Upload
indri-sontokusumo
View
235
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shaken baby syndrome (sindrom bayi yang diguncangkan)/SBS adalah
nama yang paling umum digunakan untuk luka-luka yang ditimbulkan pada
seorang anak. Para klinisi lebih banyak menyebutnya sebagai shaken impact
syndrome. Konsep SBS awalnya dijelaskan oleh dr.John Caffey, radiologis, pada
tahun 1946 dengan istilah Parent-Infant Stress Syndrome. Shaken baby syndrome
sering menyebabkan kerusakan berat pada otak seumur hidup. Kematian akibat
SBS antara 15-38%, mediannya 20-25%. Konsekuensi nonfatal akibat SBS antara
lain berbagai derajat gangguan penglihatan, gangguan motorik seperti serebral
palsy, dan gangguan kognitif. Shaken baby syndrome paling sering terjadi pada
anak berusia kurang dari 2 tahun tetapi dapat juga ditemukan pada anak berusia
diatas 5 tahun.
Shaken baby syndrome merupakan kerusakan pada otak anak yang disertai
dengan perdarahan pada sisi bola mata bagian dalam dan kadang luka-luka lain.
Kerusakan pada otak tersebut disebabkan oleh karena kekerasan pada anak yang
disertai dengan ancaman dan guncangan yang keras, dimana konsekuensi jangka
panjang dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar, cacat secara fisik, kebutaan
total atau parsial, kerusakan pendengaran, cacat suara atau cara bicara, cacat teori,
kelumpuhan, tingkah laku yang abnormal dan kematian.
2
Pada tahun 1971, Gutlech berhipotesis bahwa subdural hematoma bisa
disebabkan oleh guncangan secara manual terhadap bayi, tanpa adanya benturan
kepala terhadap permukaan apapun. Satu tahun kemudian, Caffey menyinggung
pada naskahnya tentang Parent-Infant Stress Syndrome, yaitu guncangan manual
yang menyebabkan cedera intrakranial dalam bentuk subdural hematoma dan
kontusio cerebri pada bayi.
Shaken baby syndrome sering terlambat dalam diagnosis bahkan pada
bentuk yang parah, orang tua atau pengasuh sendiri sering salah mengenali atau
mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai penyebab cedera otak. Sering
tidak ditemukan gejala atau tanda yang langsung dapat dilihat dari luar,
mengakibatkan kesulitan dari identifikasi bayi yang telah diguncang, dan
variabilitas dari sindroma itu sendiri, dokter harus sangat waspada dalam
mengamati adanya trauma otak pada bayi dan mengetahui tanda radiologis dan
temuan klinis yang mengarah pada SBS.
Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP) Committee on
Child Abuse and Neglect (2001), cedera kepala adalah penyebab utama kematian
akibat trauma pada anak. Insiden SBS di Amerika Serikat tiap tahunnya berkisar
antara 1.200-1.600 anak, yang sebagian besar berusia 3-8 bulan, dimana
sepertiganya dapat bertahan hidup dengan tidak atau sedikit mengalami kerusakan
lebih lanjut, sepertiganya menderita cedera permanen dan sisanya meninggal.
Data statistik dari Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan Amerika Serikat
(CDC) korban dari sindrom bayi terguncang ini umumnya berusia 3-8 bulan, dan
3
sekitar 25 persennya meninggal akibat cedera yang dialaminya. Di Jerman, sekitar
100 bayi setiap tahun mengalami kerusakan parah di otak karena mereka
diguncang-guncang pengasuhnya. Asosiasi dokter anak di Jerman memperkirakan
angka bayi yang mengalami trauma (cedera) akibat diguncang-guncang
sebenarnya lebih tinggi lagi.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi, epidemiologi dan penyebab shaken baby syndrome.
2. Mengetahui manifestasi klinis dan penegakkan diagnosis shaken baby
syndrome.
