29
Teater (bahasa Inggris : theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani , yang berarti "tempat untuk menonton"). Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain Arti Drama 1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. 2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. 3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara. Arti Teater 1. Secara etimologis: Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. 2. Dalam arti luas: Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak 3. Dalam arti sempit: Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media yaitu percakapan, gerak dan laku didasarkan pada

Seni Budaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Seni Budaya

Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton"). Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain

Arti Drama

1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.

2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak.3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.

Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

Arti Teater

1. Secara etimologis: Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.2. Dalam arti luas: Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak3. Dalam arti sempit: Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang

diceritakan di atas pentas dengan media yaitu percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Akting Yang Baik

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.

Dialog yang baik ialah dialog yang:

Terdengar (volume baik) Jelas (artikulasi baik) Dimengerti (lafal benar) Menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang balk ialah gerak yang:

Page 2: Seni Budaya

Terlihat (blocking baik) Jelas (tidak raguragu, meyakinkan) Dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan) Menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Unsur-Unsur Dalam Teater

Unsur-unsur dalam teater antara lain:

1. Naskah atau Skenario

Naskah atau Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan.

2. Pemain

Pemain merupakan orang yang memerankan tokoh tertentu. Ada tiga jenis pemain, yaitu peran utama, peran pembantu dan peran tambahan atau figuran. Dalam film atau sinetron, pemain biasanya disebut Aktris untuk perempuan, dan Aktor untuk laki-laki.

3. Sutradara

Sutradara adalah orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater.

4. Properti

Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan teater. Contohnya kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain

5.Penataan

Seluruh pekerja yang terkait dengan pementasan teater, antara lain:

1. Tata Rias adalah cara mendadndani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih meyakinkan.

2. Tata Busana adalah pengaturan pakaina pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya pakaian sekolah lain dengan pakaian harian.

3. Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung.

Page 3: Seni Budaya

4. Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara.

Page 4: Seni Budaya

SEJARAH TEATER INDONESIA

a. Teater TradisionalTeater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional, sebagai lawan dari teater modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah (bersifat improvisasi). Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang tampat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didearah – daerah di seluruh Indonesia . Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut (1981: 113-131)..1. Teater RakyatSifat teater rakyat seperti halnya teater tradisional, yaitu improvisasi sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contoh – contoh teater rakyat adalah sebagai berikut.- Makyong dan Mendu di daerah Riau dan Kalimantan Barat.- Randai dan Bakaba di Sumatera Barat.- Mamanda dan Berpandung di Kalimantan Selatan.- Arja, Topeng Prembon, dan Cepung di Bali.- Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling, dan Ketuk Tilu dari Jawa Barat.- Ketroprak, Srandul, Jemblung, Gataloco di Jawa Tengah.- Kentrung, Ludruk, Ketroprak, Topeng Dalang, Reyong, dan Jemblung di Jawa Timur (Reyong yang biasanya hanya tarian itu ternyata sering berteater juga).- Cekepung di Lombok.- Dermuluk disematera Selatan dan Sinlirik di Sulawesi Selatan.- Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi di Jakarta dan sebagainya.- Randai di Sumatera Barat.

2. Teater KlasikSifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memandai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerjaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contoh – contohnya: Wayang Kulit, Wayang Orang, dan Wayang Golek. Ceritanya statis, tetapi memilki daya tarik berkat kreativitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupakan lakon.3. Teater TransisiTeater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komidi Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater transisi. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan property lain menggunakan teknik Barat.                                                                                                                                                                                                                        

Page 5: Seni Budaya

d. Dardanella.Didirikan oleh Willy Klimanoff yang kemudian mengganti namanya dengan A. Piedro. Tanggal 21 juni 1926 didirikan The Malay Opera Dardanella. Dalam teater ini, tidak lagi ada nyanyian. Lakon – lakon diambil dari Indische Roman. Pemain yang masih dikenal hingga kini, misalnya: Tan Ceng Bok, Devi Ja, Fifi Young, Pak Kuncung, dan sebagainya. Cerita yang dipentaskan dapat diklasifikasi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.1. Cerita dari kisah 1001 Malam (missal:”Ali Baba”, “Aladin”, “Nur Cahaya”, “Abu Hasan”, “Nur Tuhan”, dan sebagainya),2. Cerita dari film popular saat itu (missal:”The Merry Widow”, “The Three Musketeer”, “Zorro”, “The Son Of Zorro”, “Two Lovers”, “Dougles Fairbank”, dn sebagainya),3. Cerita lama yang terkenal (misal: “Roses Of Zorro”, “Vera”, “Graff de Monte Cristo”),4. Cerita yang tergolong Indische Roman (misal: “De Ross van Serang”, “Perantaian 99”, “Annie van Mendut”, “Lily van Cikampek”, dan sebagainya).e. MayaTimbulnya teater Maya dipengaruhi oleh saudagar-saudagar Cina yang gemar akan teater. Maya dipimpin oleh Usmar Ismail. Bersama itu, muncul pula Cahaya Timur yang dipimpin Anjar Asmara. Berkat pengaruh pendidikan barat, banyak karya asli yang dihasilkan. Maya banyak mementaskan karya-karya pengarang Indonesia . Hal ini juga berkat kemajuan dokumentasi Pusat Kebudayaan Jepang di Indonesia saat itu (Keimin Bunka Sidosho). Di samping hal tersebut, tampaknya peran sutradara sudah sangat penting. Naskah – naskah mengambil dari bumi Indonesia , meskipun masih meneladan pentas dunia Barat.f. Cine Drama InstitutLahir di Yogya tahun 1948 dan merupakan embrio bagi ASDRAFI (Akademi Seni Drama dan Film) dengan pusatnya di Yogyakarta . Banyak tokoh Yogyakarta yang mengembangkan teater seperti Kirdjomuljo, Rendra, Soebagio Sastrowardojo, Dokter Hoejoeng, Harymawan, Sri Moertono, dan sebagainya. Pantas dicatat pula, bahwa di Bogor juga bangkit kegiatan teater sekitar tahun 1950-an dengan teaternya bernama Teater Bogor. Di Surabaya juga muncul binatang Surabaya Film Co, sedangkan di Jakarta muncul Akademi Teater Nasional Indonesia (1955) yang seperti halnya ASDRAFI banyak melahirkan tokoh-tokoh teater masa kini. Kemudian muncul pula studi Grup Drama Yogya Pimpinan Rendra, Federasi Teater Kota Bogor pimpinan Taufiq Ismail, Himpunan Seniman Budayawan Islam pimpinan Junan Helmy Nasution dan Taeter Muslim di Yogya Dipimpin oleh Muhamad Diponogoro.g. Zaman Kemajuan Dunia TeaterSejak tahun 1968, yaitu Rendra pulang dari Amerika dan mendirikan Bengkel Teater di Yogya, maka mulailah zaman kemajuan dunia teater. Berdirinya Taman Ismail Marzuki sebagai ajang kreativitas para seniman (termasuk juga dramawan), kiranya menambah kemajuan dunia teater. Jika Yogya adalah tempat penggembelang para calon dramawan, maka Jakarta adalah tempat di mana mereka berlaga. Tidak bisa dipungkiri, dalam hal demikian, peranan Taman Ismail Marzuki tidak sedikit. Banyak dramawan diwisuda melalui pementasan rutin disana.1. Bengkel Teater RendraGrup teater ini didirikan Rendra dikampung ketanggunan Yogyakarta , pada tahun 1968. Pementasan – pementasan drama yang melakukan selalu mendapatkan sambutan hangat dari penonton.

