22
SILA KELIMA DARIPADA PANCASILA A. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia Dibandingkan dengan sila-sila yang lain, sila kelima ini mempunyai keistimewaan didalam rumusnya, yaitu didahului oleh kata-kata, yang menegaskan bahwa keempat sila yang mendahuluinya adalah “untuk mewujudkan” apa yang terkandung dalam sila yang kelima, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Tempatnya didalam Pancasila sebagai sila yang terakhir itu adalah karena menjadi tujuan daripada empat sila yang mendahuluinya, menjadi tujuan bangsa kita dengan bernegara. Jadi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana adalah keadilan sosial yang berketuhanan yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, dan yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. 1. Cita-cita keadilan sosial pada proklamasi kemerdekaan. Tempat terdapatnya pancasila sebagai dasar filsafat negara kiata adalah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 didalam kalimatnya yang keempat. Di dalam kalimat yang kedua disebutkan, bahwa “perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia

Sila Kelima Daripada Pancasila

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sila Kelima Daripada Pancasila

SILA KELIMA DARIPADA PANCASILA

A. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Dibandingkan dengan sila-sila yang lain, sila kelima ini mempunyai keistimewaan

didalam rumusnya, yaitu didahului oleh kata-kata, yang menegaskan bahwa keempat sila

yang mendahuluinya adalah “untuk mewujudkan” apa yang terkandung dalam sila yang

kelima, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Tempatnya didalam Pancasila sebagai sila yang terakhir itu adalah karena menjadi

tujuan daripada empat sila yang mendahuluinya, menjadi tujuan bangsa kita dengan

bernegara. Jadi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana adalah

keadilan sosial yang berketuhanan yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan

beradab, yang berpersatuan Indonesia, dan yang berkerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

1. Cita-cita keadilan sosial pada proklamasi kemerdekaan.

Tempat terdapatnya pancasila sebagai dasar filsafat negara kiata adalah pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 didalam kalimatnya yang keempat. Di dalam kalimat yang

kedua disebutkan, bahwa “perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat

Indonesia kedepan pintu kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil

dan makmur.” Dari kata-kata yang terakhir “adil dan makmur” terlihatlah dengan lebih

tegas lagi tujuan bangsa kita dengan proklamasi kemerdekaan untuk bernegara. Di lain

tempat didalam pembukaan, yaitu kalimat yang keempat dinyatakan juga, bahwa

pembentuk pemerintah Indonesia adalah pula untuk memajukan kesejahteraan umum.

Dengan adanya keadilan sosial sebagai sila kelima dari dasar filsafat negara kita, maka

berarti bahwa didalam “negara adil dan makmur” dan “kesejahteraan umum” itu harus

terjelma keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan sosial menurut pembukaan UUD dimaksudkan tidak bagi rakyat

Indonesia sendiri, akan tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Ditentukan dalam kalimat

keempat Pembukaan, bahwa pembentukan “suatu Pemerintah Negara Indonesia ...

(adalah juga untuk) ikut melaksanakan ketertiban duniayang mendasarkan kemerdekaan,

Page 2: Sila Kelima Daripada Pancasila

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” Di dalam pembukaan terkandung pokok-pokok

pikiran “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dengan berdasar atas Persatuan dengan mewujudkan keadilan bagi seluruh

rakyat

Indonesia...............................................................................................................................

...

Dalam pembukaan ini, diterima aliran pengertian negara Persatuan negara yang

melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala

paham golongan, mengatasi segala paham, perseorangan... Negara, menurut pengertian

Pembukaan, itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia sepenuhnya.

Keadilan sosial dapat dikembalikan pula kepada sifat kodrat manusia monodualis

atau kesatuan sifat kodrat perseorangan dan sifat kodrat makhluk sosial dalam

keseimbangan yang dinamis, yaitu mana yang dititik beratkan tergantung dari keadaan

dan jaman, sehingga keadilan sosial adalah sesuai pula dengan sifat hakikat negara kita

sebagai negara monodualis. Tentang keadilan sosial dalam lapangan Internasional, dapat

kita ketemukan dalam pokok-pokok pikiran mengenai tak dapat terpisahkannya

kebangsaan dari Internasionalisme.

Sebagai catatan dapat dikatakan juga, bahwa dasar daripada hubungan pertalian

antara nasionalisme dan internasionalisme yang demikian tadi dapat dikembalikan

kepada sifat kodrat monodualis daripada manusia, yang diperalihkan sebagai

penjelmaannya kepada negara. Didalam hal nasionalisme atau kebangsaan, kita tidak

mempunyai sifat chauvinisme, akan tetapi merupakan rangkaian kesatuan dengan

internasionalisme itu, adalah dapat dikembalikan pula kepada sifat hakikat Negara kita

sebagai negara monodualis.

