10
SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018 223 PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PERANCANGAN SEKOLAH KREATIF DI SURAKARTA Ovy Permata Nurkamalina, Ana Hardiana, Leny Pramesti Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Perkembangan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kreativitas sumber daya manusia yang dimiliki negara tersebut. Kreativitas sebagai potensi setiap individu dapat dikembangkan sejak dini melalui berbagai cara salah satunya dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kreativitas. Upaya mendukung penciptaan kreativitas di sekolah diwujudkan dengan memberikan ruang-ruang kreatif sebagai media untuk anak berekspresi, bereksplorasi, dan berkreasi sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Ruang-ruang di sekolah baik ruang kelas maupun ruang kreatif harus bersifat aman untuk anak dalam mengekspresikan gagasan serta mampu menstimulasi anak untuk bereksplorasi dan berkreasi dalam proses mengembangkan kreativitasnya. Untuk mencapai karakteristik tersebut, arsitektur perilaku dianggap sebagai pendekatan yang tepat pada perancangan bangunan sekolah kreatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan. Metode tersebut dimulai dengan penggalian ide awal dan pengumpulan data kemudian disimpulkan menjadi suatu pedoman dalam analisis perancangan. Hasil penerapan prinsip desain arsitektur perilaku dapat dilihat pada pengolahan zona kegiatan, gubahan massa, serta tampilan dalam dan luar bangunan yang disesuaikan dengan karakter anak. Kata kunci: kreatif, sekolah, sekolah kreatif, arsitektur perilaku. 1. PENDAHULUAN Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada (Supriadi, 1994). Perkembangan kreativitas sumber daya manusia pada suatu negara mempengaruhi perkembangan negara tersebut di mata dunia. Laporan berjudul Global Creativity Index (GCI) yang dipublikasikan oleh Martin Prosperity Institute sebagai pengukur tingkat kekreatifan negara di dunia menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 115 dari 139 negara yang disurvei dengan nilai sebesar 0.202, sementara peringkat pertama ditempati oleh Australia dengan nilai sebesar 0.970. Dari hasil laporan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kreativitas di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Pada masa dahulu, kreativitas diyakini sebagai kemampuan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Pada masa kini, dipandang sebagai potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapat dikembangkan sejak dini melalui berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan pembelajaran. Kota Surakarta diakui menjadi salah satu kota kreatif sejak 25 April 2013 oleh Direktorat Jendral Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Konferensi kota kreatif Indonesia menjelaskan bahwa kota kreatif adalah kota yang memiliki berbagai ekosistem kreatif yang mampu memicu sebuah kota untuk menggerakkan sumber daya manusia (individu) agar memiliki kemampuan membuat sesuatu. Untuk mendukung program kota kreatif pada bidang pengembangan ekonomi kreatif, pemerintah Kota Surakarta merumuskan beberapa strategi salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada anak usia pendidikan dasar.

SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

SENTHONG,Vol.1,No.2,Juli2018

223

PENERAPANARSITEKTURPERILAKUPADAPERANCANGANSEKOLAHKREATIFDISURAKARTA

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramestiProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakarta

[email protected]

Abstrak

Perkembangansuatunegarasangatdipengaruhiolehkreativitassumberdayamanusiayangdimilikinegara tersebut.Kreativitassebagaipotensi setiap individudapatdikembangkansejakdinimelaluiberbagaicarasalahsatunyadenganmeningkatkankualitaspendidikanyangmendukungpenciptaankreativitas.Upayamendukung penciptaan kreativitas di sekolah diwujudkan denganmemberikan ruang-ruang kreatif sebagaimediauntukanakberekspresi, bereksplorasi, danberkreasi sesuai denganminat danbakatmasing-masing.Ruang-ruang di sekolah baik ruang kelas maupun ruang kreatif harus bersifat aman untuk anak dalammengekspresikangagasan sertamampumenstimulasi anakuntukbereksplorasi danberkreasi dalamprosesmengembangkankreativitasnya.Untukmencapaikarakteristiktersebut,arsitekturperilakudianggapsebagaipendekatanyangtepatpadaperancanganbangunansekolahkreatif.Metodepenelitianyangdigunakanadalahpenelitian terapan.Metode tersebut dimulai denganpenggalian ide awal danpengumpulandata kemudiandisimpulkanmenjadi suatu pedoman dalam analisis perancangan.Hasil penerapan prinsip desain arsitekturperilaku dapat dilihat pada pengolahan zona kegiatan, gubahan massa, serta tampilan dalam dan luarbangunanyangdisesuaikandengankarakteranak.