Page 6: Seni Budaya

Pementasannya seolah menjadi peta teater ditanah air. Ia seorang dramawan besar. Kebesarannya terbukti dengan penghargaan dari pemerintah berupa anugerah seni tahun 1975. ia juga mendapatkan hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta, kesenian Jakarta , Karena lima tahun berturut-turut telah membina drama.Kelebihan – kelebihan teater Rendra yang sulit dimiliki teater lainya, diantaranya adalah sebagai berikut.- Popularitas Rendra, ia sebagai sutradara yang baik, penyiar, aktor, dan juga penyusun naskah drama.- Penyutradaraan yang baik. Sebagai sutradara, Rendra dipandang sebagai salah seorang dari beberapa gelintir sutradara terbaik negeri ini.- Daya kreativitas Rendra cukup tinggi ia tidak menggunakan konsep yang statis dalam penyutradaraan. Pada setiap pementasan ada unsur baru.- Rendra adalah aktor yang baik. Dalam setiap pementasan, Rendra selalu ikut main dan bahkan menjadi pelaku utama.- Memilih naskah yang bermutu. Rendra sendiri pandai menerjemahkan naskah drama dari bahasa asing, maka ia dapat memilih naskah yang bermutu.2. Teater PopulerNama besar lain dalam dunia penyutradaraan teater, adalah Teguh Karya, dengna kelompoknya yang bernama Teater Populer HI, karena secara rutin berpentas di Hotel Indonesia, kemudian disebut Teater Populer saja. Kubunya menghasilkan nama-nama besar dalam dunia Teater dan film. Pemborong-pemborong piala citra, banyak dihasilkan dari kelompok teater popular ini. Kita kenal: Slamet Rahardjo, El Malik, Christine Hakim, N. Riantiarno, Sayanglah bahwa akhir-akhir ini teaternya teguh Karya lebih berorientasi ke film, sehingga pementasan teaternya yang sring dijadikan tolok ukur peta kemajuan teater Indonesia tidak depat kita lihat.3.. Teater KecilPada masa kejayaannya, di Indonesia pernah terdapat tiga grup teater yang besar, yaitu: Bengkel Teater, Teater Populer, dan Teater kecil. Teater Kecil dipimpin oleh Arifin C. Noer. Melebihin kedua tokoh lainnya, Arifin adalah penulis naskah yang produktif. Naskahnya dipandang memiliki warna Indonesia . Penulis dari cirebon ini, sering memasukan unsur kesenian daerahnya keadalam teater yang ditulis/ dipentaskannya.4. Teater KomaTeater berwibawa yang akhir-akhir ini belum terjun kedunia film dalam arti sepenuhnya adalah Teater Koma yang dipimpin oleh Nano Riantiarno. Ia adalah penulis naskah drama yang kuat, dan sutradara yang potensial setelah surutnya generasi Teguh Karya, Arifin, dan “Opera Ikan Asin” dan “Opera Kecoa”, yang berbicara tentang rakyat jelatan.5. Teater MandiriHampir seluruh pementasan Teater Mandiri adalah karya pimpinannya sendiri, yaitu putu Widjaya. Darmawan dari Bali yang juga sarjana hokum dari Universitas Gadjah Mada, serta bekas anak buah Rendra ini termasuk penulis drama ulung. Drama-dramanya yang akhir-akhir ini banyak kali ditulis dan dipentaskan mendapat warna kuat dari “Menunggu Godot” yang pernah dipentaskan bersama Rendra di Bengkel Teater, yaitu kisah penantian terhadap datangnya suatu kebahagiaan yang selalu tercipta.6. Bengkel Muda Surabaya

