15
10 FAIDAH TENTANG USHUL FIQIH Oleh: Ustadz Abu Ubaidah as-Sidawi خفظه اPublication: 1434 H_2013 M 10 FAIDAH TENTANG USHUL FIQIH Oleh: Ustadz Abu Ubaidah as-Sidawi خفظه اSumber: Majalah al-Furqon Gresik, No. 78, Ed.8 Th. Ke-7_1429H Download > 580 eBook Islam di www.ibnumajjah.com

Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

10 FAIDAH TENTANG

USHUL FIQIH Oleh: Ustadz Abu Ubaidah as-Sidawi اهلل خفظه

Publication: 1434 H_2013 M

10 FAIDAH TENTANG USHUL FIQIH

Oleh: Ustadz Abu Ubaidah as-Sidawi اهلل خفظه

Sumber: Majalah al-Furqon Gresik, No. 78, Ed.8 Th. Ke-7_1429H

Download > 580 eBook Islam di

www.ibnumajjah.com

Page 2: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

BUAH USHUL FIQIH

Al-Futuhi pernah berkata: "Hendaknya bagi

orang yang mempelajari suatu ilmu agar memiliki

gambaran tentangnya dan tujuan

mempelajarinya." (Mukhtashor at-Tahrir hlm. 8)

Adapun buah yang dapat dipetik dari

mempelajari ilmu ushul fiqih adalah sebagai

berikut:

1. Mampu menerapkan kaidah-kaidah ulama

terhadap masalah-masalah kontemporer yang

belum ada dalilnya secara jelas.

2. Memahami bahwa Islam relevan untuk setiap

masa dan tempat.

3. Menjaga fiqih islam dari kejumudan

(kebekuan) dan kengawuran hasil dari

sumber-sumber baru.

4. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya

perselisihan ulama.

Page 3: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

5. Mengetahui permasalahan fatwa, syarat dan

adab-nya, serta kaidah dalam berdialog.

(Ma'alim Ushul Fiqih, al-Jizani hlm. 23)

MANA YANG HARUS DIDAHULUKAN?

Para ulama berselisih pendapat tentang ilmu

yang hendaknya dipelajari terlebih dahulu,

apakah fiqih ataukah ushul fiqih?!

1. Sebagian ulama berpendapat bahwa

mempelajari ushul fiqih lebih didahulukan,

sebab tidak mungkin kita memahami fiqih

kecuali dengan mempelajari ushul dan kaidah-

kaidahnya. (al-Muswaddah hlm. 571, Syarh

Kaukab al-Munir 1/47-48)

2. Sebagian lainnya berpendapat bahwa

mempelajari fiqih lebih didahulukan, sebab

dengan mempelajari fiqih kita akan faham

ushulnya. (al-Uddah fi Ushul Fiqih 1/70)

Page 4: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

Pendapat yang benar dalam masalah ini

bahwa seorang hamba hendaknya menyibukkan

diri untuk mempelajari masalah-masalah fiqih

yang berkaitan tentang keselamatan dirinya dan

melepaskan tanggungannya berupa hukum-

hukum bersuci, sholat, puasa dan selainnya,

kemudian setelah itu dia memulai dengan pondasi

dan kaidah-kaidah dasar dalam belajar. (at-

Tahqiqot 'ala Matanil Waroqot, Syaikh Masyhur

Hasan hlm. 18)

Syaikh Ibnu Utsaimin رمحه اهلل berkata: "Inilah

yang dipraktekkan kaum muslimin semenjak

dahulu, sampai-sampai ada sebagian masayikh -

seperti yang kami dengar- dia mempelajari fiqih

dan tidak mempelajari ushul fiqih sama sekali."

(Syarh Nadhmul Waroqot hlm. 16)

Page 5: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

MENGKRITISI KITAB

Syaikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi

berkata: "Kesimpulan yang dapat saya petik

setelah membaca kitab-kitab ushul fiqih, saya

dapati bahwa kitab-kitab yang berkaitan tentang

hal ini menjadi dua:

Pertama: Kitab-kitab al-Ghozali dan orang

setelah-nya. Model ini telah banyak tercampur

dengan pem-bahasan ilmu kalam/filsafat.

Sekalipun saya tidak merasa sukar untuk

memahami ilmu ini tetapi hati saya tidak tertarik

untuk menggelutinya.

