58
Oleh Oleh : Rindyanita Rindyanita Rizky Rizky K. K. 1306 100 007 1306 100 007 SEMINAR TUGAS AKHIR POLA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BALITA DAN FAKTOR- FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA NELAYAN DI SURABAYA TIMUR Dosen Dosen Pembimbing Pembimbing Dra Dra. . Destri Destri Susilaningrum Susilaningrum, , M.Si M.Si Co Co Pembimbing Pembimbing Ir. Ir. Mutiah Mutiah Salamah Salamah, , M.Kes M.Kes Statistika ITS Surabaya

SEMINAR TUGAS AKHIR POLA HUBUNGAN ANTARA STATUS …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-15169-Presentation...Tidak sejahtara dan ... Bagaimana karakteristik balita dan sosial

  • Upload
    vannhu

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

OlehOleh ::RindyanitaRindyanita RizkyRizky K.K.1306 100 0071306 100 007

SEMINAR TUGAS AKHIRPOLA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BALITA DAN FAKTOR-

FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA NELAYAN DI SURABAYA TIMUR

DosenDosen PembimbingPembimbingDraDra. . DestriDestri SusilaningrumSusilaningrum, , M.SiM.Si

Co Co PembimbingPembimbingIr. Ir. MutiahMutiah SalamahSalamah, , M.KesM.Kes

Statistika ITS Surabaya

Page 2Statistika ITS Surabaya

PENDAHULUAN

Masalah Gizidi Indonesia

Kesejahteraan dan Tingkatan Kesejahteraan

KeluargaStatus Gizi Balita

SebagianSebagian masyarakatmasyarakatIndonesia Indonesia bekerjabekerja sebagaisebagai

nelayannelayanKemiskinanKemiskinan

Tidak sejahtara danStatus Gizi Balita rendah

Pola hubungan antarafaktor sosial ekonomi,

status gizi balita, dan tingkatkesejahteraan keluarga nelayan

Di Surabaya Di Surabaya TimurTimurAnalisisAnalisis RegresiRegresiLogistikLogistik OrdinalOrdinal

Page 3

1. Bagaimana karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi balita nelayan diSurabaya Timur?

3. Bagaimana pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomiterhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur?

1. Mengkaji karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur.

2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan diSurabaya Timur.

3. Menentukan pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomiterhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur.

PERMASALAHAN

TUJUAN

Statistika ITS Surabaya

Page 4

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pola hubunganantara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkatkesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur. Dari informasi yang telahdidapatkan diharapkan dapat menjadi wacana dalam perencanaan program gizidan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur.

Populasi masyarakat nelayan yang mempunyai balita dan bertempattinggal di Surabaya Timur.

Statistika ITS Surabaya

MANFAAT

BATASAN MASALAH

Page 5

TINJAUAN STATISTIKA

1. Statistik DeskriptifStatistik deskriptif merupakan metode statistik yang meringkas, menyajikan, danmendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikankemudahan dalam memberikan informasi (Walpole, 1995).

2. RegresiRegresi LogistikLogistik OrdinalOrdinal Metode regresi logistik merupakan salah satu metode analisis data kategorik yang

menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (Y) dengan satu atau lebihvariabel prediktor (X).

Model regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow, 2000):

Statistika ITS Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA

Page 6

Bentuk logit :

Cumulative logit models sebagai berikut:

Peluang kumulatif :

Nilai didapatkan dengan rumus berikut :

Page 7

Jika terdapat tiga kategori respon dimana j = 0, 1, 2 maka nilai peluang untuk tiap kategori respon :

Model proposional odds nisbah pada kejadian Y ≤ j untuk x = x1 dan x = x2 :

Page 8

Metode yang dapat digunakan untuk menaksir pada model regresi logistik adalah metode Maximum Likelihood Estimation (MLE).

Fungsi likelihood :

Fungsi ln- Likelihood :

Maksimum ln-likelihood dapat diperoleh dengan cara mendifferensialkan L(β) terhadap β dan menyamakannya dengan nol (Agresti, 1990)

Metode iterasi Newton Raphson (Agresti, 2002)

3. Penaksiran Parameter

Page 9

Langkah-langkah metode iterasi Newton Raphson :

1. Menentukan nilai awal estimasi parameter yaitu β(0). Sehinggadiperoleh peluang masing-masing kategori respon, .

2. Mencari matriks hessian dan matriks .

3. Iterasi berlanjut untuk t > 0

4. Langkah tersebut dilakukan terus menerus hingga didapatkan estimasiparameter , , yang mencapai kondisi konvergen d untuk setiap k yaitu:

Page 10 Statistika ITS Surabaya

4. Pengujian Estimasi Parameter

1. Uji Individu

Statistik uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 2000).