Page 7: Seni Budaya

Grup teater pimpinan Akudiat dari Surabaya ini terkenal karena rombongan kentrungnya. Drama kentrung Akudiat tersebut hanyalah dalam arti adanya iringan kentrung dalam pementasannya. Lakonya menggingatkan kita pada bentuk Seniaman Sintingnya Majuki.7. Teater LainDisamping teater – teater yang sudah disebutkan didepan, banyak teater lainya yang disebut tangguh dan menyemarakkan dunia drama di Indonesia akhir-akhir ini, antara lain: Teater Keliling (pimpinan Rudolf Puspa dan Derry Sirna); Teater Dinasti (pimpinan Emha Ainun Najib); Study Teater Bandung (pimpinan Suyatna Anirun); Teater Padang (pimpinan Wirsan Hadi); Teater Dewan Keseniana Ujung padang (pimpinan Rahmat Age), dan sebagainya.8. Kecendrungan MutakhirAda beberapa kecendrungan Mutakhir drama di Indonesia , yaitu: Drama Eksperimental seperti karya Rendra berikut ini.a. Drama Non-Konvensional, seperti karya Akhdiat dan Putu Widjayab. Drama Absurd, seperti karya-karya Iwan Simatupang dan Arifin C. Noer.c.. Eksistensialisme, seperti karya-karya Iwan Simatupang, Arifin C. Noer, dan Putu Widjaya.d. Kehidupan Gelandangan, seperti karya Iwan Simatupang dan Arifin C. Noer.e. Teater Lingkungan dan Warna Daerah, seperti karyaAkhudiat yang memadukan teater modern denga kentrung (Bengkel Muda Surabaya); Wirsan Hadi yang mengetegahkan cirri dari teater tradisional Minangkabau; Teater Jeprik Yogya yang memasukkan tarian ketropak dan gamelan Jawa Dalam teater lingkungan yang diekspresikanf. Kritik sosial, baik yang keras (seperti karya-karya Rendra). Ataupun yang halus (seperti karya-karya N. Riantiano akhir-akhir ini.)a. W. S. RendraSudah sejak sebelum studi di American Academy of Dramatical Art (AADA), rendra sudah menunjukan potensinya yang besar dalam dunia teater (drama). Sepulangnya dari Amerika Serikat pada tahun 1967, potensinya dalam bidang teater lebih mantap Sekitar tahun 1968 didirikanya “Bengkel Teater” yang secara berturut-turut dan terus-menerus menghasilkan drama-drama bermutu.b. Arifin C. NoerDari Arifin C. Noer kita memperoleh dua lakon yang mewakili cirri-ciri kemutakhiran, yaitu “Mega-mega” dan “Kapai-kapai”. Kedua drama ini berbicara tentang orang-orang terpencil, tersisa, atau orang papa. Akan tetapi keduanya juga berbicara tentang harapan. Bahwa dia dalam kehidupan yang papa, manusia selalu mempunyai harapan, yang datangnya dari kekuasaan di atas manusia.c. Iwan SimatupangPuncak absurditas kehidupan dan filsafat eksistensialisme dalam drama kiranya dapat kita hayati lewat drama Iwan Simatupang yang berjudul “ Taman ”. Tokoh-tokoh dalam drama “ Taman ” adalah manusia – manusia yang mencoba menyadari eksistensimya. Justru dengan kesadaran itu, mereka merasa bahwa kehidupan ini absurd. OT dan LSB menunjukan perdebatan konyol untuk membuktikan bahwa orang itu memiliki eksistensi yang berbeda. Demikian juga perjumpaan antara PB dengan wanita telah menghasilkan konflik karena mereka masing-masing menyadari eksistensinya.d. Putu WidjayaPutu Widjaya banyak mengadakan eksperimen dengan tokoh-tokoh drama yang tidak menunjukan identitas individual. Drama-dramanya disamping dengan tokoh-tokoh yang non-konvensional juga

Page 8: Seni Budaya

menunjukan sifat abstrak (sukar dipahami). Judul-judul dramanya begitu singkat. Misalnya: “Bom”, “Tai”, “Aduh”, “Sssst”, “Gress”, dan sebagainya. Drama-drama pintu oleh Goenawan Moehammad dinyatakan sebagai drama yang tumbuh dari penggalaman yang konkrit, artinya dalam menulis lakon-lakon itu, Putu membekali dirinya dengan pengalaman.

e. Akhudiat (Parodi dan Kentrung)Warna daerah dihidupkan kembali lewat tangan Akhudiat dalam dramanya “Joko Tarub”. Sifat kedaerahan Joko tarub diberi bumbu penyedap supaya cocok dengan selerah masa kini. Atavisme yang muncul diberi warna baru, sehingga terjadi dekontruksionisme terhadap tokoh-tokohnya. Joko tarub dan Nawang Wulan tidak seperti yang digambarkan dalam mitos-mitos lama di jawa. Kecendrungan semacam itu kiranya banyak muncul pada dekade terakhir perkembangan drama di Indonesia .f. Riantiarno: Penampilan Kehidupan KumuhDi depan penulis sering kali menyebut-nyebut nama Riantiarno sebagai dermawan besar saat ini. Ia banyak menyebutkan kehidupan kumuh. Bukan kehidupan orang gelandangan seperti karya-karya Arifin C. Noer, akan tetapi kehidupan rakyat jembel dengan problemanya dan Riantiarno mencoba menjawab problem ini. Tanpa malu-malu (dan ini dapat disebut kebangkitan teater Indonesia modern), Nano melukiskan kehidupan homoseksual dikota metropolitan antara Roima dengan Yulimi.g. Kritik SosialBaik karya Rendra, Arifin, Putu, maupun Riantiarno sebenarnya menampilkan kritik sosial. Hanya saja cara mereka menyampaikan kritik itu berbeda-beda. Akan tetapi cara memandang realitas adalah sama. Mereka berpandangan bahwa dalam masyarakat masih ada kepincangan. Ketidakadilan, penghisapan manusia atas manusia penyelewengan dari mereka yang harusnya menegakkan hukum dan keadilan, dan sebagainya. Dengan menggunakan gaya , simbol, dan bahasa mereka yang khas, mereka mengiginkan agar kita semua menjadi sadar akan kekurangan-kekurangan itu, dan kalau dapat berusaha turut memperbaikinya. Bukankah karya seni merupakan kekuatan moral?h. Eksperimen SendiriJika tadinya para drawaman senantiasa berkiblat berkiblat ke barat, maka pada periode mutakhir ini mereka mencoba mengadakan eksperimen sendiri. Meskipun bentuk eksperimennya masih kurang berani karena takut dicap kembali kesifat tradisional, akan tetapi kita harus mengakui bahwa bentuk-bentuk eksperimen itu menunjukan kreativitas mereka.Eksperimen yang cendrung berkembang adalah perpaduan antara teater modern dengan teater tradisional (seperti yang dikemukakan Akhudiat), dan juga bentuk teater abstrak. Sebenarnya hal ini perlu koreksi lagi. Sebelum mengadakan eksperimen dan membuat yang abstrak, perlu dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan membuat bentuk drama yang biasa.i. Ali ShahabTeater September dibawah pimpinan Ali Shahab menunjukan suatu kecendrungan dari dalam dunia teater, yaitu masuknya unsur teknologi mutakhir dalam penggarapan drama, khususnya drama televise. Cerita yang hidup dikalangan rakyat digarap secara lebih modern, dengan teknik pemotretan yang cukup mutakhir, mengahsilkan suatu tontonan drama yang menarik. Dalam hal ini, teater September memadukan unsur dramaturgi dengan teknologi bidang elektronik. Dengan eksperimen-eksperimennya, Ali Shahab mencoba menjadikan teater sebagai tontonan yang memikat, menarik dan

Page 9: Seni Budaya

enak ditonton, bukannya tontonan yang sarat dengan filsafat dan pikiran muluk-muluk.j. Kecendrungan LainDi berbagai kota, banyak darmawan muda yang masih memiliki idealisme tinggi meneruskan kegiatan berteater meskipun secara financial tidak menjanjikan perbaikan nasib di surakarta, kehidupan taman Budaya Surakarta (TBS) dimotori oleh dramawan –dramawan musa seperti Hanindrawan, Sosiawan Leak, dan dramawan-dramawan muda dari 9 fakultas di UNS, serta dari perguruan tinggi lain di surakarta

Pengertian Drama dan Unsur-Unsurnya

Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa pengertian dan istilah dasar yang bersangkutan dengan sastra drama dan teknik keterampilan membaca naskah-naskah sastra sejenis ini.

