Upload
fransiscus-prasetyo-darmawan
View
223
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ciri dan cara pemakaian PTC dan NTC
Citation preview
Pendahuluan
Sensor merupakan sebuah benda yang berfungsi untuk mendeteksi karakteristik lingkungannya.
Hal yang dideteksi merupakan kejadian atau perubahan besarannya, dan dikeluarkan dalam
bentuk sinyal elektrik atau optik.
Sensor Suhu merupakan sensor yang mendeteksi karakteristik dari temperature keadaan sekitar.
Sensor ini menggunakan PTC (Positive Temperature Coefisient) , NTC (Negative Temperature
Coefisient) , dan sebagainya untuk mengukur intensitas cahaya di sekelilingnya.
Komponen yang digunakan
Resistor
Resistor merupakan komponen yang memberikan
tahanan elektrik dalam suatu rangkaian. Resistor
memiliki beberapa fungsi, seperti mengatur level
sinyal, membatasi aliran arus, ataupun sebagai
sontoh beban pada sebuah sumber tegangan.
Terdapat beberapa jenis resistor, seperti yang
terdapat pada gambar di samping, yang
menggambarkan resistor bergelang empat, lima,
dan enam. Dapat dilihat juga, cara menghitung
nilai tahanan resistor.
Pada resistor bergelang empat (atas), gelang
pertama dan kedua merepresentasikan angka pertama dan kedua, dan gelang ketiga merepresentasikan
bilangan pengali, yang kemudian dikalikan dengan angka pertama dan kedua. Gelang keempat
merepresentasikan nilai toleransi resistor. Nilai toleransi ini memberitahukan besarnya perbedaan
maksimum antara nilai resistor yang sebenarnya dengan nilai resistor secara teori (menurut gelang). Pada
resistor bergelang lima dan enam, gelang pertama dan kedua sama dengan resistor bergelang empat, tetapi
gelang keitganya menandakan angka ketiga, baru kemudian gelang keempat menandakan pengali. Gelang
kelima pada kedua jenis resistor tersebut menandakan nilai toleransi, dan gelang keenam menandakan
koefisien suhu dari resistor.
Koefisien suhu ini digunakan untuk menghitung besarnya tahanan resistor pada suhu tertentu. Sama
seperti volume logam yang berkembang sesuai dengan bertambahnya suhu, tahanan resistor juga
berkembang sesuai dengan bertambahnya suhu. Besarnya perubahan itu ditentukan oleh koefisien suhu
resistor, dapat dihitung dengan rumus berikut:
R=R0[1+α (T−T 0 )]
Dimana :
R = tahanan resistor pada suhu T
R0= tahanan awal resistor
α = koefisien suhu resistor
T = suhu
T0= suhu awal
Resistor juga memiliki batasan watt tertentu, dari 1/8 watt sampai
beberapa kilowatt. Batasan ini, disebut power rating, merupakan
jumlah maksimum daya yang dapat ditahan oleh resistor. Jika sebuah
resistor diberikan daya melebihi batasannya, maka resistor tersebut
dapat rusak (misal tahanannya berubah, hangus, dsb). Batasan ini
tidak selalu tertulis pada resistor tersebut, melainkan dapat dilihat
pada ukurannya, terutama pada resistor dengan batasan watt yang
kecil. Batasan ini biasanya ditulis hanya pada resistor dengan batasan
yang tinggi.
LED
LED merupakan sebuah sumber cahaya semikonduktor1. LED termasuk
dalam p-n junction yang menghasilkan cahaya saat diaktifkan. Dalam
sebuah p-n junction biasa, cahaya diserap sehingga p-n junction
menghasilkan arus. Tetapi, dalam LED, proses tersebut dibalik, dimana
LED diberikan arus sehingga menghasilkan cahaya. Saat arus mengalir
melalui dioda, elektron bergerak ke satu arah, dan hole bergerak ke arah
lainnya. Karena hole memiliki tingkat energi yang
1 Semikonduktor adalah bahan yang memiliki tingkat konduktifitas lebih tinggi dari isolator, seperti kaca, dan lebih rendah dari konduktor, seperti besi. Sebuah semikonduktor dapat berupa unsur tersendiri, seperti silikon dan germanium; suatu senyawa biner (senyawa yang terdiri atas dua jenis unsur), seperti silikon karbit; senyawa tersier, seperti oksida dan senyawa logam; maupun senyawa organik
lebih kecil, maka saat elektron jatuh ke hole, elektron tersebut kehilangan energinya. Energi yang hilang
tersebut dipancarkan dalam bentuk cahaya (photon). Besarnya energi yang hilang menentukan frekuensi
cahaya yang dihasilkan. Semakin besar energi yang dilepaskan, semakin tinggi frekuensi cahaya yang
dipancarkan. Intensitas cahaya yang dipancarkan ditentukan oleh besarnya arus yang dialirkan melalui
LED.