Kedua: Sebagian kitab-kitab ringkasan seperti al-

Luma' oleh Syaikh Abu Ishaq dan al-Waroqot oleh

al-Juwaini. Model ini sangat ringkas sekali, dan

tidak lepas dari kekurangan dan kesukaran.

(Risalah fi Ushul Fiqih, sebagaimana dalam Rosail

al-Mu'allimi hlm. 47)

Page 6: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

Sebagai gantinya, hendaknya diketahui bahwa

kitab ushul fiqih tidak akan membuahkan buah

yang istimewa kecuali apabila memenuhi

beberapa kriteria berikut:

1. Bahasanya mudah difahami.

2. Ringkas, tidak terlalu tebal apalagi berjilid-

jilid.

3. Mencakup semua pembahasan.

4. Membuang pembahasan-pembahasan yang

kurang penting. (Tahqiqul Wushul ila Ilmi

Ushul, Murod Syukri hlm. 6-7)

APA ITU MAKRUH?

Makruh secara bahasa adalah setiap yang

dibenci. Alloh berfirman:

فثبطهم اوبعبثهم انهه كره ونكه

Page 7: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

Tetapi Alloh tidak menyukai keberangkatan

mereka, Maka Alloh melemahkan keinginan

mereka. (QS. at-Taubah [9]: 46)

Ketahuilah bahwa lafadz "makruh" menurut al-

Qur'an dan Sunnah serta lisan salaf maksudnya

adalah haram. Bukan seperti istilah orang-orang

belakangan yaitu larangan yang bila ditinggalkan

dapat pahala dan bila dikerjakan maka tidak

berdosa. Hal itu sesuai dengan definisi secara

bahasa, karena haram juga dibenci oleh Alloh dan

Rosul-Nya. Alloh عزوجم berfirman setelah

menyebutkan hal-hal yang diharamkan:

مكروها ربك عىد سيئه كبن ذنك كم

Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi

Robb-mu. (QS. al-Isro'[17]: 38)

Dalam hadits shohih, Nabi صهى اهلل عهيه وسهم juga

bersabda:

Page 8: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

وإضبعت انسؤال وكثرة وقبل قيم نكم كرهإن اهلل

انمبل

Sesungguhnya Alloh membenci bagi kalian

kabar burung, banyak bertanya dan menyia-

nyiakan harta.

Ibnul Qoyyim al-Jauziyah رمحه اهلل berkata:

"Kebanyakan orang belakangan salah dalam

memahami maksud ucapan para imam empat

madzhab yang mereka ikuti disebabkan para

imam tersebut waro' (berhati-hati) dalam

mengucapkan haram sehingga menyebutnya

dengan lafadz makruh, lantas orang-orang

belakangan memahami lafadz makruh yang

mereka ucapkan bukan bermakna haram."

(I'lamul Muwaqqi'in 2/75)

Page 9: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

HUKUM INI KHUSUS UNTUK NABI?

Ketahuilah bahwa khithob (pembicaraan)

untuk Nabi صهى اهلل عهيه وسهم terbagi menjadi tiga

macam:

1. Khusus untuk beliau, karena ada dalilnya.

2. Umum untuk beliau dan umatnya, karena ada

dalilnya.

3. Ada kemungkinan umum atau khusus. Hal ini

diperselisihkan ulama; ada yang mengatakan

umum dan ada yang mengatakan khusus

untuk Nabi صهى اهلل عهيه وسهم. Pendapat yang benar

adalah umum karena Nabi adalah uswah (suri

tauladan) bagi umatnya. (Tafsir Surat al-Kahfi,

Syaikh Ibnu Utsaimin hlm. 56)

Syaikhul Islam رمحه اهلل berkata: "Mayoritas ulama

berpendapat bahwa Alloh apabila memerintahkan

atau melarang Nabi akan sesuatu maka hal itu

juga mencakup umatnya selama tidak ada dalil

Page 10: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

yang menunjukkan bahwa hal itu khusus bagi

beliau." (Majmu Fatawa 22/322)

Dalilnya adalah firman Alloh:

أن انىبي أراد إن نهىبي وفسهب وهبت إن مؤمىت وامرأة

انمؤمىني دون مه نك خبنصت يستىكحهب

Dan perempuan mukmin yang menyerahkan

dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau

mengawininya, sebagai pengkhususan

bagimu, bukan untuk semua orang mukmin.

