5
Evolusi yang Memungkinkan dari pergeseran dextral di sepanjang batas sumatera Walaupun informasi geologi tentang patahan sumatera dan sistem patahan sumatera lainnya belum lengkap, ada beberapa informasi yang cukup untuk mencoba sebuah rekonstruksi mengenai sejarah sistem deformasi di atas beberapa jutaan tahun yang lalu. Kendala Yang terpenting dari sejarah ini yaitu : 1) ketidaksesuaian magnitudo dan waktu di antara penjalaran yang terjadi di laut andaman dan kerentangan di dekat selat sunda. 2) jarak dari total kemungkinan yang terjadi pada patahan sumatera. 3) waktu, jenis, dan magnitudo dari deformasi pada wilayah busur depan sumatera, dan 4) penurunan rata-rata saat ini di sepanjang pergerakan patahan sumatera dari arah tenggara. Kendala dari pendapat ini yaitu bahwa sistem patahan sumatera telah berkembang secara signifikan dalam beberapa jutaan tahun dan konfihurasi saat ini dari deformasi adalah tidak representatifnya deformasi pada zaman praQuatemary. Seratus kilometer dari pergerakan di dekat selat sunda terlihat sangat jelas sepanjang 460 km seperti yang diduga oleh Curray (1979) tentang pusat penjalaran Andaman. Ini terlihat tidak jelas jika dibandingkan dengan perluasana Andaman dan jarak Sundan untuk waktu periode yang sama. Kira- kira hanya 118 km dari perluasana Andaman mungkin telah terakumulasi dalam 3 juta tahun yang lalu (J. Curray, written communication, 1999). Ini tidak jauh berbeda dari kerentangan sepanjang 100 km di dekat busur depan selat sunda yang kira- kira memiliki waktu periode yang sama. Karenanya ketidaksesuaian di antara deformasi dalam laut andaman dan selat sunda selama 3 juta tahun yang lalu mungkin sangat kecil atau tidak ada. Namun, rata-rata terkini dari pergeseran di patahan sumatera muncul untuk mengurangi secara signifikan dari arah barat laut ke tenggara. Walaupun bukti geodetik baru menduga bahwa tidak ada pengurangan yang signifikan kira-kira di

sesar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GEOFISIKA

Citation preview

Evolusi yang Memungkinkan dari pergeseran dextral di sepanjang batas sumateraWalaupun informasi geologi tentang patahan sumatera dan sistem patahan sumatera lainnya belum lengkap, ada beberapa informasi yang cukup untuk mencoba sebuah rekonstruksi mengenai sejarah sistem deformasi di atas beberapa jutaan tahun yang lalu. Kendala Yang terpenting dari sejarah ini yaitu : 1) ketidaksesuaian magnitudo dan waktu di antara penjalaran yang terjadi di laut andaman dan kerentangan di dekat selat sunda. 2) jarak dari total kemungkinan yang terjadi pada patahan sumatera. 3) waktu, jenis, dan magnitudo dari deformasi pada wilayah busur depan sumatera, dan 4) penurunan rata-rata saat ini di sepanjang pergerakan patahan sumatera dari arah tenggara. Kendala dari pendapat ini yaitu bahwa sistem patahan sumatera telah berkembang secara signifikan dalam beberapa jutaan tahun dan konfihurasi saat ini dari deformasi adalah tidak representatifnya deformasi pada zaman praQuatemary.Seratus kilometer dari pergerakan di dekat selat sunda terlihat sangat jelas sepanjang 460 km seperti yang diduga oleh Curray (1979) tentang pusat penjalaran Andaman. Ini terlihat tidak jelas jika dibandingkan dengan perluasana Andaman dan jarak Sundan untuk waktu periode yang sama. Kira-kira hanya 118 km dari perluasana Andaman mungkin telah terakumulasi dalam 3 juta tahun yang lalu (J. Curray, written communication, 1999). Ini