Secara beruntun akan dibicarakan mengenai anatomi sastra drama, plot atau alur cerita, struktur dramatic Aristoteles, tokoh cerita atau karakter, bahasa, buah pikiran atau tema, dan dorongan atau motivasi.

Anatomi Sastra Drama

Walaupun tidak semua, namun kebanyakan naskah-naskah drama dibagi-bagi di dalam babak. Suatu babak dalam naskah drama adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu.

Suatu babak biasanya dibagi-bagi lagi dalam adegan-adegan. Suatu adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas.

Bagian lain yang sangat penting dan secara lahiriah membedakan sastra drama dari jenis fiksi lain adalah dialog. Dialog adalah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Begitu pentinya kedudukan dialog di dalam sastra drama, sehingga tanpa kehadirannya, suatu karya sastra tidak dapat digolongkan ke dalam karya sastra drama.

Umumnya naskah sastra drama mempunyai bagian lain yang jarang tidak hadir, yaitu petunjuk pengarang. Petunjuk pengarang adalah bagian dari naskah yang memberikan penjelasan kepada pembaca atau awak pementasan—misalnya sutradara, pemeran, dan penata seni—mengenai keadaan, suasana, peristiwa atau perbuatan dan sifat tokoh cerita.Bagian naskah lainnya ialah prolog, namun tidak semua naskah memiliki prolog. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Pada dasarnya prolog merupakan

Page 10: Seni Budaya

pengantar naskah yang dapat berisi satu atau beberapa keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan.

Disamping prolog terdapat pula epilog. Epilog biasanya berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita; kadang-kadang kesimpulan itu disertai pula dengan nasihat atau pesan.

Solilokui adalah bagian lain dari naskah drama. Solilokui merupakan suatu konvensi, yaitu suatu hal yang diterima pembaca atau penonton sebagai suatu yang wajar di dalam kerangka sastra drama.

Aside adalah bagian naskah drama yang diucapkan oleh salah seorang tokoh cerita dan ditunjukan langsung kepada penonton dengan pengertian bahwa tokoh lain yang ada di pentas tidak mendengar.

Plot atau Alur Cerita

Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab-akibat. Seorang dramawan menyusun plot untuk mencapai beberapa tujuan, yang terpanting diantaranya adalah untuk mengungkapkan buah pikiran. Selain itu plot juga memiliki fungsi menangkap, membimbing, dan mengarahkan perhatian pembaca atau penonton. Meskipun pesan yang akan disampaikan dalam sebuah drama adalah pesan yang berharga, kalau penonton tidak merasa tertarik kepada karya yang dicipta, maka buah pikiran atau pesan yang ingin disampaikan tidak akan sampai sasaran. Tugas menarik pembaca atau penonton diemban plot dengan mempergunakan unsur-unsurnya.Ketegangan (suspense) adalah unsur plot yang pertama. Plot baik akan menimbulkan ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemamuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan kepenasaran penonton dari awal sampai akhir.

Unsur kedua adalah dadakan (surprise). Pengarang yang baik akan menyusun ceritanya sedemikian rupa hingga dugaan-dugaan pembaca atau penontonnya selalu keliru dan peristiwa membelok ke arah lain yang tidak disangka-sangka dan bahkan mengagetkan.

Ironi dramatik dapat berbentuk pernyataan-pernyataan atau perbuatan-perbuatan tokoh cerita yang seakan-akan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Ironi diciptakan agar tidak mengganggu ketegangan dan hilangnya unsur dadakan. Sebaliknya, ironi dramatik justru untuk mendukung kedua unsur yang lain. Ironi dramatik akan menyebabkan pembaca dan penonton lebih penasaran di satu pihak, di pihak lain akan memperkuat kesan dadakan kalau kemudian terjadi peristiwa yang ternyata berhubungan erat dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Struktur Dramatik Aristoteles

Struktur dramatik digunakana untuk memelihara kesinambungan hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Di dalam cerita-cerita konvensional, struktur dramatik yang dipergunakan adalah struktur dramatik aristoteles. (384-322 SM) dari karya-karya Sophocles (495-406 SM).

Page 11: Seni Budaya

Struktur adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian, yang kalau satu di antara bagiannya diubah atau dirusak, akan berubah atau rusaklah seluruh struktur itu. adapun bagian-bagian itu ialah eksposisi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan konklusi.

Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Komplikasi atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya. Di dalam bagian ini, salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, hasil dari prakarsa itu tidak pasti. Denga demikian timbullah kegawatan.

Komplikasi disusl klimaks, bagian selanjutnya dari struktur dramatik aristoteles. Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Resolusi menyusul klimaks. Dalam bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa tokoh.

Bagian terakhir adalah konklusi. Dalam bagian ini nasib-nasib tokoh cerita sudah pasti plot dan alur cerita, di samping mengembang faal (fungsi) untuk mengungkapkan buah pikiran pengarang dan menarik serta memelihara perhatian pembaca atau penonton, juga mengungkapkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita.

Tokoh Cerita atau Karakter

Cerita yang disajikan dalam suatu drama umumnya adalah totkoh-tokoh yang berupa manusia, selain binatang atau makhluk lain. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan di daam plot.

Sifat dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam. Ada yang bersifat penting (major) dan ada pula yang digolongkan dalam golongan tidak penting (minor). Ada yang berkedudukan sebagai protagonis, yaitu tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan dengan demikian berperan sebagai penggerak cerita. Protagonis adalah tokoh yang pertama-tama mendapat masalah dan dihadapkan dengan kesukara-kesukaran. Biasanya kepadanya para pembaca berempati.