Daerah kritis H0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika

2. Uji serentak

Statistik uji G atau likelihood ratio test.

Daerah kritis H0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika nilai G > atau nilai p-value <

Page 11

Hipotesis :

H0 : model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)

H1 : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)

Statistik uji Chi-square

Daerah kritis H0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika

Statistika ITS Surabaya

3. Uji Kesesuaian Model

Page 12

TINJAUAN NON STATISTIKA

1. Pengertian KesejahteraanBerdasarkan Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009, pengertian kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhanmaterial, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampumengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Tingkat Kesejahteraan KeluargaMenurut Badan Keluarga Berencana, Kependudukan, dan Catatan Sipil, keberadaankeluarga sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut:

1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhikebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhikebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosialpsikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksidalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Statistika ITS Surabaya

Page 13

3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapatmemenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhikebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untukmenabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhikebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belumdapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbanganmateri, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapatmemenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan sertatelah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalamkegiatan kemasyarakatan.

Statistika ITS Surabaya

Page 14

3. Pengertian GiziGizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk pertumbuhan dan menghasilkan energi (Fajar dkk, 2002). Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004).

4. Indikator Status Gizi

Status gizi balita dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Status gizi balita dibagimenjadi empat bagian yaitu:

Gizi lebih, pada KMS berada di atas warna hijau tuaGizi baik, berada pada garis berwarna hijau mudaGizi kurang, terletak dibawah garis berwarna hijau mudaGizi buruk, berada pada garis merah.

Menurut Fajar dkk (2002), status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan(BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk tiga indikatorantropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi balita, maka angka berat badan atau tinggi badan setiap balitadikonversikan ke dalam bentuk nilai Standar Deviasi Unit (Zscore) denganmenggunakan standar deviasi antropometri WHO.

Statistika ITS Surabaya

Page 15

Pengukuran berat badan dan tinggi badan harus disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin balita karena akan berpengaruh pada nilai Zscore itu sendiri. Penilaian status gizi balita dapat diukur melalui salah satu dari indeks BB/U, TB/U, atau BB/TB. Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan indeks BB/U. Pengelompokan status gizi balita:

No Indeks Batas Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD-3 s/d < -2 SD-2 s/d +2 SD> +2 SD

Gizi burukGizi kurangGizi baikGizi lebih

2 TB/U < -3 SD-3 s/d < -2 SD-2 s/d +2 SD> +2 SD

Sangat pendekPendekNormalTinggi

3 BB/TB < -3 SD-3 s/d < -2 SD-2 s/d +2 SD> +2 SD

Sangat kurusKurusNormalGemuk

Page 16

Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan Zscore dengan klasifikasi berat badan menurut umur (BB/U). Perhitungan nilai Zscore status gizi balita diperoleh dari pengukuran berat badan sekarang yang disesuaikan dengan umur balita. Secara terperinci Zscore dirumuskan sebagai berikut.Bila nilai berat badan riel lebih besar atau sama dengan nilai median, maka didapatkan rumus sebagai berikut.

Bila nilai berat badan riel lebih kecil dari nilai median, maka

Nilai median dan standart deviasi baku WHO-NCHS dapat dilihat pada Tabel Baku Berat Badan Berdasarkan Umur WHO-NCHS.

Penilaian Status Gizi

Page 17

Contoh perhitungan status gizi balita:Jika seorang balita laki-laki (A) berumur 10 bulan dengan berat badan 8.8 kg dan seorangbalita perempuan (B) berumur 10 bulan. Zscore kedua balita tersebut :

Page 18

5. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Status Gizi Balita dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita :

1. Pemberian ASI2. Pemberian makanan pendamping ASI3. Penyakit yang sering diderita4. Frekuensi terserang penyakit5. Kelengkapan imunisasi6. Asupan makanan yang memenuhi pola menu seimbang7. Pola pengasuhan balita

Statistika ITS Surabaya

Faktor-faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga :

1. Pendapatan tiap bulan yang didapat oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanrumah tangga

2. Pengeluaran (jumlah biaya yang dikeluarkan) tiap bulan3. Pengeluaran untuk makan tiap bulan4. Jumlah anggota keluarga5. Keikutsertaan dalam KB6. Kondisi rumah atau tempat tinggal (meliputi jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding

terluas yang digunakan)7. Sanitasi (meliputi sumber air minum, penggunaan fasilitas air minum dan tempat buang

air besar, dan tempat pembuangan sampah)

Page 19

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004), imunisasi adalah tindakan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit dalam tubuh.