Berhubung dengan keadilan sosial itu dapat dikembalikan kepada sifat kodrat

monodualis manusia, maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam keadilan sosial

terkandung pula kesatuan yang statis tak berubah daripada kepentingan perseorangan

atau kepentingan khusus dan kepentingan umum dalam keseimbangan yang dinamis.

“Dengan demikian maka lapangan tugas bekerjanya negara dalam hal memlihara

(keadilan sosial) dapat dibedakan menjadi :

1. Memelihara kepentingan umum, yang khusus mengenai kepentingan negara

sendiri sebagai negara;

2. Memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama daripada para

warga negara, yang tidak dapat dilakukan oleh para warga negara sendiri;

Page 3: Sila Kelima Daripada Pancasila

3. Memelihara kepentingan sendiri daripada warga negara perseorangan, yang

tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh warga negara sendiri, dalam bentuk bantuan dari

negara;

4. Memelihara kepentingan dari warga negara perseorangan, yang tidak

seluruhnya dapat diselenggarakan oleh warga negara sendiri, dalam bentuk bantuan dari

negara; adakalanya negara memelihara seluruhnya kepentingan perseorangan

(fakir/miskin, anak terlantar);

5. Tidak Cuma bangsa Indonesia dalam keseluruhannya harus dilindungi, juga

suku bangsa, golongan warga negara, keluarga, warga negara perseorangan;

6. Tidak cukup ada kesejahteraan dan ketinggian martabat kehidupan umum bagi

seluruh bangsa, juga harus ada kesejahteraan dan martabat kehidupan tinggi bagi setiap

suku bangsa, setiap golongan warga negara, setiap keluarga, setiap warga negara

perorangan.

Pemeliharaannya baik diselenggarakan oleh negara maupun oleh perseorangan

sendiri, tidak dengan atau dengan bantuan negara.”

2. Sila kelima daripada Pancasila mengandung cita-cita kemanusiaan yang memenuhi

hakekat daripada adil.

Dari cita-cita dan pokok-pokokk pikiran itu, bahwa sila kelima keadilan sosial itu

unsur-unsurnya dapat dikembalikan kepada sifat kodrat monodualis daripada manusia

atau kodrat perseorangan dan sifat kodrat makhluk sosial dalam keseimbangan yang

dinamis. Jadi adanya sila keadlian sosial, baik sebagai dasar nasional maupun sebagai

dasar dalam lapangan internasional, adalah sesuai pula dengan sifat hakekat negara kita

sebagai negara monodualis. Cita-cita dan pokok-pokok pikiran serta pedoman-pedoman

pokok yang tersimpul didalamnya itu sekarang kita perhatikan lebih lanjut intinya yang

terdalam, yaitu sebagaimana tekandung didalam istilah keadilan sosial.

Dalam hal ini hendaknya kita ingat, pertama bahwa sila kelima ini berlandaskan

kepada adil dan dalam arti bahwa segala sifat dan keadaan daripada dan di dalam negara

adalah sesuai dengan hakekat adil dan bahwa disinilah letak daripada isi arti sila kelima

yang terdalam dan yang terluas, yaitu yang bersifat abstrak, umum, universil, tetap tidak

berubah. Kedua, ketika kita membicarakan tentang hakekat daripada manusia didalam

pembicaran kita mengenai sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, kita

mengetahui bahwa sudah menjadi bawaan daripada hakekat manusia atau merupakan

Page 4: Sila Kelima Daripada Pancasila

keharusan yang mutlak bagi manusia, untuk memenuhi kebutuhan baik yang ketubuhan

maupun yang kejiwaan, baik dari diri sendiri maupun daripada orang lain.

Maka oleh karena itu menjadi jelaslah, bagaimana duduknya perkara dan memang

sudah setepatnya didalam sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab itu, terkandung

prinsip perikemanusiaan atau internasionalisme, terjelma didalam hubungan dan

penghargaan baik antara semua bangsa dan semua negara, sehingga kebangsaan atau

nasionalisme daripada bangsa dan negara indonesia tidak chauvinistis, tidak sempit

mengandung harga diri yang berlebihan.

Yang dimaksud dengan adil terhadap diri sendiri ialah terlaksananya penjelmaan

daripada unsur-unsur hakikat manusia, yaitu jiwa raga, akal-rasa-kehendak sert sifat

perseorangan dan makhluk sosial, lagipula kedudukan pribadi berdiri sendiri dan

makhluk Tuhan yang Maha Esa atau causa prima, dalam kesatuan majemuk-tunggal atau

mono pluralis. Karena sifat persatuan dan kesatuan daripada pancasila, maka didalam

sila keadilan sosial terkandung pula sila kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga

segala sesuatu tentang keadilan yang terkandung didalam sila kemanuisaan yang adil dan

beradab itu terjadi dengan sendirinya terjelma didalam sila keadilan sosial.

