15

Click here to load reader

semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

  • Upload
    hakim

  • View
    351

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

...... about financial feasibility study of coral transplantation for fishermen alternative option....

Citation preview

Page 1: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Alternatif Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir di Kotamadya Denpasar,

Bali : Transplantasi Karang *)

Hakim Miftakhul Huda** )

Abstrak

Transplantasi karang merupakan salah satu model pengelolaan yang memberikan nilai ekonomi dan mendukung kelestarian ekologi khususnya terumbu karang. Transplantasi karang mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan kemudian di ‘letakkan’ di tempat tertentu. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan finansial usaha transplantasi karang serta potensinya sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir dan telah dilakukan bulan Agustus 2006 di Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. Metode yang digunakan adalah survai dipadu dengan studi pustaka. Analisis data kuantitatif dengan menghitung kelayakan usaha jangka pendek maupun panjang dan analisis kualitatif dengan memadukan hasil survai dengan studi pustaka. Hasil penghitungan analisis finansial usaha jangka pendek diperoleh nilai rentabilitas sebesar 17,25%; R/C ratio sebesar 1,20; BEP sales sebesar Rp. 296.907.369,­; BEP unit sebanyak 29.215 unit. Sedangkan berdasarkan perhitungan analisis usaha jangka panjang diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 643.156.712,­; Net B/C ratio sebesar 6,56; IRR sebesar 73,26 %; dan PP selama 1,98 tahun. Berdasarkan nilai – nilai tersebut maka usaha ini secara finansial dikatakan layak. Kegiatan transplantasi karang dapat memberikan kontribusi pendapatan rata – rata sebesar Rp. 5.780.448,­ per tahun per orang bagi 30 orang masyarakat pesisir. Dengan demikian kegiatan ini dapat berperan sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk mengoptimalkan kegiatan usaha transplantasi karang yang sudah ada dan mengembangkannya di daerah lain.

Kata Kunci : Transplantasi Karang, Alternatif Mata Pencaharian, Masyarakat Pesisir, Kelestarian Terumbu Karang

*) Makalah ini merupakan bagian dari tulisan ilmiah yang dilakukan penulis pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Universitas Brawijaya Malang Tahun 2006

**) Calon Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBR­SEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260

Page 2: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Alternatif Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir di Kotamadya Denpasar,

Bali : Transplantasi Karang

PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang Indonesia dengan luas lebih dari 50.000 km 2

tersebar hampir di dua per tiga garis pantai Indonesia yang panjangnya lebih dari

80.000 km (Tomascik et al., 1997). Sementara itu Coremap (2001) dalam

Asriningrum (2004) menyebutkan luas terumbu karang di Indonesia tercatat

seluas lebih dari 20.000km 2 yang meliputi karang hidup, karang mati, lamun, dan

pasir. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya laju degradasi terumbu karang di

Indonesia.

Kondisi terumbu karang di Indonesia saat ini terancam rusak dan

sebagian besar bahkan sudah rusak karena operasi penangkapan ikan yang

tidak berwawasan lingkungan, pemanenan yang berlebihan, Limbah cair,

sampah, pengendapan lumpur dari sungai, budidaya pertanian, pertambangan

dan polusi industri, aktivitas tourism, konstruksi pantai dan pemanasan global.

Dewasa ini dalam kegiatan yang disebut sebagai perbaikan ekosistem terumbu

karang, banyak dilakukan dengan cara transplantasi terumbu karang dan

pembuatan terumbu buatan (artificial reef) (Mawardi, 2002). Transplantasi karang

sendiri adalah mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan

kemudian di ‘letakkan’ di tempat tertentu.

Transplantasi karang tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan

perairan karena karang umumnya dapat memperoleh makanan melalui proses

fotosintesa yang dilakukan oleh simbionnya (zooxanthellae). Dengan demikian

hewan karang bersifat autotrophik dan tidak diperlukan pemberian makanan

tambahan atau pakan buatan sebagaimana kebanyakan hewan budidaya

lainnya, bahkan karang dapat berfungsi sebagai penyaring biologis (biofilters)

pada lingkungan di sekitarnya, sehingga kegiatan budidaya karang dapat

mengurangi pencemaran lingkungan laut di areal budidaya (Rachman dan

Mudhita, 2002).

