150
UNIVERSITAS INDONESIA SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI DI INDONESIA Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh derajat MAGISTER ILMU HUKUM oleh Nama: Cheon-Ho,Lee NPM: 6595002493 PROGRAM PASCASARJANA Jakarta 2001

SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

UNIVERSITAS INDONESIA

SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP

INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI DI INDONESIA

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh derajat

MAGISTER ILMU HUKUM

oleh

Nama: Cheon-Ho,Lee

NPM: 6595002493

PROGRAM PASCASARJANA Jakarta

2001

Page 2: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

UNIVERSITAS INDONESIA

SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI

DI INDONESIA

Tesis ini disusun

oleh

Nama: Cheon-Ho.Lee

NPM: 6595002493

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada tanggal 11 September 2001

Pembimbing Tesis Ketua,

Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 3: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Universitas Indonesia

Tesis ini diajukan cleh:

Nama N PMProgram Studi Program Kekhususan

Judul Tesis:

: Cheon-Ho, Lee : 6595002493

Ilmu Hukum : Hukum Ekonomi

SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI

DI INDONESIA

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Tanggal 11 September 2001

Dewan Penguji

1. Prof. Dr. Erman. Radjagukguk, SH., LL.M, Ph.D

2. Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, SH..LL.M, Ph.D

3. Agus Brotosusilo, SHf MA

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 4: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kasih

karunia yang telah diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada

Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Hukum guna

memperoleh derajat Magister Hukum.

Penulis menyadari, bahwa Tesis ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai

pihak yang tidak mungkin penulis lupakan, baik dalam proses penelitian maupun dalam

penulisan. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini, penulis

menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga segala budi baik tersebut

mendapatkan balasan berkat Tuhan yang melimpah.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Erman Rajagukguk, SH., LL.M, Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Indonesia, sekaligus merangkap sebagai Ketua

Dewan Penguji

2. Bapak Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M, Ketua Program Kekhususan

Hukum Ekonomi pada Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Indonesia, sekaligus merangkap sebagai pembimbing Tesis ini, yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis ini dapat terwujud

3. Bapak Agus Brotosusilo, SH., MA, sebagai penguji yang telah memberikan

dorongan dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Kepada semua dosen yang pernah memberikan kepada penulis ilmu pengetahuan,

walaupun nama mereka tidak dapat disebutkan satu per satu.

5. Para pengusaha Korea di Jakarta yang telah memberikan data yang diperlukan

penulis.

Atas segala bantuan dan bimbingan tersebut sekali lagi penulis mengucapkan terima

kasih, semoga Tuhan memberkati kita semua.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 5: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Akhirnya, dengan rasa syukur Tesis ini penulis persembahkan sebagai ungkapan kasih

sayang dan terima kasih yang setinggi-tingginya untuk kedua orangtua yang berada di

Korea, kepada istri dan anak-anakku yang tercinta.

Jakarta, Oktober 2001

Penulis,

Cheon-Ho, Lee

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 6: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Akan tetapi, keinginan ini tidak didukung oleh tersedianya sumber-sumber dana dari dalam negeri, mengingat Indonesia masih dihadapkan pada situasi, yang disebut dengan istilah "lingkaran kemiskinan." Dalam mendapatkan dana tersebut, pemerintah Indonesia telah banyak menerbitkan kebijakan- kebijakan serta mengeluarkan hukum-hukum ekonomi. Salah satu penyebabnya dalam mengeluarkan berbagai kebijakan ekonomi adalah semakin banyaknya pesaing yang menawarkan berbagai kemudahan dan insentif yang lebih menarik terhadap para penanam modal asing daripada Indonesia, misalnya negara Vietnam dan Cina. Disisi lain kebijaksanaan investasi yang dikeluarkan pemerintah Indonesia kurang menarik bagi penanaman modal asing. Untuk mengatasi keadaan tersebut, pemerintah Indoensia telah mempermudah prosedur penanaman modal, memberikan berbagai fasilitas dan insentif serta menetapkan peraturan-peraturan yang mendukung bagi terciptanya iklim investasi yang lebih baik.

Tetapi di dalam pikiran penulis timbul pertanyaan apakah kebijakan-kebijakan pemerintah Indoneia selama ini sudah memadai untuk menyedot modal asing atau tidak. Begitupula penulis sebagai seorang warganegara Korea terdorong untuk meneliti bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia itu terlihat di kaca mata pengusaha Korea, dan apa keluhan mereka sebagai salah satu investor asing terhadap infrastruktur hukum ekonomi Indonesia.

Menurut penelitian Penulis, kenyataannya investor Korea tidak begitu tertarik, bahkan tidak peduli terhadap apa yang telah dilakukan pemerintah. Perhatian utama mereka adalah jaminan keamanan terhadap investasi mereka. Sikap mereka terhadap kebijakan pemerintah sangat ragu-ragu, sebab kebijakan itu seringkali berubah-ubah dan bertolak belakang. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia harus memiliki strategi yang berbeda dalam mengundang investor dari Korea. Pendekatan hukum semata tidak akan memberi output seperti halnya pengusaha dari dunia Barat.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 7: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

DAFTAR ISIHalaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

ABSTRAK..........................................................................................................iii

DAFTAR iSI....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1

B. Pokok Permasalahan......................................................................................10

C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 11

1. Tujuan Penelitian...................................................................................... 11

2. Kegunaan Penelitian................................................................................ 12

D. Kerangka Teoritis........................................................................................... 14

E. Metode Penelitian...........................................................................................18

1. Spesifikasi Penelitian................................................................................19

2. Pendekatan.............................................................................................20

3. Sumber Data........................................................................................... 20

4. Cara Pengumpulan Data...........................................................................21

5. Metode Analis Data.................................................................................. 21

F. Sistematika Penulisan dan Pembahasan.........................................................22

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 8: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

BAB II INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI DI INDONESIA

A. Investasi Asing Dalam Negara Berkembang.....................................................24

B. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Indonesia..................................................... 27

C. Konsistensi dan Kepastian Hukum.................................................................. 46

D. Dihapusnya Diskriminasi Pemelikan Antara PMA Dengan PMDN....................... 64

BAB III BUDAYA HUKUM KOREA

A. Sejarah Dan Pengetahuan Umum Tentang Budaya Korea..................................82

B. Perbandingan budaya Hukum Masyarakat Ko ea dan Amerika...........................95

BAB IV PENGARUH INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI TERHADAP INVESTASI

PERUSAHAAN KOREA DI INDONESIA

A. Profil Perusahaan Korea di Indonesia ....................................................106

B. Sikap Pengusaha Korea di Indonesia terhdap kebijakan Pemerintah..................... 109

1. Etika Bisnis Dan Kepastian Hukum ......................................................... 109

2. Konsistensi dan Kepastian Hukum.............................................................117

3. Tanggapan Pengusaha Korea Terhadap Hukum Ekonomi Indonesia.................121

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 9: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran ...............................

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 10: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia

mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan

di bidang ekonomi. Akan tetapi keinginan ini tidak didukung

oleh tersedianya sumber-sumber dana dari dalam negeri,

mengingat Indonesia masih dihadapkan pada situasi, yang

disebut dengan istilah "lingkaran kemiskinan."

Memang harus diakui, pembangunan ekonomi bukan hanya

membutuhkan dana saja, tetapi sumber daya alam yang banyak,

tenaga terampil yang cukup, manajemen yang baik, stabilitas

politik yang mantap dan faktor-faktor lain. Namun, persoalan

utama terletak pada kebutuhan akan sumber modal untuk

investasi, karena baik pemerintah maupun swasta membutuhkan

dana untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang

dilaksanakan dengan cara mengimpor tenaga ahli (manajemen dan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 11: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

teknologi), jasa maupun barang.

Dalam mengupayakan sumber-sumber tersebut, pemerintah

Indonesia telah banyak menerbitkan kebijakan-kebijakan serta

mengeluarkan hukum-hukum ekonomi. Pemerintah Indonesia

memandang penanaman modal asing sebagai salah satu sumber

pembiayaan pembangunannya, di samping pinjaman luar negeri

dan tabungan masyarakat.

Pada awal dekade 1970an, Pemerintah Indonesia pernah

mengalami "booming" penanaman modal asing, tetapi sejak tahun

1993 penanaman modal asing mengalami penurunan yang cukup

berarti. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyak pesaing

yang menawarkan berbagai kemudahan dan insentif yang lebih

menarik daripada Indonesia, misalnya negara Vietnam dan Cina.

Pada sisi lain kebijaksanaan investasi yang dikeluarkan

pemerintah Indonesia kurang menarik bagi penanaman modal

asing. Oleh karena itu pelbagai kebijaksanaan pemerintah

dalam mengeluarkan deregulasi dan debirokratisasi harus

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 12: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

dijalankan secara konsisten untuk lebih meningkatkan

penanaman modal asing, baik terhadap perundangan-undangan

penanaman modal asing maupun terhadap peraturan lain yang

terkait. Tanggapan masyarakat pada umumnya dan dunia usaha

pada khususnya, terhadap tindakan-tindakan pemerintah

tersebut, sangat positif. Hal ini disebabkan terutama karena

apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia diartikan

sebagai usaha untuk mengurangi dan menghapuskan berbagai

jenis peraturan yang menghambat dan membatasi, serta campur-

tangan pemerintah yang berlebihan dalam kegiatan ekonomi.

Kemudahan yang dituju dalam pengaturan bidang ekonomi

adalah membantu kelancaran usaha para pelaku ekonomi, yaitu

Koperasi, perusahaan negara (Perjan, Persero, Perum, atau PN),

perusahaan swasta, maupun para pengusaha perorangan. Harapan

itu didasarkan pada pendapat yang memandang perbaikan

infarstruktur hukum ekonomi sebagai suatu cara supaya dapat

lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga yang lazim disebut

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 13: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

"social cost". Dengan demikian, melalui pendekatan tersebut

diharapkan kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat, dapat

lebih meningkat. Selain itu, keberhasilan tindakan-tindakan

pemerintah tersebut, juga akan memungkinkan peningkatan

produktivitas, dan penggalian sumber-sumber usaha yang baru.

Berbagai kebijaksanaan yang telah dipilih oleh pemerintah,

hingga kini telah mencakup berbagai sektor, antara lain

seperti sektor-sektor: angkutan laut, perbankan, perdagangan,

perindustrian, pertanian, penanaman modal dan perpajakan. -

Dalam hal itu harus diakui bahwa khusus untuk kepentingan

para pengusaha PMA dan PMDN telah banyak sekali dilakukan

1 kebijaksanaan deregulasi dalam arti luas, telah dimulai sejak dasa warsa tahun 1960-an, seiring dengan dibukanya kran masuknya modal asing ke Indonesia. Pada 12 April dikeluarkan kebijaksanaan di bidang Ekspor Impor dan Devisa, yang antara lain memberikan kebebasan kepada dunia perdagangan, yang terbelenggu oleh peraturan-peraturan yang berbelit-belit yang mematikan inisiatif masyarakat. Lihat Presiden RI, Kebijaksanaan inisiatif tindakan-tindakan Baru dalam Bidang Ekspor Impor dan Devisa, (Jakarta: Departmen Penerangan RIdan Bank Indonesia, 1970) Hal.15

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 14: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

penyederhanaan yang berkenaan dengan jumlah maupun jenis

perizinan atas sektor-sektor yang telah disebutkan di muka. 2

Tujuan yang indah dicapai melalui pembentukan ketentuan-

ketentuan hukum dalam memperbaiki infarastruktur hukum

ekonomi, adalah akan terwujudnya suatu pola dan watak

tertentu dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu,

tindakan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerinta mengandung

makna sebagai kontribusi bidang hukum dalam mewujudkan sistem

perekonomian pada masyarakat yang sedang dalam proses

membangun ekonominya. Selain itu, tindakan perubahan

Dalam konteks ini, perlu dikemukakan beberapa kebijaksanaan yang dianggap penting, antara lain; a)PK Mei 1986, mengenai penanaman modal, kawasan berikat, dan pemberian kemudahan tata-niaga, serta pembebasan dan pengembalian bea masuk b) PK 24 Desember 1987, yang merupakan upaya lanjutan mengurangi berbagai hambatan nontarif, selain beberapa penyderhanaan izin dan prosedur, yang intinya memberi kebebasan, seperti untuk mendirikan hotel c)PP 17/1992, tentang persyaratan pemilikan saham dalam perusahaan PMA d) PP 20/1994 yaitu tentang pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA. Lihat dan bandingkan Sukamdani SahidGitosardjono, dkk., Bisnis dan Pembangunan Ekonomi,(Jakarta:Cv Haji Mas agung, 1993), hal. 67.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 15: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

infrastruktur ekonomi juga dilaksanakan sebagai upaya untuk

memenuhi tuntutan yang timbul sebagai akibat dari semakin

meningkatnya arus informasi dalam era globalisasi yang kini

tengah berlangsung. Sehingga diharapkan, bahwa dalam

perekonomian Indonesia pada akhirnya akan terbentuk suatu

pola yang saling mempengaruhi, antara kegiatan ekonomi yang

bersifat nasional dengan yang bersifat internasional, yang

melibatkan hukum dengan kaidah-kaidah tertentu, yang secara

doktriner belum tentu harus tunduk pada ketentuan hukum

nasional semata-mata, atau hanya harus tunduk kepada hukum

internasional atau pun kepada hukum asing.

Dalam hubungan dengan bidang hukum ada pendapat yang

mengatakan, bahwa hukum mempunyai empat fungsi, yaitu: a)

hukum sebagai pemelihara ketertiban; b) hukum sebagai sarana

pembangunan; c)hukum sebagai sarana penegak keadilan; d) hukum

sebagai sarana pendidikan masyarakat. 3 Namun selain itu,

3 . Lihat Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 16: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

dapat dikemukakan pula bahwa satu di antara fungsi hukum

dalam perekonomian adalah sebagai sarana untuk melakukan

pemerataan (mewujudkan cita-cita keadilan sosial), yaitu

dengan merinci secara hati-hati kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang diperlukan untuk memanfaatkan segala sumber-sumber yang

ada dengan sebaik-baiknya, sehingga hasil positif yang

dicapai melalui peranan pemerintah dalam perekonomian tidak

diragukan. Dengan demikian jelas terlihat adanya keterkaitan

yang saling mempengaruhi antara ekonomi dan hukum.

Sementara itu, para pengamat perekonomian menyatakan

bahwa kondisi perekonomian nasional menunjukkan kondisi

adanya peningkatan efisiensi di beberapa sektor ekonomi,

terutama di sektor-sektor di mana tidak terjadi peningkatan

efisiensi, ternyata telah berlangsung peningkatan konsentrasi

industri,baik dalam pemilikan maupun kartel produksi, dan

penentuan harga. Sebagai contoh konsentrasi pemilihan atau

Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1988), Hal. 10

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 17: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

kartel harga tersebut adalah di sektor industri-industri

minyak nabatai, semen, otomotif, dan bahan plastik. 4

Kondisi ekonomi sebagaimana diuraikan di atas,

menggambarkan berlangsungnya iklim berusaha yang masih

memerlukan upaya tertentu dari pemerir.tah untuk menciptakan

iklim kompetisi yang sehat. Upaya itu dapat dilakukan melalui

perubahan infrastruktur hukum ekonomi Indonesia yang

merangsang masuknya investasi asing, dan mendorong

terciptanya kerja sama antara modal asing dan modal nasional,

yang diharapkan akan dapat menghilangkan konsentrasi

kepemilikan dan kebijaksanaan kartel, serta memacu

terciptanya iklim bisnis yang sehat dan kompetitif. Dalam

pada itu, kebijaksanaan yang dimaksudkan untuk membuka

peluang dalam meraih investasi, dan menggalakkan joint

venture, masih diganjal oleh beberapa kendala. Para investor

4 Rizal Ramli, "Deregulasi: Suatu Evaluasi Kritis". Republika, (3 Maret 1993):6

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 18: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

masih dihadapkan antara lain pada masalah-masalah yang

mencakup: a) infrastruktur yang kurang memadai, b) insentif

yang kurang bersaing, c) stabilitas nasional yang kurang

mantap, dan d) masalah kepastian hukum dan pelaksanaan hukum

yang masih belum memadai. ‘J

Permasalahan tersebut di atas sebenarnya juga tidak dapat

dilepaskan dari rasa keadilan, kepatuhan, dan tujuan yang

hendak dicapai oleh suatu kebijaksanaan. Masalah-masalah

terakhir ini, juga tergantung dilihat dari sudut mana. Dalam

kaitannya dengan iklim investasi, terdapat beberapa pihak

yang berwenang dan berkepentingan, yaitu BKPM, yang juga

terdiri dari BKPM Pusat dan BKPM Daerah, di samping Presiden,

instansi/departemen teknis lain yang terkait, investor (asing

dan domestik), bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan bukan

bank, konsumen/ pemakai jasa, serta kepentingan pemerintah

5 Felix 0. Soebagio. "Deregulasi, Kepastian Hukum, dan Usaha Memantapkan Iklim Investasi". Hukum Dan Pembangunan (5Oktober 1990): 432

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 19: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pusat dan kepentingan Pemerintah Daerah Tk. I dan Tk. II

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis sebagai

seorang warganegara Korea merasa tertarik untuk menelaah dan

mengkaji pengaruh infrastruktur dan pelaksanaan hukum ekonomi

terhadap investasi dari pengusaha Korea. Dikhususkan pada,

sejauh manakah berpengaruhnya kebijakan-kebijakan pemerintah

Indonesia dalam perubahan infrastruktur hukum Ekonomi

terhadap jumlah investasi dari pengusaha Korea baik itu

meningkat ataupun merosot. Begitu pula bagaimana kebujakan-

kebijakan pemerintah Indonesia itu terlihat di kaca mata

pengusaha Korea serta apa kesan ataupun keluhan-keluahna yang

mereka miliki.

B . Pokok permasalahan

Berdasarkan berbagai penjelasan yang telah diuraikan di

muka, maka penulis berusaha membatasi persoalan pengkajian

dan penulisan tesis ini pada masalah pokok yang menjadi

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 20: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

substansi tema sentral, yang dianggap penting dan relevan,

yaitu sebagai berikut,

1. Apakah pengusaha Korea mementingkan masalah hukum

dalam melakukan investasi di Indonesia?

2. Apa peneyebab pengusaha Korea bersikap demikian?

3. Apa yang menjadi perhatian dan keluhan dari

pengusaha Korea dalam hal yang terkaitan dengan

investasi.

Oleh karena banyaknya masalah dan luasnya bidang penanaman

modal, penelahan dibatasi pada pokok-pokok permasalahan

tersebut di atas.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1) Apakah ketentuan-ketentuan hukum ekonomi dan

infrastruktur yang sudah ada cukup memadai untuk

meraih investasi dan menggalakkan kerja sama dengan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 21: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pengusaha asing?

2) Sejauh manakah kuatnya pengaruh infrastruktur dan

pelaksanaan hukum ekonomi terhadap investasi oleh

pengusaha Korea?

Pengetahuan tentang pokok-pokok persoalan tersebut,

diharapkan dapat menjawab permasalahan bagaimana keterkaitan

antara bidang hukum dan kegiatan ekonomi di bidang bisnis.

