5
Nama : Made Agus Risaldi NPM : 1404742010229 Semester/Kelas : III/D Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan SERIKAT PEKERJA Hukum Ketenagakerjaan pada awalnya merupakan hukum perburuhan, hukum perburuhan ini termasuk dalam hukum perdata yang diatur dalam BAB VII A buku II KUHPERDATA tentang perjanjian kerja, setelah Indonesia merdeka, hukum perburuhan di Indonesia mengalami perubahan dan penyempurnaan yang akhirnya terbit UU No. 1 Tahun 1951 tentang berlakunya UU No. 12 Tahun 1948 tentang Kerja. Karena kata buruh dianggap kurang tepat serta hak dan kewajiban diantara buruh dan pengusaha yang berat sebelah. Meskipun di dalam UU Perburuhan sudah mengatur berbagai hal mengenai perburuhan, tetapi itu dirasa masih belum cukup karena masih membuat perdebatan mengenai hak-hak normatif perburuhan. Berdasarkan hal tersebut, pada era reformasi, perubahan terjadi sangat signifikan. Ditetapkan UU No 21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh serta dilanjutkan dengan dua UU lainnya yaitu UU No 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, dan UU no 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, pada pasal 1, Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,

Serikat Pekerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Serikat pekerja

Citation preview

Nama: Made Agus RisaldiNPM: 1404742010229Semester/Kelas: III/D Mata Kuliah: Hukum Ketenagakerjaan