Terumbu karang yang dihasilkan dari transplantasi bisa dijadikan hiasan

yang diletakkan di dalam akuarium. Di Australia dan Amerika terumbu karang

mendatangkan miliaran dolar bagi bisnis wisata dan para pencari ikan dalam hal

ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pemasok terumbu

karang di pasar internasional. Usaha transplantasi karang berpotensi menjadi

Page 3: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

alternatif mata pencaharian bagi masyarakat pesisir. Usaha ini diperkirakan

mampu menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial serta berpotensi menjaga

kelestarian sumberdaya ikan. Dengan perkembangan usaha ini, tidak akan

terjadi lagi aksi pengrusakan karang yang kabarnya saat ini, sekitar 61% dari

areal terumbu karang Indonesia yang seluas 51.000 km 2 dalam kondisi rusak.

Bahkan, 15% diantaranya sudah sangat kritis. Apabila tidak segera dilakukan

rehabilitasi secara total, maka dikhawatirkan kepunahan terumbu karang

Indonesia tidak akan terelakkan lagi (www.bppt.go.id, 2006).

Transplantasi karang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar

ekspor di negara Eropa, sekaligus sebagai upaya ikut melestarikan alam dan

memperbaiki kerusakan terumbu karang dan ekonomi yang diderita masyarakat

bakal semakin parah dan memprihatinkan. Karang hias sudah bisa dipanen

dalam usia enam bulan. Karang hias biasanya tumbuh setinggi lima sentimeter

sampai 10 sentimeter tergantung dari jenisnya. Harga karang hias yang

berkualitas dengan tinggi mencapai 15 sentimeter bisa terjual seharga US$ 30

hingga US$ 150 per buahnya (www.bppt.go.id, 2006).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial usaha

transplantasi karang serta potensinya sebagai alternatif mata pencaharian

masyarakat pesisir, khususnya di Kotamadya Denpasar.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah survai dan studi literatur. Survai

dilakukan pada bulan Agustus 2006 pada salah satu perusahaan transplantasi

karang di Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Sedangkan studi literatur diperoleh

dari internet dan perpustakaan berkaitan dengan topik penelitian atau pustaka

tentang karang.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif

meliputi kondisi umum lokasi penelitian, tahapan kegiatan transplantasi karang,

manfaat transplantasi karang dan kegiatan­kegiatan yang berhubungan dengan

transplantasi karang. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui

kelayakan usaha transplantasi karang dari aspek finansial baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Adapun kelayakan usaha aspek finansial

jangka pendek dilakukan dengan menghitung keuntungan, rentabilitas, Revenue/

Cost ratio dan Break Even Point. Sedangkan kelayakan aspek finansial jangka

panjang dengan menghitung Net Present Value, Net Benefit/ Cost ratio, Internal

Page 4: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Rate Return dan Payback Periode. Adapun rumus perhitungan dalam analisis

kelayakan finansial usaha jangka pendek dan jangka panjang disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 1. Metode Analisis Finansial yang digunakan dalam Penelitian ini

Analisis Jangka Pendek Rumus Syarat Layak

Keuntungan π = TR­TC > 0 Rentabilitas ( ) % 100

M L R = > 0 %

Revenue/ Cost ratio

TC TR ratio C R = / >1

Break Even Point

V P FC Q BEP −

= ) (

s vc

FC BEP −

= 1

< Q aktual

< TR aktual

Analisis Jangka Panjang Net Present Value

NPV = ∑ =

+ n

i

n r NBi 1

) 1 ( > 0

Internal Rate Return IRR = i1 + ( ) 1 2

2 1 1 i i NPV NPV

NPV −

− > r

Net Benefit/ Cost ratio

Net B/C =

=

=

+ n

i

n

i

NBi

NBi

1

1

) (

) ( > 1

Payback Periode

t PVGB investasi biaya PP

∑ = < t

Sumber : Kasmir dan Jakfar, (2003); Primyastanto, (2005) dan Suratman, (2001) Daftar Singkatan :