Hakekat daripada adil menurut pengertian klasik ilmiah tadi, yaitu dipenuhiinya

segala sesuatu yang telah merupakan suatu hak didalam hidup bersama sebagai sifat

hubungan antara satu dengan yang lain, mengakibatkan bahwa memenuhi tiap-tiap hak

didalam hubungan antara satu dengan yang lain adalah wajib. Hidup bersama antara

manusia dimana ada organisasi sebagai kesatuan daripada warga-warganya seperti

halnya didalam masyarakat, bangsa dan negara, maka ada hubungan keadilan segitiga.

Segi pertama, masyarakat, bangsa dan negara adalah pihak yang berwajib memenuhi

keadilan terhadap warganya. Segi kedua, warga masyarakat, warga bangsa, warga negara

lah yang menjadi pihak yang mempunyai wajib memenuhi keadilan terhadap

masyarakatnya, bangsanya, negaranya. Segi ketaga adalah berupa hubungan keadilan

diantara sesama warga masyarakat, warga bangsa, warga negara dalam arti ada wajib

timbal balik untuk saling memenuhi keadilan.

Wajib keadilan segi pertama disebut wajib keadilan membagi-bagikan (distributif),

wajib keadilan segi kedua disebut wajib keadilan untuk bertaat, dan wajib keadilan segi

ketiga disebut wajib keadilan sama-sama timbal balik atau komutatif didalam hidup

bersama. Pengertian hakekat manusia tersimpul hubungan kemanusiaan selengkapnya,

yaitu terhadap diri sendiri dan antara sesama manusia terhadap Tuhan atau causa prima.

Page 5: Sila Kelima Daripada Pancasila

Inti daripada keadaan sosial, mengandung cita-cita kemanusiaan yang memenuhi

hakekat daripada adil. Isi arti dari keadilan sosial yang terdalam dan yang terluas,

bersifat abstrak, umum, universil, tetap tidak berubah.

Kecuali mengenai hak dan kewajiban dan wajib ini semuanya telah diketahui

penjelasannya, yaitu pertama, bahwa lingkungan dari keadilan sosial adalah hidup

bersama kemanusiaan, terutama dalam bentuk masyarakat, bangsa, negara, nasional dan

internasional, dengan segala penggolongan yang terdapat didalamnya masing-masing.

Kedua, bahwa pihak-pihak yang berwajib menyelenggarakan keadilan sosial ialah

masyarakat, bangsa, negara serta golongan-golongan yang terdapat didalamnya terhadap

para warganya masing-masing, juga sebaliknya para warga masyarakat, para warga

bangsa dan para warga negara wajib menyelenggarakan keadilan sosial.

Ketiga, kita peringatkan kepada diri sendiri, bahwa ada kepentingan dan kebutuhan

hidup yang mutlak dan penting, yang karena diluar kemampuan orang perseorangan

hanya dapat dipenuhi bersama-sama dalam kerja sama.

Keempat, didalam hidup bersama semua kepentingan dan kebutuhan hidup harus

terpelihara dengan keadilan sosial, jadi termasuk juga kepentingan dan kebutuhan hidup

dalam lingkungan hubungan hidup terhadap diri sendiri dan terhadap diri sendiri dan

terhadap Tuhan atau causa prima.

Maka dari itu ada tiga kesimpulan yang dapat diambil, yaitu :

a. Pertama, bahwa didalam hidup bersama itu harus ada keadilan sosial, karena hanya

dengan demikian kepentingan dan kebutuhan hidup setiap warga hidup bersama

dipenuhi sama-sama atau dengan lain perkataan, keadilan sosial adalah bawaan kodrat

dari adanya kepentingan dan kebutuhan hidup mutlak, jadi inilah yang menjadi

pangkal dasar daripada keadilan sosial;

b. Kedua, bahwa demikian itu bawaan kodrat, maka tertanam didalam hati sanubari

manusia;

c. Ketiga, bahwa keadilan sosial adalah bawaan daripada sifat kodrat monodualis

manusia atau kesatuan sifat kodrat perseorangan dan sifat kodrat makhluk sosial.