3. Mengetahui patofisiologi shaken baby syndrome.
4. Mengetahui penemuan otopsi shaken baby syndrome.
5. Mengetahui penatalaksanaan shaken baby syndrome.
6. Mengetahui prognosis dan pencegahan shaken baby syndrome.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Shaken Baby Syndrome adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menyebut kekerasan atau penyiksaan yang dialami oleh bayi, umumnya dilakukan
oleh orang tua atau pengasuh mereka baik secara sengaja ataupun tidak. Bayi
diguncang-guncang dengan kuat oleh orang dewasa yang bermaksud untuk
menghentikan tangisan atau rengekan bayi merupakan penyebab nomor satu
terjadinya kekerasan pada bayi yang berakibat SBS selain karena bayi atau anak
sulit makan. Sindroma ini biasanya dialami oleh anak yang berusia di bawah 1
tahun dan dapat mengakibatkan cedera otak parah yang permanen, cedera saraf
tulang belakang, perdarahan pada mata bahkan kematian.
Diagnosis SBS didasarkan pada tiga gejala klinis yaitu ensefalopati,
perdarahan retina (RH) dan perdarahan subdural (SDH) pada bayi, biasanya di
bawah usia enam bulan, yang tiba-tiba meninggal atau kelainan neurologis. Istilah
non-accidental head injury (NAHI) menjadi pilihan untuk digunakan karena tidak
menggambarkan mekanisme cedera. Diagnosis cedera menjadi kurang bermakna
karena bukti objektif kekerasan, seperti memar, patah tulang, atau luka bakar tidak
ada, tapi bukti objektif dari trauma tidak selalu diperlukan dalam membuat
diagnosis.
5
Gambar 2.1. Penyebab Shaken Baby Syndrome
Epidemiologi
Data di AS menunjukkan terdapat sekitar 1000 hingga 1500 kasus SBS
setiap tahun yang sebagian besar korbannya adalah bayi berusia 3-8 bulan. Kasus
yang lebih sedikit ditemukan pada balita hingga usia 4 tahun. Data lain
menunjukkan umumnya bayi yang mendapat SBS berlatar belakang keluarga
tertentu. Biasanya terjadi pada kelompok yang punya masalah dalam kehidupan
rumah tangga atau kehidupan keluarganya tidak harmonis.
Dalam perbandingan dengan trauma kepala lainnya pada bayi, trauma
akibat SBS memiliki gejala sisa yang lebih buruk. Kematian pada anak yang
menderita SBS berkisar antara 15-38% dari total kasus. Pada beberapa kasus, bayi
atau anak yang selamat dari guncangan keras akan menderita gangguan neurologis
atau gangguan mental seperti cerebral palsy atau retardasi mental. Bahkan pada
kasus ringan dimana bayi tampak normal, mereka mungkin saja mengalami
6
salahsatu atau lebih gejala-gejala tersebut dan baru tampak pada saat anak masuk
sekolah.
Tak ada angka yang jelas menunjukkan berapa kali guncangan yang bisa
menimbulkan akibat medis atau berapa lama guncangan bisa memunculkan akibat
yang fatal terhadap bayi. Kebanyakan guncangan berlangsung selama sekitar 20
detik atau kurang. Pada beberapa kasus, periode mengguncang berlangsung antara
5-10 detik dan dibutuhkan kekuatan yang cukup untuk membuat kerusakan otak
yang dapat dideteksi sebagai akibat SBS.
Patofisiologi dan Gejala Klinis
Mekanisme cedera
Pada prinsipnya, SBS terjadi akibat cedera akselerasi berputar pada kepala.
Tipe cedera akibat guncangan berbeda dengan cedera akibat jatuh, dimana cedera
akibat jatuh memperlihatkan cedera linier. Untuk menghasilkan cedera SBS
dibutuhkan guncangan yang keras. Guncangan yang keras pada bayi
menyebabkan gerakan kepala bayi yang tidak terkendali, karena otot leher bayi
yang belum cukup kuat menopang kepalanya. Bayi memiliki otot leher yang
sangat lemah. Namun ia memiliki kepala yang berat dan besar jika dibandingkan
dengan ukuran tubuh mereka. Otak bayi sangatlah rentan dan memerlukan
ruang untuk tumbuh. Karena itulah terdapat rongga atau celah antara tengkorak
kepala dan otaknya yang dapat mendukung pertumbuhan tersebut. Sehingga otak
bayi mengalami perpindahan acak ketika diguncang, akibatnya otak bayi
membengkak dan pembuluh darah di sekitarnya akan pecah. Selain pada otak,
7
cedera akibat guncangan itu juga menyebabkan kerusakan pada saraf tulang
belakang, yang disebabkan gerakan akselerasi - deselerasi (whiplash injuries).