Lawan protagonis adalah antagonis, yaitu peran sebagai penghalang dan masalah bagi protagonis. Tokoh lain adalah confidant, yaitu tokoh yang menjadi penengah atau tokoh kepercayaan dari kedua tokoh protagonis atau antagonis sehingga keduanya bisa mengungkapkan isi hati di pentas dan oleh karena itu membuka peluang lebih besar kepada pembaca atau penonton untuk mengenal watak dan niat-niat tokoh-tokoh dengan lebih baik.

Watak para tokoh bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Tingkah laku dan perkataan tokoh-tokoh cerita itu niscaya akan membangkitkan perhatian dan membimbing pembaca atau penonton yang peka untuk memahami, menghayati, dan menyimpulkan buah pikiran pengarang.

Page 12: Seni Budaya

Bahasa

Unsur drama yang sangat penting adalah bahasa. dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Bahasa juga menggerakkan plot dan alur cerita. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang, kita mengetahui tentang tempat, waktu atau zaman dan keadaan di mana cerita itu terjadi.

Bahasa juga berperan menciptakan suasana terpenting dalam cerita. Bahasa pun sangat penting hubungannya dengan tokoh. Di samping oleh perbuatannya, watak tokoh cerita dilukiskan melalui apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran pengarang. Kalaupun tokoh-tokoh tidak mengungkapkan buah pikiran pengarang secara langsung, pembaca atau penonton akan menyimpulkan buah pikiran itu terutama melalui bahasa di samping perbuatan tokoh-tokoh cerita.

Buah Pikiran atau Tema

Kalau seorang seniman tergolong pada kelompok masyarakat yang disebut cendekiawan, hal itu berarti bahwa sebagai anggota masyarakat ia senantiasa peka dan memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya. Seorang dramawan atau penulis naskah drama pertama kali pasti menemukan masalah, artinya ia melihat kesenjangan antara kenyataan (das Sein) dan harapan (das Sollen).

Unsur buah pikiran dalam karya sastra drama yang terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan pengarang itu secara langsung dan intuitif disimak oleh pembaca atau penonton yang baik. Buah pikiran merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu, buah pikiran justru menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya.

Dorongan atau Motivasi

Salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur-unsur yang lain adalah dorongan atau motivasi. Motivasi adalah unsur yang menentukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh tokoh cerita, khususnya tokoh utama atau protagonis. Jika ingin memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra drama, seyogianya berusaha secepat mungkin untuk menangkap motivasi utama dalam karya itu.

Hubungan Langkah-langkah Apresiasi dengan Unsur-unsur Dramatik.

Langkah pertama dalam apresiasi karya drama adalah keterlibatan jiwa, yaitu suatu peristiwa ketika pembaca atau penonton menyimak pikiran dan perasaan pengarang dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.

Langkah kedua dalam apresiasi karya drama adalah kemampuan pembaca atau penonton untuk melihat hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan, dan khayalnya dengan

Page 13: Seni Budaya

unsure-unsur drama yang terdapat di dalam karya itu. Dalam langkah kedua apresiasi initermasuk pula drama sebagai pengungkap buah pikiran dramawan.

Langkah ketiga dalam apresiasi karya drama dicapai ketika pembaca atau penonton memasalahkan dan menemukan atau tidak menemukan hubungan (relevansi) antara buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan pengalaman kehidupan masyarakat secara umum. Dalam tingkat ini, pembaca atau penonton menetapkan apakah buah pikiran dramawan itu ada manfaatnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat

Home Picture Gallery Videos News Profile Coretan Guestbook Jimdo Contact

Suka-Suka SeDre

09

May

SEJARAH DRAMA

DRAMA · MATERI

II. SEJARAH DRAMA2.1 Sejarah Drama Dunia2.1.1 Drama KlasikYang disebut drama klasik adalah pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani dan Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi, terkenal sampai kini.(a) Drama YunaniAsal mula drama adalah kultus Dyonesos. Pada waktu itu, drama dikaitkan dengan upacara penyembahan kepada dewa, dan disebut tragedi. Kemudian tragedi mendapat makna lain, yaitu perjuangan manusia melawan nasib. Komedi sebagai lawan kata dari tragedi, pada zaman Yunani Kuno merupakan karikatur cerita duka dengan tujuan menyindir penderitaan hidup manusia.

Page 14: Seni Budaya

Ada tiga tokoh Yunani terkenal, yaitu Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat relatif. Karya seni dipandangnya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi menurut Plato bukan demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang terkenal adalah “The Republic”.Aristoteles juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya imitasi kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebajikan dalam dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak tertentu.Sophocles adalah tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karyanya yang merupakan tragedi, merupakan karyanya bersifat abadi, dan temanya relevan sampai saat ini. Dramanya adalah "Oedipus Sang Raja", "Oedipus", dan "Antigone". Tragedi tentang nasib manusia yang mengenaskan. Dari karyanya bentuk tragedi Yunani mendapatkan warna khas.Sedang Aristophanes, adalah tokoh komedi dengan karya-karyanya “The Frogs”, “The Waps”, “The Clouds”.

(b) Drama Zaman RomawiTerdapat tiga tokoh drama Romawi Kuno, yaitu Plutus, Terence, atau Publius Terence Afer, dan Lucius Seneca. Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat religius, lama-lama bersifat mencari uang (show biz). Bentuk pentas lebih megah dari zaman Yunani.

2.1.2 Teater Abad PertengahanPengaruh gereja Katolik atas drama sangat besar pada zaman pertengahan ini. Dalam pementasan ada nyanyian yang dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan koor. Kemudian ada pagelaran "Pasio" seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah sampai saat ini.Ciri khas abad Pertengahan, adalah sebagai berikut:1.    pentas kereta,2.    dekor bersifat sederhana dan simbolis,3.    pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama mod0ern.

