13
 M KN PEM RK H KOHESI NT R KL US D N K LIM T I S U S U N OLEH  KELOMPOK SRIWATI ILYAS RISDA DARMAYANTI AYU WAHYUNI MUH. SUKRI YUNUS NUR ILMIAH UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 

Semantik Jjj

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Naskah drama sastra Indonesia dan Prosa Indonesia

Citation preview

MAKNA PEMARKAH KOHESI ANTAR KLAUSA DAN KALIMATDISU

SUNOLEH

KELOMPOK 9SRIWATI ILYASRISDA DARMAYANTIAYU WAHYUNIMUH. SUKRI YUNUSNUR ILMIAH

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSARFAKULTAS ILMU BUDAYAJURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

MAKNA PEMARKAH KOHESI ANTAR KLAUSA DAN KALIMAT

Kohesi adalah sebuah konsep semantik, yang mengacu pada hubungan semantik, yang hadir di dalam teks, dan yang menentukannya sebagai sebuah teks. Kohesi terjadi jika penafsiran unsur-unsur di dalam wacana tergantung pada penafsiran-penafsiran yang lain. Unsur yang dipraanggapkan kepada unsur yang lain, dalam pengertian bahwa unsur itu tidak dapat disusun secara baik kecuali dengan unsur lainnya. Bila hubungan ini terjadi, maka terjadilah hubungan kohesi, dan dua unsur yang mempraanggapkan dan yang dipraanggapkan paling tidak secara potensial sudah terangkum di dalam teks). Dengan kata lain kohesi juga biasa disebut hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat yang membentuk wacana. Kohesi (cohesion) memiliki kedudukan yang amat penting dalam wacana. Jika kita setuju terhadap pandangan bahwa wacana merupakan jaringan atau tenunan unsur-unsur pembentuknya (Djawanai, 1977:2) dalam Gatra, 1990), kohesi adalah salah satu unsur wacana yang berfungsi sebagai pengantar jaringan unsur-unsur tersebut sehingga membentuk wacana yang utuh. Jika jaringan itu berupa jaringan semantik, kohesilah yang merupakan relasi semantik yang membentuk jaringan tersebut. Bila jaringan itu berupa jaringan gramatikal, kohesi berfungsi sebagai pengatur relasi gramatikal bagian-bagian wacana. Di samping itu, jika jaringan-jaringan itu mengarah ke kesatuan topik (topic unity), kohesilah yang bertugas menjaga kesinambungan topik (topic continuity). Oleh karena itu, kohesi adalah salah satu sarana pembangun keutuhan wacana. Kohesi, sebagai aspek formal bahasa dalam wacana organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky, 1976:26; dalam Tarigan, 1987:96).

PEMARKAH Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh ferdinan de saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara yang ditandai (signified) dan yang menandai (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas, kata Saussure. Menurut pradopo (1990 : 121 - 124). Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda yang mempunyai arti. Jadi kata-kata yang sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang dientukan oleh perjanjian masyarakat atau konveksi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda pada kata tersebut dapat berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti dalam konvensi masyarakat. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip yaitu :1. Penanda atau yang menandai yang merupakan bentuk tanda 2. Petanda atau yang ditandai yang merupakan arti tandaSehingga berdasarkan hubungan penanda dan petanda ada tiga jenis tanda yang pokok yaitu,1. Ikon adalah tanda penghubung antara penanda dan petandanya yang bersifat persamaan bentuk alamiahnya.2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hunbungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat3. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah antara petanda dan penandanya.Klausa Menurut Kridalaksana (2001:110) klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Klausa belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Intonasi atau tanda baca itulah yang membedakan klausa dengan kalimat. Kalimat juga mengandung unsur paling sedikit subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi intonasi atau tanda baca tertentu (Mulyani, 2004:14). Contoh : a. Ibu memasak nasi b. Ibu memasak nasi.Kalimat (a) yang dilafalkan tanpa intonasi dan tidak ditandai tanda baca adalah sebuah klausa, sedangkan kalimat (b) apabila diucapkan dengan intonasi naik, lalu turun pada kata nasi, terbentuklah kalimat yang merupakan pernyataan berita dengan ditandai tanda baca akhir titik (.). Berdasarkan kedudukannya dalam kalimat, sebuah klausa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah konstruksi predikatif yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna dengan penambahan intonasi akhir. Klausa terikat adalah konstruksi predikatif yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna, dan merupakan bagian fungsi sintaksis klausa bebas (Sibarani, 1997:49). Contoh : 1. Dia terjatuh di lantai 2. ketika kami sedang bermain Klausa (1) merupakan klausa bebas karena dapat berdiri sendiri, sedangkan klausa (2) merupakan klausa terikat yang tidak bisa berdiri sendiri karena terikat klausa yang lainnya. Klausa terikat biasanya dapat dikenali dengan konjungsi subordinatif di depannya.Kalimat Verhaar (2001:161) secara singkat menyatakan kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan. Menurut Kridalaksana (2001:92) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri; mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula tanda baca seperti koma, titik dua, tanda pisah, dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Pengkajian kalimat dapat meliputi tiga hal, yaitu: a) Fungsi sintaksis yang meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. b) Kategori sintaksis yang terdiri antara lain verba, nomina, adjektiva, adverbia, dan numeralia. c) Peran sintaksis, yang erat kaitannya dengan makna seperti agent (pelaku), benafactive (penerima), objektive (sasaran), instrument (alat) serta locative (lokasi) Ricahrds (dalam Mulyani, 2004:14). Penelitian kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an ini pengkajian data hanya meliputi fungsi dan kategori sintaksis saja.