Intinya hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan barang sesuatu yang

semestinya diterima atau dilakukan, melulu oleh pihak tertentu, tidak dapat oleh

siapapun juga, yang dalam prinsipnya dapat dituntut dengan paksaan olehnya. Adapun

wajib pada umumnya atau intinya adalah beban untuk memberikan atau membiarkan

Page 6: Sila Kelima Daripada Pancasila

barang sesuatu yang semestinya diberikan atau dibiarkan, melulu oleh pihak tertentu,

tidak dapat oleh siapapun juga, yang dalam prinsipnya dapat dituntut dengan paksaan

daripadanya.

Berbagai asal mula itu ialah dalam pokoknya dapat digolongkan sebagai berikut :

asal mula kodrat, yaitu mutlak tertanam pada diri pribadi setiap manusia sebagai unsur

kodrat-nya; asal mula moral, yaitu terlekat pada diri pribadi manusia sebagai suatu hal

yang layak atau baik dalam arti mutlak bagi hakekat manusia atau kodrat manusia; asal

mula hukum; asal mula idiil, yaitu timbul atas dasar kepercayaan akan kekuasaan gaib;

asal mula adat istiadat dalam arti luas, yaitu timbul sebagai hasil perkembangan sejarah,

yang tergantung dari keadaan-keadaan alam, ketubuhan dan kejiwaan dalam segala

lingkungan, sosial ekonomis, kulturil, religius, kesusilaan, waktu, tempat dan manusia

yang bersangkutan.

Sesuai dengan adanya berbagai asal mula itu, maka ada hak dan wajib idiil, yang

dalam realita dapat berbentuk hak dan wajib religius dan ada hak dan wajib adat-istiadat

atau kebiasaan diambil dari arti luas sebagai diterangkan tadi.

Demikian lah pula keadaannya dengan hak dan wajib dalam keadilan sosial dan

asal mulanya, ada yang kodrat, ada yang moral ada yang idiil atau dalam bentuk

realisasinya yang ideologis dan dalam bentuk tertentu konkrit yang polotik, ada yang

religius dan ada yang adat-istiadat atau kebiasaan.

Pertanggungan jawab daripada revolusi kemerdekaan adalah sebagaimana

tercantum dalam naskah penjelmaan proklamasi kemerdekaan kita Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945, kalimat pertama, yang berbunyi, bahwa “sesungguhnya

kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas

dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Dari penggunaanistilah “sesungguhnya” sebagai sifat hak kemerdekaan segala bangsa

dan penggunaan “perikemanusiaan” serta “perikeadilan” sebagai alasan bagi hapusnya

segala penjajahan , maka dapat disimpulakan, bahwa hak kemerdekaan segala bangsa,

jadi juga dari bangsa Indonesia adalah hak kodrat dan hak moral. Selanjutnya kareana

kemerdekaan adalah hasil perjuangan sebagai puncak perkembangan sejarah, maka hak

kemerdekaan bangsa Indonesia adalah hak idiil, hak ideologis, hak politik, dan begitu

juga hak adat-istiadat atau kebiasaan dan dalam hal ini kebiasaan perjuangan, jadi hak

kemerdekaan kita adalah juga hak revolusi. Kemampuan bangsa untuk berevolusi yang

berhasil itu menurut kalimat ketiga dari pembukaan adalah “Atas berkat rakhmat Tuhan

Page 7: Sila Kelima Daripada Pancasila

Yang Maha Kuasa”, jadi hak kemerdekaan bangsa adalah lengkap, juga hak yang

religius.

Prmbicaraan tentang sila kelima daripada Pancasila, dasar filsafat Negara adalah

sosial, karena sebagai mana telah diketahui, inti daripada keadilan sosial ialah

kesesuaiaan dengan hakekat daripada adil. Diantara unsur-unsur daripada hakikat adil,

maka hak serta wajib inilah yang peliang mempunyai peranan pokok di dalam

terwujudnya adil dan keadilan sosial. Dengan tidak adanya hak serata wajib, maka segala

sesuatu di dalam hubungan antara satu dengan lainnya di dalam hidup bersama

masyarakat, bangsa dan negara akan sama sekali tergantung dari sekehendak orang dari

semau-maunya orang, dari nafsu orang dalam segala bentuk dan ragam serta gaya.

