Upload
heruyan
View
31
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan tentang farmakognosi yang mempelajari tentang bagaimana cara mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI METABOLISME SEKUNDER
OLEH :
NAMA : JUFRIANA
NIM : F1F1 13 126
KELAS : C
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : UMI WIDIYATI EFFENDY
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
IDENTIFIKASI METABOLISME SEKUNDER
A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat mengidentifikasi ekstrak dan
dapat menyebutkan ciri khas ekstrak yang diperiksa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu ;
a. Elektromantel
b. Gegep
c. Gelas kimia
d. Lemari asam
e. Pipet tetes
f. Plat tetes
g. Rak tabung
h. Sendok tanduk
i. Tabung reaksi
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu ;
a. Air hangat
b. Asam asetat
c. H2SO4
d. HCl pekat
e. Kloroform
f. Methanol
g. MgCl
h. MgSO4
i. Pereaksi meyer
C. Klasifikasi dan Deskripsi
1. Klasifikasi
a. Klasifikasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L. (MMI, 1989)
b. Klasifikasi daun tapak liman (Elephantopus scaber L.)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Spesies : Elephantopus scaber L. (MMI, 1989)
c. Klasifikasi daun tapak kuda (Centella asiatica L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica L. (MMI, 1989)
d. Klasifikasi rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L. (MMI, 1989)
e. Klasifikasi daun alvokat (Persea americana P. Mill)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana P. Mill (MMI, 1989)
f. Klasifikasi batang brotowali (Tinospora crispa L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa L. (MMI, 1989)
g. Klasifikasi rimpang lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val)
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber aromaticum Val (MMI, 1989)
2. Deskripsi Tanaman
a. Kencur (Kaempferia galanga L.)
Kencur merupakan salah satu tanaman obat yang diyakini
memiliki khasiat yang sangat tinggi. Ciri-ciri temu yang satu ini
yaitu jumlah helai daun yang tidak lebih dari 2-3 lembar, bahkan
sangat jarang hingga 5 lembar dan bersusun secara berhadapan di
antara helai satu dengan helai yang lainnya. Tumbuh tergeletak
begitu saja di atas permukaan tanah, memiliki bunga yang tersusun
setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 hingga 12
buah, warna bibir bunga yaitu lembayung dengan warna putih yang
lebih mendominasi (Tjitrosoepomo, 2000).
b. Tapak liman (Elephantopus scaber L.)
Tapak liman merupakan tanaman salah satu tumbuhan obat
jenis rumput-rumputan yang tumbuh sepanjang tahun, berdiri tegak,
berdaun hijau-tua. Daun rendahan berkumpul membentuk karangan
di dekat akar-akar, dengan tangkai yang pendek; bentuknya panjang
sampai bundar telur, berbulu, bentuknya besar sekitar 4-35 x 2-7cm.
Bunganya berwarna merah-ungu, terbagi menjadi lima bagian dan
mulai muncul sekitar bulan April sampai Oktober. Bunganya mekar
antara Jam 13-14 siang, dimana bunganya siap untuk dibuahi oIeh
serangga, dan sekitar jam 16 bunga telah tertutup kembali.Bunganya
berwarna ungu dan tumbuh dari jantung daun. Pada tumbuhan ini
terjadi pembuahan dini. Akar pada tanaman ini besar, kuat dan
berbulu seperti pohon sikat (Tjitrosoepomo, 2000).
c. Tapak kuda (Centella asiatica L.)
Merupakan tanaman terna atau herba tahunan, tanpa batang
dengan rimpang pendek dan stolon yang merata, panjang 10-80 cm.
Daun tunggal yang tersusun dalam roset terdiri dari atas 2-10 daun,
helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis tengah 1-
7 cm.Bunga umumnya 3. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm,
tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, warna kuning kecoklatan,
dan berdinding agak tebal (Tjitrosoepomo, 2000).
d. Lengkuas (Alpinia galanga L.)
Lengkuas adalah terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih.
Batangnya yang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua.
Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya ini bertipe
batang semu. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun
lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan
tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm × 7-15 cm.
Pelepah daunnya berukuran 15-30 cm, beralur, dan berwarna hijau.
