Upload
ayu-dwi-wahyu-putri
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Administrasi Publik
Citation preview
KEMAMPUAN PEMDA DALAM MENGELOLA BUMD
STUDI KASUS PERUSAHAAN DAERAH RUMAH POTONG HEWAN
KOTA MALANG
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Seminar Masalah Isu-Isu Pemerintahan
Dosen: Bu Niken V.A, S.AP, M.AP
DISUSUN OLEH :
AYU DWI WAHYU P 125030100111095
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Otonomi berasal dari 2 kata yaitu , auto berarti sendiri,nomosberarti rumah
tangga atau urusan pemerintahan. Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga
sendiri.Dengan mendampingkan kata ekonomi dengan kata daerah,maka istilah “mengurus
rumah tangga sendiri” mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau
menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. Pada dasarnya Otonomi daerah
adalah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri (azas desentralisasi). Tujuannya antara lain adalah untuk lebih
mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk
memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan
mendorong timbulnya inovasi.
Dalam konsep otonomi daerah Pemerintah Daerah dituntut untuk melakukan pengelolaan
keuangan daerah secara efektif, efesien dan akuntabel. Pemerintah Daerah harus berusaha
melakukan pengelolaan penerimaan daerah secara cermat, tepat dan hati-hati. Pemerintah Daerah
harus menjamin bahwa semua potensi penerimaan telah terkumpul dan dicatat ke dalam sistem
akuntansi pemerintahan daerah. Aspek utama dalam manajemen penerimaan daerah yang perlu
mendapat perhatiaan serius adalah pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD harus
menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa PAD merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam
menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah, sehingga PAD mencerminkan kemandirian
suatu daerah. PAD dapat berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
PAD yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
pendapatan yang berasal dari Perusahaan Daerah (PD) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). BUMD memiliki peran dalam mewujudkan kemakmuran daerah dengan memberikan
2
kontribusi terhadap Penerimaan PAD baik dalam bentuk deviden atau pajak. Tantangan
meningkatkan PAD salah satunya dapat dijawab dengan meningkatkan peran/kontribusi BUMD.
Pilihannya adalah apakah BUMD tersebut harus tetap dengan kondisinya saat ini atau
mengikuti persaingan itu dengan melakukan perubahan pada visi, misi, dan strategi bisnisnya.
Melihat dari fungsinya, BUMD didirikan bertujuan untuk menuju pelayanan agar masyarakat
bisa terpenuhi dengan baik dalam semua bidang, baik kesehatan, pendidikan dan juga sarana dan
prasarana. Melihat fungsi tersebut Pemerintah mendirikan Perusahaan Daerah Rumah Potong
Hewan atau disingkat PDRPH.
Pelayanan umum di Kota Malang perlu ditingkatkan lagi mengingat kebutuhan
masyarakat yang bermacam-macam. Selain untuk menerima pendapatan yang lebih, Pemda
menyediakan sarana kesehatan untuk masyarakat lewat PDRPH ini. PDRPH ini mewujudkan
pelayanan umum di bidang kesehatan. Untuk itu Pemda kota Malang mempunyai beberapa
inovasi untuk meningkatkan pelayanan agar Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan di Kota
Malang ini bisa terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin membahas lebih dalam
tentang “kemampuan PEMDA dalam mengelola BUMD studi kasus di Perusahaan Daerah
Rumah Potong Hewan (PDRPH) kota Malang”
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana peran pemerintah daerah kota Malang dalam mengelola PDRPH di Kota
Malang?
b. Bagaimana struktur, tujuan, visi serta misi PDRPH di Kota Malang?
c. Bagaimana peran PDRPH dalam meningkatkan pelayanan di Kota Malang?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui peran pemerintah daerah kota Malang dalam mengelola PDRPH di Kota
Malang.
b. Mengetahui struktur, tujuan, visi serta misi PDRPH di Kota Malang.
c. Mengetahui peran PDRPH dalam meningkatkan pelayanan di Kota Malang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERAN PEMERINTAH DAERAH
Fungsi pemerintah dalam kaitannya dengan pemberdayaan yaitu mengarahkan
masyarakat kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran, tidak serta merta
dibebankan oleh masyarakat. Perlu adanya peran pemerintah yang secara optimal dan mendalam
untuk membangun masyarakat, maka peran pemerintah yang dimaksud antara lain :
1. Pemerintah sebagai regulator
Peran pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan
penyelenggaraan pembangunan melalui penerbitan peraturan-peraturan. Sebagai regulator,
pemerintah memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur
segala kegiatan pelaksanaan pemberdayaan.
