Upload
ahmad-althof-malihul-adi
View
22
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
modul neurosensoris kasus cedera kepala
Citation preview
SEMINAR 1KELOMPOK 8
NAMA ANGGOTA
ANDREAS KARTA PARAN
CINTANTYA PRAKASITA
FERNANDO FERINO
MELLY SARTIKA
RAIHANA HAIFA SOPA
TARSIAH NINGSIH
AHMAD ALTHOF MA
RIZKYA AMELIA
FEBRIANTY R
SKENARIO : laki laki dengan penurunan kesadaran dan kejang
Seorang laki laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran disertai kejang-kejang. Saksi mata mengatakan bahwa pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasienmengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan mobil. Tabrakan cukup keras sehingga terlempar cukup jauh, helm terlepas dan kepala membentur jalan. Pasien tidak sadar, kemudian segera dibawa ke RS, dalam perjalanan pasien sempat kejang-kejang beberapa menit disertai muntah.
Setelah kejangnya diatasi di UGD, didapatkan keadaan umum sakit berat. Pasien selalu menutup mata dan hanya membuka mata bila diberikan rangsang nyeri. Bila diberi rangsang nyeri dia menghindar dan merintih kesakitan.
Tensi 140/80 mmHg, suhu 37,5 C, nadi 60x/menit, respirasi 28x/menit. Pupil anisokhor reflex cahaya +/+ ekstremitas kiri kurang aktif dan reflex Babinski -/+. Dari telinga kanan pasien keluar darah. Pada pemeriksaan terdapat luka robekdi kepala bagian temporalkanan sepanjang 5cm. Pemeriksaan lab dalam batas normal dan hasil foto thorax normal.
Detelah pasien sadar, didapatkan pasien lupa kejadian beberapa saat sebelum kecelakaan lalu lintas..
Kata kunci : kecelakaan lalu lintas, luka robek di kepala bagian temporal kanan, penurunan kesadaran, kejang, telinga kakan pasien keluar darah.
KLARIFIKASI ISTILAH
Penurunan kesadaran : sebuah kondisi dimana seseorang tidak terjaga/ tidak bangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respon yang normal terhadap stimulus
Kejang : merupakan serangan mendadak atau kekambuhan penyakit, dimana merupakan kejadian paroksismal yang disebabkan lepas muatan hipersinkron dari neuron system saraf pusat.
Kecelakaan lalu lintas : kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian
PENETAPAN MASALAH
Penurunan kesadaran
Prehipertensi, respirasi meningkat, pupil anisokhor
Telinga kanan keluar darah
Refleks Babinski -/+
Luka robek di bagian temporal kanan
Amnesia retrograde
Kejang, muntah
GCS E2 V2 M4
MIND MAP
CEDERA KEPALA(TRAUMA TUMPUL)ANATOMI
PROGNOSIS
TATALAKSANA
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
GEJALA KLINIS
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
KOMPLIKASI
LEARNING OBJECTIVE
Pemeriksaan dan etiologic penurunan kesadaran
Definisi,etiologic pathogenesis dan gejala cedera kepala
Klasifikasi ICD 10
Derajat penyakit
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
Sequelle
LEARNING ISSUE
Patofisiologi Cedera kepala
Gejala sequelle cedera kepala
Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak (meningen), dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.
Etiologi Cedera Kepala
-Kecelakaan lalu lintas-Terjatuh-Kecelakaan dalam pekerjaan-Kecelakaan waktu rekreasi-Akibat diserang atau dipukul-Kecelakaan transportasi lainnya
Derajat Cedera Kepala
Cedera kepala ringan
Cedera kepala berat
Cedera kepala sedang
Cedera kepala ringan
GCS 13 – 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde.