Bagi pihak pemerintah, sebagai pembuat aturan main dalam hal

investasi, semoga tesisi ini dapat menjadi bahan analisa

terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan dalam hal

investasi dikaitkan dengan banyaknya investor yang menanamkan

modalnya. Hal ini sangat penting mengingat minat investor

dalam menanamkan modalnya tergantung dari kebijakan dan

fasilitas, serta iklim investasi yang menarik. Diharapkan

pada masa yang akan datang pemerintah dapat menciptakan iklim

investasi yang sedemikian menarik sehingga mampu mengundang

lebih banyak lagi investor asing, terutama para pengusaha

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 22: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Korea untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

2. Kegunanan Penelitian

Penulisan tesis ini, diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai salah satu bahan kepustakaan hukum, dan sebagai bahan

masukan dalam merumuskan kebijaKsanaan-kebijaksanaan tentang

kegiatan bisnis pada umumnya. Dengan harapan, tesis ini dapat

dimanfaatkan untuk membantu menegakkan citra hukum dan untuk

mewujudkan hasil-hasil yang memadai dalam hal-hal beriktu:

1 ) dipergunakan untuk menyusun dan merancang

kebijaksanaan pemerintah dalam menggalang,

mengendalikan, serta menunjang dan memacu kegiatan

bisnis pengusaha asing, melalui ketentuan-ketentuan

hukum ekonomi yang tepat

2 ) dipergunakan untuk melaksanakan penyesuaian atau

regulasi muatan suatu peraturan perundang-undangan,

sebagai upaya restrukturisasi perekonomian

3 ) dijadikan sumber informasi yang berguna bagi

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 23: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pengusaha-pengusaha Korea, untuk memahami hak-hak

dan kewajiban-kewajibannya dalam praktek investasi,

agar terwujud watak aktivitas perekonomian yang

berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis. (yang

dijamin oleh kepastian hukum).

D. Kerangka Teoritis

Kerangka teori yang menjadi dasar analisis persoalan-

persoalan dalam penulisan tesis ini, adalah konsepsi-konsepsi

yang dilandasi oleh definisi yuridis, peratuan perundang-

undangan, dokumen, tulisan dan pendapat para pakar atau ahli

yang kompeten.

Sebagaimana diterangkan di muka, untuk memacu

pembangunan melalui pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah

berusaha menggalakkan peranan sektor swasta, antara lain

dengan menarik investasi asing. Di samping itu, pemerintah

juga melakukan upaya-upaya penyederhanaan prosedur perizinan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 24: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

melalui berbagai kebijaksanaan deregulasi di bidang penanaman

modal asing.

Pada tahun 1966 telah berkembang kesadaran yang

dituangkan dalam TAP MPRS XXIII/1966, bahwa pembangunan tidak

mungkin dimu_ai tanpa pemulihan ekonomi yang ketika itu tidak

terkendali dan tidak sehat. Inflasi yang parah dan yang

berlangsung tidak terkendali, harus dihentikan. Dan lembaga-

lembaga ekonomi yang tidak berfungsi sebagaimana semestinya,

harus ditata kembali, agar roda ekonomi dapat berputar lagi.

Sejalan dengan kesadaran ini, maka modal (sumber-sumber

dana) asing dipersilahkan masuk lagi baik melalui investasi

langsung (direct investment) maupun melalui kredit untuk

investasi, atau melalui pinjaman dengan disertai suatu

perjanjian pinjaman (loan agreement) 6

Dalam konteks ini, maka seyogyanyalah pranata hukum

6 Lihat BPHN, Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perkreditan, (Jakarta: Binacipta, 1987), hal.33

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 25: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

juga mulai dibina dan difungsikan, tidak saja untuk menunjang,

tetapi juga sebagai pengarah, dan sekaligus pengendali

perekonomian. Untuk dapat berfungsi demikian, maka diperlukan

pranata hukum yang berkualitas, 7 di samping pranata ekonomi.

Melalui pendekatan ekonomi diharapkan agar pranata hukum

didesain dengan memperhatikan konsep: maksimalisasi,

keseimbangan, dan efisiensi. Pranata-pranata hukum

tersebut seyogyanya difungsikan berdasarkan kaidah-kaiaah

atau asas-asas hukum ekonomi nasional, dan dijadikan muatan

kebijaksanaan deregulasi atau regulasi. Asas-asas atau

prinsip-prinsip hukum ekonomi nasional tersebut, adalah: 1 )

asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; 2) asas

persamaan; 3) asas usaha bersama; 4) asas kekeluargaan;

5)asas musyawarah untuk mufakat; 6) asas manfaat; 7) asas

7 Ch. Himawan, "Pendekatan Ekonomi terhadap Hukum sebagai Sarana Pengembalian Wibawa Hukum". Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap pada FH UI, Jakarta

e Ibid

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 26: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

perlindungan dan pembinaan pihak yang lemah (pasal 34 UUD

1945) 9

Berkenan dengan hal ini, perlu diingatkan bahwa suatu

kebijaksanaan atau peraturan yang akan dibuat tersebut,

sangat dipengaruhi oleh taraf mekanisme sinkronisasi

perundang-undangan yang terkait. 10 Hal ini pula yang menjadi

ciri khas suatu negara berkembang yang dapat dikatakan telah

berhasil dalam suatu tahap pembangunan. Selain itu, untuk

memacu hasil-hasil pembangunan hingga sejalan dengan

globalisasi ekonomi, agar Indonesia dapat duduk sama rendah

dan berdiri sama tinggi dengan negara-negara lain di arena

percaturan internasional, seyogyanya dalam pengembangan

ekonomi pasar, pemerintah memperhatikan pula aspek hukum

9 Sunaryati Hartono, "prinsip-prinsip Hukum yang Berkaitan dengan pengembangan Pasar di Indonesia," Pada temu karya Aspek Ekonomi dan hukum pengembangan Pasar, Jakarta, 3 Maret 1992, hal. 5.

10 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiolog Hukum bagi Kalangan hukum, cet. 3, (Bandung:Alumni, 1981) , hal. 48

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 27: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

transnasional.

Aspek-aspek hukum tersebut meliputi hukum nasional, hukum

internasional, hukum asing dan hukum perdata internasional.

Dengan demikian, maka deregulasi yang dilakukan tersebut,

yang pada dasarnya merupakan produk hukum, karena menyangkut

peraturan yang diharapkan memberikan dampak yang luas dalam

perekonomian nasional sebagaimana diharapkan oleh masyarakat,

akan mempermudah pelaksanaan aktivitas dalam dunia

perekonomian.

E. Metode Penelitian.

Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di

dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-

cara seseorang ilmuwan mempelajari, menganalisis dan memahami

lingkungan-lingkungan yang dihadapinya. Metodologi

menjelaskan bagaimana penelitian harus dilakukan. Metodologi

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 28: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

merupakan "blue print" dari penelitian.

1. Spesifikasi Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini tergolong dalam penelitian

ilmu hukum. Cara penalaran ilmu hukum dapat dibagi dua, yaitu

proses analitis dan proses dialektis. Dan proses analitis itu

sendiri dapat dibagi dua sifat, yaitu deduktif dan induktif.

Sedangkan proses dialektis dapat dibagi dua sifat, yaitu

explanasi dan justifikasi. Tetapi penulis memilih pendekatan

kualitatif dengan menerapkan proses penalaran analitis yang

bersifat induktif. 11 Penelitian ini dimaksudkan untuk

membahas secara teoritik mengenai sikap pengusaha Korea

terhadap infrastruktur hukum ekonomi di Indonesia. Bahan-

bahan penulisan diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan

dan wawancara terhadap para pengusaha Korea yang berada di

Indonesia.

11 Edgar Bodenheimer. "Seventy Five Years of Evolution in legal philosophy" yang disajikan pada coloqui internasional Sobre LXXV di Mexico City, September,1976)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 29: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan tesis ini

bersifat ilmu hukum, yang di dalamnya tercakup pendekatan

yuridis (yang utama), dan dikaitkan dengan pendekatan

ekonomis, sosiologis, filosofis dan politis. Pendekatan

yuridis di dalamnya meliputi penelaahan dari aspek hukum

ekonomi. Agar pendekatan lebih bersifat kemprehensif, maka

ditempuh pula studi perbandingan hukum (budaya hukum) Korea

dengan hukum (budaya hukum) Amerika atau dunia Barat.

3. Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari:

a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu peraturan

perundang-undangan, kebijakan-kebijakan Pemerintah,

serta yurisprudensi;

b. Bahan hukum sekunder, yakni; buku teks, laporan

lz C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke 20, Cet. I. (bandung: Alumni, 1994),hal.43.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 30: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

penelitian, artikel ilmiah, Rancangan Undang-undang,

dan data statistik keuangan;

c. Bahan hukum tersier. Bahan ini dijadikan sebagai

pedoman untuk mengkaji bahan primer dan sekunder,

yang diperoleh dari kamus, bibiografi dan

ensiklopedia.

4. Cara pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penulistan tesis ini dilakukan

melalui studi kepustakaan dengan mengkaji sejumlah literatur

seperti; peraturan perundang-undangan, buku, artikel, makalah,

laporan hasil penelitian, majalah, dan surat kabar yang

berkenaan dengan infrastruktur hukum ekonomi di Indonesia dan

hukum budaya Korea. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

5. Metode Analisis Data

1J Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. III, (Jakarta:Rajawali, 1990), hal. 14-15

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 31: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap

berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap analisis. Pada

tahap ini data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai

berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai

untuk menjawab permasalahan. Selanjutnya, dilakukan analisis

permasalahan dengan pendekatan analitis kualitatif serta

disajikan secara deskriptif analitis.

F. Sistematika Penulisan dan Pembahasan

Agar dapat memberikan gambaran umum tentang konteks

penulisan tesis ini, maka dibuat uraian garis besar

sistematika penulisannya. Keseluruhan tesis dibagi dalam lima

bab, dengan kerangka penulisan sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Infrastruktur Hukum Ekonomi di Indonesia

Bab III : Profil Budaya Hukum Korea

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 32: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Pengaruh Infrastruktur Hukum Ekonomi

Investasi Pengusaha Korea di Indonesia

Penutup (Kesimpulan dan Saran)

Terhadap

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 33: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Bab II

Infrastruktur Hukum Ekonomi di Indonesia

A. Investasi Asing dalam negara berkembang

Negara yang sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa

pembangunan ekonominya akan berkembang jika memanfaatkan

modal asing. Modal asing ini dimanfaatkan untuk mengembangkan

sektor-sektor yang produktif. Untuk aliran modal asing yang

lebih besar diperlukan adanya iklim yang lebih baik yang

diciptakan secara sedemikian rupa sehingga modal asing

tersebut dapat diikutkan pada pelaksanaan pembangunan ekonomi

Pokok permasalahan yang muncul adalah bagaimana menjamin

dua kepentingan tersebut, yaitu penanaman modal asing dan

negara yang menerima modal asing tersebut. Penanaman modal

asing ke negara yang sedang berkembang pada prinsipnya

bersangkutan dengan, tiga aspek, yaitu ekonomi, politik dan

hukum. Ketiga aspek tersebut mempunyai efek terhadap masuknya

modal asing ke suatu negara. Usaha untuk menarik modal asing

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 34: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

di negara yang sedang berkembang umumnya merupakan bagian

dari rencana pembangunan ekonomi negara tersebut.

Pemberlakuan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada tahun

1967 merupakan suatu kondisi yang menjadi dasar dari

penerimaan dan undangan bagi masuknya modal asing. Meskipun

demikian, pada kenyataannya modal asing akan selalu mencari

obyek investasi yang menarik, mendatangkan untung dan aman.

Dalam pengoperasian modal asing tersebut modal asing

selalu berusaha mendapatkan perlindungan sesuai dengan pasal

dalam UU Penanaman Modal Asing, di satu pihak mereka juga

mengusahakan perlindungan dari negaranya sendiri atau dari

organisasi-organisasi keuangan internasional atau bahkan

mereka membentuk apa yang disebut multinational Corporation.

Dorongan untuk membentuk satu kerjasama joint venture umumnya

menjadi keinginan baik penanam modal asing maupun negara

penerima modal asing, namun kerjasama yang demikian

mengandung beberapa permasalahan khusus karena adanya

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 35: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

kepentingan serta background masing-masing yang berbeda,

sehingga dapat disimpulkan bahwa dorongan untuk kerjasama

tersebut mengandung pertentangan-pertentangan. 14

Di negara berkembang sendiri sudah ada konflik antara

pihak yang menghendaki pembangunan ekonomi dengan

memanfaatkan modal asing dengan pihak lain yang tidak

menghendaki adanya modal asing.

Dari segi penanaman modal asing motif mencari untung akan

selalu diutamakan dengan tidak memperdulikan apakah program

operasinya selaras dengan rencana pembangunan dari negara

penerima modal asing tersebut atau tidak. Selain itu, bagi

negara pengekspor modal, kegiatan penanaman modal asing

tersebut dianggap sebagai suatu bentuk perluasan politik dan

sebagai suplemen untuk mendapatkan perkembangan perdagangan

dalam negeri mereka. Pada saat ini baik negara berkembang

maupun negara maju telah sama-sama menyadari dan mengusahakan

14 Sumantoro, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal/ Problems of Investment in Eguities and inSecurities, (Jakarta: Binacipta, 1985), hal 29

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 36: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta, hal mana

mengakibatkan meningkatnya penanaman modal dari negara maju

ke negera berkembang.

Bentuk konkrit dari kerjasama tersebut antara lain berupa

tax inducement, multilateral convention on treatment of

inventors, Internasional Investment Guarantee.^5

Di bawah ini penulis hendak memperhatikan kebijakan-

kebijakan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk

memperbaiki infrastruktur hukum ekonomi Indonesia untuk

menarik penanaman modal asing.

B. Kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia

Laporan pembangunan dunia, yang dibuat oleh Bank Dunia pada

tahun 1988 menyatakan bahwa negara-negara berkembang yang

mengalami pertumbuhan paling lambat mempunyai empat ciri

utama yaitu; tingkat utang luar negeri yang tinggi,

ketidakseimbangan segi makro-ekonomi utama, pasar mengalami

i5 ibid (hal 35

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 37: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

distorsi dan keadaan yang tidak fleksibel, serta

kebijaksanaan yang tidak cepat tanggap. 16

Indonesia dalam hal itu mengalami masa-masa pertumbuhan

tinggi selama (1969-1980/1981) dengan rata-rata 6-7%. Setelah

itu, pertumbuhan cenderung terus menurun, dalam kurun waktu

tahun seperti berikut ini; 1982(2.2%), 1983 (4.2%) , 1984(6%),

1985 (1,9*), dan 1986 (2%), * yang menyebabkan turunnya bobot

kebijaksanaan negara yang sebelumnya terus meningkat. Bobot

kebijaksanaan negara adalah penyaluran "berkah minyak"

melalui APBN serta sistem moneter. Jadi, untuk memulihkan

keadaan tersebut, pada tahun 1983 dikeluarkan serangkaian

kebijakan yang pada dasarnya merupakan upaya untuk

mengkompensasikan menurunnya penerimaan anggaran dari pajak

atas ekspor minyak, turunnya posisi cadangan devisa dan

16 Rustian Kamaludin, Beberapa Aspek Perkembangan Ekonomi Nasional dan Internasional (Jakarta: LPFE-UI, 1989), hal.9917 Sumitro Dhojohadikusumu, Pelita, 14 Desember, 1991:1

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 38: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

karena berkurangnya ekspor minyak. 18

Dengan demikian, deregulasi dan beberapa kebijakan

pemerintah sebagai jalan keluar segera dilakukan untuk

mengatasi situasi usainya boom minyak, yaitu melalui

peningkatan ekspor nonmigas dan pajak, serta keinginan untuk

efisiensi di sektor perbankan dengan cepat.

Banyak sektor ekonomi yang perlu mendapat perhatian

pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur seperti; sektor-

sektor pembiayaan, perizinan, fasilitas perpajakan, lalu-

lintas devisa, kawasan berikat, penanaman modal asing, dan

masih banyak lagi. Dari sektor-sektor tersebut, tampaknya

pananaman modal asing adalah sektor yang mungkin paling rumit

dan kontroversial dalam kaitannya dengan pembinaan hukum

bisnis nasional.

Tujuan kebijakan pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur

18 ( Syahrir, kebijaksanaan Negara; konsistensi dan implementasi (Jakarta: LP3ES,1987), hal 70)

19 ibid. Hal.167

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 39: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

di bidang PMA adalah untuk lebih memperlonggar persyaratan

yang dikenakan terhadap investasi asing, dan menyederhanakan

prosedur yang harus ditempuh. Tujuan pemberian kemudahan

kepada investor asing dimaksudkan agar lebih menarik untuk

menanamkan modalnya ci Indonesia sehingga kondisi dan

kemungkinan di negara ini akan menjadi lebih kompetitif

apabila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Contohnya adalah dalam Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986

{Pakem 8 6) di mana ditentukan bahwa perusahaan PMA akan

diperlakukan sama dengan PMDN, apabila perbandingan antara

saham nasional, saham yang dijual, dan saham yang

dimasyaratkan, yaitu berturut-turut 75%:45%:20%. Tetapi,

tidak sampai dua tahun kemudian, ketentuan itu diubah lagi

untuk lebih memberikan keleluasaan kepada modal asing.

Melalui Paket Kebijakan 24 Desember 1987 (Pakdes 87),

persentasi komposisi kepemilikan saham tersebut berturut-

turut menjadi 51%:45%:20%.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 40: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Dengan perubahan itu, berarti perusahan PMA yang telah

dipersamakan dengan perusahaan PMDN berhak menggunakan semua

fasilitas yang diberikan pemerintah kepada perusahaan PMDN.

Misalnya, masuk di bidang usaha yang sudah tertutup bagi PMA,

tetapi masih terbuka bagi PMDN, memperoleh kradit dari bank

pemerintah, dan langsung mendistribusikan hasil produksinya

ke pasar-pasar domestik.

2a. Paket Deregulasi

Selain itu, batas waktu untuk peningkatan saham nasional

juga diperpanjang dari 10 tahun (Paket Mei 8 6) menjadi 15

tahun, dengan kemungkinan diperpanjang 5 tahun (Paket

Desember 87) . Kebijakan ini, dianggap memberikan kepastian

dan ketenangan berusaha bagi investor asing, karena dalam

praktek investasi selama ini, ternyata ada beberapa partner

investor atau mitra usaha nasional, yang belum mampu

mengambil alih saham-saham dalam waktu yang telah ditentukan,

sebagaimana dimungkinkan oleh peraturan perundangan di bidang

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 41: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

PMA. Dalam Paket Desember '87' itu, juga terdapat fasilitas,

dibebaskannya penggunaan tenaga kerja asing, baik sebagai

direktur maupun sebagai tenaga ahli. Pemberian izin ini

disertai syarat, yaitu bahwa perusahaan PMA yang bersangkutan

harus mengekspor sebagian besar hasil produksinya. Dalam

ketentuan sebelumnya, jumlah tenaga kerja asing yang boleh

digunakan perusahaan PMA memang dibatasi, yaitu hanya untuk

menduduki jabacan-jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga

kerja Indonesia. Selain itu, kepada PMA yang mengekspor hasil

produknya sekurang-kurangnya 65% diberikan penangguhan atau

pembebasan pajak(Pakdes 87). Padahal, sebelumnya untuk

mendapatkan fasilitas yang sama, PMA harus mengekspor seluruh

atau sekurang-kurangnya 85% dari hasil produksinya. Dalam

hubungan dengan suatu joint venture, sebenarnya ketentuan

mengenai keharusan peningkatan penyertaan modal nasional

merupakan sesuatu yang wajar, oleh karena seringnya dominasi

modal asing dilihat sebagai simbol penguasaan ekonomi oleh

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 42: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

negara-negara industri maju, yang dianggap seoagai ancaman

terhadap otonomi dan kedaulatan negara-negara yang sedang

berkembang. 20

Untuk meningkatkan antusiasme para investor asing dalam

menjalankan u~ahanya, maka melalui Paket Mei 1986 pemerintah

memberikan ketentuan perpanjangan waktu usaha selama 30 tahun,

apabila PMA yang bersangkutan memperluas usahanya, sehingga

jangka waktu PMA menjadi 60 tahun setelah diperpanjang. Izin

usaha yang relatif masih singkat ini, oleh investor asing

yang akan memasuki bisnis di sektor perkebunan, mungkin

dijadikan bahan pertimbangan yang memberatkan. Hal itu

terjadi, sebab mereka dapat membandingkannya dengan negara

lain, misalnya Malaysia, Vietnam dan Cina. Mungkin Indonesia

berprinsip tidak akan menawarkan lebih dari yang sepatutnya

disediakan bagi penanaman modal, khususnya PMA. Kebijakan ini

dilandasi oleh wawasan politik yang diwujudkan menjadi suatu

Lihat juga, Investing in ASEAN (a Publication of the Asean Secretariat, 1991), pp 90.)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 43: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

prinsip ekonomi, bahwa modal asing adalah pelengkap dari

pembangunan.