Terdapat banyak jenis LED, beberapa jenis LED yang penting adalah:
LED biru
LED biru merupakan LED dengan warna primer (RGB) yang
ditemukan terakhir. LED ini terdiri atas GaN (gallium nitride) dan
InGaN (indium gallium nitride). LED ini merupakan pencetus
diciptakannya LED ultraviolet dan LED putih.
LED putih
Sebenarnya, LED putih tidak benar-benar menghasilkan warna putih.
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan warna
putih. Pertama, dengna mencampurkan warna biru, hijau, dan merah. Kedua, dengan
menggunakan LED UV (atau mendekati UV) untuk mengeksitasi fosfor RGB. Ketiga, dengan
menggunakan LED biru dan dicampur dengan fosfor kuning. Cara ketiga ini merupakan cara
palingefisien dan yang paling sering digunakan untuk menghasilkan warna putih.
LED RGB
LED RGB merupakan LED yang dapat
menghasilkan warna merah, biru dan hijau (secara
bersamaan maupun bergantian) dan campurannya.
Dalam LED RGB, terdapat tiga buah LED yang
digabungkan ke dalam satu buah LED. LED ini
memiliki empat buah kaki yang digunakan untuk mengatur warna yang dinyalakan. Dengan
mengatur warna yang digunakan dan intensitasnya, maka dapat diperoleh berbagai warna.
OLED
OLED (Organic LED) merupakan LED yang dibuat menggunakan bahan-bahan organik (kayu,
daun). OLED merupakan LED yang berukuran sangat kecil dan tipis, sehingga biasanya
berbentuk lembaran (dengan jumlah LED yang banyak). OLED biasanya digunakan untuk
membuat layar (display). Dibandingkan LED dan layar biasa, OLED memiliki kelebihan tipis,
ringan, dan fleksibel. Akan tetapi, OLED lebih cepat rusak dan menggunakan daya lebih besar.
Termistor
- Pengertian atau Definisi asal kata Termistor atau Thermistor dalam bahasa inggris yaitu
Thermo dan Resistor yang bermakna Thermally Sensitive Resistor. Jadi Termistor adalah
sebuah komponen atau sensor elektronika yang berguna ataupun dipakai sebagai
pengukur suhu. Termistor bisa dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada
rangkaian elektronika yang akan diukur temperatur suhunya. Dalam sebuah rangkaian
elektronika, Termistor disimbolkan dengan huruf TH.
- Fungsi Termistor dari kalimat-kalimat pada pengertian atau definisi Termistor diatas,
fungsi utama Termistor adalah sebagai pungukur suatu suhu2.
- Jenis-Jenis Termistor
Termistor atau Thermistor (dalam bahasa Inggris) dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. NTC (Negative Temperature Coefisient)
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisien yang negatif. Termistor ini terbuat dari
logam oksida, yaitu dari serbuk yang halus kemudian dikompres dan disinter pada temperatur
yang tinggi. Kebanyakan material penyusun termistor mengandung unsur-unsur seperti O3,Cu2
O, Mn2 O3, NiO,CO2, Fe2 O3 TiO2, dan U2 O3. Oksida-oksida tersebut sebetulnya mempunyai
resistansi yang cukup tinggi, akan tetapi bisa diubah menjadi semikonduktor dengan
menambahkan beberapa unsur lain
___________________
2. keterangan: Lalu apakah suhu badan manusia bisa mengukur menggunakan termistor ini, jawabannya tidak karena termistor bukan
merupakan alat ukur suhu badan namun ia merupakan komponen elektronika jadi dia diaplikasikan (diprogram) kepada suatu rangkaian
elektronika yang akan diukur temperaturnya.
2. PTC (Positive Temperature Coefisient)
PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC ini memiliki perbedaan
dengan NTC, antara lain: 1. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya pada
interfal suhu tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai 0 atau negatif. 2. Nilai dan
koefisien temperatur dari termistor PTC ini jauh lebih besar dari pada termistor NTC.
Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC
Contoh perubahaan Nilai Resistansi Thermistor NTC saat terjadinya perubahan suhu
disekitarnya (dikutip dari Data Sheet salah satu Produsen Thermistor MURATA Part No.
NXFT15XH103), Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu ruangan (25°C), tetapi akan
berubah seiring perubahan suhu disekitarnya. Pada -40°C nilai resistansinya akan menjadi
197.388kΩ, saat kondisi suhu di 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27.445kΩ,
pada suhu 100°C akan menjadi 0.976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi 0.532kΩ.