Di dalam masalah hak dan wajib itu masih ada soal lagi yang perlu di perhatikan ,

yaitu mana yang peling penting, hak atau wajibkah? Jawabannya tidak sukar, kalau

diumpamakan, bagaimanakah keadaannya seandainya yang ada hanya salah satu dari

padanya. Umpamanya yang ada hanya hak saja, dan tidak ada wajib untuk

memenuhinya, maka mudah dimengerti, bahwa hak yang demikian itu sama sekali tidak

mempunyai arti. Sebaliknya andaikata yang ada hanya wajib saja, dan tidak ada hak yang

memberi wewenang untuk menuntutnya. Apabila demikian itu keadaannya, maka mudah

dapat dimengerti dan digambarkan pula, bahwa asal saja setiap warga hidup bersama

memenuhi wajibnya, hidup bersama akan baik-baik juga, artinya kepentingan dan

kebutuhan hidup yang memerlukan kerjasama itu akan terpenuhi juga, sama saja halnya

seperti ada hak untuk menuntutnya. Maka dari itu kesimpulannya, apabila dibandingkan

satu dengan lainnya, maka diantara hak dan wajib yang lebih penting adalah wajib.

Kalau demikian itu halnya, apakah sebenarnya adanya hak itu lalu ada perlunya.

Pertanyaan ini penting juga dipandang dari sudut kenyataan hidup, bahwa apabila di

dalam suatu masyarakat hak itu sangat ditonjol-tonjolkan, maka lalu dapat menimbulkan

berbagai kesukaran dan rintangan bagi kelancaran perjalannan pertumbuhan dan

perkembangan, baik dalam hidup kebangsaan dan kenegaraan. Seandainya tidak ada hak,

akan menjadi berkuranglah kesulitan dan rintangan hidup didunia ini. Pengalaman

sebenarnya sudah cukup banyak mengandung kesukaran dan malapetaka.

Jawaban ataspertanyaan ini tidak sukar. Kalau melihat pada pengalaman hidup,

nampak jelas, bahwa dipenuhinya wajib oleh setiap orang itu adalah sebuah

kemustahilan. Maka oleh karena itu memerlukan adanya jaminan akan terlaksananya itu,

dan haklah yang memberikanjaminan itu. Dasar yang lebih penting, karena mutlak dan

kodrat, ialah yang sudah acap kali dapat diketahui sebagai sumber berbagai hal, ialah

Page 8: Sila Kelima Daripada Pancasila

sifatkodrat monodualis daripada manusia, sifat kodrati perseorangan dan sifat kodrat

makhluk sosial dalam kesatuan. Hak itu sebenarnya tidak lain daripada penjelmaan dari

pada sifat kodrat perseorangan di dalam hidup bersama dengan fungsinya untuk

menjamin dipenuhinya kepentingan dan kebutuhan hidup perseorangan di dalam hidup

bersama. Adapun wajib adalah tidak lain daripada penjelmaan dari sifat kodrat makhluk

sosial, dan fungsinya ialah untuk menjamin agar supaya setiap warga hidup bersama

memberikan kepada para sesama warga apa yang menjadi kepentingan dan kebutuhan

hidup masing-masing.pendek kata adanya hak dan wajib di dalam hubungan hidup

bersama adalah mutlak, agar supaya dipenuhinya baik kepentingan dan kebutuhan hidup

dari semuanya bersama.

Apakah yang dari semuanya bersama, itulah tergantung dari keadaan dan kehendak

jaman. Yang demikian itu dapat diambil kesimpulan, bahwa sudah semestinya diantara

hak dan wajib itu adalah wajib yang perludiutamakan. Kenyataan daripada sejarah

kehidupan bangsa kita menunjukkan sikap hidup yang demikian itu, jadi mengutamakan

wajib adalah termasuk kepribadian bangsa Indonesia.

3. Cita-cita keadilan sosial dalam bentuk perwujudannya sebagaimana terjelma

dalam pokok-pokok pikiran mengenai Sosialisme Indonesia atau tata-masyarakat-

adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Sekarang kita melihat bagaimana penjelmaan daripada cita-cita keadilan sosial itu

di dalam pokok-pokok pikiran mengenai Sosialisme Indonesia atau tata masyarakat adil

dan makmur berdasarkan Pancasila, sebagaimana pernah dirumuskan oleh Depernas dan

MPRS. Maksudnya disini ialah untuk mengutip yang mengenai soal-soal pokok daripada

hakekat adil dan keadilan sosial. Tidak lain daripada guna menunjukkan perlunya dan

amanfaatnya pengetahuan teori utuk dapat benar-benar memahami arti dan maksud serta

hubungan antara satu dengan yang lainnya dari segala sesuatu hal dalam praktik hidup.

Pengertian tentang keadilan, bahwa “Yang dimaksud dengan Keadilan ialah

Kebajikan, yang menggerakan dan meringankan cipta, rasa dan karya manusia untuk

senantiasa memberikan kepada pihak lain segala sesuatu yang menjadi hak pihak lain,

atau yang semestinya harus diterima pihak lain itu, sehingga masing-masing pihak

mendapat kesempatan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya tanpa rintangan.