2. Pemerintah sebagai dinamisator
Peran pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakkan partisipasi masyarakat jika
terjadi kendala-kendala dalam proses pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika
pembangunan daerah. Pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan secara
intensif dan efektif kepada masyarakat. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan melalui tim
penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan.
3. Pemerintah sebagai fasilitator
Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam
mengoptimalkan pembangunan daerah. Sebagai fasiitator, pemerintah bergerak di bidang
pendampingan melalui pelatihan, pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta di bidang
pendanaan atau permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang
diberdayakan.
4
2.2 BUMD (BADAN USAHA MILIK DAERAH)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh
pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD
ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
Ciri-Ciri BUMD
Didirikan berdasarkan peraturan daerah (perda).
Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah atas
pertimbangan DPRD.
Masa jabatan direksi selama empat tahun.
Bertujuan memupuk pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah.
Contoh BUMD adalah:
Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus kota)
Tujuan Pendirian BUMD
Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas negara
Mengejar dan mencari keuntungan
Pemenuhan hajat hidup orang banyak
Perintis kegiatan-kegiatan usaha
Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah.
(http://id.wikipedia.org/BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adl perusahaan milik pemerintah daerah yg
didirikan dgn Peraturan Daerah berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1962 dgn modal
seluruh atau sebagian merupakan kekayaan daerah yg dipisahkan (BPS 2003:1).
Berikut adalah fungsi dan peran BUMD dalam menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah :
Melaksanakan kebijakan pemerintah daerah di bidang ekonomi dan pembangunan.
Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan.
Mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha.
Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat.
5
Menjadi perintis kegiatan yg tak diminati masyarakat.
Tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik namun tak berarti
organisasi sektor publik sama sekali tak memiliki tujuan yg bersifat finansial. Organisasi sektor
publik juga memiliki tujuan finansial akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofis
konseptual dan operasional dgn tujuan profitabilitas pada sektor swasta. Tujuan finansial pada
sektor swasta diorientasikan pada maksimasi laba utk memaksimumkan kesejahteraan pemegang
saham sedangkan pada sektor publik tujuan finansial lbh pada maksimasi pelayanan publik krn
utk memberikan pelayanan publik diperlukan dana.
Contoh BUMD : Bank DKI, PDAM, PD-RPH
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PERAN PEMERINTAH DAERAH KOTA MALANG DALAM MENGELOLA
PDRPH DI KOTA MALANG
Pada tahun 1937, RPH terletak di sebelah selatan Stasiun Kereta Api Kota Baru yang
pada saat itu masih memakai sebutan atau istilah Abattoir, pemotongan per hari mencapai 20
ekor sapi. Kota Malang sebagai ibukota karesidenan masih terus berkembang dengan pesat, oleh
sebab itu dipandang perlu untuk mendirikan Abattoir baru yang lebih besar, lengkap dan
memenuhi syarat.
Adapun dasar dan alasan pendirian Abattoir adalah untuk memenuhi salah satu segi yang
penting dari tugas pokok Dinas Kehewanan, (saat ini Dinas Peternakan) yaitu kesehatan
masyarakat veteriner dengan melayani masyarakat untuk keperluan pemotongan hewan yang
sehat serta untuk meningkatkan keuangan daerah dengan berstatus sebagai Perusahaan
Pembantaian. Pendirian Abattoir tidak terlepas dari kondisi dan situasi pada waktu itu, tetapi
juga dengan memperhitungkan perkembangan pada tahun–tahun mendatang baik mengenai
pertumbuhan penduduk, peningkatan jumlah pemotongan hewan, arah perkembangan kota dan
segi lainnya. Pendirian Abattoir yang baru selain untuk pemotongan sapi juga dibangun Abattoir
khusus untuk babi yang pembangunannya dimulai pertengahan tahun 1937 terletak di daerah
Desa Gadang atau tepatnya di Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Kedungkandang yang saat ini
masuk wilayah Kecamatan Sukun. Pembangunan selesai pada bulan Maret 1938 dan mulai
dipergunakan pada tanggal 16 Maret 1938.