Katakunci:kreatif,sekolah,sekolahkreatif,arsitekturperilaku.

1.PENDAHULUAN

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baikberupagagasanmaupunkaryanyatayang relatifberbedadenganyang telahada (Supriadi,1994).Perkembangankreativitassumberdayamanusiapadasuatunegaramempengaruhiperkembangannegaratersebutdimatadunia.LaporanberjudulGlobalCreativityIndex(GCI)yangdipublikasikanolehMartinProsperityInstitutesebagaipengukurtingkatkekreatifannegaradiduniamenyatakanbahwaIndonesiamenempati peringkat ke 115 dari 139 negara yang disurvei dengan nilai sebesar 0.202,sementaraperingkatpertamaditempatiolehAustraliadengannilaisebesar0.970.DarihasillaporantersebutdapatdikatakanbahwatingkatkreativitasdiIndonesiamasihtergolongrendahdibandingkandengannegaralain.

Padamasadahulu,kreativitasdiyakinisebagaikemampuanyanghanyadimilikiolehindividutertentu. Padamasa kini, dipandang sebagai potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapatdikembangkansejakdinimelaluiberbagaicara,salahsatunyamelaluikegiatanpembelajaran.KotaSurakartadiakuimenjadisalahsatukotakreatifsejak25April2013olehDirektoratJendralPariwisatadanEkonomiKreatif.KonferensikotakreatifIndonesiamenjelaskanbahwakotakreatifadalahkotayangmemiliki berbagai ekosistem kreatif yangmampumemicu sebuah kota untukmenggerakkansumber dayamanusia (individu) agarmemiliki kemampuanmembuat sesuatu. Untukmendukungprogram kota kreatif pada bidang pengembangan ekonomi kreatif, pemerintah Kota Surakartamerumuskan beberapa strategi salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan yangmendukungpenciptaankreativitasdankewirausahaanpadaanakusiapendidikandasar.

Page 2: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

224

Namun, saat ini sarana dan prasarana fasilitas pendidikan di Kota Surakarta belumsepenuhnya mampu mewadahi kegiatan penciptaan kreativitas anak sehingga diperlukan sebuahfasilitas pendidikan yang tidak hanya mewadahi kegiatan belajar mengajar, tetapi juga mampumewadahi serangkaian kegiatan pengembangan kreativitas anak sejak dini. Upaya tersebut dapatdilakukan denganmemberikan ruang-ruang kreatif sebagai media berekspresi, bereksplorasi, danberkreasi sesuai dengan minat dan bakat masing-masing anak yang bersifat aman dan mampumenstimulasisebagaidukunganatasusahapemerintahdalammeningkatkankreativitassumberdayamanusiadankualitaspendidikan.

Pendekatan arsitektur perilaku diperlukan dalam mendesain fasilitas pendidikan yangdiwujudkan dalam bentuk sekolah kreatif sebagai wadah kegiatan belajar mengajar danpengembangan kreativitas dalam jenjang pendidikan usia dini dan pendidikan dasar di Surakarta.Dengan menerapkan pendekatan arsitektur perilaku, diharapkan dapat menciptakan ruang dansuasana yang amanuntuk anakdalammengekspresikan gagasan sertamampumenstimulasi anakuntuk bereksplorasi dan berkreasi dalam proses mengembangkan kreativitasnya sesuai dengankebutuhan,karakter,danperilakuanakpadamasing-masingjenjangpendidikan.