Di dalam kenyataan tata kehidupan dan penghidupan manusia, keadilan itu

menampakan diri sekurang-kurangnya dalam tiga macam perwujudan, yaitu:

Page 9: Sila Kelima Daripada Pancasila

1. Di dalam hubungan antar manusia sebagai orang seorang terhadap sesamanya.

2. Di dalam hubungan antara masyarakat dengan masyarakat

3. Di dalam hubungan antara masyarakat dengan warganya.

Guna mewujudkan perlunya dan manfaat pengetahuan teori untuk benar-benar

memahami arti dan maksud serta hubungan antara satu dengan lainya dari segala sesuatu hal

dalam praktik hidup, di dalam uraian yang sudah mengenai sila kelima daripada Pancasila,

dasar Filsafat Negara kita, yaitu Keadilan Sosial.

Secara teori telah dikemukakan, bahwa adil dan keadilan sosial adalah bawaan

daripada sifat kodrat monodualis manusia atau bersifat kodrat perseorangan dan sifat kodrat

makhluk sosial. Selanjutnya dikatakan bahwa “dasar dan tujuan revolusi Indonesia untuk

mewujudkan Sosialisme Indonesia adalah Keadilan Sosial... dan lain-lain perwujudan dari

Budi dan Hati Nurani, yang menunjukkan derajat dan mutu Kemanusiaan” dan “bahwa

Keadilan Sosial adalah tuntutan budi murni yang universal...”.

Secara teori telah kita ketahui juga bahwa diantara unsur-unsur daripada hakekat adil,

maka unsur hak serta wajib adalah mempunyai peranan pokok di dalam terwujudnya adil dan

keadilan sosial. Adapun hak dan wajib, beberapa asal mula yang menyebabkan adanya

berbagai macam hak serta wajib pula, yaitu unsur kodratnya dan yang moral terlekat pada diri

pribadi manusia sebagai suatu hal yang layak atau baik dalam arti mutlak bagi hakekat

manusia.

Pengertian dan dasar sosialisme Indonesia yang terpokok, yaitu Amanat penderitaan

rakyat Indonesia. demikian pula hak sera wajib dan asal mulanya yang bersifat adat luas

sebagai hasil perkembangan sejarah, tesimpul di dalam rumusan yang pernah diadakan oleh

Depernas dan MPRS tentang Amanat penderitaan rakyat Indonesia sebagai berikut. “Amanat

untuk menciptakan dan mewujudkan tata kehidupan dan penghidupan yang diliputi oleh

Keadilan dan Kesejah tteraan atau ”Masyarakat adil dan makmur lahir batin berdasarkan

sifat-sifat Kepribadian Indonesia sendiri seperti terlukis dalam rumusan Pancasila”.

Kemudian tentang masalah lainnya lagi mengenai adil dan keadilan sosial yang secara

teori, yaitu bahwa diantara hak wajib yang lebih penting adalah wajib, kita dapatkan pula

penjelmaan di dalam ketentuan-ketentuan yang pernah diadakan oleh Depernas dan MPRS

tentang unsur-unsur pokok dan sendi pokok Sosialisme Indonesia. Dikatakan bahwa “unsur-

unsur pokok Sosialisme Indonesia meliputi cita-cita tentang kemanusiaan, politik,

perekonomian, dan kemasyarakatan Indonesia”.

Page 10: Sila Kelima Daripada Pancasila

“cita-cita tentang manusia. Sosialis Indonesi berisi gambaran tentang seorang

manusia, yang mendasarkan cipta, rasa, karsa dan karyanya atas landasan-landasan. Perihal

cita-cita perekonomian ditentukan, bahwa “Ekonomi-Sosialis-Indonesia berpedoman pada

pokok-pokok pikiran”, antara lain bahwa “segala kegiatan produksi, baik yang diusahakan

oleh Negara maupun Swasta, harus ditujukan pada pengabdian pada kepentingan rakyat

terutama pada kebutuhan hidup pokok, agar setiap warga negara dapat hidup layak sebagai

manusia yang merdeka”. Bersangkutan dengan cita-cita kemasyarakatan Indonesia dikatakan,

bahwa “Cita-cita tentang masyarakat Sosialis-Indonesia menggambarkan suatu masyarakat,

yang tertib, aman tentram dan sejahtera, dimana orang-orangnya ramah tamah, berjiwa

kekeluargaan dan bersemangat gotong royong serta berkesadaran berkerja. Selain dari pada

itu ada beberapa hal mengenai sendi pokok. Begitulah dikatakan ,bahwa ada “Catur-upaya

empat laku Manusia-Sosialis-Indonesia, yang menjadi wujud dari empat sifat sendi-pokok

keadilan dalam Pancasila, (yaitu) Keadilan, Cinta kasih, Kepantasan dan keberanian

berkorban”.