(QS. al-Ahzab [33]: 50)

Firman Alloh (yang artinya): "Sebagai

pengkhususan bagi kamu." menunjukkan bahwa

pada asalnya hal itu adalah mencakup umatnya

juga, karena kalau bukan demikian maka

penyebutan pengkhususan di sini tidak ada

faidahnya. (Ushul as-Sarokhsi 2/89)

Page 11: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

NASIKH MANSUKH

Ibnul Jauzi mengeluarkan dalam Nasikhul

Qur'an wa Mansukhuhu hlm. 125-126 dengan

sanad shohih dari Abu Abdirrohman as-Sulami

bahwasanya Ali bin Abi Tholib رضي اهلل عىه pernah

melewati seorang qodhi (hakim), lantas beliau

bertanya kepadanya: "Apakah engkau

mengetahui tentang ilmu nasikh dan mansukh?"

Jawabnya: "Tidak." Jawab Ali selanjutnya:

"Engkau binasa dan membinasakan orang lain!"

KONTRADIKSI DALIL

Imam Syafi'i berkata: "Tidak mungkin sunnah

Nabi صهى اهلل عهيه وسهم menyelisihi Kitabulloh sama

sekali." (ar-Risalah hal. 546).

Page 12: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

Imam Ibnu Khuzaimah رمحه اهلل juga mengatakan:

"Tidak ada dua hadits shohih yang bertentangan

dari segala segi. Barangsiapa yang mendapatinya,

hendaknya dia mendatangkannya kepadaku,

niscaya akan saya padukan antara keduanya."

(al-Kifayah fi Ilmi Riwayah, al-Khothib al-

Baghdadi hlm. 1316)

BERATNYA FATWA

Imam Malik رمحه اهلل berkata: "Ada seorang

bercerita kepadaku bahwa dia pernah masuk

kepada Robi'ah رمحه اهلل yang sedang menangis. Dia

bertanya: Apa yang membuat anda menangis?!

Apakah ada musibah menimpa dirimu?!' Robi'ah

menjawab: 'Tidak, namun karena seorang yang

tidak berilmu dimintai fatwa!!"'

Ibnu Sholah رمحه اهلل berkomentar: "Semoga Alloh

merohmati Robi'ah, bagaimana seandainya beliau

mendapati zaman kita?! laa haula walaa

Page 13: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

quwwata ilia billahi. Hanya kepada Alloh kita

mengadu dan Dia adalah sebaik-baik penolong.

(Adabul Mufti wal Mustafti hlm. 85)

Ibnul Jauzi berkata: "Ini adalah ucapan

Robi'ah padahal waktu itu para tabi'in masih

banyak jumlahnya, lantas bagaimana kiranya

kalau dia melihat zaman kita? Sesungguhnya

yang berani berfatwa adalah orang yang tidak

berilmu karena kurangnya agama. (Ta'zhimul

Fatwa hlm. 113)

IJMA’ HARUS BERDALIL

Al-Amidi berkata dalam al-Ihkam 1/374:

"Semua bersepakat bahwa umat tidak akan

bersepakat terhadap suatu hukum melainkan

berlandaskan pada pedoman dan dalil."

Namun, kadang kita menjumpai sebagian

ulama hanya menyebutkan dalil ijma' saja

Page 14: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

padahal ada dalilnya dari al-Qur'an dan hadits.

Hal itu karena beberapa alasan:

1. Untuk meringkas, karena semua ijma' pasti

berlandaskan dalil.

2. Mungkin dia tidak ingat dalilnya.

3. Mungkin dalil tersebut masih dipertanyakan,

baik keshohihannya atau segi pendalilannya.

QIYAS

Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi رمحه اهلل

berkata: "Ketahuilah bahwa atsar-atsar yang

datang dari sahabat berisi tentang jeleknya ro'yu

(pendapat) serta peringatan keras darinya,

maksud mereka adalah ro'yu (pendapat) yang

menyelisihi dalil atau dibangun di atas kejahilan,

karena mereka bersepakat untuk beramal dengan

Page 15: Sepuluh faidah tentang ushul fiqih

pendapat di kala tidak ada nash. (Mudzkkiroh

Ushul Fiqh hlm. 383) []