CONTOH dalam klausa dan kalimat.Contoh kohesi:Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini.Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

Penggunaan Pemarkah Kohesi Gramatikal yang Digunakan terhadap Kepaduan MaknaPenggunaan alat/pemarkah kohesi gramatikal berpengaruh terhadap kepaduan makna yang terdapat dalam wacana kumpulan cerpen Bintang Kecil di Langit yang Kelam karya Jamal T. Suryanata. Alat/pemarkah yang menjadikan sebuah wacana kohesif meliputi pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction). a. Pengacuan (reference), merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lainnya atau suatu acuan yang mendahului atau mengikutinya. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini terdapat kutipan wacana cerpen yang di dalam wacana tersebut digunakan alat/pemarkah pengacuan. Contoh 1 :Tiba-Tiba saja sosok itu sudah puluhan tahun berdiam dalam hidupku. Segalanya seakan tercatat baik, bahkan mungkin sangat detail, dalam setiap jejak kehidupanku. Suatu kebersamaan yang saling mengisi. Kekosongan demi kekoso-ngan dalam diriku serasa telah menjadi pasar terbuka. Tempat segala penawaran terjadi. Barangkali, simpulku menyerah, inilah resiko menjadi seorang perempuan seperti aku. Perempuan sunyi, ah, aku tak perlu melanjutkannya. Pada data di atas, terdapat pengacuan persona yaitu ku dan aku. Kedua alat pemarkah tersebut bersifat ensofora. Pengacuan endofora adalah apabila anteseden yang diacu berada di dalam teks wacana. Pada kutipan wacana cerpen di atas terdapat anteseden yang diacu berada di dalam wacana yaitu seorang perempuan. Pengacuan yang digunakan di atas juga termasuk kepada endofora yang bersifat katafora, karena satuan lingual yang dirujuk baru disebutkan kemudian yaitu seorang perempuan. Pada awal penceritaan pengarang merujuk dengan menggunakan ku dan aku, dan pada bagian paragraf lain baru ditemukan bahwa ku dan aku yang dimaksud oleh pengarang adalah seorang perempuan. Oleh sebab itu, penggunaan pengacuan seperti yang terdapat pada kutipan cerpen di atas menjadikan cerpen tersebut kohesif. b. Penyulihan (substitution) merupakan proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk menjelaskan struktur tertentu. Penggunaan penyulihan pada kutipan wacana cerpen juga menjadikan wacana cerpen kohesif dapat dilihat pada kutipa wacana berikut. Contoh 2 : Masih tak ada reaksi apa pun yang keluar dari mulut lelaki bertubuh ceking itu. Seakan ia datang hanya untuk menu-naikan kewajiban, seperti layaknya seorang suami kepada istrinya. Bertahun-tahun sudah mereka lalui kebersamaan seperti itu.