Arsitekturberwawasanperilakuadalaharsitekturyangmanusiawi,mampumemahamidanmewadahi perilaku-perilaku manusia dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku pencipta,pemakai,pengamat,maupunperilakualamsekitarnya.(Mangunwijaya,2013)Arsitekturberwawasanperilaku juga dapat didefinisikan sebagai arsitektur yang mampu menanggapi kebutuhan sesuaidengangayahidupmanusiadidalamnya(JamesC.Snyder,1989).CarolSimonWeistendanThomasG. David (1987) menyebutkan desain arsitektur perilaku memiliki prinsip-prinsip yang perludiperhatikan,yaknikemampuanberkomunikasisesuaikondisidanperilakupengguna,manusiadanlingkungan,mewadahiaktivitaspenghunidengannyamandanmenyenangkan,sertadapatmemenuhinilaiestetika,komposisi,danestetikabentuk.

Dalamprosesmengembangkankreativitasdisekolahkreatif,kondisidanperilakuanakperludiperhatikan.Anakmemilikikarakteryangberbedadengankaraktermanusiadewasasehinggaupayapengembangan kreativitas dapat berlangsung secara efektif dengan memperhatikan kondisi danperilaku anak. Bentuk rancangan yang mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkunganmerupakanbentukyangdapatdipahamimelaluipenginderaanatauimajinasiolehanak.Bentukyangdapatdipahamimelaluipeginderaanatauimajinasianakdapatberperansebagaistimuluskreativitasanak. Perwujudan dari bentuk rancangan yang mampu berkomunikasi dengan manusia danlingkungan adalah pencerminan fungsi bangunan sebagai sekolah kreatif,menunjukkan ketepatanskaladanproporsisertadapatdinikmati,sertamenunjukkanbahandanstrukturyangakandigunakan.Rancangan yang nyaman sertamenyenangkan sebagaiwadah aktivitas penghuni, baik secara fisikmaupunpsikis,dapatdicapaimelaluipengolahanbentukruangsekitardanpemenuhankebutuhanyangberkaitandengan jiwamanusia.Penciptaanruangyangnyamandanmenyenangkan tersebutdibutuhkananaksehinggaanakdapatmengekspresikangagasan,bereksplorasi,danberkreasisecarabebas tanpa rasa tertekan sehinggamenghambat perkembangan kreativitasnya. Pemenuhan nilaiestetikabentuk,komposisi,danestetikadapatberperansebagaistimuluskreativitasanakyangdicapaimelaluiketerpaduan(unity),keseimbangan(balance),proporsi,skala,danirama.

Faktor-faktoryangberpengaruhdalamprinsiparsitekturperilakuadalahfaktormanusia,meliputikebutuhan dasar, usia, jenis kelamin, kelompok pengguna, kemampuan fisik dan antropometrik,faktorpsikologisyangmeliputiprivasi, ruangpribadi, teritorialitas,proksemik,kepadatan(density),kesesakan(crowding),danorientasi,sertafaktorfisiologisberupakenyamanandankesehatan(JamesC.Snyder,1989).

Page 3: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

225

2.METODEPENELITIAN

Metodepenelitianyangdigunakanadalahpenelitianterapanmelaluipendekatandeskriptifkualitatif.Penelitian inidimulaidenganmenguraikandatayangterkaitdengansekolah,kreativitas,anak,danarsitekturperilaku.Sumberdataprimerdidapatmelaluitinjauanpustaka,jurnalataupunartikelterkait.Kumpulandatatersebutkemudiandianalisisdalamprosesperancangandesain.Analisislebihterfokuspadapenerapanarsitekturperilakupadaperancanganbangunan.