Waktu berjalan terus dan sampailah pada tahun 1947 dengan adanya agresi pertama
Belanda, Abattoir juga tidak luput dari usaha bumi hangus. Dengan bertambahnya usia Kota
Malang, pertambahan jumlah penduduk berpengaruh pula pada peningkatan jumlah pemotongan
hewan. Pada tahun 1966 jumlah pemotongan sapi sudah mencapai antara 50–70 ekor per hari
dan secara insidentil pernah mencapai 120 ekor, pada tahun 1963 diadakan Jubelium, peringatan
25 tahun berdirinya Abattoir Kota Malang. Keadaan Abattoir saat itu (tahun 1966) dalam hal
perawatan bangunan, pemeliharaan dan penggantian alat–alat kurang mendapat perhatian yang
serius karena kekurangan dana, sehingga pelayanan kebersihan, kesehatan kurang dapat dipenuhi
7
secara maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu penanganan yang lebih profesional,
maka pada tanggal 1 April 1966 dibentuklah Perusahaan Daerah Pembantaian yang bertepatan
dengan HUT Kodya Malang yang ke 52 tahun. Kemudian secara resmi pada tanggal 17 Oktober
1966 diresmikan sebagai tanggal berdirinya PD. Pembantaian Kodya Malang dengan Surat
Keputusan Walikota tanggal 18 Oktober 1966 Nomor 90 a/U.
Selain pemotongan hewan sebagai usaha utama, juga bidang distribusi dan produksi dari
ternak serta hasil–hasil dari ternak. Setelah berubah status dari Abattoir yang dikelola oleh
Dinas Kehewanan menjadi PD. Pembantaian, kesempatan ini digunakan sebaik–baiknya untuk
merehabilitasi gedung, halaman, jalan–jalan, peralatan maupun bangunan bangunan yang
dipandang perlu untuk diperbaiki. Luas komplek Abattoir yang dulu seluas 10.000 m2, setelah
menjadi PD. Pembantaian luas komplek ditambah 1.843 m2 sehingga menjadi 11.843 m2.
Pejabat awal berdirinya Abattoir adalah Drh. Slamet yang pensiun pada tahun 1958.
Pejabat penggantinya adalah Drh. Pratomo dari tahun 1958 sampai dengan 1976. Terhitung
mulai tanggal 2 Pebruari 1976 PD. Pembantaian dipimpin oleh Letkol. Poernomo. Sejalan
dengan perkembangan PD. Pembantaian dan perkembangan usaha yang diharapkan harus
meningkat, maka Perda tahun 1966 diganti dengan Perda Nomor 8 tahun 1969. Kemudian Perda
Nomor 8 tahun 1969 diganti dengan Perda Nomor 17 tahun 2002 menjadi PD. Rumah
Pemotongan Hewan (PD.RPH) Kota Malang. Dengan Perda Nomor 17 tahun 2002 ini PD.RPH
Kota Malang diharapkan lebih maju dan lebih potensial dimasa–masa mendatang sehingga
keberhasilan dan kemakmuranlah yang akan dicapai.
Pemerintah Daerah sendiri telah memberikan kewenangan dan kebebasan kepada masing-
masing BUMD untuk mengelola dan mengendalikan aset daerah yang mereka miliki. Aset
daerah yang mereka miliki digunakan untuk melakukan pelayanan yang lebih maksimal.
Peningkatan pelayanan yang ada dapat berupa inovasi-inovasi yang dikembangkan di dalam
PDPRH itu sendiri.