Dalam hal itu, untuk mengantisipasi kendala dan hambatan

yang mungkin timbul dalam penanaman modal, terutama modal

asing, maka BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal) telah

melakukan perombakan penting dalam proses pengurusan

penanaman modal asing, termasuk lebih mengefisienkan

organisasinya. Jika dahulu perusahaan harus membayar

konsultan untuk mengisi daftar aplikasi yang begitu rumit,

maka sekarang formulir pendaftaran dapat diisi sendiri karena

mudah dan praktis. Kondisi positif yang perlu dicatat adalah

bahwa waktu untuk memproses perizinan yang menjadi semakin

singkat. Mengenai hal ini, Ketua BKPM, Sanyoto Sastrowardoyo,

menyatakan bahwa "hasil yang telah dicapai setelah diadakan

berbagai perombakan dan pembenahan adalah sangat positif".

Untuk lebih mendukung kondisi tersebut, maka pemerintah

Indonesia melakukan lagi deregulasi atas ketentuan-ketentuan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 44: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

penanaman modal asing dengan PP No. 17/1992 pada tanggal 16

April 1992. Melalui PP tersebut, investor asing berhak

menguasai 100% saham dalam setiap proyek PMA yang bernilai

modal disetor minimal US$50.000.000 tanpa harus menyertakan

lagi pengusaha Indonesia sebagai mitra lokalnya.

2b. Kebijakan dalam kaitan dengan UU No. 1/1967

Dalam hubungan itu, di dalam UUPMA No. 1/1967, sebenarnya

tidak terdapat sesuatu ketentuan yang mewajibkan perusahaan

penanaman modal asing mempunyai mitra lokal. Dan tidak pula

ada larangan atas keberadaan suatu perusahaan yang 1 0 0%

terdiri dari modal asing. Tetapi di dalam UU tersebut memang

ada pengaturan tentang kemungkinan diadakannya kerja sama

(Joint Ventures) antara modal asing dengan modal dalam negeri

atau mitra lokal, tetapi tidak melarang bentuk-bentuk PMA

yang memiliki perusahaan dengan pemilikan modal atau saham

sebesar 100%. Sebenarnya, baru pada tahun 1974, setelah

meletus Peristiwa Malari, telah dilakukan pembatasan terhadap

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 45: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

PMA. Saat itu pemerintah menetapkan bahwa investor asing yang

akan menanam modal di Indonesia harus berpatungan dengan

pengusaha lokal atau perusaan domestik. Pembatasan pemilikan

saham PMA juga tercantum dalam GBHN 1988, di mana secara

eksplisit dinyatakan bahwa penanaman modal asing harus

dilaksanakan dengan membentuk usaha patungan. Kebijaksanaan

PP 17/1992 tersebut, masih mempertahankan adanya keharusan

Indonesianisasi pemilikan saham, tetapi ketentuannya telah

lebih diperlonggar. Sebenarnya ketentuan yang berlaku

mengharuskan kepemilikan saham oleh mitra lokal sekurang-

kurangnya sebesar 51% setelah perusahaan bersangkutan

berproduksi komersial selama 15 tahun, jadi menurut ketentuan

PP No.17/1992, PMA tersebut diharuskan menjual 15% sahamnya

kepada masyarakat Indonesia dalam waktu 5 tahun setelah

proyek atau usaha PMA itu memulai produksi komersialnya.

Kemudian setelah itu, dalam kurun waktu 20 tahun selanjutnya

perusahaan itu sudah mengalihkan sahamnya kepada masyarakat

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 46: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Indonesia, agar kepemilikan nasional itu menjadi minimal 20%

dari seluruh nilai saham. Cara pengalihan saham itu, juga

dapat dilakukan dengan cara menjual saham-saham tersebut di

pasar modal dalam negeri. Dikeluarkannya deregulasi 1992

tersebut di atas dianggap perlu untuk memperebutkan modal

pada saat itu, karena Indonesia bersaing tidak saja dengan

negara tetangga, tetapi juga dengan negara-negara yang baru

membuka diri dan lebih agresif dalam menarik modal asing,

seperti RRC dan Vietnam, serta negara-negara di Asia Selatan

bahkan Eropa Timur. Ketentuan lainnya dari PP No.17/1992 ini,

ialah bahwa investasi asing dari suatu PMA yang sudah

beroperasi, juga diberi peluang untuk mendirikan perusahaan

PMA baru, atau membeli saham perusahaan lain di Indonesia,

dapat dikemukakan bahwa ketentuan tentang masyarakat Indonesia itu adalah dalam arti luas, dapat orang perorang warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia, atau lembaga internasional yang mendapat perlakukan sama dengan badan hukum Indonesia, yaitu ADB (Bank Pembangunan Asia), IDB (Bank Pembangunan Islam), dan IFC (International Finance Corporation). (Lihat penjelasan pasal 4 ayat (2) PP No. 50/1993 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 47: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

baik yang baru maupun yang sudah lama berdiri. Kelonggaran

ini untuk mengembangkan usaha termasuk membeli saham

perusahaan Indonesia baik PMA maupun PMDN, dimungkinkan

dengan syarat, sepanjang bidang usahanya tetap terbuka untuk

penanaman modal asing. Untuk mendirikan suatu perusahaan PMA

baru, sumber dana yang dapat digunakan adalah laba yang

ditanam kembali atau sumber dana lain. Sedangkan untuk

memberi saham perusahaan yang sudah beroperasi, hanya

dibenarkan dengan menggunakan laba yang dimilikinya. Semua

penyertaan laba perusahaan PMA itu akan tetap dianggap

sebagai penyertaan asing, yang tunduk pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Dalam hal pengembangan perusahaan dalam rangka PMDN yang

sudah beroperasi, PMA dimungkinkan membeli maksimum 80% dari

total saham PMDN tersebut. Syaratnya adalah bahwa dalam tempo

20 tahun setelah saham-saham itu disetujui untuk dibeli,

harus dikembalikan kepada pihak Indonesia menimal 51%.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 48: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Maksudnya adalah agar PMDN yang beralih menjadi PMA itu bisa

kembali menjadi PMDN lagi lewat program divestasi setelah

saham terseut dikuasai PMA selama jangka waktu 20 tahun.

Kemudian pada tanggal 23 bulan Oktober 1993 pemerintah telah

mengeluarkan serangkaian paket deregulasi. Di dalamnya

terdapat PP No. 50/1993 yang menyatakan bahwa ppl7/1992 tidak

lagi berlaku. Ketentuan dalam PP 50/1993 ini dimaksudkan

untuk lebih lagi mendorong investasi di Indonesia, dengan

maksud agar mayarakat lebih tertarik untuk turut serta

membiayai proyek-proyek investasi. Misalnya BUMN atau

perusahaan swasta nasional dibolehkan untuk "go

internasional" antara lain dengan syarat bahwa dari modal

yang ditanamkan di luar negeri tersebut, hasilnya harus

kembali dibawa ke Indonesia. Hasil investasi yang diperoleh

dari luar negeri tadi, harus bisa digunakan untuk investasi

di dalam negeri. Dalam paket deregulasi tersebut, yang

menyangkut perizinan ternyata lebih berani antara lain

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 49: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

dinyatakan bahwa ketentuan tentang pencadangan tanah dihapus.

Selanjutnya investor langsung berhubungan dengan Badan

Pertanahan Nasional (BPN) untuk mendapatkan izin lokasi.

Kemudian izin lokasi langsung dikeluarkan oleh KDH TK. II,

sedangkan HO diserahkan pengurusannya kepada Sekwilda. Dengan

demikian masalah waktu dan biaya sudah di "by pass".

Sedemikian rupa, sehingga pembiayaan menjadi minimal. "

Sebenarnya, untuk meningkatkan masuknya PMA, Indonesia

harus mampu mengatasi kendala eksternal maupun internal yang

mempengaruhi kegiatan investasi. Keadaan Eksternal tersebut

misalnya adalah turunnya jumlah modal yang direlokasi dari

negara-negara maju ke negara berkembang beberapa tahun

terakhir ini. Apabila pada tahun 1987 investasi ke negara

berkembang 2 2%, jika dibandingkan dengan arus investasi di

seluruh dunia, jumlah itu semakin turun, bahkan pada tahun

22 Lihat Info Finansial edisi N0 .8/V 15 Desember 1993:10, dan majalah Warta Ekonomi No.23/TH V/l Nopember 1993:12

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 50: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

1991 tinggal 16,5%. 23 Memang sebenarnya, aiakui atau tidak,

dunia usaha sangat membutuhkan adanya perangkat peraturan

kepemilikan saham PMA. Hal itu penting sebagai azas legalitas

dan keamanan investasi asing di dalam negeri, serta guna

menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional sambil

meringankan beban neraca pembayaran pada masa-masa yang akan

datang. Apalagi secara nasional telah disepakati untuk

melaksanakan restrukturisasi anggaran, dalam rangka

mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan dari sumber-

sumber pinjaman luar negeri seperti yang dijabarkan dalam

APBN 1992/1993. Meskipun demikian, Indonesia harus tetap

mewaspadai peran modal asing dengan mengadakan peraturan agar

tidak sampai mendominasi pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh

karena itu, seyogyanyalah peraturan pemilikan saham PMA di

Indonesia, dirancang dengan mengacu pada filsafat ekonomi

Pancasila dan UUD 1945, yang membatasi operasi PMA pada

Lihat juga Info Finasial No. 8/V/ 8 (Desember: 1993) : 9

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 51: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

jenis-jenis usaha yang tidak vital atau menguasai hajat hidup

orang banyak. Misalnya dengan mendorong PMA agar berpatungan

dengan pengusaha kecil dan koperasi serta perusahaan

pemerintah yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak atau

rakyat Indonesia.

Peranan PMA di suatu negara berkembang seringkali menjadi

obyek yang kontroversial. Di satu sisi, PMA itu dibutuhkan

karena kegiatan ekonomi dan pembangunan memerlukan modal,

teknologi, pengetahuan, keahlian dan jasa yang banyak. Di

sisi lain, untuk mengundang PMA, perlu diciptakan iklim

bisnis yang menunjang, pembangunan sarana dan prasarana,

pembenahan birokrasi, bahkan perlu juga memberi insentif dan

subsidi. Namun ada kekuatiran, jangan-jangan PMA ini akan

menciptakan dominasi ekonomi oleh perusahaan multinasional.

(MNC)

Para pengamat ekonomi menilai bahwa secara substansi

kebijakan deregulasi dalam PP No. 17/92 tidak banyak berubah,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 52: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

karena masih ada ketentuan divestasi. Menurut mereka,

ketentuan ini justru merupakan disinsentif yang lebih besar

dari pada pembatasan pemilikan saham, dan sering tidak

diingini oleh pihak asing.

Tetap dipertahankannya ketentuan tentang divestasi tadi,

menyebabkan kecilnya kemungkinan Indonesia mendapatkan atau

mempunyai akses kepada investasi yang berteknologi tinggi,

Karena tidak ada jaminan perlindungan yang diakibatkannya.

Kalangan pengamat dan pengusaha, justru melihat bahwa

sebenarnya permasalahan yang menjadi kendala penanaman modal,

khususnya dari luar negeri, bukan soal kepemilikan saham yang

tidak boleh 100%. Kendala yang sangat dirasakan berasal dari

keterbatasan prasarana dan infrastruktur, sehingga para calon

investor cenderung mencari negara lain yang mempunyainya

dengan keadaan yang lebih baik, bila dibandingkan dengan

Indonesia.

Pemerintah selanjutnya mengubah PP No. 17/92 dengan PP

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 53: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

No.7/93, di mana dimungkinkannya kepemilikan saham 100% bagi

PMA dengan syarat minimal nilai modal yang disetor

US$50.000.000 dan alokasinya sebagian besar harus ditanamkan

di Indonesia bagian Timur dan Kawasan Batam serta Riau,

i Dengan demikian, selain perubahan ini semua ketentuan dari

kebijakan sebelumnya tetap berlaku, pada akhirnya dicabut

dengan PP No. 50/1993. Selanjutnya PP No. 9/93 mengubah PP

No.24/8 6 tentang jangka waktu PMA. Kebijakan ini

memperkenankan PMA didirikan dengan jangka waktu 30 tahun

terhitung sejak perusahaan "berproduksi komersial". Sedangkan

PP No.50/1993 tersebut di atas pada gilirannya dinyatakan

tidak lagi berlaku melalui PP No. 20/1994.

Sementara itu, bagi PMA yang ingin mengadakan perluasan

usaha, diberi izin maksimal 30 tahun, terhitung sejak

perusahaan perluasan itu berproduksi komersial. Sebelumnya,

tenggang waktu itu diberikan terhitung sejak pendirian badan

hukum dan persetujuan pemerintah atas perluasan usahanya,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 54: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

bukan terhitung sejak perusahaan PMA. tersebut berproduksi

secara komersial. Oleh karena itu sebagai pelengkap

deregulasi di bidang investasi, pemerintah perlu memikirkan

tentang cara-cara perolehan kepemilikan unit-unit usaha yang

demikian besarnya, untuk menciptakan iklim bisnis yang sehat,

sehingga dalam rangka joint venture baik PMDN maupun PMA akan

tercipta jaminan kepastian hukum. Dengan tetap memperhatikan

landasan filsafat hukum, bahwa proses kebijakan-kebijakan di

bidang ekonomi selama ini tidak bertentangan dengan atau

menyimpang dari asas demokrasi ekonomi dan jiwa UUD 1945.

" Dari deskripsi di atas, terlihat bahwa investor asing diberikan kemudahan yang cukup banyak, sehingga para pengusaha lokal mungkin akan menggugat, bagaimana dengan nasibnya nanti, kalau kecenderungan ini berlangsung terus dalam deregulasi yang akan datang. Mengenai hal ini, hendaknya yang selalu menjadi pegangan pemerintah adalah membela kepentingan rakyat/konsumen, ataukah membela kepentingan para produsen domestik dan mitra asingnya, yang karena proteksi plus praktek-praktek kurang wajar dapat membebani rakyat banyak. Lihat Y. Priyo Utomo dan Gatot Triharsa, Peny. Analisis Ekonomi Politik, (Jakarta: Gramedia, 1994), hal.178

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 55: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Dalam hal ini, deregulasi juga perlu diimbangi dengan

regulasi yang mengantisipasi efek pasar terbuka sebagai hasil

dari deregulasi selama ini. Di samping mengatur cara-cara

bersaing yang sehat, bagaimana cara-cara menghindarkan diri

dari, pemusatan kekuatan ekonomi pada beberapa orang saja,

perlu diatur dengan undang-undang.

C. Konsistensi dan kepastian hukum

Hukum sebagai alat pengontrol masyarakat yang formal

sifatnya, bukanlah satu-satunya pranata alat pengawas

transaksi sosial dalam masyarakat. Tradisi misalnya, tidak

kurang kuatnya dibanding dengan hukum dalam menjalankan

fungsinya. Jadi, hukum itu tidak bekerja sendiri dan di ruang

hampa. Hukum yang digolongkan pada alat pengontrol masyarakat

yang formal senantiasa dibayangi atau disaingi oleh mekanisme

yang bekerja secara tidak resmi, akan tetapi kadang-kadang

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 56: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

sering mempunyai kekuatan yang melebihi dan efisien.25

Sementara itu, kondisi umum yang dihadapi oleh negara-

negara sedang berkembang, adalah bahwa mereka harus menangani

masalah-masalah sosial, politik, dan ekonomi yang menumpuk

dan amat besar, sedangkan perkembangan atau perubahan-

perubahan di bidang itu tidak diimbangi dengan kecepatan

pengaturan yang dibutuhkan. Alasan yang dapat di kemukakan

adalah bermacam-macam, mulai dari penyediaan dana, tenaga,

sampai kepada tingkah laku yang dianggap negatif, dan etika

dalam budaya bermasyarakat.

Kompleksitas yang dihadapi oleh pemerintah di negara-negara

berkembang ditunjukkan oleh kenyataan, bahwa mereka

sesungguhnya harus menggarap masalah-masalah yang di negara-

negara industri maju yang dilakukan secara bertahap, yaitu

pembinaan bangsa, pembangunan ekonomi, dan kesejahteraan

sosial. Celakanya basis nilai-nilai dari ketiganya adalah

5 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat dan Pembangunan,(Bandung: Alumni, 1980), hal.47

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 57: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berlainan.

Di Indonesia kompleksitas itu juga terlihat, di mana arus

upaya pemulihan ekonomi melalui deregulasi, sempat dijegal di

tengah oleh spekulasi dollar karena kepanikan sejumlah pelaku

ekonomi, anggota masyarakat, dan pengusaha, yang memiliki

akses kepada akumulasi dana. °

Kejadian tersebut, memberikan gambaran tentang keadaan

masyarakat yang sebenarnya beranjak dari rasa

"ketidakpercayaan" pada pemerintah. Sementara itu,

kepercayaan tidaklah dapat dipaksakan atau diatur dengan

undang-undang. Sebenarnya kepercayaan dapat timbul dari

pembuatan dan pelaksanaan keputusan-keputusan pemerintah,

apabila kebijakan atau keputusan itu membawa hasil yang

memadai dan diingingkan oleh masyarakat banyak. Dalam hal ini,

kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sebenarnya terletak

pada konsistensi sikap pemerintah dalam melaksanakan

26 Ibid. Hal.50-51

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 58: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

kebijakan-kebijakan yang berupaya menuju perbaikan dan

peningkatan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional.27

Dapat dikemukakan bahwa perbaikan iklim ekonomi Indonesia

di masa mendatang, sangat tergantung pada kebijaksanan

pemerintah untuk memperlakukan efisiensi dalam pengalokasian

sumber-sumber dana pembangunan dan ekonomi. Dalam konteks ini,

kebijakan deregulasi pada umumnya dan deregulasi penanaman

modal asing pada khususnya, memerlukan langkah-langkah lebih

lanjut yang lebih konkrit dan lebih mantap lagi.

Kebijakan pemerintah seyogyanya merupakan gerak jantungnya

suatu peraturan perundang-undangan yang dapat memberikan

kepastian hukum, sehingga pihak investor terutama investor

asing, merasa aman dan lebih berani lagi menanamkan modalnya

di Indonesia. Lebih-lebih karena selama ini, sangat banyak

kebijakan pemerintah yang dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan dan kelonggaran hanya bagi investor asing. Namun,

Lihat Syahrir, Kebijaksanaan Negara; Konsistensi dan Implementasi, (Jakarta: LP3ES, 1987), hal. 47-49.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 59: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

nyatanya cara yang ditempuh oleh pemerintah itu belum memadai

dan tidak selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia. Karenanya timbul kesan seolah-olah

kepastian hukum dilecehkan begitu saja.

Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang penanaman

modal, bisa dituangkan dalam bentuk Keputusan Ketua BKPM

(Badan Koordinasi Penanaman Modal), Keputusan Presiden atau

Peraturan Pemerintah, yang menurut hirarki peraturan

perundang-undangan di Indonesia adalah, berada di bawah

Undang-undang. Akan tetapi kenyataannya kebijakan-kebijakan

tersebut sering melangkahi suatu undang-undang. Misalnya

Paket-paket kebijaksanaan 25 Oktober 1986, dan 23 Oktober

1993, serta PP No.20, tanggal 19 Mei 1994.

Latar belakang pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 20

tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang

didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing dilandasi dengan

dasar-dasar pertimbangan yang dimuat dalam konsideransnya,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 60: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

yang berounyi sebagai berikut:

a. bahwa dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, diperlukan langkah-langkah untuk lebih mengembangkan iklim usaha yang semakin mantap dan lebih menjamin kelangsungan penanaman modal asing.

b. bahwa untuk maksud tersebut, dipandang perlu menyempurnakan kembali ketentuan pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan daJ alm rangka penanaman modal asing sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1993.28

Di dalam dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun

1994 dirumuskan landasan yuridis pembentukannya sebagai

berikut :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945, dan2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 4 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943).

