. Pada gambar b

garis tidak putus-putus mengindikasikan jalur biosintesis polifenol dan perubahannya dan transformasi ke dalam dan dalam tanah. Garis putusputus mengindikasikan pengambilan nitrogen oleh tanaman

(Hattenschwiler dan Vitousek, 2000). F. Angka Kecukupan Polifenol bagi Tubuh Total polifenol yang dibutuhkan oleh seseorang adalah sampai mencapai 1 g/day yang diperoleh dari buah-buahan dan syuran. Di Asia sendiri, konsumsi kacang-kacangan sebagai salah satu sumber dar polifenol mencapai 10-35 g/day, yang ekuivalen dengan rata-rata pemasukan 25-40 mg isoflavon/day, dengan pemasukan maksimum 100 mg/day (Manac, et al, 2004). G. Absorbsi, Metabolisme dan Ekskresi Polifenol

Gambar 9. Metabolisme polifenol dalam Tubuh

Metabolisme polifenol terjadi melalui jalur yang lazim. Aglikon diabsorbsi pada usus halus. Tetapi kebanyakan polifenol yang terdapat

pada makanan pada bentuk ester, glikosida atau polimer tidak bisa diabsorbsi pada bentuk aslinya. Senyawa-senyawa itu harus dihidrolisis oleh enzim usus halus atau oleh mikroflora usus besar sebelum diabsorpsi. Pada usus besar terdapat mikroorganisme yang mempunyai potensial katalisis yang besar dan hidrolisis. Ketika flora dilibatkan, efisiensi absorpsi sering direduksi karena flora mendegradasi aglikon yang melepas dan memproduksi berbagai asam aromatic sederhana. Selama proses absorpsi polifenol dikonjugasi pada usus halus dan selanjutnya di hati. Proses ini terdiri dari metilasi, sulfasi dan glukuronidasi. Ini adalah proses metabolism detoksikasi yang lazim untuk banyak xenobiotika yang membatasi potensi efek toksik dan memfasilitasi eliminasi melalui urin dan empedu oleh peningkatan hidrofilitas. Mekanisme konjugasi efisiensinya meningkat, dan aglikon pada umumnya tidak ada pada darah atau ada pada konsentrasi rendah setelah konsumsi dosis nutrisi. Setelah melewati hati metabolit polifenol yang terpakai akan menuju ke jaringan sedangkan yang tidak terpakai menuju ginjal untuk diekskresi. Polifenol dan turunannya dieliminasi melalui urin dan empedu. Polifenol disekresi melalui rute empedu ke duodenum, dimetabolisme oleh enzim, khususnya -glucuronidase, pada bagian distal di usus halus, setelah direabsorpsi. Kemudian disekresi melalui feses (Scalbert dan Williamson, 2000).

H. Teh Hijau (Green Tea) Nama Latin Nama Lokal Nama asing : Camellia Sinensis : Teh; Enteh (Sunda) : Pu erh cha (Cina); Theler (Prancis); Thee (Belanda; (Jerman); (Portugal) Empiris : Dipanen daunnya lalu diolah menjadi teh. Caranya dengan menyeduh bersama air panas pucuk daun segar atau yang telah dikeringkan. Daun yang baru dipetik harus cepat dikeringkan dan dipanaskan untuk mencegah oksidasi. Hasil pengeringan daun berwarna gelap, pertanda klorofil dan tanin sudah terlepas. Teh putih untuk menyebut daun teh yang sengaja Cha Te (India); Cha Teestrauch da india

(Italia);

dipelihara agar tidak mengalami oksidasi. Senyawa aktif : Polifenol, flavonoid, katekin, fluoride,

magnesium, vitamin E, vitamin K. Daun mengandung kafein (2-3%), teobromin, teofilin, tanin, adenin, minyak atsiri,

kuersetin, naringenin, dan natural fluoride.