(a) Zaman ItaliaIstilah yang populer dalam jaman Italia adalah Comedia del 'Arte yang bersumber dari komedi Yunani. Tokoh-tokohnya antara lain Dante, dengan karya-karyanya ”The Divina Comedy”, Torquato Tasso dengan karyanya drama-drama liturgis dan pastoral, dan Niccolo Machiavelli dengan karyanya “Mandrake”.Ciri-ciri drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut:1.    improvisatoris atau tanpa naskah,2.    gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru kemudian pemain berimprovisasi (bandingkan teater tradisional di Indonesia),3.    cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan,4.    gejala akting, pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan.Komedi Italia meluas ke Inggris dan Nederland. Gaya komedi Italia ini di Indonesia kita kenal dengan nama "seniman sinting" atau "seniman miring" dengan tokoh antara lain Marjuki (Drs.). Dibandingkan dengan drama Yunani, maka pada zaman Italia ini materi cerita disesuaikan dengan adegan yang terbatas itu. Trilogi Aristoteles mendapat perhatian.Tokoh-tokoh pelaku dalam komedi Italia mirip tokoh-tokoh cerita pewayangan, sudah dipolakan yaitu:

Page 15: Seni Budaya

1.    Arlecchino (The Hero, pemain utama),2.    Harlekyn (punakawan/badut/clown),3.    Pantalone (ayah sang gadis lakon),4.    Dottere (tabib yang tolol),5.    Capitano (kapten perebut gadis lakon),6.    Columbina (punakawan putri),7.    Gadis lakon (primadona yang menjadi biang lakon).

 (b) Jaman ElizabethPada awal pemerintahan Raru Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama berkembang dengan pesatnya. Teater-teater didirikan sendiri atas prakarsa sang ratu. Shakespeare, tokoh drama abadi adalah tokoh yang hidup pada jaman Elizabeth.Ciri-ciri naskah drama jaman Elizabeth, adalah:1.    naskah puitis,2.    dialognya panjang-panjang,3.    penyusunan naskahnya lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada,4.    laku bersifat simultan, berganda dan rangkap,5.    campuran antara drama dan humor.Tokoh besarnya adalah William Shakespeare (1564-1616), dengan karya-karyanya “The Taming of the Schrew”, “Mid Summer Night Dream”, “King Lear”, “Anthony and Cleopatra”, “Hamlet”, “Macbeth”, dan sebagainya. Hampir semuanya telah diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo, Muh. Yamin, dan Rendra.

(c) Perancis (Moliere dan Neoklasikisme)Tokoh-tokoh drama di Perancis antara lain Pierre Corneille (Melite, Le Cid), Jean Raccine (Phedra), Moliere, Jean Baptista Poquelin (Le Docteur Amoureux/The Love Sick Doctor, LesPreciueuses Rudicules/The Affected Young Lady, dan lain-lain), Voltaire (dengan filsafat dan karyanya yang aneh), Denis Diderot (Le Per De Famille dan Le Fils Naturel), Beaumarchais (La Barbier De Seville/Barber of Seville, Le Mariage de Fogaro/The Marriage of Fogaro).

(d) Jerman (jaman Romantik)Tokoh-tokohnya antara lain Gotthol Ephraim Lessing (Emilia Galotti, Miss Sara Sampson, dan Nathan der Weise), Wolfgang von Goethe(Faust), Christhop Friedrich von Schiller (The Robbers, Love and Intrique, Wallenstein, dan beberapa adaptasi dari Shakespeare).

2.2 Sejarah Drama ModernDalam bagian ini akan dijelaskan perkembangan drama modern di beberapa negara yang melanjutkan kejayaan tradisi pementasan dan penulisan drama yang telah dimulai pada jaman Yunani Kuno. Akan dikemukakan tokoh drama seperti Ibsen (Norwegia), Strindberg (Swedia), Bernard Shaw (Inggris), tokoh dari Irlandia, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan terakhir Amerika Serikat yang menunjukkan perkembangan pesat. Semua ini sekedar informasi untuk memperluas cakrawala pengetahuan kita di Indonesia tentang perkembangan drama di luar Indonesia.

(a) Norwegia (Ibsen)Tokoh paling terkemuka dalam penulisan drama di Norwegia adalah Henrick Ibsen (1828-1906).

Page 16: Seni Budaya

Karyanya yang paling terkenal dan banyak dipentaskan di Indonesia adalah "Nora", saduran dari terjemahan Armyn Pane "Ratna". Karya-karya Ibsen adalah “Love's Comedy”, “The Pretenders”, “Brand and Peer Gynt” (drama puitis), “A doll's House”, “An Enemy of the people”, “The Wild Duck”, “Hedda Gableer”, dan “Roshmersholm”. Ibsen tidak memberikan karakter hitam putih, tetapi tokoh penuh tantangan, watak yang digambarkan kompleks dengan penggambaran berbagai segi kehidupan manusia. Dialognya dengan gaya prosa yang realistis dengan menekankan mutu percakapan dan bersifat realistis. Gagasan yang dikemukakan dapat membangkitakan gairah dan memikat perhatian. Problem yang di angkat dapat menjadi lelucon drama yang besar dan diambil dari problem yang timbul dalam masyarakat biasa.(b) Swedia (August Strindberg)    Tokoh drama paling terkenal di Swedia adalah Strindberg (1849-1912). Karya-karya drama yang bersifat historis dari Strindberg di antaranya adalah “Saga of the Folkung” dan “The Pretenders”. “Miss Julia” dan “The Father” adalah drama naturalis. Drama penting yang bersifat ekspresionistis adalah “A Dream Play”, “The Dance of Death”, dan “The Spook Sonata”.(c) Inggris (Bernard Shaw dan Drama Modern)Tokoh drama modern Inggris yang terpenting (setelah Shakespeare) adalah George Bernard Shaw (1856-1950) . Ia dipandang ssebagai penulis lakon terbesar dan penulis terbesar pada abad modern. Di Ingris Bernard Shaw memenduduki peringkat kedua setelah Shakespeare. Karya-karyanya antara lain adalah “Man and Superman”, “Major Barbara”, “Saint Joan”, “The Devil's Disciple”, dan “Caesar and Cleopatra”.Tokoh drama modern di Inggris yang lain adalah James M. Barrie (1860-1937), dengan karya “Admirable Crichton”, “What Every Woman Knows”, “Dear Brutus”, dan “Peter Pan”. Noel Coward dengan karya “Blithe Spirit”. Somerest Mugham dengan karya “The Circle”. Christoper Fry dengan karya-karyanya “A Phoenic Too Frequent”, “The Lady's Not for Burning”.(d) Irlandia (Yeats sampai O'Casey)Tokoh penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang merupakan pemimpin kelompok sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean O'Casey (1884) dengan karyanya “The Shadow of a Gunman”, “Juno and the Paycock”, “The Plough and the Stars”, “The Silver Tassie”, “Within the Gates”, dan “The Stars Turns Red”. Tokoh lainnya adalah John Millington Synge (1871-1909) dengan karya-karya “Riders to the Sea” dan “The Playboy of the Western World”. Synge Merupakan pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater menjadi penting di sana.(e) Perancis (dari Zola sampai Sartre)Dua tokoh terkemuka di Perancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan Jean Paul Sartre (1905). Karya-karya Emile Zola adalah “Therese Raquin” yang mirip “A Doll's House”. Eugene Brieux (1858-1932), menulis naskah “Corbeaux” (The Vultures), “La Parisienne” (The Woman of Paris), dan “Les Avaries” (Damaged Gods). Edmond Rostan (1868-1918) dengan karya “Les Romanasques” (The Romancers) dan “Cyrano de Bergerac”. Maurice Materlinck (1862-1949), dengan karyanya “Pelleas et Melisande” yang bercorak romantik. Jean Giraudoux (1882-1944), dengan karyanya “Amphitryen 38” dan “La Folle de Challiot” (The Madwoman of Challiot). Jean Giraudoux juga mengarang karya yang sangat terkenal, yaitu “La Guerre de Troie N'aura pas Lieu” yang diproduksi oleh Teater Broadway dengan judul "Tiger at the Gates". Di Indonesia pernah dipentaskan oleh Darmanto Jt. dengan judul "Perang Troya Tidak Akan Meletus", kisah tentang Hektor dan Helena. Jean Cocteau (1891-…) dengan karyanya La Machine Internale. Di antara pengarang selama Perang Dunia II, Jean Paul Sartre merupakan spotlight. Ia lahir pada tahun 1905 dan merupakan tokoh aliran eksistensialisme. Karya-karyanya antara lain “Huis