Sedangkan apabila kita lihat di dalam Penjelasan Umum dari

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tersebut, maka

':8 Peraturan Pemerintah tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing, PP No. 20, L.N. Tahun 1994 No. 24, T.L.N. No. 3552.29 ibid

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 61: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

alasan alasan dan latar belakang yang mendasari terbentuknya

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tersebut adalah

sebagai berikut :

Dengan terjadinya perubahan struktur politik dan ekonomi di berbagai bagian dunia serta meluasnya globalisasi perekonomian dunia, banyak negara yang dulunya sangat tertutup bagi penanaman modal asing, sekarang telah membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada modal asing dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, pertumbuhan dan memperluas kegiatan ekonominya. Keadaan tersebut telahmenimbulkan persaingan yang semakin tajam dalam penanaman modal asing untuk peningkatan dan perluasan investasi. Perubahan di berbagai belahan dunia dimaksud berlangsung dengan cepat, sehingga mendorong banyak negara melakukan efisiensi perekonomiannya agar kelangsungan peningkatan dan perluasan investasi serta peningkatan produktivitas dapat terjamin. Keadaan ini telah menimbulkan pula persaingan yang sangat tajam dalam perdagangan dunia.Keadaan seperti di atas berlangsung bersamaan dengan upaya bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta memperbarui pembangunan nasionalnya dengan memberikan peranan yang semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan. Peranan tersebut antara lain untuk lebih meningkatkan investasi dan produktivitas serta perluasan pasar ekspor dengan peningkatan daya saing, sehingga terjadi dampak ganda seperti pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, penyerapan bahan/barang yang dihasilkan masyarakat dan peningkatan penerimaan negara dari pajak.Untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam meningkatkan daya asing dalam investasi dan perdagangan dunia

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 62: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

serta alih teknologi, kemampuan managerial dan modal agar semakin mampu meningkatkan investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, maka dipandang perlu memberikan perangsang yang lebih menarik terhadap penanaman modal asing.Guna mencapai sasaran dimaksud, maka dipandang perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing".'

Apabila kita membaca seluruh Konsiderans dan juga

Penjelasan Umum serta Dasar hukum dari pembentukan Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tersebut di atas, maka dapat

kita ambil suatu kesimpulan bahwa pembentukan Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tersebut adalah sebagai

pelaksanaan lebih lanjut dari Undang-undang Nomor 1 Tahun

19 67 tentang Penanaman Modal Asing yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 11 Tahun 19 70. Di samping itu, peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 dibentuk untuk memberikan

kesempatan lebih luas bagi modal asing untuk berusaha di

negara kita dalam rangka menghadapi era globalisasi yang

telah melanda sebagian besar kawasan negara di dunia, dan

30 ibid, Penjelasan Umum.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 63: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

juga diharapkan agar terjadi pertumbuhan ekonomi dan

kesempatan kerja serta peningkatan penerimaan negara yang

bersumber dari pajak.

Hubungan antara Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun

1994

(1) Hubungan antara Pasal 6 ayat (1; Undang-undang Nomor 1

Tahuni967 dan pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 20 tahun 1994

Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 menyebutkan

sebagai berikut:Pasal 6

(1) Bidang-bidang usaha yang terzutup untuk penanaman modal asing secara pengusahaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:a. pelabuhan-pelabuhanb. produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum;

c. telekomunikasi;d. pelayaran;e. penerbangan;f. air minum;

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 64: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

g. kereta api umum;h. pembangkitan tenaga atom;i. mass media.

Sedangkan Pasal 2 ayat (1) yo pasal 5 Peraturan Pemerintah

Nomor 20 Tahun 1994 menetapkan sebagai berikut:

Pasal 2(1) Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Patungan antara modal asing dengan modal yangdimiliki warga negara Indonesia dan/atau badan hukumIndonesia; atau

b. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara dan/atau badan hukum asing.

Pasal 5(1) Perusahaan yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dapat melakukan kegiatan usaha yang tergolong penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak yaitu, pelabuhan, produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik untuk umum,telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum,kereta api umum, pembangkit tenaga atom dan mass media.

Apabila ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) dan Pasal 5 ayat

(1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tersebut

merupakan peraturan pelaKsanaan dari ketentuan Pasal 6

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing, maka terlihat bahwa di sini terdapat suatu

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 65: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

penyimpangan yang sangat tajam, oleh karena ketentuan dalam

Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 yang

menyatakan "Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman

modal asing' dinyatakan oleh Pasal 5 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 20 tahun 1994 dengan 'dapat melakukan

kegiatan usaha' di mana kedua ketentuan tersebut mengacu pada

bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat

hidup rakyat banyak.

Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994

maupun Pasal 6 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 keduanya

dinyatakan dalam Penjelasan pasal demi pasalnya dengan

perkataan "Cukup jelas", namun demikian apabila kita melihat

dalam alinea kelima dari penjelasan Umum Undang-undang Nomor

1 Tahun 1967 di sama dinyatakan sebagai berikut:"Dominasi modal asing seperti dikenal dalam zaman

penjajahan dengan sendirinya harus dicegah. Perusahaan- perusahaan vital yang menguasai hajat hidup orang banyak tetap tertutup bagi modal asing (pasal 6)"

Apabila kita melihat perumusan ini, maka walaupun perumusan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 66: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

m i merupakan bagian dari Penjelasan Umum, tetapi di dalam

perumusan tersebut dinyatakan secara tegas apa yang

dimaksudkan dalam ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1967, dengan demikian sebenarnya ketentuan dalam Pasal

5 ayat (_) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tersebut

merupakan ketentuan yang menyimpang jauh dari Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1967 yang merupakan peraturan "induknya" atau

peraturan yang "dilaksanakannya".

Sebagai akibatnya, bila ditinjau dari kaca mata yuridis

atau melalui judicial review jelas bertentangan. Hal ini akan

menimbulkan rasa was-was dan ketidak-pastian dalam berusaha,

baik bagi investor asing maupun pada investor domestik.

Selain itu, iklim investasi di Indonesia dinilai terlalu

mudah berubah, dan kurang mempunyai kekuatan hukum. Akibatnya,

sifat yang demikian ini tidak mencerminkan kepastian hukum

dan semangat penegakan hukum. Sebagai ilustrasi, menurut UU

PMA dan UU PMDN, suatu perusahaan PMDN tidak bisa dialihkan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 67: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

statusnya menjadi PMA. Berdasarkan ketentuan tersebut, yang

dapat berubah status adalah dari PMA menjadi PMDN. Namun,

pada kenyataannya sekarang PMDN dapat pula beralih status

menjadi PMA hanya berdasarkan suatu kebijakan BKPM. Contoh

lain lagi, menurut perundang-undangan, PMA hanya boleh

mengekspor produknya sendiri, tegapi ternyata sekarang dalam

praktek PMA bahkan juga bisa mengekspor produk perusahaan

lain. 01 Artinya adalah bahwa sudah ada transaksi (dagang)

antara suatu perusahaan PMA dengan suatu perusahaan yang lain

untuk mengekspor barang-barangnya, dan yang akan dilakukan

oleh PMA tersebut. Dengan demikian, PMA telah melakukan

kegiatan perdagangan di dalam negeri, sehingga bertentangan

dengan UU PMDN No. 1/1968 j o UU No.12 tahun 1970 dan PP No.36

Tahun 1977, yang secara tegas melarang PMA untuk berdagang di

dalam pasar domestik Indonesia. Dimungkinkannya kebijakan

tersebut, harus dijelaskan dasar hukumnya, demi terciptanya

31 Keputusan Ketua BKPM Nomor 17/SK/1986

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 68: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

kepastian hukum dan ketenangan berusaha. Pada kenyataannya

kebijakan Pemerintah dalam bidang penanaman modal melalui

keputusan-keputusan Ketua BKPM, sebenarnya merupakan revisi

atas Undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Walaupun UU

PMA sendiri belum pernah direvisi, tetapi dengan pengeluaran

peraturan-peraturan baru yang lebih rendah tingkatnya, maka

UU PMA telah mengalami perubahan yang cukup drastis.

Contohnya Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1994 tentang

kepemilikan Saham dalam perusahaan yang didirikan dalam

rangka penanaman Modal asing. Oleh karena itu seharusnya

mulai dipikirkan untuk menyusun suatu undang-undang yang baru

sebagai penyempurnaan dari undang-undang yang lama. Menurut

teori, kalau putusan perundang-undangan yang dirubah itu

bentuknya undang-undang, maka perubahannya pun harus

dilakukan dengan suatu undang-undang, sehingga tidak cukup

dengan sekedar Keputusan Ketua BKPM.

Bagi investor asing masalah demikian ini sangat peka,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 69: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

karena di dalam suatu sistem perekonomian yang baik, unsur

kepastian hukum merupakan asas yang memberikan jaminan yang

kuat bagi bisnis mereka. Kepastian hukum merupakan suatu

keharusan dalam semua transaksi bisnis yang dilakukan dalam

sistem perekonomian yang telah modern dan maju, dem karena

demikian besarnya nilai-nilai transaksi-transaksi bisnis

tersebut. Oleh karena itu, dalam membina kepastian dalam

Sistem Hukum Ekonomi, maka di samping pembentukan

peraturannya, juga perlu dibina dan diadakan berbagai pranata

hukum ekonomi yang baru, lembaga-lembaga Hukum Ekonomi,

Proses-proses tertentu, perilaku hukum ekonomi, penelitian

dan pendidikan Hukum Ekonomi, serta pendidikan dan

pengetahuan aparat birokrasi. Dengan berhasilnya semua aspek

hukum ekonomi itu, maka akan mempengaruhi perkembangan dan

penegakan semua peraturan Hukum Ekonomi tersebut. Dengan

demikian, di samping mengundangkan suatu paket Hukum Ekonomi,

perlu juga dibina perilaku dan kesadaran hukum yang mendukung

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 70: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

penegakan Hukum Ekonomi tersebut. Selain itu, perlu dibina

pengadilan dan hakim-hakim agar mampu menguasai persoalan-

persoalan ekonomi modern dan internasional, sehingga putusan-

putusannya cukup wajar dan adil, dan menjadi bagian dari

Hukum Ekonomi Indonesia. Juga diperlukan kegiatan penataran

hukum bagi pelaku-pelaku ekonomi. Perhatian perlu diberikan

juga pada lembaga dan pranata arbitrase, mediasi, dan

konsiliasi yang mampu menyelesaikan berbagai sengketa antara

para pengusaha dengan cepat. Dan para konsultan dan notaris

juga perlu ditingkatkan kemampuannya untuk merancang berbagai

kontrak dagang dan kontrak internasional yang diperlukan oleh

perusahaan modern supaya terbentuk peraturan-peraturan Hukum

Ekonomi. Selanjutnya, perlu juga dibina kemampuan untuk

negosiasi dan menyusun perjanjian internasional di bidang

ekonomi, sehingga hanya perjanjian internasional yang benar-

benar bermanfaat bagi Indonesialah yang disetujui dan

diratifikasi.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 71: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Adanya kepastian hukum erat kaitannya dengan undang-undang.

Peraturan pemerintah dianggap kurang kuat oleh dunia bisnis.

Dimana pada kenyataannya PP dapat diubah, diganti atau

disempurnakan sewaktu-waktu, sedangkan terhadap Undang-undang

tidak dapat dilakukan semudah itu. Di sinilah letak dilema

kepastian hukum. Di satu sisi, dunia bisnis memerlukan

kepastian hukum, yang baru terjamin kalau sudah ada undang-

undang. Sedangkan di sisi lain, dalam Anenghadapi gejolak

ekonomi, pemerintah harus bertindak cepat mengadakan

penyesuaian, berupa tindakan deregulasi untuk memberi arah,

membina, dan jika perlu campur tangan. Dalam menggunakan cara

ini, pemerintah merasa dapat bertindak lebih luwes, serta

lebih bebas kalau tidak terlalu terikat oleh undang-undang.

Usaha menciptakan kepastian hukum, adalah persoalan penegakan

hukum (Law enforcement). Instansi-instansi yang berwenang,

belum cukup menjamin terlaksananya peraturan-peraturan

pemerintah yang perlu dilaksanakan. Biasanya, peraturan-

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 72: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

peraturan tersebut tidak dibarengi dengan suatu sanksi hukum,

melainkan hanya sanksi administrastif yang sering diabaikan.

Banyak peraturan deregulasi yang berasal dari berbagai

instansi pemerintah di tingkat pusat tidak sampai kepada

instansi tingkat terendah yang mewajibkan pelaksanakannya

secara tuntas. Kelemahan-kelemahan tersebut bagi dunia usaha,

sering sangat merugikan, karena makan waktu yang lama dan

dana yang banyak, sehingga menghambat bisnis. Dari sini

kemudian timbul anggapan dari para pelaku bisnis bahwa

perkembangan hukum dan ekonomi tidak seimbang. Bahwa, ekonomi

maju dengan pesat, sementara hukum ketinggalan zaman dan

belum mampu mengadakan antisipasi, serta belum bisa

diandalkan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah

yang timbul dan memerlukan ketegasan hukum. Sementara itu,

Keputusan Menteri dan sejenisnya, baik bersama maupun

sendiri-sendiri, amat banyak jumlahnya, sehingga sangat sulit

meneliti dan memonitor satu per satu. Di samping itu, banyak

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 73: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

peraturan baik dalaui bentuk PP, Keppres, Inspres, maupun SK

Menteri dan lainnya, yang menyangkut wewenang pemerintah

dalam mengatur perekonomian, ternyata sering tidak konsisten,

karena melalaikan atau mengabaikan dasar hukum, sedangkan

bisnis memerlukan kepastian hukum yang tetap.

Sebagaimana diketahui, iklim usaha, iklim investasi,

peluang, dan kesempatan berusaha, perlu mendapat perlindungan

hukum yang pasti beserta dengan sanksinya. Apabila peraturan

yang mengatur kegiatan bisnis hanya berupa peraturan

perundang-undangan tanpa sanksi, maka hal itu akan dapat

menggoyahkan sendi-sendi bisnis. Sebab tanpa kepastian hukum,

maka semua transaksi bisnis modern yang amat besar nilainya

akan mengakibatkan kerugian yang fatal bagi negara dan

masyarakat.

D . Dihapusnya Diskriminasi Pemilikan Antara PMA dengan PMDN

Pada umumnya negara-negara berkembang (termasuk Indonesia)

masih dihadapkan pada masalah-masalah ekonomi yang kronis,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 74: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

yang ditunjukkan dan disertai oleh adanya masalah -masalah

sebagai berikut ini:32 defisit perkiraan berjalan dalam neraca

pembayaran yang terus-menerus, Surplus neraca perdagangan

cenderung terus turun, dan tidak sanggup untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban membayar jasa-jasa kepada pihak-pihak di

luar negeri. Penyebab dari defisit perkiraan berjalan itu,

terutama adalah karena adanya transfer keuntungan oleh

investor asing ke luar negeri, dan pembayaran bunga utang

luar negeri.

Pertama) aliran masuk netto sumber-sumber keuangan yang

negatif di sektor pemerintah. Artinya, nilai pembayaran

kewajiban yang berkaitan dengan utang luar negeri selalu

lebih besar daripada nilai utang yang baru masuk. Keadaan ini,

ternyata telah menyebabkan kemampuan sektor pemerintah untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi nasional menjadi semakin

berkurang.

32 Seritua Arief, "Kebijakan Neoliberalisme", Warta Ekonomi, No. 03 Th. Vi (Juni 1994):8Pertama)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 75: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Kedua) ketidakmampuan tabungan nasional untuk membiayai

kebutuhan investasi nasional. Dan situasi saving investment

gap juga kronis, hal ini menjadi semakin parah karena kedua

situasi kronis yang telah disebut di atas.

Situasi demikian, tidak lepas dari pengaruh turunnya harga

minyak bumi secara drastis pada pertengahan tahun 80-an, yang

berdampak negatif terhadap perkembangan ekonomi Indonesia.

Padahal kekuatan ekonomi dan pembiayaan pembangunan Indonesia

selama itu, sangat tergantung pada hasil ekspor migas.

Dalam menghadapi situasi ekonomi yang dialami negara-negara

berkembang tersebut di atas, maka Bank Dunia dan IMF

merekomendasikan suatu paket kebijaksanaan baru dalam

kerangka program penyesuaian struktural. Paket yang berisi

kebijaksanaan ini telah dilaksanakan di beberapa negara

pengutang besar di Amerika Latin. Oleh kalangan sarjana

ekonomi strukturalis, paket kebijaksanaan baru ini dinamakan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 76: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

"paket kebijakan neoliberal." 33

Menurut para ekonom, kebijaksanaan baru tersebut diperlukan,

dengan alasan untuk merangsang perkembangan ekonomi. Memang

pada tahap awal dimulainya pembangunan, sebagai suatu

strategi telah dilakukan proteksi-proteksi untuk menumbuhkan

embrio atau lembaga-lembaga ekonomi swasta nasional, terutama

bagi sektor industri untuk menciptakan peluang hidup bagi

industri yang baru tumbuh.

Dalam rangka meningkatkan investasi dan menggalakkan ekspor

non migas, maka kebijaksanaan deregulasi ditujukan untuk

merangsang kegiatan perusahaan-perusahaan besar maupun kecil

agar mampu untuk itu, di mana perusahaan PMA dan PMDN, baik

dengan bekerja sama sebagai mitra usaha maupun sendiri-

sendiri, dapat memberikan sumbangan untuk kemajuan ekonomi.

Dan untuk mendorong penanaman modal di Indonesia, pemerintah

telah mengambil langkah-langkah yang memungkinkan tumbuh dan

Sritua Arief, Ibid)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 77: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berkembangnya PMA dan PMDN pada saat ini dan di masa-masa

yang akan datang.

Sejak ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang rendah,

yaitu pada tahun 1982/83, tampak tingkat penanaman modal

swasta pun menurun. Pertumbuhan ekonomi yang rendah tadi

terutama disebabkan oleh jenuhnya pasar di dalam negeri

terhadap industri pengganti impor yang banyak didirikan pada

masa sebelumnya. Di samping itu juga dipengaruhi oleh sangat

mundurnya investasi pemerintah karena terbatasnya anggaran

belanja negara. ^

Kemunduran pertumbuhan ekonomi tersebut, berdampak negatif

terhadap penanaman modal swasta, yakni turunnya arus

penanaman modal. Dalam hal ini, PMA lebih menyusut bila

dibandingkan dengan PMDN karena beberapa sebab, antara lain

yaitu, risiko yang ditanggung oleh PMA lebih besar dari PMDN;

PMA juga harus memenuhi persyaratan yang tidak berlaku bagi

34 (Business News, 18 November 1986, hal.2.)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 78: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

PMDN. Misalnya, PMA. tidak diperkenankan memasuki sektor-

sektor yang dipandang relatif mudah untuk dikerjakan oleh

PMDN. Jadi, PMA diharuskan dan hanya boleh bergerak di

sektor-sektor yang lebih sulit dan berrisiko lebih besar;

1)PMA tidak boleh mendapatkan kredit dari bank-bank

pemerintah, 2)PMA juga dibatasi ruang geraknya, tidak boleh

mengencer atau melakukan perdagangan di dalam negeri,

memasarkan dan mendistribusikannya sendiri. (Ketentuan ini,

sudah tidak berlaku dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun

1987, tentang Perdagangan Ekspor Perusahaan PMA. Melalui

kebijaksanaan 24 Desember 1987 ini, dinyatakan bahwa

perusahaan PMA dapat mengekspor hasil produksinya sendiri dan

dapat pula mengeksproduksi perusahaan lain. Dan PP. No.17

tahun 1992, yang intinya antara lain adalah untuk merangsang

investor asing menanamkan modal mereka dalam bentuk modal

sendiri)

Rangkaian kebijaksanan deregulasi yang dilakukan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 79: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pemerintah, telah membawa perkembangan kearah dihapusnya

diskriminasi pemilikan antara PMA. dengan PMDN. Contoh

paling nyata dapat dilihat dalam paket kebijaksanaan

deregulasi yang tertera dalam PP No. 20 tahun 1994,35 yang

dimaksudkan untuk memperluas keberadaan investasi dsing

dalam ekonomi nasional, yang berisi pokok-pokok pikiran

berikuti ini: 1)Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam

bentuk patungan dengan modal dalam negeri, atau keseluruhan

modal dimiliki oleh warga negara/badan hukum asing.