Penerapan arsitektur perilaku pada perancangan berpedoman pada empat prinsip desainarsitektur perilaku yaitu memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna, mampu berkomunikasidenganmanusiadanlingkungan,mewadahiaktivitaspenghunidengannyamandanmenyenangkan,memenuhinilaiestetika,komposisi,danestetikabentuk.Keempatprinsipdesainarsitekturperilakutersebutditerapkanpadakomponenperancanganarsitekturyangmeliputipengolahanzonakegiatan,gubahanmassa,sertatampilandalamdanluarbangunan.

Dalammengolah zona kegiatan, prinsip desain arsitektur perilaku yang diterapkan adalahdesainyangmemperhatikankondisidanperilakupenggunadimanapenggunasekolahkreatifterdiridaribeberapajenjangpendidikan.Dalammengolahgubahanmassa,prinsipdesainyangditerapkanadalahmampuberkomunikasidenganmanusiadanlingkungandenganmemperhatikankondisidanperilaku pengguna, serta memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk melaluipencerminanfungsibangunan,menunjukkanketepatanskaladanproporsisertadapatdinikmati,danmenunjukkanbahandanstrukturyangakandigunakan.Dalammengolah tampilandalamdan luarbangunan,prinsipdesainyangditerapkanadalahkemampuanmewadahiaktivitaspenghunisehinggadidapatakan perasaan nyaman danmenyenangkan denganmemperhatikan karakteristik anak dankebutuhanuntukmerangsangkreativitaspadadirianaksertamemenuhinilaiestetika,komposisi,danestetikabentuk.

3.HASILDANPEMBAHASAN

Sekolah kreatif di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku merupakan sebuahfasilitaspendidikansebagaiwadahkegiatanpengembangankreativitasmelaluikegiatanedukasidanserangkaian kegiatan yangmenghasilkan karya cipta dalam jenjang usia pendidikan anak usia dinihinggapendidikandasar.

PemilihantapakdidasarkanpadakriteriaRTRWKotaSurakartatahun2011-2031.Kebutuhanfasilitaspendidikanpadasuatukawasanberdasarkanrasioketersediaansekolahterhadappendudukusia sekolah, serta memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna. Berdasarkan pertimbangantersebut,terpilihtapakyangberadadiJalanSindoroRaya,KelurahanMojosongo,KecamatanJebres,denganluastapak±21.897m2(lihatgambar1).RasioketersediaansekolahdiKelurahanMojosongomerupakanrasioterendahkeduadiKotaSolo,yaitusebesar11,96dibandingrasioidealsebesar52.PotensidankondisilokasitapaksesuaidenganpertimbanganRTRWKotaSurakartasertakondisidanperilakupenggunasekolahkreatif.

Gambar1

LokasiTapakTerpilih

JALANSINDORORAYA

Tapak terletak di daerahdengan potensi dankondisi lingkungan sekitaryang baik, aman, dannyamansehinggakegiatanedukasi danpengembangankreativitasdapat berlangsung secarakondusif.

Page 4: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

226

Pengolahanzonakegiatanperlumemperhatikanduajenjangpendidikanyangdiwadahiolehsekolah kreatif, yaitu pendidikan anak usia dini (terdiri dari kelompok bermain dan taman kanak-kanak),sertapendidikandasar (terdiridari sekolahdasardansekolahmenengahpertama).Prinsipdesain arsitektur perilaku yang diterapkan perlu memperhatikan kondisi dan perilaku penggunaterutamaanakdariberbagairentangusiapendidikan(lihatgambar2).Penerapanprinsipdesainyangmemperhatikankondisidanperilakupenggunaadalahpengolahanpeletakandanpencapaianzonakegiatansesuaidengankebutuhanpenggunamasing-masingzona.Zonakegiatanpadasekolahkreatifterdiri dari zonapembelajaran, zonaekstrakurikuler, zonapengelolaan, zonapenunjang,dan zonaservis.