8
3.2 STRUKTUR, TUJUAN, VISI SERTA MISI PDRPH DI KOTA MALANG
A. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang No. 17 Tahun 2002 bahwa, susunan
organisasi Perusahaan Daerah Rumah Pemotongan Hewan (PD.RPH) Kota Malang terdiri dari:
1. Direktur; tugas pokok memimpin, mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan
operasional Perusahaan Daerah. Untuk meningkatkan usaha Perusahaan, Direktur dapat
mengadakan kerjasama denga Pihak Ke Tiga dan dilaporkan kepada DPRD oleh Kepala
Daerah
2. Badan Pengawas; menetapkan kebijakan umum, melaksanakan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian terhadap Perusahaan Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Satuan Pengawas Intern; melaksanakan sebagian tugas Direktur dalam bidang
pengawasan, penelitian, pengembangan dan pengawasan Perusahaan Daerah
4. Bagian Umum dan Keuangan; mempunyai tugas membantu Direktur dalam bidang
administrasi umum, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, teknik dan sanitasi
5. Bagian Pemotongan Hewan; melaksanakan pengendalian dalam pelayanan pemotongan
hewan.
6. Bagian Budidaya Hewan Potong; melaksanakan pengembangan budidaya hewan
potong dan usaha pemasaran
7. Urusan Pengawasan Produksi, Keuangan dan Materiil; melaksanakan pengawasan
dan pemeriksaan di bidang produksi, keuangan dan materiil
8. Urusan Pengawasan Umum, Penelitian dan Pengembangan Usaha; Pelaksanaan
pengawasan dan pemeriksaan atas segala sesutu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan administrasi
9. Sub Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia; mempunyai tugas melaksanakan
administrasi umum dan kepegawaian
10. Sub Bagian Keuangan; melaksanakan administrasi keuangan Perusahaan Daerah
(http://rphmalang.blogspot.com)
9
B. TUJUAN & FUNGSI PDPRH DI KOTA MALANG ADALAH:
1. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat dalam bidang
pemotongan hewan, pengadaan dan penyaluran daging yang sehat dan bermutu.
2. Membantu dan menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam penyediaan protein hewani
(daging) yang sehat dan bermutu serta penyediaan ternak potong.
3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan pemotongan hewan termasuk
pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan;
5. menyediakan dan menampung hewan / ternak potong;
6. Mengelola Rumah Potong Hewan dan pemotongan hewan
7. Menyediakan tempat-tempat penyimpanan daging (cold storage);
8. Memeriksa kesehatan hewan sebelum dipotong (ante morten) dan sesudah dipotong (post
morten);
9. Mengangkut, mendistribusikan dan memasarkan daging;
10. Melaksanakan usaha lain yang ditetapkan Direksi setelah mendapat persetujuaan Kepala
Daerah. (http://rphmalang.blogspot.com)
C. VISI DAN MISI PDRPH DI KOTA MALANG
Sesuai tugas pokok Rumah Pemotongan Hewan sebagai sarana pelayanan masyarakat
dalam penyediaan daging sehat, serta fungsi sebagai unit penghasil sumber pendapatan murni
daerah, maka dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut Perusahaan Daerah Rumah
Pemotongan Hewan mempunyai visi ke depan sebagai berikut:
VISI
Mewujudkan PD.RPH sebagai tempat pemotongan yang terkemuka dan ramah
lingkungan.
Untuk mewujudkan visi tersebut Perusahaan Daerah Rumah Pemotongan Hewan
Kota Malang melakukan upaya-upaya kegiatan operasional dengan misi sebagai
berikut:
10
MISI
Meningkatkan sarana dan prasarana tempat pemotongan hewan potong sebagai
pelayanan prima dalam penyediaan daging.
Meningkatkan profesionalisme karyawan dan kinerja manajemen menuju
Perusahaan Daerah yang mandiri.
Melakukan diversifikasi usaha guna meningkatkan pendapatan Perusahaan dan
karyawan.
Menjaga kelestarian lingkungan agar tetap bersih dan sehat.
(http://rphmalang.blogspot.com)
3.3 PERAN PDRPH DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DI KOTA MALANG
Pemerintah daerah kota Malang memberikan tugas kepada masing masing BUMD untuk
meningkatkan pelayanan di kota Malang. Karena kita tahu Pemerintah Daerah tidak selalu bisa
mengendalikan pelayanan untuk masyarakat. Maka dari itu Pemerintah daerah menyerahkan
kewenangan kepada BUMD untuk melayani masyarakat. PD-RPH di Kota Malang mempunyai
tugas untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan.