Keadilan dan Cinta-kasih merupakan suatu dwi-tuggal yang saling isi-mengisi, karena

tanpa Cinta-kasih, pelaksanaan keadilan melalui atas dasar hak dan hukum sahaja, menjadi

keras dan kejam. Diantara keadilan dan Cinta-kasih terdapat sendi-pokok kelakuan manusia,

yang di dalam perwujudannya menampakan diri sebagai daya serta karya Budi dan Hati-

Nurani manusia untuk mempertimbangkan, dan dimana perlu memberanikan diri guna

mengurangi hak-haknya sendiri, untuk melaksanakan keadilan dan cinta-kasih, yaitu yang

disebut sendi: Kepantasan.

Kutipan rumusan Depernas dan MPRS tentang asas-asas gotong royong dan

kekeluargaan dalam pembangunan sosialisme Indonesia sebagai berikut. “Yang dimaksud

dengan asas gotong royong adalah: keinsyafan, kesadaran dan semangat untuk mengerjakan

serta menanggung akibat dari sesuatu karya, terutama yang besar-bersar, secara bersama-

sama, serentak dan beramai-ramai tanpa memikirkan dan mengutamakan keuntungn bagi

dirinya sendiri, melainkan selalu untuk kebahagiaan bersama, seperti terkandung dalam

istilah: Gotong. Adapun “Asas kekeluargaan mengajarkan (antara lain), bahwa kepentingan

dan kesejahteraan bersamalah yang harus diutamakan, dan bukan kepentingan atau

kesejahteraan orang-seseorang. Di dalam segala usaha dan karya, Cinta-kasih dan

kewajibanlah menjadi pendorong dan bukan hak serta nafsu tutntutan yang berkuasa. Di

dalam tata masyarakat dan perekonomian yang berasaskan kekeluargaan, hak-milik

perseorangan tetap diakui, namun dalam penggunaannya dibatasi oleh kepentingan bersama.

Demikianlah dinyatakta sebagaian, bahwa Hak-milik perseorangan berfungsi sosial”

Page 11: Sila Kelima Daripada Pancasila

Ikhtisar isi arti keadilan sosial, sila kelima daripada Pancasila, yang abstrak umum

universil, dan kesimpulan yang dapat diambil daripadanya, ialah:

1. Bahwa sifat-sifat dan keadaan-keadaan daripada dan di dalam Negara kita sebagai cita-cita

yang terkandung dalam sila keadilan sosial pada proklamasi kemerdekaan dan

pelaksanaan perwujudannya dalam Sosialisme Indonesia telah benar-benar sesuai dengan

hakekat daripada adil, yaitu dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang telah

merupakan sesuatu hak di dalam hubungan hidup, di mana wajib lebih diutamakan

daripada hak :

a. Dalam pada itu ada hubungan keadilan segi tiga, yaitu antara masyarakat, bangsa dan

negara tehadap warga-warganya, dapat disebut keadilan membagi (distributif), dan

sebaliknya dapat disebut keadilan bertaat (logal) serta anatara warga-warganya

masyarakat, bangsa dan negara, dapat disebut keadilan sama-sama timbal-balik

(komutatif);

b. Hubungan keadilan itu tersimpul hungan kemanusiaan selengkapya, pertama terhadap

diri senndiri, kedua antara sesama manusia serta ketiga terhadap Tuhn atau causa

prima, sehinga ada wajibmemenuhi, baik kepentingadiri seniri, maupu

kepeningansesama manusia atau kepentingan sosial, yang kebutuhan dan yan kejiwaan,

serta kepentingqan religius;

c. Di dalam kepentingan sosial itu tercakup kepentingan negara sebagai negara,

kepentingan umum para warga negara bersama, kepentingan bersama, dan kepentingan

khusus dari pada warga negara per-seorangan, keluarga, suku bangsa dan setiap

golongan warga negara;

2. Bahwa keadilan sosial adalah mengenai hubungan hidup dan hubungan keadilan diantara

sesama manusia, akan tetapi di dalamnya seharusnya ada pul dan terselenggara keadilan

dalam hubungan hidup manusia terhadap Tuhan atau causa prima jadi keadilan religius,

serta pula keadilan dalam hubungan hidup manusia terhadap diri sendiri atau keadilan

pribadi, agar supaya terlaksana penjelmaan daripada segenap unsur hakekat manusia

dalam kesatuan majemuk-tunggal atau monopluralis, yaiu jiwa-raga, akal-rasa-kehendak

serta sifat perseorangan dan mahkluk sosial;