Π = Keuntungan TR = Total Revenue (Penerimaan) TC = Total Cost (Biaya Total) R = Rentabilitas L = Laba (selisih antara penerimaan dan pengeluaran) M = Modal FC = biaya tetap P = harga jual per unit V = biaya variabel per unit Q = jumlah unit produk yang dijual VC = biaya variabel s = volume penjualan NBi = pendapatan bersih pada tahun ke­i

Page 5: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

r = nilai discount factor n = tahun ke­n dari usaha i1 = nilai discount factor ketika NPV positif i2 = nilai discount factor ketika NPV negatif NPV1 = nilai NPV positif NPV2 = nilai NPV negatif Nbi(+) = pendapatan tahun ke­i Nbi(­) = pengeluaran tahun ke­i PVGB = pendapatan kotor yang telah di­discount factor­kan t = lama umur proyek

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data statistik direktorat jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam (PHKA) di propinsi Bali pada tahun 2006 terdapat lima

perusahaan yang bergerak di bidang usaha karang. Tetapi survai hanya

dilakukan pada salah satu perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil survai

diketahui bahwa perusahaan yang menjadi objek survai berperan ganda dalam

usaha transplantasi karang, yaitu sebagai produsen dan distributor. Sedangkan

penelitian ini dibatasi pada kegiatan perusahaan sebagai produsen. Dalam hal

sebagai produsen, perusahaan melakukan kerjasama operasional bersama

masyarakat pesisir. Dimana perusahaan menyediakan sarana dan prasarana

produksi sedangkan masyarakat bertindak sebagai pemelihara karang

transplantasi mulai dari bibit sampai panen.

Kegiatan pemeliharaan oleh masyarakat biasanya dilakukan pada saat air

laut surut yaitu pada pagi hari atau sore hari. Intensitas yang dilakukan

masyarakat pesisir dalam memelihara karang transplantasi dalam satu bulan

berkisar selama 12 hari. Sehingga pada waktu libur digunakan untuk kegiatan

usaha lain seperti budidaya rumput laut. Masa pemeliharaan oleh masyarakat

pesisir sampai dengan panen berkisar antara 6 sampai 8 bulan. Adapun daerah

kerjasama operasional antara perusahaan dan nelayan yang menjadi objek

penelitian adalah daerah Serangan dan Sanur yang berada di Kotamadya

Denpasar dengan melibatkan masyarakat pesisir sebanyak 30 orang.

Transplantasi Karang Usaha transplantasi karang dilakukan melalui tahap – tahap kegiatan

sebagai berikut :

a. Pemilihan Lokasi

Lokasi untuk transplantasi karang diutamakan pada daerah­daerah

terumbu karang yang telah mengalami kerusakan tetapi masih memenuhi syarat

Page 6: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

bagi kehidupan karang. Kondisi oseanografis yang memenuhi syarat dalam

melakukan transplantasi karang antara lain meliputi : suhu 25­29 o C, salinitas 33­

35 o /oo, pH 8,0­8,5, fosfat 0,02­0,06 ppm, nitrat 0,04­0,05 ppm, kedalaman 2­12

meter dengan dasar perairan terdiri dari pecahan karang (rubble) atau berpasir.

b. Pelekatan stek

Koloni karang yang dipersiapkan sebagai induk dipotong­potong dengan

ukuran stek 3­5 cm. Stek karang hasil pemotongan koloni karang ditempatkan

pada wadah yang telah berisi air laut. Masing­masing potongan tersebut

kemudian ditempelkan dengan lem pada substrat buatan / tatakan (artificial base

coral). Setiap tatakan diberi tagging yang berisi kode jenis karang, pemilik kuota,

urutan turunan dari alam dan urutan penanaman. Pemberian tagging dapat

mempermudah dalam pengontrolan baik terhadap pertumbuhan maupun

keberadaan karang. Dalam waktu 10­20 menit setelah penempelan, bibit karang

kemudian ditempatkan pada meja budding yang berfungsi sebagai media

sementara di dalam akuarium yang berisi air laut.