Gambar2PergerakanAnakyangMempengaruhiPengolahanZonaKegiatan

Peletakan zona pembelajaran adalah pemisahan zona pendidikan anak usia dini dengan

pendidikandasar.Pemisahaninididasarkanpadapertimbangankebutuhan,kondisi,danperilakuyangberbeda antar anak padamasing-masing jenjang. Zona pembelajaran khususnya zona pendidikandasar,merupakan zonayangmembutuhkan suasanakondusif sehingga zona inidiletakkandi areadenganpotensikebisinganrendah(lihatgambar3).

Zonaekstrakurikulerdiletakkandekatdenganmainentrancekarenapenggunadarizonainitidak hanya siswa tetapi juga pengunjung dari luar. Zona pengelola merupakan area semi-privatkarenahubunganantarapengelolasekolahdanpengunjungdariluartidakdapatdipisahkansehinggadiletakkandekatdenganmainentrance.Zonapenunjangdiletakkandiareadenganpotensikebisinganrendahkarenamerupakanzonapendukungkegiatanpembelajaran.Zonaservisterletakdekatdengansideentranceuntukmempermudahaksesservismenujuzonatersebut(lihatgambar3).

Gambar3PengolahanZonaKegiatan

Berdasarkan pertimbangan karakteristik perilaku gerak dan kebutuhan anak, zona kegiatan dibagimenjadi empat zona yaitu zona pembelajaran, zona ekstrakurikuler, zona penunjang, dan zonapengelola. Zonapembelajaranterbagimenjadidua zonayaitu zonapembelajaranSD/SMPdan zonapembelajaranKB/TKsebagairesponterhadapperbedaankarakteristikpadamasing-masingjenjang.

Peletakan masing-masing zonakegiatan pada tapak disesuaikandengan kondisi serta kebutuhanmasing-masingzonakegiatan.

Page 5: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

227

Selain pengolahan dalam peletakan zona kegiatan, prinsip desain yang memperhatikankondisi dan perilaku pengguna juga diterapkan pada pencapaian masing-masing zona kegiatan.Masing-masing zona memiliki area drop off tersendiri untuk memudahkan pengguna mencapaibangunan.Areaparkirpengeloladanpengunjungjugadipisahdenganpertimbanganbahwapengelolamembutuhkanakseslangsunguntukmenujubangunanpengelola(lihatgambar4).

Gambar4

PencapaianMenujuMasing-masingZonaKegiatan

Prinsip desain arsitektur perilaku yang diterapkan pada proses gubahan massa adalahkemampuan berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan. Hal tersebut dilakukan denganmemperhatikankondisidanperilakupengguna,sertamemenuhinilaiestetika,komposisi,danestetikabentuk. Untuk dapat mewujudkan desain yang mampu berkomunikasi dengan manusia danlingkungan,syarat-syaratyangharusdipenuhiadalahmencerminkanfungsibangunan,menunjukkanskaladanproporsiyangtepatdandapatdinikmati,sertamenunjukkanbahandanstrukturyangakandigunakan.

Sekolah kreatif di Surakarta hadir sebagai fasilitas pendidikan yang mewadahi kegiatanpengembangan kreativitasmelalui kegiatan edukasi dan serangkaian kegiatanmenghasilkan karyaciptapadaduajenjangpendidikan.Fungsisekolahkreatifdicerminkanmelaluipemilihanbentukdasarmassa yang memiliki karakter sesuai dengan fungsi sekolah, kondisi, dan perilaku anak sebagaipenggunautamadalamperancangan.Bentukdasarmassakubusdanbalokmemilikikarakterformal,fleksibel dalam penataan ruang, mudah dalam pengembangan, dan efisien dalam pembentukanruang.Bentukdasarmassa tabungmemiliki karakterbentukyang luwesdanatraktif,memberikankesaninformaldanekspresif,memberikanpergerakanbebasdenganarahpandangtakterbatas.