Daun teh mengandung 30-40% polifenol yang terkenal sebagai katekin. Katekin adalah senyawa antioksidan kuat, bahkan lebih kuat dari vitamin E, vitamin C, dan betakaroten. Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat mencegah terjadinya oksidasi. atau

Gambar 10. Kestabilan Suatu Antioksidan Radikal

Antioksidan memiliki kemampuan dalam memberikan elektron, mengikat, dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas yang mematikan. Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain untuk mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam bentuk tersebut tetapi dengan struktur yang tidak dapat merusak molekul lainnya. Gugus hidroksi ini dapat berfungsi sebagai antiradikal bebas atau antioksidan. Semakin banyak gugus hidroksi suatu senyawa, maka kemampuannya sebagai senyawa antioksidan semakin baik. Ada beberapa jenis katekin di dalam teh: epigallo katekin-gallate (EGCG), epigallo katekin (EGC), epikatekin-gallate (ECG), gallokatekin, dan katekin. Saat proses fermentasi pembuatan teh hitam, katekin

dioksidasi menjadi theaflavin, thearubigen, dan oligomer lain. Theaflavin bertanggung jawab terhadap munculnya rasa khas dalam teh hitam. Thearubigen menyebabkan warna coklat gelap dari teh hitam. Karena proses fermentasi itu, teh hitam hanya mengandung 3-10% katekin. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin lebih banyak dari teh hitam.

Gambar 11. Salah satu senyawa polifenol yang terkandung di dalam daun teh

Komposisi daun teh sangat kompleks. Ada lebih dari 400 komponen kimiawi telah teridentifikasi di dalam daun teh. Uniknya jumlah dan komposisi kimiawi itu berbeda-beda tergantung tanah, iklim, dan umur daun teh ketika dipetik. Senyawa-senyawa aktif dalam daun teh itu bersinergis menangkal radikal bebas sehingga mampu mencegah serangan jantung dan kanker. Teh sejak lama sudah digunakan untuk mencegah karang gigi, menenangkan saraf, menurunkan kolesterol, mengurangi diare, mencret, dan mempertahankan berat badan. Sifat Fisik Penampakan: putih Melting point: 104-106 C Sifat Kimia Sensitf terhadap oksigen. Sensitif terhadap cahaya (dapat

Boiling point: 245 C

mengalami perubahan warna apabila

Tekanan uap: 1 mmHg pada mengalami kontak langsung dengan 75 C Densitas: 3,8 g/m3 Flash point: 137 C udara terbuka). Berfungsi sebagai antioksidan. Substansi yang dihindari: unsur oksidasi,

Explosion limits: 1,97% (batas asam klorida, asam anhidrida, basa, dan atas) asam nitrit. Larut dalam air hangat. Stabil dalam kondisi agak asam atau netral (pH optimum 4-8 Polifenol teh atau sering disebut dengan katekin merupakan zat yang unik karena berbeda dengan katekin yang terdapat pada tanaman lain. Katekin dalam teh tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Katekin teh bersifat antimikroba (bakteri dan virus), antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh darah, melancarkan sekresi air seni, dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Katekin merupakan kelompok terbesar dari komponen daun teh, terutama kelompok katekin flavanol. Katekin tersintesis dalam daun teh melalui jalur asam melanik dan asam shikimik. Sedangkan asam galik diturunkan dari suatu produk antara yang diproduksi dalam jalur asam shikimik.

Gambar 12. Jalur Biosintesis Katekin pada Daun Teh

Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan. Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi

dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik. Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi : Teh putih Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer. Teh hijau Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

Oolong

Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari. Teh hitam atau Teh merah Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa atau dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTC masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.

Pu-erh (Pu li dalam bahasa Kantonis)

Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh puerh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama

penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai

kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam. Teh kuning Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat. Kukicha Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan. Genmaicha Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang. Teh bunga Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (Heung Pn dalam bahasa Kantonis, Hua Ch dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.