c. Persemaian

Bibit karang yang telah ditransplantasi dibawa ke laut dengan cara

diletakkan pada rak­rak besi yang telah ditanam di dasar laut. Penempatan bibit

juga diatur berdekatan menurut populasi sejenis, populasi berlainan jenis tetapi

bergenus sama dan populasi dari genus yang berlainan, tergantung dari bentuk

interaksi yang terjadi pada species tersebut. Padat penebaran dalam satu rak

besi ukuran 2 m x 1 m berkisar sekitar 300 bibit karang, tergantung species yang

ditebar.

d. Pembesaran dan Pemeliharaan

Pada fase ini karang hasil transplantasi akan mengalami proses adaptasi

lingkungan dan tahan dari pengaruh pemotongan. Bibit karang yang telah

disemaikan pada rak­rak besi didasar laut membutuhkan pemeliharaan yang

intensif untuk mendapatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang baik.

Keterlibatan manusia dalam fase ini hanya pada kegiatan pengontrolan seperti :

pembersihan karang dari bio foulling, kompetitor dan kontrol terhadap predator

dan gangguan lingkungan lainnya. Intensitas pembersihan bibit dilakukan

tergantung menurut umur tanam, musim dan kondisi perairan. Pada kondisi

perairan normal, pembersihan bibit dibawah 2 bulan dilakukan setiap dua minggu

sekali dan setelah berumur 3 bulan ke atas dilakukan setiap sebulan sekali.

Sementara itu pada musim­musim penghujan atau pada kondisi perairan

Page 7: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

mengalami peningkatan kekeruhan serta pada musim dimana jenis­jenis alga

tertentu berkembang pesat di perairan, maka intensitas pembersihan dilakukan

setiap minggu sekali untuk semua umur bibit yang disemaikan.

Lama waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan karang transplantasi

tergantung dari jenis, laju pertumbuhan karang, bentuk pertumbuhan, dan kondisi

lingkungan lokasi pemeliharaan. Pertumbuhan karang transplantasi yang normal

ditandai dengan pertumbuhan jaringan pada bagian dasar yang menyatu dengan

substrat dan menutupi bagian permukaan dari substratnya dan adanya

pertumbuhan tunas­tunas baru.

e. Pemantauan

Pemantauan terhadap bibit yang ditanam meliputi pengukuran

pertumbuhan dan penghitungan karang yang mati. Parameter pertumbuhan yang

diamati/ dipantau terhadap jenis­jenis karang branching meliputi ukuran tinggi

maksimum koloni, diameter maksimum koloni dan jumlah cabang. Sedangkan

terhadap jenis­jenis karang non branching diukur tinggi maksimum atau lebar

maksimum koloni karang. Penghitungan kematian karang yang ditransplantasi

dilakukan dengan cara mengumpulkan (menarik kembali) bibit yang telah

mengalami kematian. Tanda­tanda bibit yang mengalami kematian antara lain

seluruh koloni diselimuti alga, koloni berwarna pucat atau berubah warna menjadi

gelap jika sudah mengalami kematian yang cukup lama. Penghitungan jumlah

cabang terhadap jenis­jenis karang branching dilakukan terhadap jumlah cabang

primer, cabang sekunder dan cabang tersier.

f. Pemanenan

Karang hasil transplantasi setelah mencapai ukuran yang memenuhi

syarat untuk restocking dan pemanfaatan lainnya selanjutnya ditangani dan

dilakukan secara hati­hati agar kondisi karang tetap sehat, segar, tidak cacat dan

tidak stres. Lama waktu yang diperlukan untuk memelihara karang sampai

dengan ukuran 12 cm – 15 cm (ukuran restocking) adalah 6 bulan kecuali untuk

jenis Caulastrea sp dan Euphyllia sp diperlukan pemeliharaan selama 8 bulan.