Tidak ada fraktur tengkorak
Tidak adakontusio cerebral maupun hematoma
Cedera kepala sedang
GCS 9–12
Kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Cedera kepala berat
GCS lebih kecil atau sama dengan 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau hematoma intracranial
Pembagian cedera otak traumatik menurut The International Classification of Diseases
(ICD) 10
Trauma Capitis (pada daerah
temporal dextra)
KejangSering ruptur a.
meningea media
Epidural hematoma
Midline shift & ICP ↑↑↑
Ggn. Jantung & fungsi nafas
Uncinate herniation
Penekanan pada formatio
reticularis
Kesadaran↓↓↓
Penekanan pada N. III
Pupil anisokor
Penekanan pada traktus
kortikospinalis
Hemiparesis
Penekanan pada pusat
muntah
Refleks muntah
Keluar darah dari telinga
Amnesia Retrograde
Epidural Hematoma
Epidural Hematoma
Perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan duramater
Tekanan Intra Kranial meningkat
Tekanan ini dapat menyebabkan bagian medial lobus (uncus) melewati tentorium cerebelli (uncinate herniation)
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Kejang
ICP↑ → penurunan perfusi ke otak → terganggunya aliran darah, destruksi control inhibitorik dendritic, gangguan sawar darah otak dan perubahan dalam system penyangga ion ekstrasel
Muntah
ICP↑ → Penekanan pada pusat muntah → reflex muntah
Tekanan darah 140/80
CPP = MAP - ICP
ICP↑ → kompensasi utk mempertahankan CPP → MAP↑ → Tekanan darah↑
Respirasi 28x/menit
Takipneu; kompensasi dari perfusi otak yang menurun utk menjaga perfusi otak adekuat
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Penurunan kesadaran
E2V2M4 ; GCS = 8
ICP↑ → herniasi unkus → menekan formatio reticularis di batang otak (fossa posterior)
Pupil anisokor dextra
ICP↑ → herniasi unkus → menekan saraf parasimpatis n. III → tidak terjadi vasokontriksi pupil → tidak ada hambatan terhadap saraf simpatis → midriasis ipsilateral (mata kanan)
Ekstremitas kiri kurang aktif
ICP↑ → herniasi unkus → menekan traktus kortikospinalis → kelemahan respons motoric kontralateral → hemiparesis → Reflex Babinski kiri +
Gejala Hematoma Epidural
Hilang kesadaran
Hemiparesis kontralatreral
Pupil anisokor
Kejang
Lucid interval
Peningkatan TIK
Nyeri kepala
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Menguji tingkat kesadaran:
1. Secara kualitatif
2. Secara kuantitatif
Kualitatif
1. Compos mentis
2. Apatis
3. Delirium
4. Somnolen
5. Sopor
6. Soporo coma
7. Coma
Kuantitatif:GCS
PATOFISIOLOGI PENURUNAN KESADARAN
Kesadaran penuh (awakefullness): pusatnya di formatio reticularis di batang otak.
Kesadaran Hilang
Cedera kepala
Hematom
epidural
Herniasi• melalui
foramen tentorium
Menekan batang otak• formatio
reticularis
Kesadaran hilang
Lucid Interval
Cedera kepala
Hematom
epidural
Hematom
progresif
Semakin parah
Sudah sadar bisa
pingsan lagi
patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium rutin Foto kepala Foto servikal CT Scan / MRI kepala Cerebral Angiografi
Penanggulangan Cedera Kepala Akut
Jalan nafas (Air way)
Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun ke belakang dengan posisi kepala ekstensi,
Kalau perlu dipasang pipa orofaring atau pipa endotrakheal, bersihkan sisa muntahan, darah, lendir atau gigi palsu.
Isi lambung dikosongkan melalui pipa nasograstrik untuk menghindarkan aspirasi muntahan
Penanggulangan Cedera Kepala Akut
Pernafasan (Breathing)
Tindakan dengan pemberian oksigen kemudian cari danatasi faktor penyebab dan kalau perlu memakai ventilator.
Sirkulasi (Circulation)
Tindakannya adalah menghentikan sumber perdarahan,
Perbaikan fungsi jantung
Mengganti darah yang hilang dengan plasma, hydroxyethyl starch atau darah
Penanggulangan Cedera Kepala Akut
Pemeriksaan Status Generalis dan Neurologis (Disability)
Tanda vital: tek darah, nadi, pernapasan, suhu kesadaran (GCS)
Pupil: ukuran, bentuk dan refleks cahaya
Pemeriksaan neurologis cepat: hemiparese, refleks patologis
Luka-luka (cedera intrakranial)
komplikasi
Kejang berulang
Infeksi intracranial akibat fraktur
Peningkatan TIK
Iskemia
Perdarahan otak
Hidrosefalus
Gejala sequelle
Infeksi : ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak
Fistula cairan cerebrospinal
Paresis saraf kranial
Pneumokel
Epilepsi
Sindrom pasca trauma kepala
Gangguan mental
Tatalaksana
Pasien dalam keadaan sadar (GCS=15)
Perawatan luka.