tidak jauh berbeda dari kerentangan sepanjang 100 km di dekat busur depan selat sunda yang kira-kira memiliki waktu periode yang sama. Karenanya ketidaksesuaian di antara deformasi dalam laut andaman dan selat sunda selama 3 juta tahun yang lalu mungkin sangat kecil atau tidak ada.Namun, rata-rata terkini dari pergeseran di patahan sumatera muncul untuk mengurangi secara signifikan dari arah barat laut ke tenggara. Walaupun bukti geodetik baru menduga bahwa tidak ada pengurangan yang signifikan kira-kira di antara 1oS dan 2oN, rata-rata pergeseran geologi pada bagian ini lebih besar dari rata-rata biasanya, dari 27 mm/tahun (hampir 2.2oN) sampai 11 mm/tahun (hampir 0.4oS). Bellier dan Sebrier (1995) menduga bahwa rata-rata pergeseran sepanjang patahan, berdasarkan korelasi dari urutan jarak umur, juga menyebabkan penurunan dari arah barat laut ke arah tenggara.Jika total jarak sepanjang patahan sumatera hanya 20 km dan rata-rata pergeseran konstan, kemudian bagian utara dari zona patahan akan berkurang dari pada jutaan tahun. Percabangan dua dari selatan khatulistiwa, dimana rata-rata pergeseran zaman Quaternary muncul sekitar 10 mm/tahun, 20 km dari pergeseran mungkin telah terjadi dalam 2 juta tahun.Berdasarkan perhitungan dari 100 km kerentangan patahan paralel dari busur depan dekat selat sunda memunculkan pendapat bahwa total jarak di sepanjang patahan sumatera lebih besar dari pada 20 km ataupun struktur yang lain di sistem patahan sumatera telah mengakomodasi 80 km dari kerentangan. Satu-satunya kemungkinan dari beberapa perkiraan untuk pergeseran dekstral akan menjadi patahan Mentawai, dengan mengharuskan data seismik refleksi untuk bekerja di antara pegunungan luar busur dan cekungan busur depan yang mana merupakan ciri utama dari strike-slip. Diament et al (1992) juga menentang bahwa struktur dari zona patahan mengindikasikan bahwa jenis utamanya adalah strike-slip. Berdasarkan pendapat, perbedaan struktur lebih sedikit menarik dikarenakan kita tidak yakin kalau zona patahan mentawai memperlihatkan karakter struktur bunga dari patahan strike-slip. Faktanya, posisi patahan di pinggir timur laut dari pegunungan luar busur, sesuai dengan patahan yang terjadi di arah dorongan dari belakang, sepanjang pegunungan luar busur telah muncul. Kehidupan dari homocline yang besar dalam posisi yang sama relatif menuju cekungan busur depan dan pegunungan di arah utara busur luar dari kahtulistiwa. Jadi ini adalah beberapa keberatan dalam model evolusi, kita menjadikan patahan mentawai sebagai element strike slip dari sistem patahan sumatera.Kendala terakhir pada sistem evolusi patahan sumatera adalah sejarah mio-pliosen di busur depan dan wilayah busur luar. Pusat pergeseran Andaman merupakan pergeseran yang sangat aktif yaitu 40 mm/tahun selama periode ini, kita belum memiliki bukti dari deformasi dextral yang terjadi dalam waktu bersamaan pada robekan lempeng busur depan di selatan khatulistiwa. Bagaimana dan dimana, dalam masa Pliosen dan Miosen (kira-kira 2 sampai 10 Ma) apakah komponen dextral dari akomodasi gaya konvergen oblique? Matson dan Moore (1992) mengusulkan bahwa beberapa dari ketidaksesuaian ini dapat diakomodasikan oleh patahan normal dextral dari wilayah busur depan dekat pulau Nias. Kita menduga ini kemungkinan di bawah.Studi struktural dan stratigrafi oleh Samuel (1997) dan samuel and Harbury (1996) menunjukkan bahwa pelebaran dan