Karang tersebut selanjutnya dapat diekspor dan sebagian dijadikan indukan dan

menghasilkan anakan baru. Sehingga penerapan teknologi transplantasi karang

ini dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Page 8: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Persyaratan Perdagangan Karang Hias

Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan

memindahkan potongan jenis­jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat

buatan yang diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya

akan menjadi induk karang hias yang akan diperdagangkan, dengan mengikuti

prosedur sebagai berikut :

a. Transplantasi karang untuk tujuan perdagangan karang hias hanya boleh

dilakukan oleh pengusaha karang hias yang sudah mempunyai izin sebagai

eksportir karang hias.

b. Jenis­jenis karang hias yang dibiakkan adalah jenis­jenis karang hias yang

diperdagangkan untuk pembuatan aquarium, dan tidak diperdagangkan sebagai

karang mati.

c. Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias

merupakan bagian dari kuota karang hias yang telah memperoleh persetujuan

d. Sebelum pembiakan dilakukan, pengusaha harus melaporkan kepada

lembaga yang ditunjuk untuk menginformasikan kapan penanaman bibit karang

hias itu dimulai, lokasi pembiakan, jumlah dan jenis karang hias yang akan

ditanam (Warta Praja, 2008) Kelayakan Usaha Aspek Finansial

Kelayakan Usaha Aspek Finansial kegiatan usaha transplantasi karang

pada perusahaan yang menjadi objek penelitian diketahui dengan melakukan

analisis kelayakan finansial jangka pendek (satu tahun) dan jangka panjang (10

tahun). Untuk melakukan analisis kelayakan usaha baik untuk jangka pendek

maupun panjang maka komponen biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi,

biaya tetap dan biaya variabel.

Dalam rangka kegiatan usaha transplantasi karang, modal investasi yang

diperlukan pada tahun pertama investasi adalah sebesar Rp. 234.442.745,­.

Sedangkan modal kerja yang dibutuhkan dalam satu tahun adalah sebesar

Rp.352.769.253,­. Sedangkan karang yang ditransplantasi dalam satu tahun

adalah sebesar 70.781 unit dan menghasilkan karang yang dapat dipanen

sebanyak 49.547 unit. Banyaknya karang yang dapat dipanen terutama

dipengaruhi oleh cara pemeliharaan oleh nelayan dan kondisi alam. Adapun

rincian lengkap biaya investasi dan biaya tetap dapat dilihat pada tabel 2 dan 3

berikut.

Page 9: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Tabel 2. Biaya Investasi Transplantasi Karang

Investasi Nilai (Rp) Persentase (%)

Tanah 59350000 25.32 Bangunan 60225000 25.69 Alat Transportasi 81055000 34.57 Alat Produksi 17591945 7.50 Perlengkapan Selam 7611400 3.25 Perlengkapan Lain 266400 0.11

Perlengkapan Kantor 8343000 3.56

Jumlah 234442745 100.00 Sumber : Data Primer, diolah (2006)

Tabel 3. Biaya Tetap Transplantasi Karang

Jenis Biaya Jumlah

Sewa Tanah 5935000

Penyusutan Bangunan 6022500

Penyusutan Peralatan Produksi 3577094.5

Penyusutan Peralatan Kantor 1363600

Penyusutan Alat Transportasi 10211000

Penyusutan Perlengkapan Selam 2363640

Penyusutan Perlengkapan Lain 252300

Biaya Pemeliharaan 4753027.45

Gaji Karyawan 42491900

Telepon 3000000

Listrik 24000000

Legalisasi 691500

Alat Tulis Kantor 750000

Retribusi 525000

PBB 351215

TFC 106287777

Sumber : Data Primer, diolah (2006)

Dalam komponen biaya variabel, ongkos pemeliharaan sebesar Rp.

173.413.450,­ menunjukkan upah yang diterima masyarakat pesisir yang

memelihara karang transplantasi milik perusahaan. Dimana pada usaha ini

melibatkan 30 orang masyarakat pesisir. Sehingga rata – rata pendapatan

masyarakat sebesar Rp. 5.780.448,­ per tahun. Pendapatan masyarakat pesisir

yang diperoleh dari upah memelihara karang transplantasi ditentukan oleh jumlah

karang transplantasi yang dihasilkan. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan

dalam satu tahun usaha transplantasi karang disajikan pada tabel berikut.