Anak pada jenjang pendidikan anak usia dini berada pada tahap awal tumbuh kembangsehinggamemilikikarakteristrikperilakueskpresif,bebas,lincah,dansangataktifbergeraksehinggadibutuhkanruangyangmampumengakomodirkebebasangerakanak.Anakpadajenjangpendidikandasarmemilikikarakteristikperilakuaktifbergerakdanmembutuhkanruanguntukbergeraksecarafleksibelsehinggaterwujudsuasanapembelajaranyangmenyenangkan.Selainitu,jenjangpendidikandasarterutamasekolahdasardisebutsebagaimasaintelektualsehinggaprosespembelajaranpadajenjanginilebihfokusdaripadajenjangsebelumnya.

Olehkarenaitu,bentukdasarmassakubusdanbalokdipilihuntukditerapkanpadabangunanpengelolayangmewadahikegiatanformaldanprivatsertabangunanpendidikandasar,sedangkanbentukdasarmassatabungdipilihuntukditerapkanpadabangunanekstrakurikulerdanbangunanpendidikananakusiadini(lihatgambar5).

Page 6: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

228

Gambar5

MassaSekolahKreatif

Perwujudandarisyaratdesainyangmenggunakanketepatanskaladanproporsisertadapatdinikmatiadalahmengolahketinggianruangdenganmemperhatikanfungsiruang,kebutuhan,kondisidan karakteristik penggunanya. Standar ketinggian ruang kelas yang diatur oleh KementerianPendidikandanKebudayaanuntukpendidikan anakusia dini adalahmaksimum3,5m, sedangkanstandarketinggianruangkelasuntukpendidikandasaradalahminimum3,5m.Penentuanketinggianruangkelastidakhanyamengacupadastandaryangada,tetapi jugamempertimbangkanrata-ratatinggibadananakpadamasing-masingjenjang.Rata-ratatinggibadananakpadajenjangpendidikananakusiadiniadalah95cm,rata-ratatinggibadananakusiasekolahdasaradalah125cm,sedangkanrata-ratatinggibadananakusiasekolahmenengahpertamaadalah148cm(lihatgambar6).

Gambar6

Rata-rataTinggiBadanAnakpadaMasing-masingJenjangPendidikan

Ketinggianruangmemengaruhiprosesberpikirdandapatmendorongkreativitasanak.Selainitu, anakmembutuhkan suasanapembelajaran kondusif dannyaman, tidakmemiliki kesan terlalusempit yangdapatmembuatsuasanabelajarmenjaditegang,ataupunterlalu luassehinggadapatmembuat anak cepat kehilangan fokus dalam proses pembelajaran. Atas dasar pertimbangantersebut,ketinggianruangkelasdirancang±tigakalitinggianaksehinggaketinggianruangkelasyangdigunakan untuk ruang kelas pendidikan anak usia dini adalah 3m, sedangkan untuk ruang kelas

Karakteristik anak yangmembutuhkan suasanapembelajaran kondusifdannyaman, tidak terlalusempit ataupun tidakterlalu luas, menjadipertimbangan dalammenentukan ketinggianruangkelasyaitu±tigakalitinggibadananak.

Page 7: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

229

sekolahdasardansekolahmenengahpertamaadalah4m.Selainitu,ketepatanskaladanproporsidapatdicapaidenganpenggunaanperabotyangsesuaidenganantropometrianak(lihatgambar7).

Gambar7PengolahanKetinggianRuangdanPenggunaanPerabotyangSesuaidenganAntropometriAnak

Perwujudandarisyaratdesainterakhiryaitumenunjukkanbahandanstrukturyangdigunakan

denganmencerminkanfungsibangunansebagaisekolahpengembangankreativitasmelaluipemilihanbentukdanstrukturatap.Pemilihanbentukatapbergelombangbertujuanmemberikankesanluwesdanatraktifpadabangunansehinggadapatmenunjukkanfungsibangunansekolahyangberhubungandengan kreativitas. Selain itu pemilihan bentuk atap gergaji pada bangunan ekstrakurikulermenunjukkanfungsibangunansebagaiwadahserangkaiankegiatanpengembangankreativitasyangdidalamnyaterdapatbengkelkreatif.Atapgergajisendiriseringdigunakanuntukmerepresentasikanbangunanpabrik,gudangataupunbengkel(lihatgambar8).