Jadwal imunisasi balita :

6. Imunisasi dan Jadwal Imunisasi

No Jenis Vaksin Jumlah Vaksinasi Selang WaktuPemberian

Sasaran

1 BCG 1 kali - Bayi 0-11 bulan

2 Hepatitis B 3 kali 4 minggu Bayi 1-11 bulan

3 DPT 3 kali 4 minggu Bayi 2-11 bulan

4 Polio 4 kali - Bayi 0-11 bulan

5 Campak 1 kali 4 minggu Anak 9-11 bulan

Page 20

1. Sumber Data

METODOLOGIPENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan survey terhadap balita keluarga nelayan di Surabaya Timur. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung terhadap keluarga nelayan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan melalui pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner.

Statistika ITS Surabaya

Page 21

2. Metode Pengambilan Sampel

• Wilayah Surabaya Timur meliputi 8 kecamatan, yaitu: kecamatan Gubeng,Gunung Anyar, Sukolilo, Tambak Sari, Mulyorejo, Rungkut, Tenggilis Mejoyo,dan Bulak. Dari delapan kecamatan tersebut, penduduk yang bekerja sebagainelayan dan memiliki balita hanya ada di 4 kecamatan, yaitu: kecamatanGunung Anyar, Sukolilo, Rungkut, dan Bulak.

• Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acakproporsional. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan proporsi jumlahnelayan yang mempunyai balita pada setiap kecamatan. Ukuran sampel yangdiambil :

Statistika ITS Surabaya

Page 22

• Berdasarkan informasi yang diperoleh dari puskesmas kecamatan GunungAnyar, Sukolilo, Rungkut, dan Bulak tercatat ada 165 balita nelayan.

• Proporsi yang digunakan sebesar 0.5. Batas kesalahan sebesar 5% dan α =0.05, maka Zα/2 = 1.96. Sehingga banyaknya sampel yang diambil adalahsebesar 115.63 ≈ 116 balita nelayan.

• Ukuran sampel untuk masing-masing kecamatan ditentukan dengan rumus :

Page 23

3. Variabel Penelitiana. Variabel ResponVariabel Respon Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y)

Statistika ITS Surabaya

Page 24

b. Variabel Respon

Variabel Respon Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y)

Page 25

b. Variabel Prediktor1. Variabel yang dapat mempengaruhi status gizi balita

Statistika ITS Surabaya

Page 26

Variabel Prediktor

2. Variabel Status Gizi Balita (X8)

Gizi lebih = 0 dengan kriteria Zscore > 2

Gizi normal = 1 dengan kriteria -2 ≤ Zscore ≤ 2

Gizi kurang = 2 dengan kriteria -3 ≤ Zscore < -2

Page 27Statistika ITS Surabaya

b. Variabel Prediktor3. Variabel sosial ekonomi

Page 28

4. Langkah-Langkah Analisis Data

Statistika ITS Surabaya

Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut.1. Melakukan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik balita dan sosial ekonomi

keluarga nelayan di Surabaya Timur. 2. Menentukan nilai variabel status gizi balita (X8) dengan menggunakan indikator status

gizi balita. 3. Memodelkan variabel yang dapat mempengaruhi status gizi balita terhadap variabel

status gizi balita dengan metode regresi logistik ordinal.4. Menentukan nilai status gizi balita (X*) dengan melakukan penaksiran berdasarkan

model yang telah terbentuk.5. Memodelkan variabel status gizi balita (X*) dan variabel yang berkaitan dengan sosial

ekonomi (X9 – X15) terhadap variabel respon tingkat kesejahteraan keluarga dengan metode regresi logistik ordinal.

6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data.