Beberapa hipotesis yang telah dipublikasikan, menggambarkan faktor-
faktor yang mendukung terjadinya SBS, antara lain:
a. Defisiensi vitamin C
b. Gangguan gestasional.
c. Cedera difus.
d. Kekuatan guncangan.
Goncangan kuat yang dilakukan terhadap bayi dapat berakibat fatal karena
struktur tubuh bayi masih lemah. Akselerasi rotasional yang terjadi pada kepala
bayi saat bayi diguncang dapat mengakibatkan trauma goncangan. Hal ini berbeda
dengan cedera akibat jatuh atau melemparkan bayi atau anak ke atas, yang
merupakan gaya linear. Anatomi bayi menempatkan mereka pada risiko yang
tinggi akibat cedera SBS. Otak bayi berusia di bawah 1 tahun masih berisi banyak
cairan dan selain itu otot-otot leher yang masih belum mampu menyangga dengan
baik dan stabil. Adanya goncangan akan mengakibatkan terjadinya rentangan atau
tarikan antara otak dan selaput otak yang melekat pada tulang kepala. Rentangan
tersebut nantinya akan menyebabkan terjadinya robekan pembuluh-pembuluh
darah yang menghubungkan antara otak dengan selaput otak itu. Robekan sekecil
apapun akan berakibat fatal dan apabila telah terjadi perdarahan di otak maka
akan sulit untuk diatasi. Terjadinya perdarahan di otak ditandai dengan muntah-
8
muntah dan kejang-kejang. Kondisi yang paling parah dapat menyebabkan bayi
tidak sadarkan diri bahkan kematian.
Gejala dan tanda klinis dapat bervariasi dari ringan sampai berat yaitu
kejang, kesadaran berkurang, perubahan perilaku, mengantuk yang berlebihan,
apatis, sulit bernafas, kulit yang pucat, kehilangan nafsu makan, muntah yang
proyektil, perdarahan pada retina mata yang dalam jangka panjang dapat menjadi
kebutaan, sulit menelan atau menghisap, penurunan nafsu makan, tidak bersuara
atau tersenyum, ketakutan, tidak mampu mengangkat kepala, besar pupil mata
berbeda dan mata tidak fokus. Biasanya juga didapatkan tanda-tanda trauma
seperti pembengkakan dan perdarahan pada daerah kepala. Selain itu, goncangan
atau ayunan yang kuat juga bisa membuat tulang kaki, tungkai, serta lengan patah.
Hal ini dapat terjadi karena saat mengayun bayi, yang dipegang bukan badannya
melainkan lengan, kaki atau ketiaknya.
Triad Injury
Perdarahan retina
Retinal Hemorrhages (RH) atau pendarahan retina telah dianggap sebagai
indikator penting pada cedera tetapi banyak penyebab lain perdarahan retina pada
bayi, misalnya peningkatan tekanan intrakranial, diskrasia, hemoglobinopati,
operasi katarak. Vinchon mencatat dalam studinya tentang cedera kepala bayi
bahwa "Dalam penelitian kami membangun kita tidak bisa meniadakan bias
lingkaran, dan evaluasi tentang insiden RH dalam penganiayaan anak-anak tetap
9
ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya ". Para penulis itu, bagaimanapun,
menunjukkan bahwa tingkat dan sifat pendarahan retina mungkin lebih penting
sebagai indikator dari kepala dijatuhkan cedera. Hipotesis utama untuk genesis
RH adalah bahwa itu adalah hasil dari obstruksi vena, yang pada gilirannya
mungkin hasil dari kompresi saraf optik dengan mengangkat tekanan intrakranial
atau intravaskuler, bahkan transiently, atau bahwa jaringan retina yang robek
selama tindakan gemetar. Ini hipotesis terakhir tidak tidak menahan pemeriksaan
biomekanis.