Page 17: Seni Budaya

Clos” (Ni Exit) dan “Les Mouches” (The Flies). Pengarang lainnya adalah Jean Anaoulih (1910-…) dengan karyanya “Le Bal des Voleurs” (Thieve's Carnivaly) dan “Antigone” (terjemahan dari drama Sophocles).(f)  Jerman dan Eropa Tengah (Hauptman sampai Brecht)Banyak sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern. Tokoh seperti Hebbel dan temannya telah mempelopori aliran realisme. Penulis naturalis terkenal adalah Gerhart Hauptman (1862-1946) dan Arthur Schnitzler (1862-1931). Karya Hauptman antara lain adalah “The Weavers”, “The Sunken Bell”, dan “Hannele”. Karya Schnitzler antara lain “Liebelei”, “Anatol” dan “Reigen”. Pengarang lainnya Fernc Molnar (1878-1952) dengan karya “The Play's the Thing”, “The Guardsman”, dan “Liliom”. Karel Capek (1890-1938) dengan karya “The Insect Comedy” yang ditulis bersama kakaknya Yosef. Bertolt Brecht (1898-1956) dengan teaternya yang memiliki ciri-ciri an enthrailling, masterfull, achievment, energetic, forceful, full of humor. Nama teaternya adalah Berliner Ensemble (ciri tersebut berarti memikat, indah sekali, penuh prestasi, penuh energi, daya kekuatan yang tinggi, dan penuh cerita humor). Karya-karya Brecht antara lain “Threepenny Opera”, “Mother Courage”, dan “The Good Woman Setzuan”. Berline Ensemble sangat berpengaruh di masa sesudah Brecht.(g) Italia (dari Goldoni sampai Pirandillo)    Setelah zaman Renaissance, karya-karya drama banyak berupa opera disamping comedia dell'arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-1793) dengan karyanya “Mistress of the Inn”. Gabrielle D'Annunzio (1863-1938) dan Luigi Pirandello (1867-1936) dengan karyanya “Right You Are”, “If You Think You Are”, “As You Desire Me”, “Henry IV”, “Naked”, “Six Characters in Search of an Author”, dan “Tonight We Improvise”.(h) Spanyol (dari Benavente sampai Lorca)Bagi Spanyol, abad XX sebagai abad kebangkitan dramatic spirit. Tokohnya antara lain Jacinto Benavente (1866-1954) yang pernah mendapat hadiah Nobel tahun 1922. Yang terkenal di Amerika, adalah karyanya yang berjudul “Los Intereses Creados” (The Bonds of Interest) dan “La Marquerida” (The Passion Flower). Sejaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez Sierra (1881-1947) dengan karyanya “The Cradle Song”. Pengarang paling penting pada jaman modern di Spanyol adalah penyair dan penulis drama Frederico garcia Lorca (1889-1936). Dia dipandang sebagai orang yang dikagumi oleh penyair dan dramawan W.S. Rendra. Karya Lorca antara lain adalah “Shoemaker's Prodigius Wife” dan “The House of Bernarda Alba”.(i) Rusia (dari Pushkin sampai Andreyev)Tzarina Katerin Agung dipandang sebagai pengembang drama di Rusia. Pengarang pertama yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-1837) dengan karyanya “Boris Godunov”, Sebuah tragedi historis. Nikolai Gogol (1809-1852), menulis antara lain “The Inspector General”. Alexander Ostrovski (1823-1886) menulis “Enough Stupidity in Every Wise Man”. Leo Tolkstoy (1828-1910) menulis “The Power of Darkness” Selanjutnya Anton Pavlovich Chekov(1860-1904) sangat terkenal di Indonesia, dengan karyanya yang diterjemahkan menjadi "Pinangan" dan "Kebun Cherry" (The Cherry Orchid). Pohon Cherry merupakan karya besar Chekov. Karya lainnya adalah “Uncle Vanya”, “The Sea Gull”, dan “The Three Sisters”. Ada kualitas dan ciri yang sama dari karya Chekov, yaitu tragedi senyap, hasrat, kerinduan, dan karakter yang hidup. Pengarang lain adalah Maxim Gorki (1868-1936) dengan karyanya “The Lower Depth”. Leonid Andreyev (1971-1919) dengan karyany “The Live of Man”, “King Hunger”, dan “He Who Gets Slapped”.(j) Amerika (Godfrey sampai Miller)Pengarang drama yang paling awal di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan karya “The

Page 18: Seni Budaya

Prince of Parthia” (1767). Harriet Beecher Stowe (1811-1896) menulis “The Octoroon”. David Belasco (1854-1931) menulis “The Girl of Goldent West”. Bronsin Howard (1842-1908) menulis “Shenandoah”. James A. Henre (1839-1901).