2) Besarnya jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka PMA

ditentukan berdasarkan kelayakan ekonomi dan kegiatan

usahanya. 3) Kegiatan usaha PMA dapat dialokasikan di

seluruh wilayah RI. Apabila di daerah terdapat kawasan

industri, maka kegiatan PMA diutamakan ke kawasan itu.

4) Perusahaan PMA dapat melakukan kegiatan usaha di sektor

(Dalam hal ini, Sritua Arief menyebut "Paket Kebijaksanaan deregulasi yang tertera dalam PP No. 20 tahun 1994 tersebut, sebagai "paket kebijakan neoliberalisme" yang diformulasikan dan direkomendasikan oleh Bank Dunia dan IMF. Lihat Arief, Loc. Cit. Hal. 8.)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 80: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

publik (yang dahulu hanya dapat uiusahakan negara), yaitu:

pelabuhan, produksi dan transmisi serta distribusi tenaga

listrik untuk umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan,

air minum, pembangkit tenaga atom, dan media massa (khusus

untuk sektor ini hanya dibolehkan dalam bentuk usaha

patungan atau melalui pasar saham). 5)Saham pihak Indonesia

dalam perusahaan PMA patungan minimal 5% dari seluruh modal

yang disetor pada waktu pendirian badan usaha (perusahaan

patungan) tersebut. 6)Perusahaan PMA 100%, dalam jangka

waktu 15 tahun sejak berproduksi komersial, harus menjual

sebagian dari sahamnya (tanpa ketentuan berapa

persentasenya) kepada warga negara/ badan hukum Indonesia,

melalui pemilikan langsung atau melalui penjualan saham di

pasar modal.

Dalam sejarah deregulasi di Indonesia, mungkin PP No.

20/1994 inilah yang dianggap paling kontroversial, bahkan

oleh jajaran pemerintah sendiri. Misalnya, investasi di

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 81: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

bidang pers telah menimbulkan silang pendapat. Kalangan

yang kontra mengemukakan alasan, bahwa bagaimanapun motif

investasi modal asing selalu berorintasi dan bertujuan

untuk keuntungan semata. Dan masuknya modal asing di bidang

pers, akan mengarah pada penguasaan sistem jaringan

informasi dan komunikasi yang sangat peka. Sementara itu,

kalangan yang berpandangan netral melihat, bahwa tidak ada

salahnya investor asing masuk ke perusahaan media, asalkan

bukan berbentuk investasi langsung, tetapi melalui

mekanisme kepemilikan saham di bursa efek. Dengan demikian,

pertimbangan investor asing itu, tak akan mempengaruhi kode

etik pers, yang penting, Pemerintah perlu membuat peraturan

untuk mengamankan diri dari pengaruh kultural luar.

Berbeda dari pandangan-pandangan di atas, sebenarnya Tim

Deregulasi mengartikan, bahwa sektor-sektor yang disebutkan

dalam deregulasi itu bisa menyertakan modal asing secara

patungan. Dalam hal ini, jika ada peraturan khusus untuk

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 82: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

sektor yang tercantum dalam PP No.20/1994, dan kebetulan

berupa undang-undang, maka UU itulah yang berlaku. PP

No.20 Tahun 1994 dimaksudkan untuk menyempurnakan (artinya

mengubah) beberapa ketetapan tentang penyertaan saham pada

perusahaan PMA. Ketentuan mengenai porsi saham asing dalam

perusahaan patungan, misalnya kini dibolehkan sampai

maksimal 95%. Sementara pada PP No.50/1993, porsi asing

hanya ditetapkan 51%, sehingga hal ini dianggap suatu

terobosan lebih maju.

Selanjutnya, dalam PP No.50/1993 itu perusahaan PMA 100%

diharuskan mulai menjual sahamnya kepada pihak Indonesia

dalam jangka waktu 10 tahun sejak berproduksi komersial,

baik melalui kepemilikan langsung maupun lewat pasar modal.

Namun, berdasarkan peraturan baru PP No.20/1994 ini, berapa

besarnya saham yang dijual sepenuhnya tergantung pada

kesepakatan masing-masing pihak. Besarnya dapat 5% atau 1%,

tanpa harus mengubah status perusahaan. Ini berarti,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 83: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

memperbarui persyaratan yang lama, yaitu 20 tahun setelah

produksi komersial, dengan penjualan saham minimal sebesar

51% kepada pihak domestik.

Selama dua dasa warsa ini, ketentuan-ketentuan hukum

yang mengatur kerja sama investasi asing dengan domestik

telah banyak mengalami perubahan, dan mungkin akan terus

berubah karena dimensi pembangunan dan ekonomi yang terus

berkembang. Tetapi dapat dikemukakan bahwa sampai 1974,

pengaturan Pemerintah dalam bentuk Peraturan Pemerintah

sebagai peraturan pelaksanaan mengenai kerja sama patungan

ini belum ada. J6

Dalam rangka ini, pendekatan dan pengarahan yang

mendorong adanya kerja sama patungan, dapat terlihat pada

instruksi Presidium Kabinet No.36/U/ IN/1967, yang

menyebutkan bahwa untuk usaha modal asing yang dilakukan

(Sumantoro, Aspek-aspek Hukum Dan Potensi Pasar Mosal Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 121)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 84: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

dalam bentuk kerja sama patungan akan diberikan tambahan

fasilitas 1 tahun masa bebas pajak.

Pada 22 Januari 1974 keluar kebijaksanaan Pemerintah

yang menentukan persyaratan bagi PMA harus berbentuk kerja

sama patungan. Berdasarkan kebijaksanaan itu, ketua BKPM

menetapkan ketentuan mengenai waktu dan jumlah penyertaan

modal nasional dalam kerja sama patungan, yaitu melalui

Surat Edaran Ketua BKPM No. B-1195/A/BKPM/X/1974 tanggal 11

Oktober 1974.

Kebijaksanaan tersebut di atas, menentukan perbandingan

jumlah saham antara pihak asing dengan nasional yaitu

setelah 10 tahun perbandingannya, saham nasional minimal

51% sementara pihak asing maksimal 49%. Ketentuan ini

akhirnya tidak berlaku lagi dengan dikeluarkannya Keputusan

Ketua BKPM No. 5/SK/1987, tentang persyaratan kepemilikan

saham nasional dalam perusahaan PMA.

Menurut ketentuan terakhir ini, perusahaan PMA harus

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 85: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berbentuk patungan dengan penyertaan modal nasional minimal

20% dan meningkat menjadi paling kurang 51% dalam waktu 15

tahun. Kemudian berturut-turut keluar kebijaksanaan Ketua

BKPM; SK.No.17/SK/1987 dan No.17/SK/1991 tentang Ketentuan

Penyertaan Saham Asing dalam Perusahaan yang Sudah Berdiri,

No.16/SK/1989 tentang Persyaratan pemilikan Saham Nasional

dalam Perusahaan PMA, No.21/SK/1991 tentang persyaratan

Investasi Minimal bagi Perusahaan PMA.

Dan selanjutnya, semua ketentuan tersebut di atas,

akhirnya dicabut dan dinyatakan tidak lagi berlaku melalui

SK Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua BKPM,

No.15/SK/1994, tentang ketentuan pelaksanaan pemilikan

Saham Dalam Perusahaan yang didirikan dalam rangka

Penanaman Modal Asing.

Dulu segala pembatasan yang terjadi pada tahun 70-an itu,

tidak menimbulkan banyak persoalan ataupun mengurangi arus

masuk penanaman modal. Mungkin, pada waktu itu prospek

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 86: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

keuntungannya masih sangat baik. Namun, karena resesi dunia

selama ini, maka situasi ekonomi menjadi semakin sulit,

sehingga pembatasan-pembatasan itu akhirnya dirasakan

merugikan PMA, yang pada gilirannya menjadi kurang

menguntungkan bagi iklim investasi. Sementara itu,

permasalahan terpenting dari berbagai masalah yang dihadapi

pemerintah saat ini, adalah penyediaan modal guna

menjalankan berbagai macam usaha produktif uiituk

meningkatkan kemampuan pembangunan ekonomi dan bisnis

nasional.

Jawaban yang dirasakan tepat adalah dengan menarik

investasi asing, karena investasi dalam negeri saja uidak

akan cukup mampu. Konsekuensi dari cara ini, adalah bahwa

Pemerintah akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

kepada PMA, untuk melakukan usahanya dengan memberikan

kemudahan-kemudahan sebagaimana yang diberikan kepada

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 87: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Dalam hal ini, PMA akan senantiasa bekerja dalam bentuk

perusahaan patungan antara modal asing dan modal dalam

negeri, 38sehingga kemudahan yang diberikan kepada PMA akan

sama kadarnya dsngan kemudahan yang diberikan kepada mitra

nasional.

Keluarnya PP No.20/1994, umumnya disambut positif oleh

para pelaku bisnis, walaupun dengan beberapa catatan.

Seorang pengusaha yang bernama Mochtar Riady menganggap

bahwa keluarnya deregulasi ini justru akan memacu pengusaha

untuk berinvestasi ke luar negeri. Mereka harus bersaing

dan melihat peluang secara global, tidak lagi dapat

mengandalkan perilakuan perlakuan khusus yang selama ini

'(Menurut Saleh Arief Menko Ekkeu, "Tidak ada maksud menjual Indonesia kepada investor asing. Justru, kami bermaksud meningkatkan ekspor nonmigas dengan peningkatan investasi di dalam negeri. " Lihat, Warta Ekonomi, Loc.cit. hal. 11)

(Lihat, UU No. 1 Th. 1961 j0 UU No. 11 Th. 1970 dan UU No.6 Th. 1968.)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 88: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

telah didapat di dalam negeri. Ada juga yang menyatakan

bahwa modal asing yang masuk itu, akan mendorong pengusaha

besar dalam meningkatkan efisiensinya.

Selain itu, para ekonom menganggap bahwa sebenarnya

masih ada cara lain untuk menarik minat investor asing ke

Indonesia. Pertama, membuat iklim investasi yang kondusif.

Kedua, sistem hukum yang memberi jaminan untuk berbisnis.

Dan Ketiga, adanya fiscal incentive kepada investor asing.

Sedangkan tindakan deregulasi melalui PP No.20/1994,

dianggap sebagai model kepemilikan divestasi yang

seharusnya menjadi alternatif terakhir dalam menarik

investasi asing. Dasar anggapan itu adalah oleh karena

dapat saja terjadi bahwa investor asing tersebut hanya

membawa teknologi dan jaringan pemasarannya saja ke

Indonesia. Sedangkan dana untuk investasinya yang

sebenarnya bukan berasal dari negerinya. Mereka bisa

meminjam dari bank asing yang beroperasi di Indonesia, yang

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 89: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berarti menggunakan uang dari Indonesia juga. Dan investor

asing itu hanya membawa sedikit dana untuk modal dasarnya

sa j a.

Kontroversi tentang PP No. 20/1994 ini dari segi hukum

adalah soal hirarki peraturan perundang-undangan yang

dikesampingkan. Karena itu, dimensi hukum telah menarik,

karena negara Indonesia adalah negara hukum. Tampak seolah-

olah terjadi pelecehan hukum tata negara. PP tersebut

kedudukannya lebih rendah daripada UU No.1/1967 dan UU

No.6/1968. Oleh karena itu, PP tersebut tidak dapat

mengubahnya. Bila alasan ini benar, maka pakar hukum,

khususnya ahli hukum tata negara harus mencari jalan ke

luarnya.

Kalau ditinjau dari teori filsafat hukum, mungkin

jawaban untuk mencari jalan keluar, lebih mudah dapat

diberikan oleh ahli hukum filsafat. 39 Akan tetapi pihak

(Menurut Charles Himawan, bagi ahli filasafat hukum, mungkin jalan keluar untuk mensahkan PP 20 lebih mudah. Ia

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 90: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pemerintah sendiri menganggap bahwa tidak perlu ada revisi

terhadap deregulasi investasi tersebut. Menurut Pemerintah,

apabila sektor yang dipersoalkan diatur dalam PP ini,

kemudian diatur juga oleh peraturan lain yang ternyata

lebih tinggi, maka peraturan atau undang-undang itulah yang

akan berlaku. Dan isi deregulasi investasi itu dianggapnya

sudah jelas.

dapat berpacu dengan ajaran H. L. A. Hart, ahli hukum filsafat Inggris dengan rule of recognationnya membenarkan berlakunya suatu ketentuan hukum apabila rakyat menerimanya, walaupun mungkin secara hirarki ketentuan itu tidak berlaku. Namun, PP tersebut masih disangsikannya dapat mencapai sasaran. Ch. Himawan, " Usaha Hukum Ekonomi Unuk menyelamatkan PP. No. 20. "Kompas, Hukum Ekonomi Untuk menyelamatkan PP. No. 20. " Kompas, (Juni 1994) :4

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 91: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

BAB III

BUDAYA HUKUM KOREA

A. Sejarah dan pengetahuan umum tentang budaya Korea.

Bangsa Korea adalah bangsa yang memiliki budaya dan kultur

yang berpordasi di Asia Timur. Karena kedekatannya dengan

benua Cina dan letak geografisnya yang dikelilingi oleh laut

maka Korea terus menjadi sasaran serangan utama dari Cina

maupun Jepang. Tetapi Korea sendiri, sepanjang sejarah tidak

pernah menyerang negara lain.

Hal ini membuktikan bahwa negara Korea adalah negara yang

mencintai perdamaian.

Korea pertama kali diunif ikasikan oleh Kerajaan Silla

(Silla Dynasty) pada tahun 688 sesudah Masehi.

Tetapi kemudian Kerajaan itu kembali ditaklukkan oleh

Kerajaan Korea (Korea Dynasty) yang didirikan pada tahun 936

SM. Di bawah kekuasaan kerajaan ini kemudian masuklah Agama

Budha, dan Budisme sangat mempengaruhi pemerintahan dalam

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 92: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

kerajaan tersebut. Pada tahun 1392, didirikan pula Kerajaan

baru, yaitu Kerajaan Chosun (Yi Dynasty) dan kerajaan ini

dapat bertahan sampai tahun 1910, sebelum ditaklukkan oleh

negara Jepang. Ketika kerajaan Chosun berjaya, Agama Kong Hu

Chu diperbolehkan sehingga Kong Hu Chu menjadi pilar utama

dalam segala bidang kerajaan tersebut. Setelah kerajaan

Chosun ditaklukkan oleh negara Jepang, bangsa Korea menjadi

salah satu koloni dari Jepang, sejak tahun 1910 sampai pada

tahun 1945. Korea dapat membebaskan diri dari Jepang, setelah

Jepang menyerah kepada Kekuatan Sekutu(Allied Forces). Sejak

saat itu, bangsa Korea dibagi menjadi dua. Setelah lewat tiga

tahun dari masa pembebasan, yakni pada tanggal 15 Agustus

194 8 Republik Korea (Korea Selatan) dapat diproklamasikan

sebagai Negara Demokratis, sedangkan Republik Rakyat Korea

(Korea Utara) mendirikan pemerintahan komunis.

Pada tanggal 25 Juni 1950 terjadi perang saudara, karena

Korea Utara menyerang Korea Selatan. Perang itu berlangsung

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 93: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

selama tiga tahun, tetapi pada akhirnya melalui Armistice

agreement perang saudara ini dapat berakhir pada tahun 1953.

Meskipun perang itu sudah berakhir, tetapi akibat yang

ditimbulkan karena perang itu sangat besar, hampir semua

infrastruktur ekonomi Korea hancur total dan kcrban jiwa

yang berjatuhan tidak terhitung jumlahnya. Begitupula dengan

hubungan kedua negara Korea tersebut terus saling bermusuhan

selama setengah abad lebih dan masih berlangsung sampai

sekarang.

Hukum Korea merupakan produk campuran antara hukum

tradisional dan hukum impor, khususnya dari negara Cina.

Dominannya hukum Cina dalam hukum Korea disebabkan karena

Korea terus diserang dan dijajah oleh Cina. 40 Hukum Cina

' 3 ^ , 8^,1995,pp.177Dai-Kwon Choi, Western Law In Traditional Society Korea, Korean Journal of Comparative Law, Vol.8, pp.177)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 94: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berpengaruh besar dalam bidang administratif dan birokrasi.

Pemerintah dalam kerajaan Chosun mengadopsi Kong Hu Chu

sebagai prinsip utama dalam pemerintahannya. Prinsip Kong Hu

Chu adalah mengabdi pada negaranya dan menghormati orangtua,

keluarga, sahabat dan orang-orang yang menduduki jabatan yang

lebih tinggi dan terhormat. Kong Hu Chu juga mengutamakan

keadilan, perdamaian, pendidikan dan reformasi serta

humanisme. Banyak masyarakat Korea tidak membantah bahwa

kesuksesan dalam negara Korea itu akibat dari agama Kong Hu

Chu. Pengaruh agama Kong Hu Chu masih tetap kuat sampai pada

zaman modern sekarang ini sehingga mampu mengatur dan

menentukan berbagai bentuk hubungan antar sesama manusia

serta tata urut seperti antara orangtua dan anak, antara raja

dan hamba, antara suami dan isteri dan orang yang tua dengan

orang yang muda dan lain-lain. Budaya Korea yang didasari

pada Kong Hu Chu menuntut masyarakat Korea untuk memiliki

rasa segan, takut dan hormat kepada orang-orang yang berkuasa,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 95: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

orang tua dan orang yang lebih tinggi pangkatnya. Terhadap

segala bentuk hubungan yang didasari agama Kong Hu Chu, bila

ada pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku

akan diberikan sanksi yang berat baik lewat hukuman ataupun

dikucilkan dari pergaulan masyarakat."'

Filsafat Kong Hu Chu menuntut masyarat Korea juga untuk

mengutamakan keindahan dan keharmonisan. Sebagai akibatnya,

bila ada seseorang yang memberitahukan tindakan pelanggaran

orang lain, misalnya tentang kasus KKN kepada pemerintah,

tanpa menyebut identitasnya sendiri, walaupun sebenarnya isi

laporan itu benar, orang yang melapor itu tidak diberi hadiah

ataupun pujian, melainkan hukuman ataupun sanksi yang berat."

Hal ini tentu saja sangat kontras dengan budaya hukum

masyarakat Amerika. Di dunia barat, khususnya di Amerika,

bila ada laporan ataupun keluhan dari seseorang, entah itu

dilakukan oleh orang yang menyebutkan identitasnya atau tidak,

41 . ibid , pp 142

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 96: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

bila isi laporan itu memang benar, maka hal itu dihormati,

lalu kasus itu akan dituntaskan sesuai dengan hukum yang

berlaku. Bahkan sering terjadi pula upaya untuk membeli

pelapor-pelapor gelap, untuk menegakkan kebenaran, hukum dan

keadilan dalam komunitasnya. Hal ini memperlihar.kan dengan

sangat jelas bahwa masyarakat di Asia Timur sangat

mengutamakan keharmonisan dan perdamaian dalam masyarakat,

sedangkan masyarakat di dunia barat mengutamakan keadilan dan

kemajuan. 42

Memang agak sulit bagi masyarakat di dunia barat untuk

mengerti filsafat Kong Hu Chu yang mampu merangkul semua

bidang. Hal itu hampir sama dengan agama Islam yang tidak

dapat dipisahkan dari sendi-sendi kehidupan negara.