SERIKAT PEKERJA

Hukum Ketenagakerjaan pada awalnya merupakan hukum perburuhan, hukum perburuhan ini termasuk dalam hukum perdata yang diatur dalam BAB VII A buku II KUHPERDATA tentang perjanjian kerja, setelah Indonesia merdeka, hukum perburuhan di Indonesia mengalami perubahan dan penyempurnaan yang akhirnya terbit UU No. 1 Tahun 1951 tentang berlakunya UU No. 12 Tahun 1948 tentang Kerja. Karena kata buruh dianggap kurang tepat serta hak dan kewajiban diantara buruh dan pengusaha yang berat sebelah. Meskipun di dalam UU Perburuhan sudah mengatur berbagai hal mengenai perburuhan, tetapi itu dirasa masih belum cukup karena masih membuat perdebatan mengenai hak-hak normatif perburuhan. Berdasarkan hal tersebut, pada era reformasi, perubahan terjadi sangat signifikan. Ditetapkan UU No 21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh serta dilanjutkan dengan dua UU lainnya yaitu UU No 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, dan UU no 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, pada pasal 1, Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.Ada pun fungsi dari serikat buruh/serikat pekerja tersebut seperti yang tercantum dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja pada pasal 102 yaitu Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.Pada masa Orde Baru, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, benar-benar membatasi pergerakan dari serikat buruh dan serikat pekerja. Bahkan pada masa itu dibatasi hanya diperbolehkan ada satu serikat pekerja yaitu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia atau disingkat dengan SPSI. Pola penyelesaian hubungan Industrial pun dianggap tidak adil dan cenderung represif. TNI saat itu, misalnya, terlibat langsung bahkan diberikan wewenang untuk turut serta menjadi bagian dari Pola Penyelesaian hubungan Industrial.Setelah ditetapkan tiga UU tersebut yaitu, UU No 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh, UU No 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja dan UU No 1 Tahun 2004 tentang Penyelesain Permasalahan Hubungan Industrial, berbagai pekerja mulai mendaftarkan diri untuk membentuk serikat pekerja. Karena dengan berkembangnya zaman, para pekerja mulai merasa harus adanya perwakilan para pekerja untuk memperjuangkan hak-hak dan demi memperjuangkan keadilan bagi para pekerja, bukan hanya itu saja tetapi juga agar kesejahteraan para pekerja terjamin dengan tetap menjalankan kewajiban sebagai pekerja. Untuk membentuk serikat pekerja terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, untuk membentuk serikat pekerja itu sendiri telah diatur dalam UU No 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh. Berdasarkan data dari ILO, hingga tahun 2013 kemarin serikat pekerja yang ada di Indonesia yang sudah mendaftar sesuai dengan Peraturan Menteri Tenagakerja no. 5/MEN/1998 berjumlah 63.Dasar hukum Serikat Pekerja adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 27 dan pasal 28, UU No. 18 Tahun 1956 (Ratifikasi ILO No. 98 tentang Hak Berorganisasi dan Berunding), Keppres No. 83 Tahun 1998 (Ratifikasi ILO No. 87), UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 21 tahun 2000 tentan Serikat Pekerja. Dengan adanya dasar hukum tersebut hak-hak pekerja sudah terlindungi oleh payung hukum serta mendapat dukungan dari serikat perkeja yang ada, tetapi meningkatnya perlindungan terhadap hak-hak pekerja bukan berarti tidak adanya pelanggaran terhadap hak-hak pekerja tersebut, pada kenyataannya masih saja adanya pelanggaran terhadap hak-hak pekerja seperti hak pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat cuti dan libur serta hak pekerja atas jaminan sosial dan keselamatan dan kesehatan kerja masih belum semua pekerja dapat merasakan hak nya tersebut.Salah satu serikat pekerja yaitu Serikat Pekerja BNI atau disingkat SP BNI. Lahirnya organisasi SP BNI pada tanggal 3 Maret 1999, tidak terlepas dari adanya beberapa kondisi eksternal, yakni terjadinya reformasi sosial politik dengan bergantinya rejim orde baru menjadi orde reformasi. Di dalam reformasi berbagai bentuk keterbelenguan yang selama itu tabu kemudian berubah menjadi keterbukaan.Keterbukaan dan kebebesan berserikat tumbuh seiiring dengan diratifikasinya Konvensi ILO No. 87 oleh Pemerintah RI pada masa itu, yang antara lain mengatur kebebasan pekerja untuk membentuk dan menjadi anggota organisasi pekerja atas pilihan sendiri. Yang berimplikasi pada keberadaan KORPRI sebagai satu-satunya wadah organisasi yang menghimpun pegawai negeri di luar kedinasan dimana seluruh pegawai BUMN termasuk BNI menjadi anggotanya. Korps Pegawai Republik Indonesia, atau disingkat KORPRI, adalah organisasi di Indonesia yang anggotanya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai BUMN, BUMD serta anak perusahaan, dan perangkat Pemerintah Desa.Dari hasil diskusi yang diselenggarakan pada awal bulan Maret 1999 oleh beberapa pegawai BNI khususnya para Pimpinan Divisi (yang kemudian dikenal sebagai penggagas berdirinya SP BNI), dipandang perlu untuk segera menentukan sikap mengenai kelanjutan eksistensi organisasi pegawai di BNI sebagai akibat dari vakumnya kegiatan KORPRI Unit BNI. Pada saat itu muncul tiga alternatif pilihan. Pertama mempertahankan KORPRI Unit BNI sebagai organsiasi pegawai. Kedua, Pegawai BNI ikut bergabung dengan organisasi pekerja lain dan yang ketiga adalah membentuk organisasi Serikat Pekerja BNI. Yang pada akhirnya keputusan yang dipilih adalah alternatif yang ketiga, yaitu dengan mendirikan organisasi Serikat Pekerja BNI yang kemudian dikukuhkan dalam Musyawarah Nasional I SP BNI yang berlangsung pada bulan April 1999. Dalam merumuskan konsep dasar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SP BNI, terdapat beberapa pemikiaran yang sifatnya mendasar, antara lain agar SP BNI tetap mengacu kepada nilai-nilai keorganisasian yang telah ada selama ini di BNI. Dari hasil inventarisasi dan masukan dari berbagai pihak, termasuk para senior pensiunan BNI, SP BNI kemudian mengacu pada naskah kekeluargaan BNI yang pernah dicetuskan oleh para pendahulu BNI pada tahun 1960-an. Naskah kekeluargaan tersebut dimaksudkan sebagai benang merah yang diharapkan dapat menjadi alat perekat dalam tubuh organisasi BNI. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Mukadimah Pembukaan AD/ART, baahwa SP BNI sangat menjunjung tinggi asas kebersamaan sebagai bagian dari keluarga besar BNI.