Gambar 2.2. Perdarahan retina
Ensefalopati
Istilah ini dapat ditafsirkan secara luas untuk menyertakan berbagai
manifestasi klinis dari kesulitan makan, muntah, dan kantuk untuk kejang dan
edema serebral. Cedera hipoksia-iskemik dan pembengkakan otak sering dilihat
tetapi tidak spesifik untuk trauma. Memar sangat biasa pada bayi trauma otak
tanpa adanya patah tulang tengkorak. Identifikasi cedera aksonal sekarang
tergantung pada immunocytochemical dari beta amyloid precursor protein
(BAPP). Ini adalah penanda yang sangat sensitif gangguan aliran aksonal normal,
10
tetapi mungkin akan meningkat pada cedera hipoksia-iskemik dan gangguan
metabolik serta trauma. Penelitian neuropathology telah menunjukkan bahwa
pada bayi yang meninggal, gambaran patologi otak yaitu tersebar luas cedera
hipoksia dan tidak menyebar trauma aksonal cedera seperti diyakini sebelumnya.
Dalam hal ini cedera seri aksonal terlihat dalam distribusi terbatas di batang otak
yang lebih rendah dan hanya minoritas kasus. Pengamatan ini penting sebagai
traumatis aksonal cedera akan menyebabkan hilangnya fungsi langsung
menyebabkan gejala klinis dari saat trauma. Sebaliknya, cedera hipoksia-iskemik
dan pembengkakan otak tidak dapat ditampilkan langsung gejala. Bahkan trauma
otak fatal mungkin hadir dengan interval jelas antara cedera dan munculnya gejala
klinis. Interval lucid lebih sering dilihat pada bayi kurang dari dua tahun karena
pada bayi dengan umur kurang dari 2 tahun tulang tengkoraknya belum menutupn
secara pasti.
Kerusakan akar saraf serviks telah didokumentasikan sebagai bagian dari
patologi cedera terguncang. Belum ditetapkan bahwa ini adalah hasil dari
guncangan, sebagai perpindahan dari korda spinalis yang dapat menyebabkan
traksi pada sarah di sekitar korda spinalis. Otopsi dalam manusia dan primata
telah menunjukkan bahwa korda spinalis bergerak selama ekstensi dan fleksi leher
dan tetap kemungkinan bahwa hyperextension dan lengkungan dapat
menyebabkan kerusakan traksi ke akar saraf seluruh panjang korda spinalis tetapi
hal ini tidak terdokumentasi pada bayi hidup.
11
Perdarahan subdural ( subdural hemorhagic /SDH)
Perdarahan subdural mungkin yang paling penting dan sering terjadi pada
shaken baby syndrome. Pada bayi dengan shaken baby syndrome, seringkali
merupakan tanda klinis pertama, yang diidentifikasi pada CT-scan otak. Otopsi
dan pencitraan menunjukkan bahwa bayi SDH biasanya bilateral film tipis dan
tidak tebal, menempati space occupying clot seperti yang terlihat di trauma SDH
pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Penyebab Perdarahan
subdural. Yang paling umum penyebab SDH pada bayi dikatakan trauma
meskipun penelitian terbaru telah menunjukkan insiden signifikan (26%) dari
SDH lahir terkait. Penyebab lainnya pada bayi termasuk pembesaran jinak yang
extracerebral spaces (BEECS), gangguan pembekuan, penyakit hemoragik bayi
yang baru lahir, langka metabolik penyakit, malformasi pembuluh darah, dan
bedah saraf prosedur. Penyebab SDH pada bayi biasanya berhubungan dengan
kelahirannya. Selain itu penyebab lainnya yaitu pembesaran extracerebral spaces,
gangguan pembekuan darah, penyakit perdarahan pada bayi baru lahir, penyakit
metabolik, malformasi pembuluh darah dan prosedur pembedahan.