Pemikiran utama dari Kong Hu Chu Baru (Neo-Kongucunisme)

adalah segala perkara manusia itu tidak lain merupakan

4 (Kwang-rim, Koh. Perbedaan kultur hukum dunia Timur dan dunia Barat, Press Pendidikan, 1990, pp 30-31)

1990

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 97: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

refleksi dari pekerjaan alam. Jadi untuk mempertahankan

keharmonisan antara manusia dan alam semesta maka

keselarasan antar keduanya harus terus dipertahankan secara

mutlak. Jadi, bilamana manusia hidup secara benar, maka

pemerintahan pun akan berjalan secara baik. Kerajaan Chosun

mengadopsi Kong Hu Chu Baru sebagai asas dan pedoman untuk

bidang administrasi pemerintahan, regulasi sosial dan segala

hubungan sesama masyarakat. Jaai, sebetulnya Kong Hu Chu itu

lebih pantas disebut sebagai ideologi filsafat pemerintahan

atau norma sosial untuk keefektifan integritas bangsa

daripada disebut sebagai suatu agama.

Sampai senjakala bagi Kerajaan Chosun pada abad 19,

pembagian fungsi dalam dunia Ideal dari agama Kong Hu Chu dan

realitas administratif dapat berimbang dan teratur dengan

4J (Pyong-ho, Park. Law and Traditional Society in Korea, Seoul National University Press, 1985 P 352)«HiL , ’S, 1998

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 98: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

baik dalam rencana legislatif. Akan tetapi pada tahun 1876,

karena tekanan luar negeri yang bersifat politik dan

komersial semakin kuat, khususnya dari negara Jepang,

akhirnya pemerintah Korea membuka pintu yang selama ini

tertutup bagi dunia internasional. Setelah itu, sejak tahun

1910, Korea menjadi salah satu bagian koloni Jepang, maka

asimilasi hukum Jepang dimulai. Fenomena itu tidak dapat

disamakan dengan ketika Korea menerima hukum Cina, melainkan

jauh lebih keras dan memaksa. 44

Sistem hukum yang diterapkan negara Jepang secara paksa,

walaupun sebenarnya sangat efisien dan kompeten dibanding

dengan sistem hukum kemasyarakatan yang dulu, tapi tidak

dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu pemerintah

Jepang menggunakan ancaman dan kekerasan melalui pemberian

hukuman dan sanksi yang berat. Masyarakat Korea menentang

44 Choi, Jonggo. Hukum, Agama dan Manusia. Samyongsa, 1992, pp 299

W ' 1992

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 99: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

keras tindakan yang hendak dilakukan oleh Jepang.

Melalui pengalaman yang sungguh pahit, masyarakat Korea

memiliki ketakutan dan kebencian terhadap hukum. Mereka

menganggap hukum itu bukan sebagai suatu alat untuk

perlindungan hak dan kepentingan mereka. Mereka berpikiran

bahwa hukum itu bukan terdiri atas hak dan kewajiban, tetapi

sebagai alat kekuasaan semata-mata untuk menekan,

mengeksploitasi .dan memeras pihak yang lemah. Sebagai

akibatnya, rakyat Korea memiliki trauma yang amat dalam

terhadap hukum. Konsep dan pandangan masyarakat Korea

terhadap hukum ini tidak dapat dikikis begitu saja, walaupun

pada tahun 1945 negara Jepang telah menyerah, dan kebanyakan

hukum yang diterapkan Jepang digantikan dengan hukum-hukum

Eropa. 45

Pengaruh yang mendominasi dalam sistem hukum Korea pada

45 (Dai-Kwon Choi, Western Law In Traditional Society Korea, Korean Journal of Comparative Law, Vol.8, pp.187)3 'M , A1<#21 ’S ,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 100: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

abad 20 adalah aturan hukum civil dari Eropa. Hukum

komersial Korea dibuat dengan mengikuti model hukum Jerman.

Selama regim militer Amerika pada tahun 1945 sampai 1948,

banyak undang-undang diperkenalkan oleh negara Amerika.

Kebanyakan hukum yang diimpor itu dapat diberlakukan oleh

pemerintah Korea sampai pada tahun 1960an. Bangsa Amerika

berpengaruh di bidang Keamanan dan Antitrust. Secara formal,

masyarakat Korea mulai memiliki konsep kesadaran hukum sama

seperti yang dimiliki oleh masyarakat dunia barat. Mereka

meminta demokrasi dan hak asasi manusia dijamin. Sebagai

akibatnya, pada tahun 1960-an setiap hari terjadi demonstrasi

yang mengakibatkan perekonomian bangsa Korea semakin

tertinggal dan hancur. Pada saat itu, jendral Park Jong-Hee

mengadakan Kudeta, lalu mendirikan pemerintahannya. Ia

memasang slogan politik dan sosial yang memperlihatkan visi

lewat gerakan nasional, yaitu "Saemael Undong-". 46 Dan ia

46 Gerakan Saemal undong merupakan suatu gerakan nasional

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 101: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

memfokuskan segala kekuatannya untuk kemajuan ekonomi sambil

membatasi kebebasan politik dan asas-asas demokrasi. Akibat

kebijakan pemerintahan Park Jong-Hee, bangsa Korea mengalami

pertumbuhan ekonomi yang sungguh luar biasa. Setiap tahun

mengalami pertumbuhan 10-13 persen. Hal itu dikenal dengan

muj i zat 'Sungai Han' .

Pertumbuhan ekonomi ini dipimpin oleh pemerintah dengan

memberikan segala fasilitas kepada pengusaha-pengusaha yang

berhasil memenangkan kontrak dari pemerintah. Dalam proses

untuk mengangkat keadaan ekonomi korea pada tahun 1970an. Pada suatu rapat menteri untuk membantu orang-orang desa yang terkena musibah bencana alam, presiden Park Jong-Hee mengajak seluruh rakyat Korea untuk membangun komunitas yang baru, sejahtera dan modern dengan semangat kemandirian, dan saling menolong dan mengasihi. Saemael undong pada mulanya dimulai dari desa, tetapi diperluas ke seluruh wilayah Korea, bukan hanya di desa saja, tetapi ke pabrik-pabrik, kota, dan seluruh wilayah korea. Gerakan ini dapat berhasil karena adanya bekerja sama antara rakyat, pemerintah dan pemipin- peminpin yang mampu dari komunitas masing-masing. Dengan demikian gerakan Samael undong menjadi pilar utama untuk melahirkan Korea sebagai negara industri dan modern.( Ensiklopedia Dusan di dalam bahasa Korea 1997)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 102: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

itu telah dilahirkan banyak 'Chaebel' (konglomerat). Para

konglomerat semakin berkembang dengan adanya bantuan

fasilitas dan proteksi khusus dari pemerintah melawan

perusahaan-perusahaan luar negeri. Walaupun memang ada

baiknya rencana pemerintah yang hendak mengangkat

perekonomian Korea, tetapi tidak dapat menghindari efek

samping yang serius. Akibat dari kebijakan pemerintah Korea

terjadi jurang pemisah yang tajam antara perusahaan-

perusahaan besar dengan perusahaan-perusahaan yang menengah

dan kecil. Bahkan perusahaan-perusahaan menengah dan kecil

tidak dapat hidup. Kemudian juga timbul keluhan dari kaum-

kaum buruh maupun orang-orang yang tersisih dari kenikmatan

akan keberhasilan ekonomi yang semakin meningkat, sehingga

mengakibatkan timbulnya ketidak-amanan sosial. Walaupun

pemerintah dapat menekan permintaan rakyat itu, tetapi sejak

memasuki tahun 80-an, permintaan pemerataan kemakmuran tidak

dapat dibendung lagi. Selain merajalelanya monopoli dan KKN

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 103: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan para

konglomerat, terjadi juga fenomena hilangnya daya kompetisi

yang sehat dan kuat dari para konglomerat. Ditambah dengan

tuntutan rakyat Korea terhadap demokrasi yang begitu

berkobar-kobar, akhirnya pemerintahan Park Jong Hee gugur.

Namun kekacauan sosial Korea kembali terjadi. Pada saat itu

Jendral Jun Doo Hwan mengadakan kudeta, lalu mengambil takhta

kepresidenan. Jadi Negara Korea kembali dikuasai oleh Regim

Militer. Presiden Jun lebih keras menekan rakyat yang meminta

kebebasan politik dengan menggunakan hukum. Untuk mengalihkan

perhatian rakyat Korea dari politik, ia membangkitkan bisnis-

bisnis hiburan dan olah raga. Lewat pemerintahan Jun, rakyat

Korea kembali mendapat trauma terhadap hukum, sebab hukum

kembali dijadikan alat pemerasan terhadap hak dan kebebasan

rakyat.47

Setelah Regim Militer usai, pemerintahan Kim Young-Sam

M Chonggo, Choi, Kesadaran hukum bagi orang Korea, Pakyongsa, 1992, hal 296

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 104: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

memasang slogan, yaitu negara diperintah oleh hukum dan semua

lapisan negara harus tunduk kepada hukum. Untuk mengangkat

akar budaya KKN yang begitu mendalam, ia mengadakan reformasi

dalam segala bidang. Kemudian ia juga melakukan penahanan

terhadap dua mantan presiden Jun Doo Hwan dan Roh Tae Woo

atas tuduhan korupsi. Lewat reformasi-reformasi yang

dilakukan oleh Presiden Kim Young-Sam, citra bangsa Korea

dapat terangkat dari negara yang penuh dengan KKN menjadi

negara yang diperintah oleh Supremasi hukum.

B. Perbandingan budaya hukum masyarakat Korea dan Amerika

Sikap masyarakat Korea terhadap hukum tidak dapat luput

dari ajaran Kong Hu Chu yang diterapkan selama kurang lebih

1500 tahun. Hukum Korea terdiri atas dua hukum, yakni hukum

kemasyarakatan (tradisional) dan hukum impor. Tetapi

bagaimanapun juga masih terdapat jurang pemisah yang tajam

antara hukum tertulis dan hukum realitas. Sebenarnya

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 105: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

fenomena itu bukanlah suatu hal yang unik bagi Korea.

Perbedaan itu dapat ditafsirkan sebagai bentrokan antara

kultur barat dan kultur timur. Ketegangan dan konflik antara

kedua budaya tersebut disebabkan karena perbedaan konsep atau

pandangan tentang pengertian hukum, dan penerapan hukum dalam

mengekspresikannya pada kehidupan masyarakat serta dampak

atau akibat yang ditimbulkan.

1. Makna hukum bagi masyarakat Korea

(1) Masyarakat Korea memandang hukum itu mengandung dua

arti. Arti pertama adalah etika atau moral, dan arti kedua

adalah kewajiban. Karena orang Korea dikuasai sistem

penilaian Kong Hu Chu, arti hukum itu harus dipahami dengan

berdasarkan filsafat Kong Hu Chu. Ketika disebut "hukum" di

dunia timur, sama dengan "perintah, paksaan, dan hukuman".48

Konsep terhadap hukum tersebut dapat terlihat dari pikiran

para ahli hukum maupun dari data ilmu tradisi dan antropologi

(Dan F. Henderson, Consiliation and Japanese Law, 2 Vols. (University of Washington Press, 1965)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 106: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Ada pepatah Korea yang menyatakan seorang yang sangat baik

sebagai "orang yang dapat hidup dengan baik walaupun tidak

ada hukum". Sementara menurut masyarakat Amerika, hukum itu

merupakan syarat mutlak, karena tanpa hukum akan menimbulkan

keadaan anarkis. Keyakinan mereka adalah hukum itu harus

diadakan untuk mengatasi keadaan anarkis dan kekerasan. Oleh

karena itu seorang pakar hukum Korea mengatakan "orang yang

dapat hidup tanpa hukum" merupakan suatu ekspresi yang paling

tepat untuk menunjukkan perbedaan konsep tentang hukum

antara orang Korea dan orang Amerika.4'

Konsep hukum di dunia timur mengandung norma-norma yang

mengatur perbuatan manusia dengan menggunakan paksaan dan

hukuman serta juga terkandung dunia utopia yang dicita-

citakan. Artinya hukum itu bukan tujuan, tetapi alat untuk

A" (Dai-Kwon Choi, Western Law in a Traditional Society Korea, Korean Journal of Comparative Law, 1980 S. 130)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 107: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

I mendatangkan dunia yang tidak memerlukan adanya hukum, yakni

dunia yang sempurna dan ideal. 50

Dalam hal ini ada kesamaan dengan konsep hukum Marxisme.

Hukum akan menjadi hilang bila keadaan politik yang ideal

tercapai. Konsep hukum di Korea dapat dimengerti dengan

mengaitkan 'budaya memalukan' dan 'budaya gengsi'. 51

Ketika melakukan suatu kewajiban secara paksa, padahal

kewajiban itu harus dilakukan secara sukarela, hal itu

dianggap sebagai suatu hal yang sangat memalukan. Apalagi

harus berdiri di pengadilan sebagai pihak tertuduh, setelah

melakukan suatu pelanggaran. Walaupun seandainya berdiri

sebagai seorang saksi tetap dianggap sebagai suatu hal yang

memalukan. Begitu pula menuduh orang lain di pengadilan atau

memberitahukan suatu pelanggaran seseorang kepada instansi-

instansi penegakan hukum, dianggap sebagai suatu hal yang

c,° Dai-kwon, Choi. Sosiologi hukum Korea, Seoul national univesity Press.1998. Hal 131f)1 (Ruth Benedict, Chrysanthemum and sword: Patterns ofJapanese Culture (Boston: Houghton Mifflin Co., 1946)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 108: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

tidak baik. 52

Satu hal lagi untuk mengerti konsep hukum Korea adalah,

unsur budaya yang mengutamakan maksud atau inti daripada

terpaut kepada aturan-aturan yang kecil. Sampai zaman

sekarangpun, bila ada orang yang terlalu peka dan setia pada

peraturan-peraturan yang kecil, orang itu dianggap sebagai

orang yang berkecil hati, sedangkan orang yang melakukan

pelanggaran terhadap prosedur-prosedur yang tidak penting,

dianggap sebagai orang yang berjiwa besar. Orang yang suka

mempermasalahkan hal-hal yang bersifat teknis akan

diperlakukan sebagai orang yang sepele. Jadi melanggar

peraturan-peraturan yang tidak penting dan pokok, seperti

pelanggaran terhadap aturan lalu lintas ataupun kesehatan

dianggap sebagai masalah kecil, sehingga walaupun ada

pelanggaran, orang itu tidak dipermasalahkan secara besar-

besaran. Sikap seperti ini dapat terlihat juga dalam soal

ibid

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 109: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pembuatan perjanjian-perjanjian dalam masyarakat modern. Jika

sudah ada kesepakatan yang berkaitan dengan suatu prinsip,

orang Korea menjadi senang dan merasa puas terhadap diri-

sendiri, lalu tidak memperhatikan soal-soal yang bersifat

teknis, sehingga sering mengalami kerugian ataupun kesulitan

yang besar. Terhadap sikap seperti ini, orang Jepang lebih

teliti dan seksama daripada orang Korea.

Sedangkan konsep hukum dunia barat harus dipahami sebagai

konsep yang dikaitkan dengan keadilan. Tujuan politik pun

dianggap untuk mengamalkan hukum. Tradisi yang terus

diwariskan dari masyarakat barat, yaitu "negara yang

diperintah oleh hukum, bukan oleh manusia" dapat dijadikan

contoh yang baik. Orang-orang Amerika menganggap penguasa

tanpa terkecuali tidak dapat melakukan sesuatu secara

sewenang-wenang, tetapi tetap dibatasi oleh hukum untuk

mengontrol pelaksanaan keadilan. Apabila dalam masyarakat

(Takeyoshi Kawashima, Dispute Settlement In Japan, Black an Mileski, ed., The Social Organization of law Nork: SeminarPress, 1973, pp 589)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 110: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Amerika, ada seseorang merasa haknya dilanggar oleh orang

lain ataupun negara, maka ia dapat segera mengajukannya ke

pengadilan.

2) Hukum tradisi Korea terdiri dari kewajiban saja, dengan

kata lain tidak ada konsep "hak".

Hukum Korea tidak dapat mengembangkan konsep 'hak' ,

sedangkan orang Amerika berhasil. Ciri-ciri hukum dunia

barat adalah terbentuk untuk melindungi hak dan kepentingan

anggota masyarakat dari kekerasan para penguasa ataupun

pemerintah. Dan hukum dunia barat mempunyai batas yang jelas

antara hak dan kewajiban dalam kuantitas maupun kualitas,

sedangkan hukum Korea menuntut kewajiban yang tanpa batas.

Misalnya tuntutan terhadap setiap warga negara untuk setia

pada negara, atau terhadap setiap anak untuk setia dan

menghormati orangtuanya. Ciri-ciri sistem hukum timur adalah

sangat tergantung kepada karakter orang yang mengeksekusi

hukum, daripada aturan-aturan yang tertulis. Oleh karena itu

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 111: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

waktu menjatuhkan putusan, isi putusan itu sangat ditentukan

oleh faktor-faktor bukan hukum, seperti motivasi kejahatan

para pelanggar, keadaan waktu terjadi pelanggaran dan lain-

lain.

3) orang Korea mempunyai kebiasaan untuk menghindari

perkara-perkara di pengadilan sedapat mungkin.

Bila terjadi sengketa atau pun konflik, masyarakat Korea

tidak membawa perkara itu ke pengadilan, tetapi memecahkannya

melalui upaya konsialisasi atau mediasi baik lewat keluarga

maupun desanya. Dengan kebiasaan ini, di Korea terbentuk

budaya yang jarang menggugat (non-litigious attitudes) atau

pemecahan masalah lewat konsialisasi (mediatory settlement).

Fenomena ini dapat dipahami, karena sistem penilaian Kong Hu

Chu yang memuji keharmonisan, konsosialisasi dan perdamaian.

Tetapi bukan hanya itu saja, melainkan juga karena adanya

4 (Choi Chong-Go, A History of Law Study In Korea, Bak Young Sa Publishing Com 1990, 376 pp)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 112: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

fungsi pengontrolan diri dalam masyarat baik dalam keluarga,

warga dan desanya masing-masing. Apabila suatu perkara yang

sebenarnya masih dapat dipecahkan secara kekeluargaan atau

upaya konsiliasi dengan warga atau masyarakat desa dibawa ke

pengadilan, maka orang itu harus bersiap-siap untuk

meninggalkan tempat di mana selama ini ia tinggal. Jadi

setiap perkara yang tidak melampaui self-control pemerintahan

dapat dipecahkan di dalam komunitas sendiri, tetapi perkara

yang tidak dapat ditangani seperti kasus kejahatan pembunuhan,

barulah perkara itu dibawa ke pengadilan. Sebagai akibat

dari budaya ini, masyarakat Korea segan membawa masalah

konflik ke pengadilan, dan lebih suka bersandar kepada sikap

mengalah ataupun mediasi.55 Sifat yang terbentuk sejak zaman

dahulu ini tidak berubah dan tetap ada sampai sekarang.

Seperti negara-negara lain di Asia, negara Cina dan Jepang,

Korea pun mengalami westernisasi pada abad 20, dan sebagai

Keadaan atau penomena sama dapat dilihat di masyarakat Jepang. Lihat Hideo Tanaka, The Japanese Legal System. University of Tokyo Press, 1976, pp 261

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 113: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

salah satu produknya, Korea menerima sistem hukum formalitas

( formal legal system) dan sistem itu sedang diberlakukan.

Perbedaan antara budaya hukum Korea dan Amerika dapat

terjadi secara sangat wajar, sebab hukum Amerika dibentuk dan

dikembangkan di atas dasar yang berbeda dengan Asia, baik

dalam segi politik, ekonomi, sosial dan budaya, sedangkan

hukum Korea tradisi melambangkan sistem penilaian dan konsep

Kcrea. Karena latar belakang yang berbeda, dan tata nilai

yang berbeda, serta diimpor dan diterapkan pada wilayah yang

berbeda latar belakang sejarah, politik, dan sosialnya, maka

sangatlah wajar terjadi perbedaan atau jurang pemisah yang

tajam antara hukum dan realitas, Ideal dan kenyataan, masalah

konflik tata nilai dan ideal antara dunia barat dan dunia

timur. 56

Dengan demikian, masyarakat Korea yang tergolong dalam

m (Dai Kwon Choi, Western Law in Traditional Society Korea, Korean Journal of Comparative Law, Vol 8, pp. 201-202)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 114: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

masyarakat timur, mempunyai pandangan hukum yang berbeda

dengan masyarakat barat. Walaupun masyarakat Korea tergolong

sebagai masyarakat negara yang telah mendekati negara

industri, namun pandangan hukum mereka sangat berbeda dengan

masyarakat negara industri lainnya.