Page 29Statistika ITS Surabaya

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Balita dan Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan di Surabaya Timur

Karakteristik balita Nelayan di Surabaya Timur

Page 30

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan di Surabaya Timur

Page 31

2. Penentuan Nilai Variabel Respon Status Gizi Balita (X8)

Nilai variabel status gizi balita ditentukan dengan menggunakan indikator status gizi balita. Penentuan status gizi balita didasarkan pada nilai Zscore yang sesuai dengan aturan baku berat badan menurut umur berdasarkan WHO-NCHS. Pengamatan pertama adalah balita laki-laki berusia 24 bulan dengan

berat badan (BB) 10 kg. Menurut Tabel Baku Berat Badan Berdasarkan Umur WHONCHS, median (Med) untuk usia 24 bulan adalah 12.6. Karena BB < Med, maka menggunakan standart deviasi lower yaitu 1.3. Perhitungan nilai Zscore, diperoleh nilai Zscore sebesar -2 Nilai Zscore > 2, balita tersebut masuk dalam kategori gizi baik/normal. Begitu selanjutnya penentuan nilai status gizi untuk balita yang lain.

Page 32

Model Regresi Logistik Ordinal Secara Individu

Hipotesis:

Statistik uji Wald

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Nelayan diSurabaya Timur

Page 33

Page 34

Pemberian makanan pendamping ASI

Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.03, normal sebesar 0.706, dan kurang sebesar 0.294.

Page 35

Frek. Terserang Penyakit

Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.249, normal sebesar 0.651, dan kurang sebesar 0.349.

Page 36

Kelengkapan imunisasi

Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.306, normal sebesar 0.624, dan kurang sebesar 0.376.

Page 37

Asupan Makanan

Peluang masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.305, normal sebesar 0.625, dan kurang sebesar 0.375.

Page 38

Model Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak

Hipotesis :

Statistik Uji: G = 25.790

Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 25.790 dan nilai p_value sebesar 0.000 < α = 15%

Peluang untuk masing-masing kategori status gizi; lebih sebesar 0.814, normal sebesar 0.176, dan kurang sebesar 0.01.

Page 39

5. Prediksi Kategori Status Gizi Balita Berdasarkan Model yang Telah TerbentukDari hasil pemodelan regresi logistik ordinal diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur. Faktor tersebut kemudian dimodelkan dengan variabel respon status gizi balita, sehingga diperoleh prediksi kategori status gizi balita. Prediksi kategori tersebut, selanjutnya menjadi variabel X*.

Page 40

Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik

Hipotesis :

H0: Model cukup memenuhi (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)

H1: Model tidak memenuhi (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)

Statistik Uji:

Nilai dan nilai p_value sebesar 0.994 > α = 10% maka gagal tolak H0 artinya model cukup memenuhi sehingga tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model.

Page 41

6. Pola Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi, Status Gizi Balita, dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Surabaya Timur

Model Regresi Logistik Ordinal Secara Individu Hipotesis:

Statistik uji Wald

Page 42

Pendapatan keluarga tiap bulan

Misal pada pengamatan ke-1, nilai X9 adalah Rp. 1.290.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 1.20013x10-9, KS I sebesar 6.32478x10-6, dan Pra KS sebesar 0.999993674.

Page 43

Pengeluaran keluarga tiap bulan

Misal pada pengamatan ke-1, nilai X10 adalah Rp. 1.290.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 5.896x10-6, KS I sebesar 0.00257, dan Pra KS sebesar 0.99742.

Page 44

Pengeluaran untuk makan keluarga tiap bulan

Misal pada pengamatan ke-1, nilai X11 adalah Rp. 1.213.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 0.0000337, KS I sebesar 0.0088863, dan Pra KS sebesar 0.99108.

Page 45

Keikutsertaan dalam KB

Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 0.462, KS I sebesar 0.525, dan Pra KS sebesar 0.013.

Page 46

Kondisi Rumah

Peluang masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu: KS Plus sebesar 0.794, KS I sebesar 0.203, dan Pra KS sebesar 0.003.

Page 47

Model Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak

Hipotesis :

Statistik Uji: G = 93.543

Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 78.120 dan nilai p_value sebesar 0.000 < α = 10% maka tolak H0

Page 48

Misal pada pengamatan ke-6, nilai X9 adalah Rp. 1.000.000,- dan nilai X10 adalah Rp. 900.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 2.391x10-11, KS I sebesar 8.043x10-6, dan Pra KS sebesar 0.999992.

Page 49

Berdasarkan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa ada korelasi antara kedua variabel tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka variabel pengeluaran keluarga tiap bulan tidak dimasukkan dalam model. Sehingga diperoleh hasil, variabel prediktor yang secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel respon tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu: pendapatan keluarga tiap bulan (X9), keikutsertaan dalam KB (X13), dan kondisi rumah (X14). Sehingga model regresi logistik akhir yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Page 50

Misal pada pengamatan ke-6, nilai X9 adalah Rp. 1.000.000,- . Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 1.421x10-8, KS I sebesar 9.683x10-4, dan Pra KS sebesar 0.999.