Gambar 2.3. Mekanisme perdarahan subdural
12
Gambar 2.4. Gambaran CT-Scan perdarahan subdural
Penegakan Diagnosis
Banyak kasus SBS datang ke bagian emergensi sebagai ”silent injury”.
Disisi lain, orang tua dan pengasuh sebaiknya tidak menyembunyikan riwayat
bahwa bayi telah mengalami siksaan. Jika seorang bayi dicurigai sebagai SBS,
sebaiknya perhatikan:
a. Hemoragiik pada retina.
b. Fraktur tengkorak.
c. Edema otak.
d. Hematoma subdural (darah terkumpul pada permukaan otak).
e. Fraktur pada dada & tulang panjang.
f. Memar di sekitar kepala, leher dan dada.
Akan tetapi, saat ini ada standar diagnosis untuk SBS yang dikenal dengan
”shaken baby triad”, yaitu (1) hematoma subdural, (2) perdarahan retina (retina
hemorhagic), dan (3) riwayat cedera bukan cedera lalu lintas atau jatuh dari
13
tempat tinggi. Selain itu, setiap trauma bukan kebetulan sebaiknya dicurigai
sebagai SBS.
Pada bayi yang mengalami SBS, mungkin juga tidak terdapat tanda-tanda
trauma sehingga dalam beberapa kasus sulit untuk menegakkan diagnosis.
Biasanya dokter biasanya mencari adanya perdarahan retina, perdarahan otak
(subdural hematom), dan peningkatan ukuran kepala yang mengindikasikan
akumulasi berlebihan cairan pada jaringan otak. CT-Scan dan MRI digunakan
untuk membantu menunjukkan letak kelainan di otak.
Penemuan Otopsi
Pada otopsi bayi dengan kecurigaan SBS, penemuan bermakna ditemukan
pada kepala. Kelainan yang ditemukan pada kepala yaitu hemoragik subdural dan
hemoragik retina. Perdarahan subdural (subdural haemorrhagic) yang ditemukan
biasanya bilateral. Kelainan ini yang membedakannya dengan cedera akibat
benturan, dimana pada SBS kepala bayi mengalami akselerasi berputar. Selain
itu, dapat juga dijumpai contra coup injuries, diakibatkan oleh gerakan otak
yang acak, menimbulkan cedera pada bagian yang berlawanan dari arah cedera.
Penemuan otopsi subdural haemorrhagic pada SBS juga bersifat makroskopis
bukan mikroskopis.
Perdarahan retina, belum diketahui penyebab pastinya. Banyak ahli
menduga hal ini diakibatkan peningkatan cepat tekanan intrakranial,
peningkatan tekanan vena, ekstravasasi darah subarachnoid, traksi dari pembuluh
darah di vitreo-retinal, dan kemungkinan hipoksia. Perdarahan retina pada SBS
14
juga terjadi secara bilateral.Selain kelainan pada kepala, terdapat juga kelainan di
tempat lain, yaitu tulang dada. Fraktur tulang dada pada bayi telah lama menjadi
tanda klasik untuk diagnosis SBS, tapi hanya kurang dari 10% kasus SBS yang
mengalami fraktur iga. Fraktur pada tulang metafisis dapat juga menjadi tanda
bahwa bayi telah mengalami penyiksaan.
Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada SBS ialah pengawasan terhadap peningkatan
tekanan intrakranial, drainase cairan pada ventrikel serebral, dan drainase
hematoma jika ada hematoma serebral.
Prognosis
Prognosis SBS tergantung dari tingkat keparahannya. Sepertiga pasien
SBS mengalami kematian dan sisanya lagi mengalamai cacat berat dan permanen,
seperti kesulitan belajar, kejang-kejang, gangguan bicara, hidrocefalus, gangguan
kognitif, serebral palsy dan gangguan penglihatan.