Gambar8PemilihanBentukdanStrukturAtapuntukMerepresentasikanFungsiBangunan

Nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk dipenuhi dengan melakukan pengurangan

bentuk bangunan pendidikan dasar pada sudut-sudutmassa balok untukmembentukmassa yanglebihdinamisdanterpadudenganmassatabung(lihatgambar9).Pemenuhannilaiestetikalainnyaadalahdenganpermainanwarnayangdigunakanpadakaca jendela serta fasadbangunansekolahkreatif. Permainanwarna tersebut tidak hanya untukmemenuhi nilai estetika tetapi juga sebagairesponsuntukmerangsangkreativitaspadaanak(lihatgambar10).

Bentuk atap bergelombang bertujuanmemberikan kesan luwes dan atraktifsehingga menunjukkan fungsi bangunansekolah yang berhubungan dengankreativitas.

Bentuk atap gergaji untukmerepresentasikan fungsibangunan sebagai wadahkegiatan pengembangankreativitas yang didalamnyaterdapat ruang bernamabengkelkreatif.

Page 8: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

230

Gambar9PenguranganBentukpadaSudut-sudutMassaBalok

Gambar10PermainanWarnapadaKacaJendeladanFasadBangunan

Prinsipdesainarsitekturperilakuyangditerapkanpadapengolahantampilandalamdanluar

bangunan adalah mewadahi aktivitas penghuni sehingga nyaman dan menyenangkan denganmemperhatikankarakteristikanakdankebutuhanuntukmerangsangkreativitaspadadirianaksertamemenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk. Prinsip desain arsitektur tersebut dapatdicapaidenganpenyesuaiankarakterwarna-warnadengankarakteranakdankarakter ruangyangingindicapai.

Anakmemilikikarakteraktifdanterbukasehinggakarakterruangyangamandanakrabdapatmemberikankesannyamandanmenyenangkanuntukanak.Prawira(1989)mengemukakanwarna-warna dengan karakter hangat sepertimerah, oranye, dan kuningmencerminkan sifat semangat,ceria,bebas,bijaksana,ramah,danintelek.Warna-warnadengankarakterterangsepertihijaudanbirumencerminkanalam,air,langit,harapan,dankepolosan.Keduakarakterwarnatersebutdapatmenciptakankarakterruangyangaman,nyaman,akrab,terbuka,aktif,dankreatif.Warnaunguyangmemiliki karakter sejukmencerminkan kekuatan dan kesabaran, sedangkan warna coklat dengankarakter beratmerupakanpencerminandari alam, tanah, dan kesuburan.Warna ungudan coklatdapatmenciptakankarakterruangyangtenang,aman,nyaman,danterbukasedangkanwarnaputihdipilih sebagai warna dasar untuk menciptakan karakter ruang yang bersih dan tenang. Selainmemberikan kesan ruang yangnyamandanmenyenangkan, penggunaanwarnapadadinding danperabotjugamerupakanupayauntukmerangsangkreativitasanak(lihatgambar11).

Page 9: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

231

Gambar11

PenggunaanWarnasesuaiKarakteristikuntukMemberikanKesanRuangTertentu

Penggunaanwarnadengankaraktertertentujugadiaplikasikanpadatampilanluarbangunan(lihatgambar12).Selainuntukmemenuhinilaiestetika,penggunaanwarna-warnapadatampilanluarbangunan juga sebagai respons untuk merangsang kreativitas pada anak. Pemilihan warna padatampilanluarbangunanadalahwarnamerah,oranye,kuning,hijau,biru,danputih.Permainanwarnapalingbanyakdigunakanpadatampilan luarbangunanekstrakurikulersebagaipencerminanfungsibangunan, sedangkanwarna putih digunakan sebagaiwarna dasar bangunan pembelajaran untukmemberikankesanyangbersihdantenang.