Page 10: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Tabel 4. Biaya Variabel Transplantasi Karang

Jenis Biaya Banyak Satuan Harga Satuan

Harga Total

Bensin 2588.3 liter 4500 11647350

Rak Meja Besi 236 unit 157000 37042057

Tatakan 56625 unit 200 11324960

Tagging 56625 unit 195 11041875

Lem 353.905 kg 32000 11324960

Semen 353.905 kg 1000 353905

Pembelian Induk 24811081

Ongkos Pemeliharaan 49547 unit 3500 173413450

TVC 280959638

Sumber : Data Primer, diolah (2006)

Produk yang dihasilkan dari panen transplantasi karang didominasi oleh

jenis karang Acropora sp dan Montipora sp. Sedangkan harga masing – masing

karang adalah sama yaitu sebesar Rp. 14.271,­ ( US$ 1,5) kecuali jenis

Caulastrea sp dan Euphyllia sp yaitu sebesar Rp.19.028,­ (US$ 2). Setiap harga

dinilai dengan US$ karena seluruh produk untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

Adapun daftar hasil panen selama satu tahun disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Total Panen dan Penjualan Karang Transplantasi Selama Satu Tahun

Species Tanam Panen Jual Harga per

Unit Harga Total

(Unit) (Unit) (Unit) (Rp) (Rp) Acropora sp 27290 19103 9552 14271 194727795 Blastomousa sp 267 187 84 14271 1714661 Echinophora sp 772 61 27 14271 4957745 Favites sp 87 448 202 14271 558710 Galaxea sp 2190 386 174 14271 14064071 Hydnopora sp 640 9691 4361 14271 4110048 Merulina sp 551 55 25 14271 3538494 Montipora sp 13844 1278 575 14271 88905476 Pachyceris 78 2295 1033 14271 500912 Pavona sp 1825 1565 704 14271 11720059 Pocillopora 3279 3433 1545 14271 21057574 Porites 2236 1951 878 14271 14359480 Seriatophora sp 4904 526 237 14271 31493243 Stylophora sp 2787 397 179 14271 17897975 Tubipora sp 751 620 279 14271 4822884 Turbinaria sp 567 5480 2466 14271 3641246 Caulastrea sp 885 540 243 19028 7577901 Euphyllia sp 7828 1533 690 19028 67028033 Jumlah 70781 49547 23251 492676306

Sumber : Data Primer, diolah (2006)

Page 11: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan baik untuk jangka pendek

(satu tahun) maupun jangka panjang (sepuluh tahun) usaha transplantasi karang

adalah layak. Hal ini bisa diketahui dari nilai berbagai komponen analisis

kelayakan finansial yang memenuhi syarat kelayakan finansial. Adapun nilai hasil

analisis kelayakan finansial disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Analisis Finansial Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Transplantasi Karang

Jangka Pendek Nilai Keuntungan Rentabilitas Revenue/ Cost ratio Break Even Poin

Rp. 40.431.464,­/ tahun 17,25 % 1,10 Rp. 296.907.369,­/ tahun atau 29.215 unit/ tahun

Jangka Panjang Net Present Value Net Benefit/ Cost ratio Internal Rate Return Payback Periode

Rp. 643.156.712,­ 6,56 73,26 % 1,98 tahun

Sumber : Data Primer, diolah (2006)

Keberadaan kegiatan usaha transplantasi karang telah memberikan

manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.

Lapangan pekerjaan baru terbuka, sehingga kesejahteraan masyarakat

meningkat. Dapat dijadikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir

atau nelayan. Pendapatan daerah dan perolehan devisa negara juga meningkat.

Peran Transplantasi Karang dan Program Kelestarian Terumbu Karang Transplantasi atau penanaman terumbu karang dapat dilakukan untuk

berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah

rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan

karang hias); (3).Untuk perluasan terumbu karang, (4). Untuk tujuan pariwisata

(5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang;

(6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.) Untuk tujuan

penelitian.

Selama ini upaya transplantasi jarang dilakukan, selain keterbatasan

sumberdaya sosialisasi terhadap upaya ini masih minim padahal transplantasi

merupakan cara satu­satunya untuk mempercepat pertumbuhan terumbu karang.