Pencegahan
Usaha untuk mencegah SBS sebagian besar terpusat pada edukasi orang
tua dan pengasuh, karena sekitar 25% - 50% orang tua dan pengasuh tidak
mengetahui bahwa guncangan bisa membunuh bayi. Biasanya SBS terjadi akibat
orang tua yang marah ketika bayinya tidak berhenti menangis. Hal yang dapat
dilakukan pada saat itu antara lain:
15
1. Letakkan bayi di tempat yang aman pada saat menangis, sehingga
tidak mengganggu.
2. Mendengarkan musik, menarik nafas dengan dalam sambil menatap bayi.
3. Menutup mata sambil mengingat kembali memori yang menyenangkan
yang telah dialami bersama bayi.
4. Meminta bantuan kepada sanak keluarga atau kerabat untuk menenangkan
bayi kita
Pencegahan terhadap terjadinya shaken baby syndrome antara lain:
a. Jangan pernah mengguncangkan bayi atau anak saat bermain ataupun
ketika marah.
b. Jangan memegang anak anda ketika anda sedang bertengkar.
c. Ketika anda sedang merasa terganggu atau jengkel dengan bayi anda,
letakkan dia di ranjangnya dan cobalah untuk menenangkan diri. Mintalah
bantuan orang lain bila anda tidak dapat menenangkan diri.
d. Pengasuh anak dan keluarga harus menemui konsultan bila terdapat
kesulitan menghadapi bayi atau anak yang rewel.
e. Jangan berdiam diri jika anda mengetahui adanya kekerasan pada anak di
lingkungan anda.
16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Shaken Baby Syndrome (SBS), yang dapat di-Indonesiakan sebagai
Sindrom Bayi Yang Digoncang adalah sebuah istilah yang digunakan untuk kasus
penyiksaan terhadap bayi. Pada kasus SBS, biasanya si bayi digoncang-
goncangkan dengan kuat oleh orang dewasa yang sedang marah dan biasanya
dimaksudkan untuk menghentikan tangisan atau rengekan bayi. Shaken Baby
Syndrome biasa menimpa anak berusia di bawah 1 tahun dan dapat
mengakibatkan cedera otak parah yang permanen, cedera urat saraf tulang
belakang, pendarahan pada mata, bahkan kematian.Untuk Indonesia, kami tidak
memiliki data yang ajurat. Namun sebagai gambaran, di Amerika terdapat
sekitar 1000 hingga 1500 kasus setiap tahunnya. Sebagian besar korban SBS
adalah bayi berusia 3 – 8 bulan. Ada juga kasus yang lebih sedikit ditemukan pada
balita hingga yang berusia 4 tahun.
B. SARAN
Pencegahan terhadap terjadinya shaken baby syndrome antara lain:
a. Jangan pernah mengguncangkan bayi atau anak saat bermain ataupun
ketika marah.
b. Jangan memegang anak anda ketika anda sedang bertengkar.
17
c. Ketika anda sedang merasa terganggu atau jengkel dengan bayi anda,
letakkan dia di ranjangnya dan cobalah untuk menenangkan diri. Mintalah
bantuan orang lain bila anda tidak dapat menenangkan diri.
d. Pengasuh anak dan keluarga harus menemui konsultan bila terdapat
kesulitan menghadapi bayi atau anak yang rewel.
e. Jangan berdiam diri jika anda mengetahui adanya kekerasan pada anak di
lingkungan anda.
Dalam perbandingan dengan trauma kepala lainnya pada bayi, trauma akibat
bayi terguncang memiliki gejala sisa yang lebih buruk. Kebanyakan bayi atau
anak yang selamat dari guncangan yang keras akan menderita gangguan
neurologis atau gangguan mental, seperti cerebral palsy atau retardasi mental.
Bayi atau anak dengan SBS membutuhkan perawatan dalam waktu lama. Shaken
baby syndrome ini merupakan kasus trauma kepala pada bayi yang jarang terjadi
tetapi dapat bersifat fatal bila terjadi. Pengetahuan orang tua dan pengasuh anak
dalam merawat anak dapat mencegah hal ini terjadi.
18
.