A. SEBAGAI SUMBER PAD KOTA MALANG & MENAMBAH LAPANGAN
KERJA
Sumber penerimaan inti berasal dari retribusi pemotongan hewan dan retribusi
penggunaan kandang. Selain dari sumber penerimaan inti, penerimaan juga berasal dari
pengembangan usaha yang meliputi penjualan ternak potong, penjualan hewan qurban, penjualan
pupuk rumen, penjualan daging segar dan beku, penjualan produk olahan daging serta
pendapatan lain-lain. Sedangkan pengeluaran dari kegiatan usaha Perusahaan Daerah Rumah
Potong Hewan ini adalah pengeluaran untuk beban pegawai, beban produksi, beban pemakaian
dan pemeliharaan alat-alat produksi, serta beban umum dan administrasi.
11
A. USAHA POKOK
1) Jasa Pemotongan Hewan Jasa ini diperuntukkan bagi pengguna jasa yang ingin
memotong hewan seperti sapi, kambing, dan babi dengan tarif sebagai berikut: Harga
Sapi Rp. 40.000,- Kambing Rp. 5.000,- Babi Rp. 55.000,- (Sumber: Dokumen
Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Malang)
2) Jasa Perkandangan (Holding Ground) Jasa ini diperuntukkan bagi pengguna jasa untuk
menampung ternak yang datang dari luar kota, yang nantinya akan dipotong di Rumah
Potong Hewan Kota Malang. Namun tidak menutup kemungkinan ternak yang
ditampung di tempat ini adalah ternak yang akan dikirim ke luar kota (Jakarta).
b. PENGEMBANGAN USAHA, PENGEMBANGAN USAHA ini diperuntukan untuk
meningkatkan atau menambah pendapatan selain usaha inti yang meliputi :
1) Penjualan Ternak Potong.
2) Penjualan Hewan Qurban.
3) Penjualan Pupuk Rumen.
4) Penjualan Daging Segar dan Beku.
5) Penjualan Produk Daging Olahan dan Pendapatan lain lain.
Tujuan Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Malang adalah Suatu kegiatan dan upaya
tertentu, tentunya mempunyai suatu tujuan tertentu juga, seperti halnya Perusahaan Daerah
Rumah Potong Hewan Malang yang saat ini menjadi lokasi dalam penelitian ini juga mempunyai
tujuan tertentu. tujuan umum yang ingin dicapai oleh Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan
Malang adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kepuasan pelanggan.
2) Meningkatkan standar gizi masyarakat.
3) Meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di Perusahaan Daerah
Rumah Potong Hewan Malang.
4) Meningkatkan kepentingan dan peran serta stakeholder.
5) Meningkatkan penjualan, pendapatan atau laba perusahaan
12
B. PROSEDUR YANG KETAT AGAR MASYARAKAT MEMPEROLEH
KUALITAS DAGING YANG BAIK
Fungsi PD-RPH yang sesungguhnya adalah melayani masyarakat di bidang kesehatan.
Tentunya semua itu tidak terlepas dari prosedur yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan kota
Malang. Salah satunya adalah syarat penyembelihan daging yang sangat terpilih. Persyaratan
pelayanan adalah:
1. Syarat Pelayanan Pemotongan Hewan
Hewan yang akan dipotong harus sudah diperiksa kesehatannya ( ante morten )
Sebelum pemotongan harus membayar bea potong hewan terlebih Dahulu
2. Syarat Pelayanan perbaikan sarana dan prasarana / fasilitas
Pelanggan melaporkan perihal kerusakan fasilitas pada petugas di loket pengaduan untuk
dicatat dan didata atai melalui kotak saran /pengaduan
3. Syarat Pelayanan mahasiswa dan pelajar untuk Praktek Kerja Lapang dan Praktikum
Membuat surat dari sekolah / fakultas ditujukan kepada PD. RPH. Kota Malang
Mendapat ijin dari Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
(Sumber: RPH Kota Malang)
Dengan adanya prosedur yang sangat mendetail tersebut, tentunya masyarakat akan
mendapatkan daging dengan kualitas bersih dan terhindar dari virus.