peningkatan dari pegunungan busur luar terjadi dengan cepat di zaman Pliosen sepanjang wilayah busur depan Sumatera. Ini adalah sesuatu yang kritis untuk merekonstruksi deformasi dari robekan lempeng busur depan karena Pliosen tumbuh dengan cepat dari pegunungan busur luar menghasilkan sebuah sifat yang memanjang yang telah terdeformasi dalam beberapa juta tahun yang akan datang. Di antara 1,5oN dan 2oS, pegunungan busur luar, homocline, dan deformasi purba dan dataran tinggi secara nyata mengalami disartikulasi. Karig (1980) meneliti bahwasanya jarak Pliosen homoklin di sisi timur dari Nias terjadi secara dexral yaitu 10 km dengan dua buah dari patahan Batee. Kita mengambil kesimpulan dari bathymetry bahwa patahan Batee sebelah barat laut dari Nias menyeimbangkan deformasi zaman purba, 50 km, dari barat laut Nias menuju posisi barat Nias. Lebih jauh ke selatan ke dalam, di antara Nias dan Pulau Siberut, barisan deformasi mungkin berjarak kira-kira 50 km sepanjang patahan yang lain.Jarak Dextral dari pegunungan bagian timur di cekungan busur depan oleh patahan Batee adalah 150 km (Karig, 1980). Dari ketidakleluasan paleontologi seismik stratigrafi, Matson dan Moore (1992) menunjukkan bahwa patahan Batee aktif dari zaman Miosen terakhir sampai ke zaman Pleistosen. 20 hingga 30 km dari pergeseran dextral yang muncul telah terjadi di dekat patahan singkil di zaman Miosen terakhir. Demikian ini adalah alasan untuk memberi kesan bahwa 10 km pertama dari 150 km jarak dextral di bagian utara dari patahan Batee bertambah sedikitnya 1,5 juta tahun, sejak sebuah durasi lebih pendek akan membutuhkan rata-rata dari pergeseran dextral dalam kelebihan dari rata-rata pergerakan lempeng relatif.Gambar 10a-10c menggambarkan sebuah evolusi yang masuk akal di patahan sumatera dan struktur-struktur lain dari batas lempeng yang sesuai dengan data geologi, geodetik, dan data seismograph yang tersedia. Variasi dari sejarah ini juga memungkinkan, tujuan terpenting yaitu untuk menunjukkan bahwa sistem patahan berkembang secara signifikan dalam beberapa juta tahun terakhir. Karakteristik utama dari sejarah spekulatif ini adalah sebagai berikut: 1)Saat ini perbedaan 15 mm/tahun dalam rata-rata pergerakan patahan sumatera bagian utara dan selatan dari khatulistiwa sangat muda (mungkin hanya 100.000 tahun), dan 2) aktif-normal dan pergerakan patahan dextral (transtensional) di busur depan dan busur luar di antara 1oS dan 2oN adalah sebuah analog zaman kuno to kerentangan pada ujung selatan dari Patahan SUMATERA.Detail dari struktur dan geometrik dari patahan sumatera, cekungan busur depan, pegunungan busur luar, dan busur vulkanik, menjelaskan pembagian dari batas lempeng sumatera ke dalam wilayah utara, tengan dan selatan. Wilayah paling sederhana dengan daerah sumber dari gempa bumi subduksi (9 Mw) pada tahun 1833 menjelaskan bahwa struktur geometri dengan mudah terdorong dan mengalami sobekan besar. Daerah pusat muncul menjadi daerah sumber dari gempa besar subduksi yang besar pada tahun 1861 (8.4 Mw). Pecahan dari daerah pusat muncul karena disebabkan oleh subduksi dari zona retakan selama 5 juta tahun. Lokasi dari brtubruknya zona retakan di deformasi depan dihitung melalui dugaan vektor pergerakan relatif lempeng saat ini dan berdasarkan sejarah deformasi busur depan. Kontur-kontur pada garis merah adalah bagian atas dari zona Benioff-Wadati. Interval kontur bathymetri adalah 200m.