I. Bukti Ilmiah Menekan resiko terkena serangan jantung Konsumsi teh hitam secara berkelanjutan mampu megatasi berbagai penyakit termasuk jantung. Teh hitam merupakan pucuk tanaman Camellia sinensis yang difermentasi. Kesimpulan itu diambil Kenneth Mukamal dari sekolah Kedokteran Harvard, Amerika Serikat, yang meneliti 1.900 pasien serangan jantung. Semula lebih dari separuh pasien itu tak terbiasa mengkonsumsi teh, 615 orang terbiasa meminum kurang dari 14 cangkir setiap hari, sedangkan 266 orang pecandu berat yang meminum lebih dari 19 cangkir setiap hari. Setahun kemudian, pada Januari 2007, ia mencatat 313 pengidap jantung itu meninggal. Kesimpulan Kenneth, pasien yang mengkonsumsi teh kurang dari 14 cangkir perhari menurunkan 28% tingkat kematian sedangkan yang mengkonsumsi teh hitam lebih dari 19 cangkir, 44% terlepas dari ancaman kematian akibat serangan jantung. Ini artinya kebiasaan meminum teh hitam menekan resiko kematian. Polifenol teh diketahui bersifat anti bakteri dan anti virus dan dalam Journal of Free Radical Research 1999 mengungkapkan bahwa 2 cangkir teh mengandung anti oksidan yang setara dengan 7 gelas jus jeruk atau 20 gelas jus apel . Dari hasil penelitian lainnya, flavonoid merupakan antioksidan pada teh mampu memperkuat dinding sel darah merah dan

mengatur

permeabilitasnya,

mengurangi

kecenderungan

trombosis, dan menghambat oksidasi LDL sehingga mengurangi terjadinya proses atherosklerosis di pembuluh darah yang selanjutnya akan mengurangi resiko kematian akibat penyakit jantung koroner. Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 25 x dosis manusia (1,35 g/200 g BB) yang diberikan per oral pada tikus normal yang diberi diet glukosa memperlihatkan efek hipoglikemik pada jam dan 1 jam setelah perlakuan Antikanker Teh hijau efektif menurunkan resiko munculnya kanker pada perut, pankreas, liver, payudara, paru-paru, endometriesis, prostat, dan ovarium Antibakteri Ekstrak teh hijau menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus viridans. J. Resep Menjaga Stamina dan Mencegah Kanker Sebanyak 30 g serbuk teh hitam Camellia sinensis direbus dalam 2 gelas air mendidih. Setelah sebusan dingin, saring dan minum dengan frekuensi 3 kali sehari.

Berikut beberapa tumbuhan dan bagiannya yang mengandung polifenol:

Daun cinco (Cyclea barbata) Biji jengkol (Archidendron jiringa) Biji buah alpukat (Persea americana) Teripang (Holothuria scabra) Akar sidaguri (Sida rhombifolia)

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Herbal Indonesia Berkhasiat: Bukti Imiah dan Cara Racik, Vol. 8, Trubus Info Kit. Barnes, Joanes. 2007. Herbal Medicines Third Edition. Pharmaceutical Press. London Hattenschwiller, S dan Vitousek, P. M. 2000. The Role Of Polyphenols In Terrestrial Ecosystem Nutrient Cycling. Review PII: S01695347(00)01861-9 TREE Vol. 15, No. 6 June 2000. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Modern

Mahtuti. 2004. Pengaruh Daya Antimikroba Asam Tanat Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro. Unair. Surabaya. Manach, S. 2004. Polyphenols: food sources and bioavailability. American Journal Society for Clinical Nutrition. Vol 79:727 47. Octavia, Devi Ristian, 2009, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat, dan Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan Metode DPPH, Skripsi Sarjana, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pambuyun, R. et all. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia Vol.18,141-146. Rohdiana, Dadan, 2008, Teh Hitam dan Antioksidan, Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung Suprastini, Endang, 2006, Efek Antimikroba Polifenol dari Teh Hijau Jepang terhadap Streptococcus mutans, Dep. I. Konservasi Gigi FKG UI Syah, Andi Nur Alam, 2006, Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau, PT. Agro Media Pustaka, Depok

MAKALAH SWAMEDIKASIPOLYPHENOLIC

COMPOUNDS

OLEH : KELOMPOK IV APOTEKER KELAS B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVESITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010 ANGGOTA KELOMPOK : IRMAYANTI EKA YUNINGSIH ST. SYUHRAH LEKSI PASERU ARFIANNI SOFIA BALADRAF RINI ANGGRAENI CHARLY ADRIANUS TAHAP