13
ANALISIS:
Melihat kenyataan diatas sesuai dengan peran yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
Kota Malang dalam melayani kebutuhan masyarakat terutama di bidang kesehatan
sangatlah memuaskan. Karena disamping memenuhi PAD kota Malang, pemerintah tidak
lupa mengambil bagian untuk melayani masyarakat. Semua ini menjadikan
keseimbangan antara peran pelayanan dengan peran meningkatkan PAD.
Visi & misi yang terkandung dalam PD-RPH kota Malang adalah Meningkatkan sarana
dan prasarana tempat pemotongan hewan potong sebagai pelayanan prima dalam
penyediaan daging, Meningkatkan profesionalisme karyawan dan kinerja manajemen
menuju Perusahaan Daerah yang mandiri, Melakukan diversifikasi usaha guna
meningkatkan pendapatan Perusahaan dan karyawan, Menjaga kelestarian lingkungan
agar tetap bersih dan sehat. Apabila dilihat dari implementasi pemerintah daerah kota
Malang, pemerintah telah menyiapkan sarana & prasarana pemotongan hewan agar
masyarakat bisa menikmati daging yang bersih. Dengan adanya perusahaan daerah rumah
potong hewan bisa menambah kinerja manajemen perusahaan daerah yang lebih mandiri,
dan yang terakhir menjaga kelestarian serta lingkungan di Kota Malang agar tetap bersih
dan sehat.
14
BAB IV
KESIMPULAN
PAD yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
pendapatan yang berasal dari Perusahaan Daerah (PD) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). BUMD memiliki peran dalam mewujudkan kemakmuran daerah dengan memberikan
kontribusi terhadap Penerimaan PAD baik dalam bentuk deviden atau pajak. Tantangan
meningkatkan PAD salah satunya dapat dijawab dengan meningkatkan peran/kontribusi BUMD.
Pilihannya adalah apakah BUMD tersebut harus tetap dengan kondisinya saat ini atau
mengikuti persaingan itu dengan melakukan perubahan pada visi, misi, dan strategi bisnisnya.
Melihat dari fungsinya, BUMD didirikan bertujuan untuk menuju pelayanan agar masyarakat
bisa terpenuhi dengan baik dalam semua bidang, baik kesehatan, pendidikan dan juga sarana dan
prasarana. Melihat fungsi tersebut Pemerintah mendirikan Perusahaan Daerah Rumah Potong
Hewan atau disingkat PDRPH.
Pelayanan umum di Kota Malang perlu ditingkatkan lagi mengingat kebutuhan
masyarakat yang bermacam-macam. Selain untuk menerima pendapatan yang lebih, Pemda
menyediakan sarana kesehatan untuk masyarakat lewat PDRPH ini. PDRPH ini mewujudkan
pelayanan umum di bidang kesehatan. Untuk itu Pemda kota Malang mempunyai beberapa
inovasi untuk meningkatkan pelayanan agar Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan di Kota
Malang ini bisa terlaksana dengan baik.
SARAN:
Memaksimalkan peran pemerintah PD-RPH dalam melayani kebutuhan masyarakat
terutama kesehatan.
Para oknum yang melakukan potong hewan lebih meningkatkan efisiensi agar kualitas
daging yang didapatkan lebih maksimal.
Pemerintah membuat inovasi-inovasi seputar permasalahan Rumah Potong Hewan agar
masyarakat lebih memperhatikan kebersihan dan lebih mengandalkan Rumah Potong
Hewan dalam memotong Hewan ternaknya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, P.B.B.A., 1994a. Rumah Pemotongan Hewan Ruminansia Indonesia, P.T. Bina Aneka
Lestari, Jakarta.
Lestari, P.B.B.A., 1994a. Rancang Bangun Rumah Potong Hewan di Indonesia, P.T. Bina Aneka
Lestari, Jakarta.
Manual Kesmavel, 1993. Pedoman pembinaan Kesmavel. Direktorat Bina Kesehatan Hewan
Direktoran Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
http://rphmalang.blogspot.com/2012/05/persyaratan-pelayanan.html
Diakses pada tanggal 4 Juni 2015
http://okhasajete.blogspot.com/2013/12/laporan-prakerin-rumah-potong-hewan.html
Diakses pada tanggal 4 Juni 2015
16