Gambar12

Penggunaanwarnapadaeksteriorbangunan

4.KESIMPULANDANSARAN

Berdasarkanteoriyangdikaji,terdapatempatprinsipdesainarsitekturperilakuyangdapatditerapkan pada bangunan, yaitu memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna, mampuberkomunikasidenganmanusiadan lingkungan,mewadahiaktivitaspenghunidengannyamandanmenyenangkan, dan memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk. Keempat prinsiptersebut kemudian menjadi pedoman perancangan sekolah kreatif di Surakarta. Hasil penerapanprinsip-prinsipdesainarsitekturperilakupadaperancangansekolahkreatifdiSurakartaadalah:

a. PengolahanzonakegiatanPrinsip pada pengolahan peletakan dan pencapaian zona kegiatan adalahmemperhatikankondisidanperilakupenggunamasing-masingzona,terutamaanakyangterdiridariberbagairentangusiapendidikan.Zonapembelajarandibagimenjadiduazona,yaituzonapendidikananakusiadinidanzonapendidikandasarsebagairesponskondisisertaperilakuanakusiadinidan pendidikan dasar, yang tentunya berbeda, sehingga denganmemisahkan zona dapatmemberikan keamanan dan kenyamanan untuk anak pada masing-masing jenjang

Page 10: SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018

OvyPermataNurkamalina,AnaHardiana,LenyPramesti/JurnalSENTHONG2018

232

pendidikan.Keamanandankenyamanandiperlukananakuntukberekspresi,berkeksplorasi,danberkreasisehinggakreativitasdapatberkembangdenganbaik.

b. GubahanmassaPrinsipyangditerapkanpadaprosesgubahanmassaadalahmampuberkomunikasidenganmanusia dan lingkungan dengan memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna sertamemenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk. Pemilihan bentuk dasar massaberupakubus,balok,dantabungbertujuanmencerminkanfungsibangunanyangdisesuaikandengan kebutuhan, kondisi, dan perilaku anak, penggunaan ketepatan skala dan proporsiuntuk pengguna (terutama anak), serta penggunaan atap bergelombang dan atap gergajiuntukmerepresentasikanfungsidankarakterbangunansebagaisekolahkreatif.Rancanganyang tepat mampu memberikan keamananan, kenyamanan, dan menstimulasi kreativitasanakdalamkegiatanberekspresi,bereksplorasi,danberkreasi.

c. TampilandalamdanluarbangunanPrinsip desain arsitektur perilaku yang diterapkan adalah mewadahi aktivitas penghunidengannyamandanmenyenangkansertamemenuhinilaiestetika,komposisi,danestetikabentuk.Keduaprinsiptersebutdiwujudkandalampenggunaanwarnayangmemilikikaraktersesuaidengankarakterkegiatanyangdiwadahi,karakteranak,dankarakterruangyangingindicapai.Penggunaanwarnayangsesuaidengankarakterdapatmenstimulasikreativitasanaksehinggaperkembangankreativitasdapattercapai.

REFERENSI

Carol Simon Weistein, T. G. (1987). Spaces for Children: The Built Environment and Child Development. New York: Plenum Press.

James C. Snyder, A. J. (1989). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Erlangga. Mangunwijaya, Y. (2013). Wastu Citra:Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur, Sendi-

sendi Filsafatnya Beserta Contoh-contoh Praktis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Prawira, S. D. (1989). Warna Sebagai Salah Satu Unsur Seni & Desain. Jakarta: P2LPTK. Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangann Iptek. Bandung: Alfabeta.