Amareta Pawilia

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Rabu, 30 November 2011

Pengertian Drama,Sandiwara,Film,Sinetron,Opera dan Operet (dalam seni budaya kelas XI)

Arti Drama* Arti pertama : Drama adalah kualitas komunikasi, situasi,action. (segala apa yang terlintas dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton.* Arti kedua : Menurut Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented action). Jika buku roman menggerakan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri.Menurut Brander Mathews : Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok dramaMenurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.Menurut Balthazar Verhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak.* Arti ketiga : Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunaka percakapan dan action dihadapan penonton.

Kata sandiwara itu dibuat oleh P.K.G mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti Toneel, yang pada hayat P.K.G sudah mulai mendapat perhatian di kalangan kaum terpelajar, tetapi pada waktu itu dan lingkungan kaum terpelajar itu yang dipergunakan masih dalam bahasa Belanda. Kata baru “sandiwara” dibentuk dari kata “sandi: dan “Wara”, sandi (Jawa sekarang) berarti rahasia, dan “Wara” (wara Jawa) adalah pengajaran. Demikialah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.Demikianlah kupasan singkat dari kata sandiwara sebagai pengganti kata Toneel sebagai pengganti kata drama. Sebenarnya arti kata sandiwara lebih kena dari pada kata Toneel (bahasa belanda), yang artinya tak lain dari pada pertunjukan. Demikian pulajuga dibandingkan dengan arti drama dalam bahasa yunani yang artinya mula-mula tak lain dari pada “perbuatan” dan kemudian semata-mata perbuatan diatas panggung. tetapi

Page 19: Seni Budaya

sungguh sayang, arti kata sandiwara yang sedalam itu sekarang merosot, bahkan kata sandiwara bagi umum banyak menimbulkan rasa “hina” atau ejekan.

  Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu di tayangan melalui stasiun televisi.Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan.

Opera= 1. sebuah drama yang mengatur musik; terdiri dari bernyanyi dengan iringan orkestra dan orkestra overture dan selingan .

             2. sebuah bangunan di mana drama musikal yang dilakukan sumber:

             3. Sebuah drama, tragis atau komik, di mana musik membentuk bagian penting; sebuah drama yang seluruhnya atau        sebagian besar dinyanyikan, terdiri dari recitative, arials, chorus, duet, Trio, dll, dengan iringan orkestra, Prelude dan selingan, bersama dengan kostum yang sesuai, pemandangan, dan tindakan; drama lirik.

  Operet adalah opera ringan (nyanyian dan dialog disuguhkan secara bergantian) dng unsur roman dan satir

                                                                                                                                                      

Bye:willy_girlSHter cccccccccccccccccccccc            

Diposkan oleh Amareta Pawilia di 03:39

0 komentar:

Poskan Komentar« Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Page 20: Seni Budaya

Blog Archive

▼ 2011 (8) o ▼ November (8)

Pengertian Drama,Sandiwara,Film,Sinetron,Opera dan... LOGARITMA PEMBAGIAN ALJABAR GAYA & PENERAPANNYA BUNYI BESARAN & SATUAN Matematik kelas XI Integral

About Me

Amareta Pawilia

Lihat profil lengkapku

Pages

Beranda

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengertian Drama,Sandiwara,Film,Sinetron,Opera dan Operet (dalam seni budaya kelas XI)

Posted by Diposkan oleh Amareta Pawilia on di 03:39 | |

Arti Drama* Arti pertama : Drama adalah kualitas komunikasi, situasi,action. (segala apa yang terlintas dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton.* Arti kedua : Menurut Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented action). Jika buku roman menggerakan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri.Menurut Brander Mathews : Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

Page 21: Seni Budaya

Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.Menurut Balthazar Verhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak.* Arti ketiga : Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunaka percakapan dan action dihadapan penonton.

Kata sandiwara itu dibuat oleh P.K.G mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti Toneel, yang pada hayat P.K.G sudah mulai mendapat perhatian di kalangan kaum terpelajar, tetapi pada waktu itu dan lingkungan kaum terpelajar itu yang dipergunakan masih dalam bahasa Belanda. Kata baru “sandiwara” dibentuk dari kata “sandi: dan “Wara”, sandi (Jawa sekarang) berarti rahasia, dan “Wara” (wara Jawa) adalah pengajaran. Demikialah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.Demikianlah kupasan singkat dari kata sandiwara sebagai pengganti kata Toneel sebagai pengganti kata drama. Sebenarnya arti kata sandiwara lebih kena dari pada kata Toneel (bahasa belanda), yang artinya tak lain dari pada pertunjukan. Demikian pulajuga dibandingkan dengan arti drama dalam bahasa yunani yang artinya mula-mula tak lain dari pada “perbuatan” dan kemudian semata-mata perbuatan diatas panggung. tetapi sungguh sayang, arti kata sandiwara yang sedalam itu sekarang merosot, bahkan kata sandiwara bagi umum banyak menimbulkan rasa “hina” atau ejekan.

  Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu di tayangan melalui stasiun televisi.Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan.

Opera= 1. sebuah drama yang mengatur musik; terdiri dari bernyanyi dengan iringan orkestra dan orkestra overture dan selingan .

             2. sebuah bangunan di mana drama musikal yang dilakukan sumber:

             3. Sebuah drama, tragis atau komik, di mana musik membentuk bagian penting; sebuah drama yang seluruhnya atau        sebagian besar dinyanyikan, terdiri dari recitative, arials, chorus, duet, Trio, dll, dengan iringan orkestra, Prelude dan selingan, bersama dengan kostum yang sesuai, pemandangan, dan tindakan; drama lirik.

  Operet adalah opera ringan (nyanyian dan dialog disuguhkan secara bergantian) dng unsur roman dan satir

Page 22: Seni Budaya

                                                                                                                                                      

opera

teater drama