Page 51

Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik

Hipotesis :

H0: Model cukup memenuhi (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)

H1: Model tidak memenuhi (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)

Statistik Uji:

Nilai dan nilai p-value sebesar 1.000 > α = 10% maka terima H0.

Page 52

Karakteristik balita nelayan di wilayah Surabaya Timur: persentase balita yang diberi ASI < 2 tahun, diberi makanan pendamping ASI, penyakit yang diderita dalam satu bulan terakhir cukup berat, terserang penyakit ≤ 2 kali dalam satu bulan, imunisasinya tidak lengkap, asupan makanannya belum memenuhi 4 sehat 5 sempurna, dan diasuh sendiri; masing-masing sebesar: 61.2%, 12.9%, 5.2%, 84.5%, 50.9%, 37.9%, dan 95.7%. Karakteristik faktor sosial keluarga nelayan di wilayah Surabaya Timur: persentase pendapatan keluarga ≤ Rp 750.000,- perbulan, pengeluaran keluarga ≤ Rp 750.000,- perbulan, pengeluaran untuk makan ≤ Rp 750.000,- perbulan, tidak mengikuti program KB, kondisi rumahnya semi permanen, dan sarana sanitasinya belum baik; masing-masing sebesar: 12.9%, 22.4%, 42.2% , 29.3%, 79.3%, dan 68.1%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan pada tingkat signifikansi 15% adalah pemberian makanan pendamping ASI dan kelengkapan imunisasi.

KESIMPULAN

Page 53

Pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pada keluarga nelayan di Surabaya Timur, yaitu: tingkat kesejahteraan keluarga nelayan dipengaruhi oleh pendapatan keluarga tiap bulan, keikutsertaan dalam KB, dan kondisi rumah pada tingkat signifikansi 10%.

KESIMPULAN

Page 54

Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan pemberian makanan pendamping ASI dan kelengkapan imunisasi berpengaruh terhadap status gizi balita, sehingga diperlukan pemberian makanan pendamping ASI kepada balita dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi. Hal ini agar status gizi balita nelayan menjadi lebih baik.

Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan pendapatan rumah tangga dalam sebulan, keikutsertaan dalam KB, dan kondisi rumah berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga sehingga diperlukan pengarahan kepada masyarakat agar turut berpartisipasi dalam program KB. Hal ini agar kesejahteraan keluarga nelayan dapat lebih baik.

SARAN

Page 55

Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. New York: John Wiley and Sons. USA.

Anonim_a. 2011. Pola Konsumsi RT. http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/609/609/ (16 Januari 2011)

Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27/makanan-pendamping-asi-mp-asi/ (16 Januari 2011)

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Cochran, G. William. 1977. Sampling Teqniques. New York : John & Son’s, Inc.

Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Banyuwangi. Status Gizi. http://dinkes.banyuwangikab.go.id/situasi-derajat-kesehatan/status-gizi.html (4 Januari 2010)

Djaeni, A. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.

Djiteng, R. D. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta : Mediyatama SaranaPerkasa.

Statistika ITS Surabaya

DAFTAR PUSTAKA

Page 56

Djumadias, A. 1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi. Bogor: Puslitbang Gizi Bogor.

Fajar, I., Bakri, B., dan Supariasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hosmer, D. W. dan Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression. USA: John Wiley and Sons.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Imunisasi Pada Bayi dan Balita. http://www.google.com (10 Oktober 2009).

Ikhwansyah. 2001. Profil Revitalisasi Posyandu. http://www.google.com (21 September 2009).

Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 2009. Sosial. http://www.tangerangselatankota.go.id/compilation_social.php (4 Januari 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Page 57

DAFTAR PUSTAKA

Statistika ITS Surabaya

•Surya. 2009. Sekitar 90 Persen Nelayan Hidup Miskin. http://www.surya.co.id/2009/04/07/sekitar-90-persen-nelayan-hidup-miskin.html (4 Januari 2010)

•Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor: Bumi Aksara.Tafsirbetawie. 2009. Pengertian Keluarga Berencana). http://tafsirbetawie.wordpress.com/2009/08/13/pengertian-keluarga-berencana-kb/(16 Januari 2011)

•Tri Noorastuti, P., Nurlaila, N. 2010. Idealkah Jumlah Anak Anda. http://kosmo.vivanews.com/news/read/136462-idealkah_jumalah_anak_anda (16 Januari 2011)

•Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 58Statistika ITS Surabaya