3. Bahwa keadilan sosial unsur-unsurnya dapat dikembalikan kepada sifat kodrat monodualis

daripada manusia atau sifat kesatuan kodrat perseorangan dan sifat kodrat mahkluk sosial

dalam keseimbangan yang dinamis dan baik sebagai dasar nasional maupun sebagai dasar

dalam lapangan internasional adalah sesuai dengan sifat Negara kita sebagai negara

monodualis:

Page 12: Sila Kelima Daripada Pancasila

a. Bahwa sudah menjadi bawaan daripada hakekat manusia atau merupakan keharusan

yang mutlak bagi manusia untuk memenuhi kepentingan hidup baik yang kebutuhan

maupun yang kejiwaan, baik daripada diri sendiri maupun daripada orang lain,

semuanya itu dalam hubungan kemanusiaan selengkapnya;

b. Maka dari itu keadilan sosial mempunyai sifat dasar kesusilaan, sehingga pada manusia

seharusnya selalu ada kemampuan untuk menyelenggarakan keadilan sosial sehingga

menjadi watak saleh adil.

4. Bahwa di dalam keadilan sosial tersimpul sebagai salah satu unsur pokoknya hak dan

wajib yang bersifat kodrat, yang bersifat moral, yang bersifat idiil atas dasar cita-cita,

termasuk yang ideologis dan politik, yang bersifat religius dan dasar firman Tuhan atau

atas dasar kepercayaan akan kekuasaan gaib dan yang bersifat adat-istiadat dalam arti luas,

yaitu timbul sebagai hasil perkembangan sejarah, yang tergantung dari keadaan, keadaan

dalam segala lingkungan.

a. Hak kemerdekaan segala bangsa dan hak kemerdekaan serta proklamasi kemerdekaan

kita bangsa Indonesia

b. Rumusan yang pernah diadakan oleh Depernas dan MPRS tentang hal bersendi

pokoknya Sosialisme Indonesia pada ciri-ciri pokok kepribadian Indonesia yang

merupakan perwujudan dari budi dan hati-nurani kemanusiaan yang universil, serta

tentang hal pengertian dan dasar Amanat pernderitaan rakyat Indonesia;

5. Bahwa sila keadilan sosial adalah tujuan daripada empat sila yang mendahuluinya;

6. Bahwa sila keadilan sosial sebagai tujuan daripada empat sila yang merndahuluinya itu

dan berkat sifat persatuan dan kesatuan daripada Pancasila adalah keadilan sosial yang

berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yan adil dan beradab, yang

berpersatuan Indonesia dan yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan

7. Bahwa sila keadilan sosial, sesuai dengan hakekat adil, mengenai unsur-unsurnya yang

mempunyai peranan pokok, yaitu hak serta wajib;

a. Lebih mementingkan wajib daripada hak, dan dalam penyelengaraannya, sesuai dengan

sifat kodrat monodualis kemanusiaan dan sikap hidup bangsa Indonesia sepanjang

masa;

b. Dan hal ini ternyata terwujud pula di dalam unsur-unsur pokok Sosialisme Indonesia,

yaitu cita-cita kemanusiaan berupa Manusia-Sosialis-Indonesia, cita-cita politik berupa

Politik-Sosialis-indonesia, cita-cita perekonomian berupa Ekonomi-Sosialis-Indonesia

dan cita-cita kemasyarakatan berupa Tata-Masyarakat-Sosialis-Indonesia

Page 13: Sila Kelima Daripada Pancasila

8. Bahwa sila keadilan sosial disamping merupakan penjelmaan daripada sila ke-empat

kerakyatan dan seterusnya, sebagai bawaan daripada sifat persatuan dan kesatuan daripada

Pancasila, mempunyai hubungan istimewa dengan sila ke-empat itu, yang tidak terdapat

dalam hubungannya dengan tiga sila lainnya, ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan

yang adil dan beradab dan persatuan Indonesia, yaitu:

a. Di dalam pengertian kerakyatan terkandung pula cita-cita kefilsafatan demokrasi sosial-

ekonomi atau demokrasi fungsionil, dengan cita-cita kefilsafatan demokrasi politik

sebagai dasar syaratnya;

b. Bahwa sila ke-lima keadilan sosial bersama-sama dengan sila ke-empat kerakyatan dan

seterusnya, sebagai cita-cita kefilsafatan, mendapatkan penjelmaannya dalam dasar

politik Negara, sehingga dasar politik negara berkedaulatan rakyat mengandung dua

macam demokrasi, yaitu demokrasi politik dan demokrasi fungsioniil.

DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro. 1995. PANCASILA SECARA ILMIAH POPULER. Jakarta: Bumi Aksara, Cet.

IX.