Pemeriksaan radiologik hanya atas indikasi.
Cedera kepala ringan / minor head injury (GCS=13-15)
CT Scan kepala, jika curiga adanya hematom intrakranial, misalnya ada riwayat lucid interval, pada follow up kesadaran semakinmenurun atau timbul lateralisasi.
Observasi kesadaran, pupil, gejala fokal serebral disamping tanda-tanda vital.
Tatalaksana
Cedera kepala sedang (GCS=9-12)
Periksa dan atasi gangguan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
Periksa singkat atas kesadaran, pupil, tanda fokal serebral dan cedera organ lain. Fiksasi leher dan patah tulang ekstrimitas
Foto kepala dan bila perlu bagiann tubuh lain
CT Scan kepala bila curiga adanya hematom intrakranial
Observasi fungsi vital, kesadaran, pupil, defisit fokal serebral
Tatalaksana Tekanan Intra kranial tinggi
Hiperventilasi Setelah resusitas ABC, dilakukan hiperventilasi dengan ventilasi yang terkontrol
Drainase Tindakan ini dilakukan bila hiperventilasi tidak berhasil
Terapi diuretik Diuretik osmotik (manitol 20%) dan Loop diuretik (Furosemid)
Terapi barbiturat (Fenobarbital) Terapi ini diberikan pada kasus-ksus yang tidak responsif terhadap semua jenis terapi yang tersebut diatas
Posisi Tidur Penderita cedera kepala berat dimana TIK tinggi posisi tidurnya ditinggikan bagian kepala sekitar 20-30
Tatalaksana
Keseimbangan cairan elektrolit Pada saat awal pemasukan cairan dikurangi untuk mencegah bertambahnya edema serebri dengan jumlah cairan 1500-2000 ml/hari diberikan perenteral, sebaiknya dengan cairan koloid seperti hydroxyethyl starch, pada awalnya dapat dipakai cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau ringer laktat, jangan diberikan cairan yang mengandung glukosa oleh karena terjadi keadaan hiperglikemia menambah edema serebri.
Tatalaksana
Epilepsi/kejang: Fenitoin, diazepam
Komplikasi sistematik
Infeksi: profilaksis antibiotik diberikan bila ada resiko tinggi infeksi seperti: pada fraktur tulang terbuka, luka luar dan fraktur basis kranii
Demam: kompres untuk turunkan suhu
Gastrointestinal: antasida atau dapat bersamaan dengan H2 reseptor bloker.
Tatalaksana
Neuroproteksi Adanya waktu tenggang antara terjadinya trauma dengan timbulnya kerusakan jaringan saraf, memberi waktu bagi kita untuk memberikan neuroprotektan. Manfaat obat-obat tersebut masih diteliti pada penderita cedera kepala berat antara lain, antagonis kalsium, antagonis glutama dan sitikolin
Prognosis Cedera Kepala
Jika sudah terjadi herniasi di bawah tepi tentorium, maka prognosis adalah buruk.
Kesimpulan
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung amaupun efek sekunder dari trauma yang terjadi. Penyebab cedera kepala, seperti: kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan benturan langsung pada kepala. Beradarkan glasscow coma scale (GCS) cedera kepala terbagi menjadi 3: cedera kepala ringan (14-15), cedera kepala sedang (9-13), cedera kepala berat (<8).
Kemudian manifestasi klinis dari cedera kepala : hilangnya kesadaran, terdapat hematom, mual dan muntah. Pemeriksaan penunjang : CT scan, angiografi serebral, EEG, MRI, sinar X. Komplikasi (akibat) dari cedera kepala : peningkatan TIK, iskemia, perdarahan otak, demam dan menggigil dan hidrosefalus.
Referensi
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2009; 133-140.
Arief, M, Suprohaitta, Wahyu, J.K, Wiewik S. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.2000.
Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara. Jakarta. 2011; 47-53.
Marshall SB. Neuroscience and critical care, pathophysiology and management. Philadelphia: WB Sounders, 1990: 169-213
Ginsberg L. Neurologi. Ed 8th. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007