Pada data di atas, terdapat peyulihan yaitu seperti itu, kata yang diganti adalah seakan ia datang hanya untuk menunaikan kewajiban, seperti layaknya seorang suami kepada istrinya. Penggantian kalimat di atas menjadi seperti itu mempunyai arti yang sama, untuk pengekfektifan kalimat dan tidak timbulnya pengulangan, maka pengarang mengganti kalimat tersebut seperti yang terdapat pada kutipan wacana di atas. Adanya penggunaan alat/pemarkah penyulihan tersebut, menjadikan wacana tersebut kohesif. c. Pelesapan (ellipsis) adalah adanya unsur yang dinyatakan tersurat pada kalimat berikutnya. Walaupun tidak dinyatakan tersurat, sudah dapat diperkirakan kehadirannya. Untuk lebih jelasnya, berikut kutipan wacana cerpen yang menggunakan pelesapan. Contoh 3 : Keesokan harinya Bang Hamid minggat meninggalkan ibunya. Meninggalkan kami semua. Pada data diatas terdapat pelesapan yaitu Bang Hamid yang dilesapkan pada kutipan tersebut. Keesokan harinya Bang Hamid minggat meninggalkan ibunya. (Bang Hamid) Meninggalkan kami semua.d. Perangkaian (conjunction) adalah kata yang digunakan untuk penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, dan antar-paragraf. Penggunaan perangkaian pada kutipan wacana cerpen Bintang Kecil di Langit yang Kelam menjadikan wacana tersebut kohesif, karena dengan adanya penggunaan perangkaian (conjunction) kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf yang terdapat dalam wacana cerpen berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, dengan adanya penggunaan perangkaian (conjunction) pada wacana cerpen tersebut menjadikan wacana cerpen tersebut menjadi kohesif. Untuk lebih jelasnyan, berikut kutipan wacana cerpen yang memakai alat/pemarkah perangkaian (conjunction). Contoh 4 : Kau pasti salah orang, anak muda. Aku hanyalah seorang pengembara baru turun dari puncak gunung setelah bertahun-tahun bersunyi-sunyi di sana. Aku tak lebih dari seorang, pengelana yang terbebas dari ikatan segala kemutlakan dunia. Karena itu, pergilah kamu jauh-jauh. Melangkah sesuka hatimu. Contoh 5 :Wahai Nyonya Kapten Wirasegara. Jadi, bukanlah suatu kebetulan jika saya memang mengetahui segala hal tentang diri Nyonya. Bahkan, saya ikut merasakan getar-getar penyesalan setiap kali Nyonya selesai melakukan penyelewengan itu. Pada contoh 4 di atas, terdapat penggunaan perangkaian (conjunction) yaitu karena itu yang termasuk pada perangkaian (conjunction) antarkalimat yang berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya. Pada contoh 5 terdapat penggunaan perangkaian (conjunction) yaitu jadi dan bahkan. Oleh karena itu, dengan adanya penggunaan perangkaian (conjunction) pada kutipan wacana cerpen di atas, menjadikan wacana cerpen tersebut kohesif.

EVALUASI.ESAY1. Jelaskan tiga tanda jenis yang pokok berdasarkan hubungan penanda dan petanda !Jawab : Tiga jenis yang pokok berdasarkan hubungan penanda dan petanda yaitu,a. Ikon adalah tanda penghubung antara penanda dan petandanya yang bersifat persamaan bentuk alamiahnya.b. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hunbungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibatc. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah antara petanda dan penandanya.

2. jelaskan perbedaan antara penanda dan petandaJawab : penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca sedangkan Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa.

3. Sebutkan dua prinsip Dalam pengertian tanda !Jawab : Dua prinsip dalam pengertian tanda yaitu :a. Penanda atau yang menandai yang merupakan bentuk tanda b. Petanda atau yang ditandai yang merupakan arti tanda

4. jelaskan pengertian kalimat menurut Kridalaksana !Jawab : Menurut Kridalaksana, kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri; mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.5. Jelaskan pengertian dari klausa bebas !Jawab : Klausa bebas adalah konstruksi predikatif yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna dengan penambahan intonasi akhir.PILIHAN GANDA1. sebuah konsep semantik, yang mengacu pada hubungan semantik, yang hadir di dalam teks, dan yang menentukannya sebagai sebuah teks merupakan pengertian dari ...A. KohesiB. KlausaC. IkonD. indeksE. SimbolJawab : A. Kohesi2. tanda yang menunjukkan adanya hunbungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat merupakan pengertian dari ...A. IkonB. SimbolC. Klausa bebasD. Klausa terikatE. IndeksJawab : E. Indeks3. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda yang mempunyai arti. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh ?A. Ferdinand de SaussureB. KridalaksanaC. PradopoD. VerhaarE. Abdul ChaerJawab : C. Pradopo4. Siapakah yang memperkenalkan Awal mulanya konsep semiotik melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis ?A. Ferdinand de SaussureB. Pramoedya AnantatoerC. Abdul ChaerD. J.D. PareraE. M. RamlanJawab : A. Ferdinand de Saussure5. Konstruksi predikatif yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna, dan merupakan bagian fungsi sintaksis klausa bebas adalah pengertian dari ...A. Klausa bebasB. Klausa terikatC. KalimatD. PredikatE. SintaksisJawab : B. Klausa terikat

SUMBER: PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN CERPEN BINTANG KECIL DI LANGIT KELAM KARYA JAMAL T. SURYANATA Oleh: Hevy Metalizka Antony1, Novia Juita2, Ngusman3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: [email protected]

(http://blifa.blogspot.com/2012/05/kohesi-dan-koherensi.html_)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30959/4/Chapter%20II.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika)Ferdinand de Saussure