Latar belakang nilai hidup masyarakat Korea banyak

dipengaruhi oleh ajaran Kong Hu Chu. Demikian pula pandangan

masyarakat Korea terhadap hukum, banyak didasarkan pada

ajaran tersebut. Bagi masyarakat Korea, hukum sering

diartikan sebagai alat negara untuk melaksanakan kehendaknya.

Hukum seringkali disamakan dengan "dera" atau "denda". Bagi

masyarakat Korea, hukum adalah sesuatu yang harus dijauhi

serta sedapat mungkin untuk tidak terlibat dalam masalah yang

berhubungan dengan hukum. Dalam masyarakat Korea sikap untuk

tidak terlibat dalam urusan hukum merupakan suatu sikap yang

terhormat.57

'7 ( Dalam hal ini masyarakat korea sama dengan masyarakat

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 115: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Bab IV

Pengaruh Infrastruktur Hukum Ekonomi Terhadap Investasi

Perusahaan Korea di Indonesia

A. Profil Perusahaan Korea di Indonesia

Menurut laporan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal),

jumlah penanaman modal asing selama tahun 1967 sampai 1999

adalah 7665 jenis dan sebanyak 227.883 juta aollar Amerika.

Di antara jumlah tersebut, Korea sendiri menduduki tempat

yang teratas dengan urutan kedelapan dengan jumlah modal

sebanyak 10.348 juta dollar, sedangkan soal jenis berada pada

urutan keempat terbesar sebanyak 728 jenis.

Pengusaha Korea mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1968

untuk mengeksploitasi dan mengembangkan bidang perhutanan

atau forestry. Kemudian sejak tahun 1985 masuk perusahaan-

perusahaan Korea yang mengutamakan man-power atau daya tenaga

Jepang. Perbandingkan Hikmahanto Juwana "masyarakat Jepang tak perlu hukum?", Forum Keadilan, 28 Maret 1991)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 116: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

kerja manusia. Dewasa ini, 4 00 pengusaha Korea menanamkan

nodalnya di Indonesia dan di antara mereka 200 pengusaha

sedang beroperasi secara aktif di bidang tekstil, boneka atau

nainan anak-anak dan sepatu. Menurut hasil penelitian penulis

terhadap para pengusaha Korea di Indonesia(penelitian ini

dilakukan terhadap 50 perusahaan melalui wawancara langsung

ataupun telepon) tentang iklim investasi Indonesia, ada yang

nasih berpendapat positif, ada juga yang berpendapat negatif.

Pandangan positif terhadap iklim penanaman modal di Indonesia

adalah

1) Indonesia mempunyai sumber alam yang sangat kaya, hasil

pertanian dan perikanan yang banyak, murah, dan lain-lain.

2) Sumber daya manusia mudah dijangkau, murah dan lumayan

berkualitas, maka banyak pengusaha Korea yang membutuhkan

tenaga kerja tetap bertahan di Indonesia

3) Sifat-sifat orang Indonesia yang lembut dan taat.

Walaupun sering terjadi konflik antara pengusaha Korea

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 117: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

dengan para tenaga kerja Indonesia masih dapat

diselesaikan secara damai dan secara kekeluargaan.

4) One-stop Service yang dilakukan oleh BKPM untuk

mempermudah proses penanaman modal asing dipandang baik

oleh pengusaha Korea

Sedangkan unsur-unsur yang kurang menarik di mata pengusaha

Korea adalah

1) Ketidakpastian arah masa depan politik dan budaya KKN

yang mengakar pada seluruh budaya Indonesia, sehingga

sistem ekonomi kurang efisien dan tingginya social cost.

2) Infrastruktur sosial yang kurang memadai, seperti

kapasitas daya listrik yang masih rendah dan sistem

transportasi yang kurang baik.

3) Walaupun tenaga kerja manusia sangat banyak, namun

sangat sulit untuk mendapatkan tenaga kerja yang

profesional, terampil dan berkualitas tinggi, sehingga

masih belum waktunya menanam modal di bidang teknologi

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 118: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

tinggi seperti barang-barang elektronik, telekomunikasi

dan teknologi informasi.

4) Kurang transparannya penggunaan peraturan-peraturan

tentang hukum investasi.

5. Sikap pengusaha Korea di Indonesia terhadap kebijakan

Pemerintah

1. Etika bisnis dan kebijakan pemerintah

Adalah suatu fakta, bahwa dalam bisnis akan selalu terjadi

persaingan yang sangat ketat. Persaingan ketat terkadang

membuat pelaku bisnis menghalalkan segala cara untuk

memenangkan persaingan, sehingga sering terjadi persaingan

yang tidak sehat di bidang bisnis. Persaingan yang tidak

sehat dapat merugikan orang banyak, di samping juga dalam

jangka panjang dapat merugikan pelaku bisnis itu sendiri.

Berkaitan dengan masalah persaingan ini maka sangat

dibutuhkan etika bisnis.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 119: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Etika bisnis tidak sama dengan hukum, karena sifatnya yang

tidak mengikat dan memaksa. Etika, hanya sebagai aturan main

yang didasarkan pada standar moral. Sedangkan hukum, sifatnya

mengatur dan memaksa serta memiliki sanksi yang dapat

dilaksanakan. Namun demikian, hukum dan etika mempunyai

kaitan yang erat antara satu dengan yang lain. Hukum dibentuk

berdasarkan standar etika yang hidup dalam masyarakat. Dengan

demikian "hukum dan etika bagaikan dua sisi dari satu mata

% * a l i—i- f f 3 6uang .

Satjipto Rahardjo, mengatakan bahwa hukum bukan hanya

bangunan peraturan melainkan bangunan ide, kultur dan cita-

cita. Sering orang menyingkat hukum modern sebagai "rule of

law" begitu saja dan tidak melihatnya juga sebagai "rule of

morality". 59

Dalam persaingan bebas, akan timbul selalu pengusaha-

68 (Sudikno Mertokusumo, Mengenai Hukum, Cet. II. Yogyakarta: Liberty, 1988, hal. 35)

~'9 (Satjipto Rahardjo, Liberalisme, Kapitalisme dan Hukum Indonesia, Lihat kompas, 16 Januari 1995)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 120: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pengusaha yang efisien, dimana usaha-usahanya menciptakan

proses baru yang lebih baik atau memperbaiki proses yang ada

sehingga dapat bekerja lebih efisien. Tetapi di samping

memiliki aspek positif dalam persaingan juga tidak bisa

dihindari adanya faktor-faktor negatif yang dapat mengganggu

sistem perekonomian. Kebebasan berusaha yang mutlak ini

menumbuhkan pengusaha-pengusaha industri yang hanya

menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan kata

lain motif persaingan adalah untuk mencari keuntungan yang

sebesar-besarnya.

Dalam menghadapi persaingan, berbagai kiat usaha mesti

dilakukan oleh pemilik modal, seperti diversifikasi dan

ekstensifikasi usaha. Oleh karena itu, tidak mengherankan

apabila para pelaku ekonomi berhasrat menguasai berbagai

sektor industri yang strategis, mulai dari industri hulu

hingga hilir. Dampak negatif dari persaingan yang demikian

adalah kepemilikan suatu usaha berada dalam satu tangan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 121: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

(konglomerat), sehingga ia bisa mengendalikan persaingan.

Kondisi yang demikian dinilai turut mewarnai iklim

persaingan bisnis di Indonesia. Akibatnya, banyak pengusaha

yang merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menjalankan

bisnisnya. Para pengusaha yang tidak atau kurang memiliki

akses ke birokrasi merasa khawatir menghadapi iklim usaha

yang terjadi dewasa ini. Mekanisme pasar belum sepenuhnya

dapat dijadikan acuan, sehingga ada yang mengatakan bahwa

urusan pengembangan usaha tidak cukup hanya mengacu pada

hukum permintaan dan penawaran, melainkan juga mesti memiliki

akses pada kekuasaan. o0

Dalam kondisi seperti itu, para pengusaha Korea pun tidak

hanya mengandalkan visi bisnis belaka, tetapi mereka mesti

mengandalkan juga visi non-bisnis. Apalagi mereka harus

mengalahkan pengusaha-pengusaha yang lebih tangguh seperti

60 (Hanan Pamungkas, "Persaingan Bisnis dan Masalah Kultur Masyarakat", Bisnis Indonesia, 22 Juli 1995)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 122: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Jepang, Amerika dan Singapura. Untuk itu, para pengusaha

Korea cenderung berusaha mencari akses melalui organisasi

yang dekat dengan kekuasaan, agar memperoleh fasilitas atau

kemudahan-kemudahan dalam menjalankan bisnisnya. Akibatnya,

lahirlah pengusaha-pengusaha besar yang mendapatkan fasilitas

monopoli, subsidi, dan proteksi pemerintah. (Pengusaha yang

demikian disebut "pengusaha klien (client-buisnismen) , yaitu

pengusaha swasta pribumi yang beroperasi di bawah dukungan

dan proteksi berbagai jaringan pemerintah. Mereka sangat

tergantung pada konsesi dan monopoli. Pengusaha semacam ini

sangat tergantung pada birokrasi. 61

Pengusaha yang berhasil mengakses pada kekuasaan dapat

menjadi besar, bukan karena mereka dapat memenangkan

persaingan dengan usahanya sendiri, akan tetapi dibesarkan

61 (Lihat Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan politik:Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980), Cet. I, (Jakarta: LP3ES, 1990), hal.265, dan "Hubungan Penguasa-Pengusaha: Dimensi PolitikEkonomi Pengusaha Klien di Indonesia" dalam Kelola, No. 10/IV/1995, hal.18)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 123: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

oleh kekuasaan.

Aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan

terwujudkan persaingan yang sehat. Munculnya berbagai bentuk

fenomena persaingan yang tidak sehat menunjukkan, bahwa

peranan hukum dan etika dalam persaingan bisnis belum

berjalan sebagaimana mestinya. Dari sudut pandangan bisnis

semakin disadari pentingnya etika bisnis yang merupakan

perwujudan nilai-nilai moral. Sebagian dari pelaku bisnis

menyadari bahwa apabila ingin berhasil dalam kegiatan bisnis,

harus tetap mengindahkan prinsip-prinsip etika. **■

Etika bisnis merupakan suatu kajian mengenai bagaimana

kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip moral diterapkan dalam

bidang bisnis. Etika bisnis mengandung himbauan-himbauan

moral, agar pelaku bisnis menjalankan bisnisnya dengan baik

dengan menghargai nilai-nilai etis yang bersifat universal

62 (A Sonny Keraf, Etika Bisnis: Membangun Citra Bisnissebagai Profesi Luhur, Cet. II (Yogyarta:Kanisius,1993), hal.63)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 124: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

yang ada dalam suatu masyarakat. 63

Etis dan tidak etisnya suatu prilaku dapat dilihat dari

akibat yang dirasakan oleh orang lain. Perilaku tidak etis

seringkali merugikan hak dan kepentingan orang lain. Etika

bisnis tidak sama dengan hukum, karena sifatnya yang tidak

mengikat dan memaksa. Etika, hanya sebagai aturan main yang

didasarkan pada standar moral. Sedangkan hukum, sifatnya

mengatur dan memaksa, serta memiliki sanksi yang dapat

dilaksanakan. Namun demikian, hukum dan etika mempunyai

kaitan yang erat satu sama lain.

Hukum dibentuk berdasarkan standar etika yang hidup

dalam masyarakat. B.M. Koentjoro Jakti, berpendapat bahwa

etika bisnis menyangkut nilai-nilai moral pelaku bisnis yaitu

menyangkut hati nurani pelaku bisnis untuk membedakan antara

63 (Bandingkan Kumhal Djamil, "Peran Pemerintah Dalam Rangka Penanggulangan Perbuatan Curang" dalam Adrianus Meliala (ed), Praktik Bisnis Curang, cet. I (Jakarta: Sinar Harapan, 1993), Hal 75"

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 125: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

apa yang baik dan apa yang buruk serta menetapkan nilai-nilai

yang patut dianut dan patut dikerjakan. 64

Sasaran yang hendak dicapai dalam bidang etika bisnis

adalah bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai moral dalam

menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Etika bisnis dalam

persaingan sangat penting artinya dalam upaya melindungi hak

dan kepentingan dari tindakan-tindakan yang merugikan

masyarakat sebagai akibat dari praktik bisnis yang

dijalankannya.

Hakekat etika bisnis melekat pada bisnis itu sendiri yaitu

persaingan. Etika bisnis bukanlah alat untuk melindungi

sesama pelaku bisnis yang tidak efisien atau sekedar ikut-

ikutan. Etika persaingan merupakan rambu-rambu untuk membuat

persaingan tidak merusak sistem ekonomi, jangan sampai

mematikan pesaingnya. Akan tetapi persaingan justru harus

64 (B.M Koentjoro Jakti, "Peraturan Perundang-undanganPerindustrian dan Perdagangan", Makalah, Jakarta, 20 Mei 1996, hal. 28)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 126: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

merangsang para pendatang.65

Penegakan etika bisnis semakin penting artinya dalam upaya

menegakkan iklim persaingan sehat yang kondusif. Iklim

persaingan bisnis akhir-akhir ini agaknya semakin jauh dari

nilai-nilai etis, sehingga praktek bisnis yang dijalankan

bertentangan dengan standar moral. Para pelaku bisnis dewasa

ini semakin leluasa berkiprah dan menguasai pasar komoditi

tertentu dengan tidak mengindahkan lagi "sopan santun"

berbisnis.66

2. konsistensi dan kepastian hukum

Deregulasi mempunyai aspek hukum yang berperanan penting.

Fenomena yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa suatu

kebijakan deregulasi hanya mementingkan kepentingan ekonomi

dan bisnis sesaat. Oleh karena itu kebijakan terkesan dimuat

secara terburu-buru. Dalam prakteknya peraturan deregulasi

65 (Lihat kompas, 4, Oktober 1998)

66 ( Lihat Kwik Kian Gie, "Etika Bisnis dan Pentahapannya", Lihat Kompas, 9 Mei 1995)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 127: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

tingkatannya selalu di bawah Undang-undang, seperti Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, keputusan menteri dan

sebagainya. Hal ini ternyata mengacaukan kesisteman dan

ketaatasasan dalam sistem hukum Indonesia

Dalam setiap pengambilan kebijakan ekonomi, sering ditemui

dimensi hukum yang diabaikan atau dilupakan, sehingga terbuka

peluang timbulnya masalah-masalah di kemudian hari. Cb

Kebijakan deregulasi yang didengung-dengungkan demi

menyelamatkan ekonomi negara, pada dasarnya masih merupakan

kumpulan kebijakan yang belum konsisten, bahkan ada yang

saling bertentangan.

Salah satu contoh adalah lahirnya Peraturan pemerintah No.

20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam perusahaan yang

67 (C.F.G Sunarnyati Hartono, Pembangunan Hukum EkonomiNasional dalam Menyongsong Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asean, Hukum dan Pembangunan, No. 2 Tahun XXIV April 1994)

8 (A. Tony Prasetiantono, Agenda Ekonomi Indonesia,(Jakarta:Pustaka Gramedia Utama, 1995), hal. 246)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 128: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

didirikan dalam rangka penanaman Modal Asing. (Alasan

pemerintah mengeluarkan deregulasi tersebut adalah karena

saat itu negara sedang membutuhkan dana investasi sebesar Rp

660 trilyun selama Repelita VI. Dan sejumlah itu, sebanyak

731 diharapkan berasal dari sektor swasta. Sedangkan sisanya

dibiayai oleh negara)

Kehadiran PP itu mengundang kritikan dan sorotan dari

masyarakat, baik yang pro maupun yang kontra. Yang pro

menilai kehadiran Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia

diharapkan dapat memperluas lapangan kerja, meningkatkan

produksi dan penerimaan negara.

Sedangkan pihak yang kontra berpendapat, kehadiran PP

20/1994 itu dipandang ikut mengacaukan asas-asas hukum yang

dianut oleh bangsa Indonesia, karena PP tersebut secara

materi bertentangan dengan Undang-undang No. 11 Tahun tentang

Ketentuan Pokok-pokok Pers, serta Undang-undang No. 21 tahun

69 (Pandji Anoraga, Perusahan Multinasional: Penanaman ModalAsing, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1994), hal. 178-179)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 129: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

1982 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 1966. Dalam

Undang-undang tersebut dinyatakan pemilik modal suatu

penerbitan pers harus warga negara Indonesia. Dengan demikian

pp 20/1994 itu secara materi bisa dikatakan bertentangan

dengan undang-undang yang kedudukannya lebih cinggi. 70

Sehubungan dengan itu Sunaryati Hartono mengatakan bahwa

deregulasi di bidang ekonomi sering dilaksanakan secara

tergesa-gesa tanpa memperhatikan asas-asas dan kaidah-kaidah

hukum yang berlaku. Dengan adanya pelanggaran terhadap asas-

asas dan kaidah-kaidah hukum, sistem hukum Indonesia menjadi

kehilangan wibawa, karena begitu banyak peraturan perundang-

undangan yang lebih rendah (seperti Paket-paket Deregulasi)

begitu sering menyimpang dan menyisihkan peraturan yang lebih

tinggi. 71

70 (Ibid., hal. 178 Pandji... )*71 (Hartono, Institusi...Loc. cit.. hal 17)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 130: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Dengan demikian, kebijakan deregulasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah ternyata belum cukup efektif mengatasi berbagai

bentuk persaingan bisnis yang tidak sehat. Hal ini disebabkan

karena kebijakan deregulasi itu tidak diiringi dengan

kebijakan di bidang persaingan bisnis, di samping masih

lemahnya penghayatan dan pengamalan etika bisnis.

3. Tanggapan pengusaha Korea terhadap hukum ekonomi

Indonesia

Hukum telah memainkan peranan penting dalam menata dan

mengatur kehidupan masyarakat. Peranan hukum yang demikian

sudah dikenal sejak adanya peradaban manusia. Keberadaan

hukum tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat,

sebagaimana terungkap dari adegium "Ubi Societas Ibi Ius".

Bentuk dan fungsi hukum dalam mengatur masyarakat mengalami

perkembangan sesuai dengan perubahan keadaan dan kebutuhan

suatu masyarakat, sehingga peranan hukum pun tidak selalu

sama pada setiap masa dan setiap tempat.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 131: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Bekerjanya hukum menurut Satjipto Rahardjo, dilakukan

dengan cara memandang perbuatan seseorang atau hubungan

antara orang-orang dan masyarakat. Untuk keperluan tersebut,

Penjabaran hukum berdasarkan fungsi:

1. Pembuatan norma-norma/ baik yang memberikan peruntukan,

maupun yang menentukan antara orang dengan orang.

2. Penyelesaian sengketa-sengketa.

3. Menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat dalam hal

terjadinya perubahan.

Pendapat di atas kiranya sudah tepat, karena hukum dalam

suatu masyarakat, berfungsi mengatur perilaku warga

masyarakat melalui penegasan norma-norma dan menciptakan

serta mengatur hubungan antara orang dengan orang, antara

orang dengan masyarakat,orang dengan negara, dan lain-lain.

Kecuali itu, hukum juga menetapkan mekanisme penyelesaian

konflik yang timbul dalam masyarakat dan menjamin adanya

mekanisme perubahan masyarakat. Menurut Muhamamad Nur, fungsi

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 132: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

hukum cukup beragam dan bahkan terkesan saling bertentangan.

Misalnya pada suatu keadaan, hukum berfungsi mempertahankan

status quo tetapi pada keadaan yang lain, hukum justru

mendorong atau menciptakan perubahan. 72

Roscoe Pound menegaskan, bahwa hukum dapat berfungsi

sebagai alat untuk merekayasa masyarakat. Suatu masyarakat

yang mengalami transformasi dapat diarahkan kepada suatu

keadaan tertentu yang dikehendaki, dengan menetapkan pola-

pola perubahan terlebih dahulu. Lebih lanjut dikatakan bahwa

hukum juga berfungsi untuk melindungi terselenggaranya

kepentingan-kepentingan, yaitu kepentingan umum (public

interest) , kepentingan kemasyarakat (social interest), dan

kepentingan individu (private interests).