Pahadal selain sederhana dan biayanya pun relatif murah.

Dewasa ini pembangunan sektor perikanan dan kelautan selalu

memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Hal ini merupakan peluang bagi

Page 12: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

usaha transplantasi karang. Dimana usaha transplantasi karang berkaitan erat

dengan program pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem terumbu karang.

Pengembangan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang di

Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai institusi baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Salah satu institusi yang mengembangkan program

pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang adalah COREMAP yang

menyampaikan informasi mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia.

Selain itu juga terdapat Yayasan Bahtera Nusantara yaitu sebuah LSM

lokal Bali yang memiliki misi pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang

berkelanjutan berbasis masyarakat. Didirikan sejak tahun 2000 di Bali dengan

fokus utama program yaitu reformasi penangkapan ikan dengan cara­cara

merusak (destructive fishing reform), monitoring terumbu karang se­Bali (coral

monitoring) dan pendidikan lingkungan hidup kelautan (marine conservation

education).

Selanjutnya ada The Nature Conservancy (TNC) yaitu salah satu

lembaga konservasi terkemuka di dunia dengan misi melestarikan flora, fauna

dan komunitas alami yang mewakili keanekaragaman di bumi dengan cara

melindungi tanah dan air yang dibutuhkan untuk tetap hidup. TNC bekerja di 35

negara dan bekerja di Indonesia sejak tahun 1991. Program kelautan TNC

Indonesia dibangun sejak tahun 2000 berkantor di Bali dengan nama Coral

Triangle Center (CTC) yang membawahi kantor lapangan Komodo (NTT),

Derawan (Kalimantan Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Raja Ampat

(Papua Barat) dan Nusa Penida (Bali).

Kemudian ada Conservation International Indonesia (CII) yaitu salah satu

lembaga konservasi terkemuka di dunia dengan misi melestarikan

keanekaragaman hayati di muka bumi sebagai warisan alam untuk kelangsungan

hidup generasi mendatang secara spiritual, kultural dan ekonomi dan

menunjukan bahwa manusia dapat hidup secara harmonis dengan alam. CI

bekerja 40 negara dan bekerja di Indonesia sejak tahun 1997. Program kelautan

CI dimulai tahun 2004 berkantor di Bali dengan fokus program kerja di bentang

kepala burung (Raja Ampat dan Kaimana), Bentang laut Sulu Sulawesi

(Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara), serta Nusa Penida dan Bali

Selain organisasi tersebut masih ada beberapa organisasi lokal maupun

internasional yang bergerak dalam pelestarian terumbu karang. Banyaknya

institusi yang peduli terhadap pelestarian terumbu karang di Indonesia

Page 13: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

merupakan modal berharga dalam pengelolaan wilayah ekosistem terumbu

karang yang bertanggung jawab. Dengan mengoptimalkan kerjasama antara

pengusaha transplantasi karang, masyarakat lokal, institusi atau organisasi

pelestarian terumbu karang dan pemerintah lokal sehingga mampu menjadikan

transplantasi karang sebagai bagian usaha pengelolaan terumbu karang yang

efektif disamping sebagai pilihan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat

pesisir.

KESIMPULAN DAN SARAN

Transplantasi karang adalah mengambil sebagian koloni karang dari

koloni primer dan kemudian di ‘letakkan’ di tempat tertentu. Kegiatan

transplantasi karang dimulai dengan pemilihan lokasi pembesaran, pelekatan

stek, persemaian, pembesaran dan pemeliharaan, pemantauan dan pemanenan.

Berdasarkan analisis finansial usaha baik jangka pendek (1 tahun) dan panjang

(10 tahun) usaha transplantasi karang adalah layak dan menyerap tenaga kerja

pada daerah pesisir. Kegiatan transplantasi karang dapat memberikan

kontribusi pendapatan rata – rata sebesar Rp. 5.780.448,­ per tahun per orang

bagi 30 orang masyarakat pesisir. Dengan demikian kegiatan ini dapat berperan

sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir. Selain memberikan

manfaat ekonomi, transplantasi karang juga bisa dimanfaatkan dalam rangka

upaya pelestarian sumberdaya perairan khususnya ekosistem terumbu karang.