Jika digambarkan, maka Karakteristik Thermistor NTC tersebut adalah seperti dibawah ini :
Pada umumnya Thermistor NTC dan Thermistor PTC adalah Komponen Elektronika yang
berfungsi sebagai sensor pada rangkaian Elektronika yang berhubungan dengan Suhu
(Temperature). Suhu operasional Thermistor berbeda-beda tergantung pada Produsen Thermistor
itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi
Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi
Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack
(Kamera, Handphone, Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator, Sensor
suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya.
Cara Mengukur Thermistor PTC dan NTC dengan Multimeter – Thermistor (NTC/PTC)
merupakan jenis resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu atau temperatur di
sekitarnya. Untuk menguji atau mengukur apakah sebuah Thermistor NTC maupun PTC dapat
berfungsi dengan baik atau tidak, kita dapat menggunakan Multimeter Digital ataupun
Multimeter Analog dengan bantuan alat pemanas seperti solder listrik (soldering iron), Pengering
rambut (Hair dryer) atau jenis-jenis pemanas (Heater) lainnya. Selain dapat mengukur atau
menguji Thermistor, kita juga dapat membedakan jenis Thermistor yang yang kita ukur/uji
tersebut apakah merupakan jenis Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient) atau jenis
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient)3.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur Thermistor NTC dan PTC dengan menggunakan
Multimeter :
Cara Mengukur Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient)
1. Atur Posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm (Ω)
2. Hubungkan Probe pada Kaki Thermistor (Thermistor tidak memiliki Polaritas)
3. Dekatkan Mata Solder (Soldering Tip) yang panas ke Thermistor (pastikan jangan
menyentuh Thermistor, karena akan merusak bungkusan Thermistor).
4. Perhatikan Display Multimeter, nilai Resistansinya akan naik sebanding dengan suhu
tinggi disekitarnya.
* Kita juga dapat menggunakan Hair Dryer atau pemanas lainnya untuk menaikkan suhu disekitar Thermistor
Cara Mengukur Thermistor NTC
(Negative Temperature Coefficient)
1. Atur Posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm (Ω)
2. Hubungkan Probe pada Kaki Thermistor (Thermistor tidak memiliki Polaritas)
3. Dekatkan Mata Solder (Soldering Tip)
yang panas ke Thermistor (pastikan
jangan menyentuh Thermistor, karena
akan merusak bungkusan Thermistor).
4. Perhatikan Display pada Multimeter,
nilai Resistansi akan turun sebanding
dengan suhu tinggi disekitarnya.
* Kita juga dapat menggunakan Hair Dryer atau pemanas lainnya untuk menaikkan suhu disekitar Thermistor.
Thermistor dinyatakan Rusak atau tidak dapat berfungsi sebagai mestinya apabila saat
pengukurannya terjadi kondisi seperti dibawah ini :
Nilai pada Multimeter selalu berada di posisi “0” saat diukur, hal ini artinya Thermistor
tersebut “Short” atau terjadi “hubungan singkat”. Nilai pada Multimeter selalu berada di
posisi “Tak terhingga / infinity” saat diukur, hal ini artinya Thermistor tersebut “Open”
atau “Putus”.
Nilai pada Multimeter tidak stabil atau menunjukan pada nilai tertentu tetapi tidak turun
ataupun naik maka Thermistor tersebut juga dalam kondisi Rusak.
___________________
3 Jika kita ingin mengetahui apakah jenis Thermistor yang diukur tersebut adalah jenis Thermistor PTC atau NTC, maka kita dapat
mengetahuinya dengan cara membaca nilai resistansi Thermistor yang bersangkutan pada saat diukur. Jika nilai resistansinya naik pada suhu
panas, maka Thermistor yang diukur tersebut adalah Thermistor jenis PTC. Sedangkan jika nilai resitansinya menurun ketika suhu disekitarnya
tinggi (panas) maka jenis Thermistor tersebut adalah NTC.
Cara Kerja Rangkaian
Rangkaian sensor cahaya ini menggunakan prinsip voltage divider. Voltage divider
merupakan rangkaian, seperti pada gambar disamping, yang menghasilkan tegangan
keluaran yang berupa pecahan dari tegangan masukan. Tegangan keluaran tersebut, Vout, dapat dihitung
dengan rumus berikut:
Dimana:
Z1 dan Z2 merupakan tahanan komponen.
Vin merupakan teganan masukan
Vout merupakan tegangan keluaran
http://teknikelektronika.com/cara-mengukur-thermistor-ptc-ntc/
http://teknikelektronika.com/pengertian-thermistor-ntc-ptc-karakteristik/
http://pilihanini.blogspot.com/2014/10/pengertian-dan-fungsi-termistor-ntc-dan.html