Dalam rangka mewujudkan masing-masing kepentingan tersebut

sering terjadi konflik, karena masing-masing kepentingan

72 (Lihat Muhammad Nur, "Kebutuhan undang-undang Antimonopoli dalam Upaya Pemerataan Kesempatan Berusaha di Indonesia, kenun, No, Akudstus 1994 Fakultas Hukum Unsyiah)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 133: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berbeda satu sama lain, sehingga terjadinya tarik menarik

antara satu kepentingan dengan kepentingan yang lain. Sebagai

contoh, usaha di sektor bisnis yang dijalankan secara

monopoli merupakan suatu hak (kepentingan) dari pribadi atau

kelompok yang "mesti" dilindungi oleh hukum.

Namun di sisi lain, hak yang dimiliki oleh seseorang atau

suatu badan tersebut kadangkala dapat mengganggu hak

(kepentingan) orang lain. Dalam kondisi seperti ini, hukum

seharusnya berperan memelihara keseimbangan antara kedua

kepentingan yang saling bertentangan tersebut. Dengan semakin

meningkatnya kasus-kasus yang terjadi di dunia bisnis

sekarang ini, akhirnya membuat masayarakat sadar dan yakin,

bahwa keberadaan pranata hukum ekonomi sangat besar artinya

bagi perlindungan masyarakat dan pengusaha kecil dari praktek

bisnis yang tidak sehat.

Demikian pula, kalangan bisnis sangat memerlukan perangkat

hukum berupa undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 134: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

untuk memberi rambu-rambu, agar persaingan bisnis berjalan

secara fair dan sehat. Bisnis tidak hanya terkait dengan

etika bisnis, tetapi juga sangat terkait dengan pranata hukum.

Penulis mencoba mengadakan penelitian terhadap pengusaha-

pengusaha Korea dimana terdapat kurang lebih 50 perusahaan

untuk mengetahui pandangan dan keluhan mereka terhadap iklim

investasi Indonesia. Pandangan pengusaha Korea sangat penting

dan akan menentukan keberaaaan pengusaha Korea dalam

menanamkan investasi yang terus-menerus atau akan berhenti

lalu mengalihkan dana atau modal mereka di negara lain,

seperti Vietnam atau Cina. Menurut hasil penelitian penulis,

ternyata banyak pengusaha Korea yang cukup menyambut gembira

atas kebijakan Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi serta menarik perhatian para investor

asing. Namun, di sisi lain, mereka tetap memiliki sikap yang

dingin dan pesimis terhadap kebijakan pemerintah tersebut,

sebab yang menjadi masalah utama bagi pengusaha Korea adalah

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 135: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

mereka sangat ragu-ragu dan takut akan situasi politik yang

sama sekali tidak pasti dan jelas serta ketidakpastian hukum

di negara Indonesia. Begitu pula dengan akar KKN yang sangat

dalam dan luas. Banyak pengusaha Korea yang sangat kuatir

terhadap gejolak-gejolak politik dan sosial yang terjadi

dalam Bangsa Indonesia. Dan yang paling utama, terhadap

adanya tuntutan untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia

yang terus dilontarkan oleh beberapa wilayah seperti Aceh,

Irian jaya, Riau, dan lain-lain. Begitu juga tuntutan

terhadap masalah otonomi di berbagai daerah, ditambah lagi

kemelut yang terjadi pada elit-elit politik dan Krisis

Ekonomi yang sangat panjang dan melelahkan. Para calon

investor Korea tetap mengambil tindakan wait dan see. Sikap

para pengusaha Korea ini tampaknya tidak akan berubah, bila

keadaan Indonesia tidak mengalami perubahan secara positif.

Jadi pada intinya mereka masih berpikir bahwa meskipun

peraturan-peraturan hukum ekonomi dan kebijakan-kebijakan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 136: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

pemerintah Indonesia sudah baik, tetapi jika tidak ada

praktik-praktik yang merangsang dan mendukung iklim investasi

di Indonesia maka semuanya akan tetap sia-sia. Mereka

mengeluh pada peraturan perburuhan yang terlalu memihak pada

buruh, dan sistem perpajakan yang sangat memberatkan. Dan

yang membuat mereka kecewa adalah justru praktik-praktik dan

kebijakan-kebijakan yang kurang disenangi itu dilakukan dan

diciptakan oleh pemerintah sekarang, justru pada saat kondisi

perekonomian yang sangat memburuk dewasa ini. Dikeluhkan

pula tentang masalah KKN. Dikatakan ada dua jenis tindak

korupsi yang sangat mempengaruhi investor Korea. Tindak

Korupsi yang pertama yang sering muncul di zaman Orde Baru

adalah jenis korupsi yang dianggap sebagai 'pelumas kegiatan

bisnis' . Dikatakan pada zaman Orde Baru, bila pengusaha Korea

membayar suatu harga, mereka pasti mendapatkan 'hasil kerja

yang mereka inginkan. Tetapi hal-hal yang terjadi pada

pemerintahan sekarang, pada zaman reformasi ini adalah

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 137: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

meskipun mereka tetap membayar ongkos untuk memperlancar

kegiatan usaha mereka, namun para pengusaha Korea seringkali

tidak mendapatkan jasa atau kemudahan seperti apa yang telah

dijanjikan. Menurut mereka, setelah terjadi reformasi,

terjadi pula demokratisasi dari korupsi', di mana tingkat

ketidakpastian korupsi (corruption unpredictability) makin

meningkat. Sementara di zaman Soeharto, tindak korupsi memang

sangat tinggi, tetapi ketidakpastian korupsi sangat rendah,

maka para pengusaha Korea lebih senang terhadap keadaan pada

zaman Orde Baru daripada Pemerintahan sekarang. *'

Yang menjadi perhatian utama bagi pengusaha Korea adalah

keamanan dan jaminan kepastian hukum terhadap jumlah

investasi mereka, supaya apa yang telah mereka tanamkan itu

dapat diambil kembali lagi dengan selamat. Perhatian mereka

ini cukup dapat dipahami, sebab tujuan penanaman modal di

Indonesia adalah sangat jelas, yaitu untuk mendapat

73 Lin Che Wei, "Memprihatinkan, Investasi Asing di Indonesia", Kompas, 18 Juni 2000

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 138: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

keuntungan sebanyak mungkin.

Menurut hasil penelitian penulis, kebanyakan pengusaha

Korea tidak mempunyai planning jangka panjang dan mereka tak

begitu peka terhadap perubahan kebijakan-kebijakan pemerintah

Indonesia. Mereka tidak tahu apa keuntungan dan kerugian yang

diakibat dari perubahan kebijakan pemerintah Indonesia.

Sepertinya sikap mereka pasrah saja dan hendak menyesuaikan

diri pada perubahan kebijakan pemerintah Indonesia. Dan bila

keadaannya tidak menguntungkan lagi, mereka akan meninggalkan

Indonesia begitu saja. Karena itu dalam penanaman modal,

mereka tidak mau menanggung resiko tinggi, sangat gelisah dan

hati-hati. Mereka tidak berani menanamkan modal yang besar

di Indonesia dalam jangka panjang, sebab menurut pikiran

mereka kebijakan pemerintah tidak terpaut kepada suatu

Prinsip dan dapat berubah sewaktu-waktu secara sewenang-

wenang. Permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah

kekuatiran dan ketidakpercayaan mereka terhadap sistem

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 139: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

penyelesaian sengketa di pengadilan Indonesia. Mereka tidak

suka mengambil jalan keluar dengan menggunakan jalur hukum,

sebab proses pengadilan di Indonesia sangat lama, kurang

transparan dan tidak dapat diandalkan. Jadi, jalan keluar

yang sering mereka tempuh adalah menggunakan suap atau

menyerah, sebab pandangan mereka terhadap sistem pengadilan

Indonesia sangat memprihatinkan, pesimis dan negatif. Masalah

ini sangat serius, sebab seperti di dalam sistem hukum, tiga

unsur itu sangat mutlak yaitu substance, aparat penegak hukum

dan budaya hukum. Berkaitan dengan masalah ini, pemerintah

Indonesia perlu meningkatkan mutu aparat baik dalam

pemerintahan yudikatif, eksekutif maupun legislatif. Melalui

Persiapan dan perbaikan terhadap undang-undang dan peraturan

saja sama sekali tidak cukup. Hal yang sangat penting dan

Urgen adalah kehadiran aparat yang bersih dan efisien dalam

Melaksanakan hukum, dan peranan pengadilan akan semakin

Penting pada masa mendatang. Oleh karena itu harus dilakukan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 140: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

upaya yang lebih serius untuk memperbaiki kesejahteraan dan

mutu para hakim, supaya Indonesia memiliki pengadilan yang

bersih dan berwibawa.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 141: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurut penelitian Penulis, pengusaha Korea tidak peduli

terhadap apa yang telah dilakukan pemerintah. Bagi mereka

yang lebih menjadi perhatian adalah bagaimana mereka dapat

memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis di Indonesia

dengan adanya jaminan politik, keamanan, hukum dan

kebijaksaan-kebijaksanaan pemerintah yang dapat menjamin

iklim usaha yang baik di Indonesia. Jadi, jika seluruh

kondisi dalam Bangsa Indonesia memungkinan untuk mendapat

keuntungan, mereka dapat tinggal di Indonesia dan terus

melakukan kegiatan bisnis dengan menaati apa pun kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Akan tetapi,

bilamana keuntungan tidak dapat diperoleh, kapanpun mereka

siap meninggalkan Indonesia dan mencari tempat investasi yang

baru.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 142: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Seperti kebiasaan dan kultur hukum masyarakat Korea,

pengusaha-pengusaha Korea selama berada di Indonesia selalu

mengutamakan keharmonisan. Jadi, bilamana terjadi konflik,

mereka tidak mau memecahkan permasalahan itu melalui jalur

hukum. Mereka csnderung bersandar pada cara-cara jalur ncn

hukum seperti mediasi, konsiliasi ataupun arbitrase. Selain

itu, mereka tidak percaya kepada mekanisme pengadilan di

Indonesia, sebab menurut mereka proses hukum Indonesia tidak

adil, kurang transparan, dan prosesnya terlalu lama. Jadi,

bilamana terjadi konflik, mereka atasi dengan menjauhi jalur

hukum sedapat mungkin. Mengikuti jalur hukum adalah jalan

yang terakhir bagi mereka.

Perhatian utama mereka adalah jaminan keamanan terhadap

investasi mereka. Sikap mereka terhadap kebijakan pemerintah

sangat ragu-ragu, sebab kebijakan itu seringkali berubah-ubah

dan bertolak belakang. Bahkan kadang-kadang kebijakan

pemerintah tidak menghormati tata urut dan asas hukum,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 143: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

sehingga dapat mengubah ataupun merevisi suatu undang-undang

yang lebih tinggi tingkatnya melalui kebijakan pemerintah

yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, mereka bertambah tidak

percaya kepada kepastian hukum dan supremasi hukum di

Indonesia. Sebagai jalan alternatif, mereka cenderung mau

bersandar kepada jalur-jalur yang kurang terpuji seperti

mengadakan akses pada kekuasaan-kekuasaan politik karena jika

hanya mengikuti jalur hukum kurang ar.an untuk memenangkan

persaingan. Sebenarnya, mereka juga sadar bahwa cara-cara itu

tidak baik, tidak etis dan tidak aman, sebab bila terjadi

pergantian pemerintahan, obyek yang mereka andalkan itu akan

roboh. Namun, karena kurangnya kepastian hukum di Indonesia,

merekapun terpaksa terdorong untuk melakukannya, guna

mencapai tujuan mereka untuk mendapat keuntungan yang

sebesar-besarnya dengan menghalalkan segala cara.

B. Saran

1. Pemerintah Indoensia harus memiliki strategi yang

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 144: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

berbeda dalam mengundang investor dari Korea.

Pendekatan hukum semata tidak akan memberi output

seperti halnya pengusaha dari Amerika atau Eropa.

Sehubungan dengan hukum di Indonesia, meskipun

masyarakat Korea tidak terlalu menaruh perhatian, namun

mereka tetap memerlukan kepastian hukum. Oleh karenanya

sesegera mungkin pemerintah Indonesia perlu menertibkan

tata urut hukum untuk menegakkan kepastian hukum di

segala bidang terutama dalam bidang perekonomian. Jalan

itulah yang harus ditempuh oleh pemerintah Indonesia

untuk menarik investasi Korea dalam jangka panjang.

Bila melanggar asas hukum, walaupun dapat mengumpulkan

jumlah investasi asing yang besar, tetapi itu hanya

akan berlaku untuk sementara waktu saja. Fenomena atau

akibat yang lebih merugikan adalah hancurnya kepastian

hukum, sehingga para investor asing tidak percaya lagi

terhadap kebijakan pemerintah. Hal yang sama dirasakan

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 145: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

juga oleh para pengusaha Korea.

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 146: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta, PT. Citra Aditya Bakti, 1997

A Sonny Keraf, Etika Bisnis: Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, Cet. II

(Yogyarta: Kanisius, 1993)

A. Tony Prasetiantono, Agenda Ekonomi Indonesia, (Jakarta:Pustaka Gramedia Utama, 1995)

B.M Koentjoro Jakti, “Peraturan Perundang-undangan Perindustrian dan Perdagangan”, Makalah,Jakarta, 20 Mei 1996)

BPHN, Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perkreditan (Jakarta: Binacipta, 1987)

Business News, 18 November 1986

Chong-go, Choi, Kesadaran hukum bagi orang Korea, Pakyoungsa, 1992

Chong-go, Choi, A History ofLaw Study In Korea, Bak Young Sa Publishing Com, 1990,

Chong-go, Choi. Hukum, agama dan manusia. Samyongsa, 1992,

2 ) ^ 1 , f ' - !>!£)- <?!?}, # < £ * ]- , 1992

Dai-Kwon Choi, Western Law In Traditional Society Korea, Korean Journal of Comparative Law,

Vol.8

Dai-Kwon Choi, Western Law in a Traditional Society Korea, Korean Journal of Comparative Law,

1980

Dai-kwon, Choi. Sosiolog hukum Korea, Seoul national univesity Press.1998.

Dan F. Henderson, Consiliation and Japanese Law, 2 Vols. (University of Washington Press, 1965

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 147: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Ensiklopedia Dusan di dalam bahasa Korea 1997)

Felix 0. Soebagio. “Deregulasi, Kepastian Hukum, dan Usaha Memantapkan Iklim Investasi”. Hukum

Dan Pembangunan (5 Oktober 1990)

Gorys Keraf, Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Cet9, (Ende:Nusa Indah 1993)

Hanan Pamungkas, “Persaingan Bisnis dan Masalah Kultur Masyarakat”,( Bisnis Indonesia, 22 Juli 1995)

Hideo Tanaka, The Japanese Legal System. University of Tokyo Press, 1976, pp 261

Hikmahanto Juwana “masyarakat Jepang tak perlu hukum?”, Fowm Keadilan, (28 Maret 1991)

Himawan Charles, “ Usaha Hukum Ekonomi Unuk menyelamatkan PP. No. 20. “Kompas, Hukum

Ekonomi Untuk menyelamatkan PP. No. 20. “ Kompas, (Juni 1994)

Kumhal Djamil, Peran Pemerintah Dalam Rangka Penanggulangan Perbuatan Curang, Praktik Bisnis

Curang, cet I (Jakarta: Sinar Harapan, 1993)

Kwang-rim, Koh. Perbedaan kultur hukum dunia Timur dan dunia Barat, Press Pendidikan, 1990,

H ^ -4 ^VAK1990

Kwik Kian Gie, “Etika Bisnis dan Pentahapannya”, (Kompas, 9 Mei 1995)

Lin Che Wei, “Memprihatinkan, Investasi Asing di Indonesia”, Kompas, 18 Juni 2000

Muhammad Nur, “Kebutuhan undang-undang Antimonopoli dalam Upaya Pemerataan Kesempatan

Berusaha di Indonesia, kenun, No, Akudstus 1994 Fakultas Hukum Unsyiah)

Pandji Anoraga, Pemsahan Multinasional: Penanaman Modal Asing, (Jakarta: PT Dunia Pustaka

Jaya, 1994)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 148: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Pyong-ho, Park. Law and Traditional Societyin Korea, Seoul National University Press, 1985 ^'S S. , jggg

Presiden RI, Kebijaksanaan inisiatif tindakan-tindakan Banj dalam Bidang Ekspor Impor dan Devisa, (Jakarta: Departmen Penerangan RI dan Bank Indonesia, 1970

Richard, Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Jakarta, PT Asdi Masatya, 1997)

Rizal Ramli, “Deregulasi: Suatu Evaluasi Kritis”. Republika (3 Maret 1993)

Rustian Kamaiudin, Beberapa Aspek Perkembangan Ekonomi Nasional dan Internasional(Jakarta: LPFE-UI, 1989)

Ruth Benedict, Chrysanthemum and sword: Pattems of Japanese Culture (Boston: Houghton

Mifflin Co., 1946)

Sanyoto, Infobank, edisi No.93/1987

Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat dan Pembangunan, (Bandung: Alumni, 1980)

Seritua Arief, “Kebijakan Neoliberalisme”, Warta Ekonomi, No. 03 Th. VI (Juni 1994)

Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiolog Hukum bagi Kalangan hukum, cet3,

(Bandung:Alumni,1981)

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan singkat (Jakarta, RajaGrafindo,

1994)

Sunarnyati Hartono C.F.G, “Pembangunan Hukum Ekonomi Nasional dalam Menyongsong

Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asean”, Hukum dan Pembangunan, No. 2 Tahun

XXIV April 1994)

Sukamdani Sahid Gitosardjono, dkk., Bisnis dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta:Cv Haji Mas

agung, 1993)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 149: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

Sumantoro, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modalf Problems of Investmentin Equities and in Securities, (Jakarta: Binacipta, 1985)

Sumantoro, Aspek-aspek Hukum Dan Potensi Pasar Mosal Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988)

Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1988)

Sunaryati Hartono, “prinsip-prinsip Hukum yang Berkaitan dengan pengembangan Pasar di

Indonesia,” Pada temu karya Aspek Ekonomi dan hukum pengembangan Pasar, Jakarta, 2

Maret 1992, hal. 5.

Sumitro Dhojohadikusumu, Pelita, 14 Desember, 1991:1

Syahrir, kebijaksanaan Negara; konsistensi dan implementasi (Jakarta: LP3ES,1987)

Info Finansial edisi N0.8/V 15 Desember 1993

majalah Warta Ekonomi No.23/TH V/1 Nopember 1993:12

Info Finansial No. 8/V/8 (Desember:1993)

Y. Priyo Utomo dan GatotTriharsa, Peny Analisis Ekonomi Politik, (Jakarta: Gramedia, 1994),

Syahrir, Kebijaksanaan Negara; Konsistensi dan Implementasi, (Jakarta: LP3ES, 1987)

Sudikno Mertokusumo, Mengenai Hukum, Cet. II. Yogyakarta: Liberty, 1988, hal. 35)

Satjipto Rahardjo, Liberalisme, Kapitalisme dan Hukum Indonesia, ( kompas, 16 Januari 1995)

Takeyoshi Kawashima, Dispute Settlement In Japan, Black an Mileski, ed., The Social Organization

of law Nork: Seminar Press, 1973

Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980), Cet I,

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.

Page 150: SIKAP PENGUSAHA KOREA TERHADAP INFRASTRUKTUR HUKUM EKONOMI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440580-T36513-Cheon Ho lee... · hingga kini telah mencakup berbagai sektor,

(Jakarta: LP3ES, 1990), “Hubungan Penguasa-Pengusaha: Dimensi Politik Ekonomi

Pengusaha Klien di Indonesia” dalam Kelola, No. 10/IV/1995, hal.18)

Sikap pengusaha..., Cheon-Ho,Lee, FH UI, 2001.