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan agar melakukan

identifikasi lokasi dan studi kelayakan terhadap daerah yang berpotensi

dikembangkan sebagai lokasi transplantasi karang usaha transplantasi karang.

Sehingga dapat menjadi alternatif usaha masyarakat pesisir dan sebagai upaya

pelestarian ekosistem terumbu karang. Kemudian perlu adanya kerjasama antara

pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan transplantasi karang,

pengusaha lokal dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non

Government Organitation (NGO) yang bergerak dalam pelestarian terumbu

karang dalam menentukan upaya yang harus dilakukan. Disisi yang lain

Pemerintah membuat regulasi yang mengatur keseimbangan penawaran dan

permintaan jumlah karang yang dihasilkan untuk menjaga harga jual produk yang

optimal dengan kelestarian terumbu karang tetap terjaga. Sedangkan LSM

bersama masyarakat konsisten melakukan fungsi pengawasan terhadap aktivitas

usaha transplantasi.

Page 14: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

DAFTAR PUSTAKA Asriningrum, W; A. Dault dan P. Arifin. 2004. Studi Identifikasi Karakteristik

Terumbu Karang Untuk Pengelolaan Dan Penentuan Pulau Kecil Menggunakan Data Landsat. Makalah Diskusi Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana, Program S3/TKL Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta. Mawardi, W. 2004. Ekosistem Terumbu Karang Peranan, Kondisi dan

Konservasinya. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Primyastanto, M., dkk. 2005. Perencanaan Usaha (Bussines Plan) Sebagai Aplikasi Ekonomi Perikanan. Bahtera Press. Malang.

Rachman, A dan Mudhita, M. (2002). Giant Clams Culture: a Model For Sustainable Seafarming Management. In: W. Kastoro, et al (Eds) Proceedings on Mariculture in Indonesia. LIPI–Norway Coorporation Programs. Mataram, Lombok.

Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan. J & J Learning. Yogyakarta.

Tomascik, T. , A.J. Mah, A.Nontji, dan M.K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas. Periplus Editions.

www.bppt.go.id, 2006 www.wartapraja.wordpress.com, 2008

Page 15: semnaskan UB_oktbr_2008_ hakim_transplantasi karang

Lampiran

Tabel 7. Cashflow Usaha Transplantasi Karang Tahun ke­

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 t­0 t­1 t­2 t­3 t­4 t­5 t­6 t­7 t­8 t­9 t­10

df = 0,13 1 0.8849558 0.7831467 0.6930502 0.6133187 0.5427599 0.4803185 0.4250606 0.3761599 0.3328848 0.29458835 I Inflow Benefit

Penjualan 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 Nilai Sisa 59657800 Gross Benefit (GB) 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 492676306 552334106 PVGB 435996731 385837815 341449394 302167605 267404960 236641558 209417308 185325051 164004470 162711192 Jumlah PVGB 2690956083

II Outflow Benefit Investasi Awal 234442745 Penambahan Investasi 145010 1251012 6084014 2024416 6241018 31345020 6814422 1294024 6241026 2024428 233614375 Biaya Operasional 310277353 310277353 310277353 310277353 310277353 310277353 310277353 310277353 310277353 310277353 Biaya Perawatan 4753027 4753027 4753027 4753027 4753027 4753027 4753027 4753027 4753027 4753027

Gross Cost (GC) 234587755 316281392 321114394 317054796 321271398 346375400 321844802 316324404 321271406 317054808 548644755 PVGC 234587755 279895037 251479673 219734878 197041765 187998690 154588021 134457055 120849408 105542737 161624352 Jumlah PVGC 2047799371 Net Benefit (234587755) 176394914 171561912 175621510 171404908 146300906 170831504 176351902 171404900 175621498 3689351 PVNB (234587755) 156101694 134358142 121714516 105125840 79406270 82053536 74960253 64475643 58461733 1086840

NPV 643156712

Net B/C 6.56

IRR Estimate 0.13

IRR 0.7326

PP 1.98 tahun