Perbungaannya majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang,
tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga di bagian
bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida
memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih
kehijauan. Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung
warnanya putih, dan bawahnya berwarna hijau. Buahnya termasuk
buah buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan coklat, apabila
sudah tua. Umbinya berbau harum, ada yang putih, juga ada yang
merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil.
Karenanya, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna
dan ukuran rimpangnya. Rimpangnya ini merayap, berdaging,
kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas jika
tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak
seratnya, panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5- 4 bulan
(Tjitrosoepomo, 2000).
e. Alvokat (Persea americana P. Mill)
Tanaman alpukat diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad
ke 18. Tanaman ini berbentuk pohon, dengan ketinggian pohon dapat
mencapai 3–10 m. Daun banyak menumpuk di ujung ranting, bentuk
oval sampai lonjong, panjang 10-20 cm, lebar 3 cm. Bunga tersusun
malai, berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bola sampai
bulat telur, warna hijau atau hijau kekuningan, berbintik ungu. Biji
satu berbentuk bola berwarna coklat (Tjitrosoepomo, 2000).
f. Brotowali (Tinospora crispa L.)
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang
mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau
ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai
tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil
rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk
seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan
panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau
muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir
diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia
Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau
semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tanaman ini sangat
mudah yaitu dengan stek batang (Tjitrosoepomo, 2000).
g. Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val)
Tanaman ini dapat tumbuh rendah sampai tinggi, perennial,
batang asli berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 meter.
Batangnya berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas
tanah, beberapa batang berkoloni, hijau, rimpang; merayap,
berdaging, gemuk, aromatik. Daun: tunggal, berpelepah, duduk
berseling, pelepah membentuk batang semu, helaian; bentuk 1 lanset
sempit, terlebar di tengah atau di atas tengah, panjang 3-7 kali lebar,
pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau meruncing,
berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangkal. Bunga
tersusun majemuk, bentuk bulat telur, muncul di atas tanah, tegak,
berambut halus, ramping tebal. Daun pelindung sangat lebih besar
dari kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota. Mahkota:
kuning terang, hijau gelap, atau putih, tabung ; 2-3 cm, cuping bulat
telur bulat memanjang, ujung meruncing atau runcing, bibi- bibiran
bulat telur atau membulat, jingga atau kuning lemon. Buahnya
berbentuk bulat telur terbalik, merah, l2 x 8 mm. Biji: bulat
memanjang bola, rata rata 4 mm. Daerah distribusi. Di Jawa dapat
tumbuh di daerah dengan ketinggian 1-1200 meter dpl, banyak
tumbuh sebagai tumbuhan liar di tempat-tempat yang basah di
dataran rendah dan tinggi. Tumbuh baik di bawah hutan jati
(Tjitrosoepomo, 2000).
E. PEMBAHASAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
Simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang
sengaja dibudidayakan/dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai
tanaman yang tumbuh dengan sendirinya di hutan-hutan atau di tempat lain di
luar hutan atau tanaman yang sengaja ditanam tetapi bukan untuk tujuan
memperoleh simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias, tanaman pagar).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sedangkan, ekstrak adalah sediaan
yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel
tertentu dan menggunakan medium pengekstrasi yang tertentu pula. Ekstraksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah
pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”. Micelle ini
dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinktura
atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi
ekstrak kering. Pada percobaan ini, ekstraksi yang dilakukan yaitu
menggunakan metode ekstraksi dingin dengan maserasi. Maserasi merupakan
metode ekstraksi dengan cara sampel serbuk direndam dengan menggunakan
pelarut yang sesuai kemudian didiamkan selama 1x24jam. Kemudian disaring
untuk memperoleh cairan yang akan dievaporasi sehingga dapat diperoleh
ekstrak kental sesuai dengan keinginan. Cairan hasil evaporasi diovenkan
agar molekul-molekul airnya dapat diuapkan dan diperoleh ekstrak murni.
Ekstrak murni tersebut digunakan sebagai sampel dalam uji identifikasi
metabolit sekunder. Setiap tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder.
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan
mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu
spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi
hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi
hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal.
Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Senyawa metabolit sekunder yang banyak terkandung
dalam tanaman merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis.
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang dapat digunakan
dalam kepentingan pengobatan dan industri. Oleh karena itu, pengisolasian
dan pengembangan metabolit sekunder amatlah berguna.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah ekstrak daun
alpukat, ekstrak daun tapak kuda, ekstrak daun tapak liman, ekstrak
lempuyang wangi, ekstrak rimpang kencur, dan ekstrak rimpang lengkuas.
Setiap ekstrak tersebut memiliki kandungan senyawa yang berbeda-bada.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan pada ekstrak, seperti
flavonoid, saponin, alkaloid, steorid dan tanin.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir
pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin
heterosiklik. Diindentifikasi dengan mencampurkannya dengan kloroform,
dipanaskan lalu diberi pereaksi meyer. Indikatornya adalah terdapatnya
endapan putih atau keruh.
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin
siklopentana perhidrofenantren dan merupakan senyawa organik yang
berasal dari hewan dan tumbuhan dengan struktur inti molekulnya C-17,
tetrasiklis dengan susunan 3 cincin segienam dan 1 cincin segi lima. Serupa
dengan triterpen tetrasiklis, tetapi tidak mempunyai gugus metil pada C-4 dan
C-14. Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem
cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan
senyawa metabolik sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat.
Hormon steroid pada umumnya diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam
terutama dalam tumbuhan. Diindentifikasi dengan mencampurkannya dengan
kloroform, dipanaskan lalu diberi asam klorida. Indikatornya adalah
perubahan warna menjadi kuning.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila
dihidrolisis aka menghasilkan gula (glikon) dan non gula (aglikon). Untuk
mengidentifikasi saponin dalam tumbuhan dilakukan dengan memasukkan
dalam tabung reaksi dan ditambahkan aquades. Kemudian didihkan selama 5
menit. Setelah dingin, ekstraknya kocok kuat-kuat. Uji positif ditandai dengan
adanya busa. Busa tersebut terbentuk karena adanya gelembung-gelembung
udara yang terjebak dalam larutan. Saponin merupakan zat yang memiliki
senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun sehingga pengenalannya
dapat dilakukan degan mudah.
Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk
flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula, dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20
jenis flavonoid. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran,
jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan.
Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang
berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir
selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna. Flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat dialam. Senyawa-senyawa
ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat
warna kunig dalam tumbuhan.
Tanin merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa
kompleks yang tersebar luas pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa
kompleks yang dibentuk dari campuran polifenol yang sangat sukar
dipisahkan karena tidak dapat dikristalkan. Tanin umumnya terdapat dalam
organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu. Didalam tumbuhan letak tanin
terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak,
misalnya bila hewan memakannya maka reaksi penyamakan dapat terjadi.
Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan
hewan. Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki kemampuan
untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat
dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan
senyawa fenol, biasanya merupakan derivate atau turunan dari asam garlik
dan gula. Identifikasi senyawa tannin memberikan hasil positif yang
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada larutan. Pada percobaan
ini, hasilnya saat sampel ditambahkan 1 tetes FeCl3 1% adalah terbentuk
warna hitam, dengan ini menandakan bahwa sampel positif mengandung
tanin.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu Ekstrak metanol dari ekstrak
daun tapak liman tidak mengandung saponin dan flavonoid tapi
mengandung alkaloid dan triterpen. Ekstrak metanol dari simplisia
lengkluas tidak mengandung flavonoid tapi mengandung alkaloid, steroid
dan saponin. Ekstrak metanol dari simplisia daun alpukat tidak mengandung
flavonoid tapi mengandung alkaloid, steroid dan saponin. Sedangkan
ekstrak metanol dari simplisia brotowali dan lempuyang wangi mengandung
flavonoid, alkaloid, steroid dan saponin.
2. Saran
Saran pada percobaan ini yaitu pastikan bahwa ekstrak yang
digunakan harus dalam keadaan steril, sehingga mengurangi tingkat
kesalahan dalam proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume Kelima Edisi Pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1989 dan 1995, Materi Medika Indonesia, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Pertama, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 2000, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Madha University Press, Yogyakarta.