15
MANAJEMEN PEMBANGUNAN BAB VI. SIMULASI APLIKASI TEKNIK MANAJEMEN SPASIAL KOTA TIM PEMBAHAS : 1.ANDY RAHMADI HERLAMBANG 2.HADY RAMDHAN DARSONO 3.ANTI SEPTIANTI UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Simulasi aplikasi teknik manajemen spasial kota yangdiharapkan dapat memberi iluminasi bagi penentu kebijakan untuk memilih teknikmanajemen yang dianggap paling tepat dalam mengelola perkembangan fisikal kota menujuvisi spasial kota yang telah dirumuskan .

Citation preview

Page 1: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

MANAJEMEN PEMBANGUNAN

BAB VI.

SIMULASI APLIKASI TEKNIK MANAJEMEN SPASIAL KOTA

TIM PEMBAHAS :

1.ANDY RAHMADI HERLAMBANG

2.HADY RAMDHAN DARSONO

3.ANTI SEPTIANTI

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

Page 2: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

SIMULASI APLIKASI TEKNIK MANAJEMEN SPASIAL KOTA

Bagian ini akan mengemukakan simulasi aplikasi teknik manajemen spasial kota yang diharapkan dapat memberi iluminasi bagi penentu kebijakan untuk memilih teknik manajemen yang dianggap paling tepat dalam mengelola perkembangan fisikal kota menuju visi spasial kota yang telah dirumuskan .

Secara garis besar ada beberapa langkah yang perlu dilaksanakan sebelum seseorang menentukan pilihan mengenai teknik manajemen mana yang dipilih sebagai alat untuk mengelola perkembangan spasial kota.

Langkah pertama terkait dengan visi spasial kota. Visi spasial kota bukan merupakan ide penguasa saja namun bentuk keinginan semua warga. Penentuan visi spasial kota bukan merupakan hal yang mudah, karena harus mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan abiotik, biotik, sosial, ekonomi, kultural dan politik dalam koridor spasio temporal.

Langkah kedua, terkait dengan latar belakang eksisting serta kecendrungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang terkait dengan ekspresi spasial kotaapabila tidak ada manajemen spasial khusus yang diambil. Hal ini akan dituangkan dalam grand design tata spasial dan tata wilayah dari wilayah kota dan daerah yang kemudian akan diikuti oleh berbagai tindakan operasional.

Langkah ketiga, berkaitan dengan pemilihan teknik-teknik manajemen spasial kota yang ada. Pemetaan wilayah kota dan sekitarnya harus direalisasikan terlebih dahulu untuk mempermudah mengenali variasi spasial yang akan menuntun seseorang untuk memilih teknik yang mana, untuk tujuan apa dan dimana akan di aplikasikan. Pendalaman materi teknik manajemen spasial kota perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga menelorkan the right technique on the right place.

Untuk tujuan simulasi aplikasi teknik manajemen spasial kota ini akan dikemukakan dua bentuk model. Model yang pertama beruapa matrix model mengemukakan keterkaitan antara beberapa teknik ,manajemen spasial. Selanjutnya model yang kedua adalah diagramatic model. Dalam model kedua ini digambarkan tiga macam bentuk sprawling utama dengan karakteristik spasial masing-masing sebagai acuan serta jenis-jenis teknik manajemen spasial kota yang direkomendasikan.

6.2 MODEL MATRIX

Model matrik yang akan dikemukakan dalam simulasi aplikasi teknik manajemen spasial kota bertujuan memberi panduan untuk membuat ranking teknik-teknik terpilih yang akan di adopsi sesuai dengan karakteristik perkembangan spasial yang terjadi.

Dalam penyusunannya matrix ini hanya akan dikemukakan tiga bentuk utama perkembangan fisikal kota yang dikenal, yaitu concentric development, ribbon development dan leap frog

Page 3: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

development. Sementara itu, diskusi yang akan dikemukakan berkaitan dengan dua macam kategori manajemen spasial kota yaitu urban oriented manajemen system dan rurban oriented management system.

6.2.1 Model Matrix dalam Urban Oriented Management System

Model ini menunjukan keterkaitan antara teknik-teknik yang termasuk dalam kategori urban oriented untuk mengendalikan perkembangan fisikal kekotaan. Untuk simulasi aplikasi teknik manajemen ini tidak semua aspek akan dikemukakan. Dalam hal ini yang dikemukakan adalah (1) tingkat pertumbuhan; (2) kondisi pemilikan lahan; (3) batas fisikal morfologi kota; dan (4) sebaran struktur fisik kekotaan.

Ranking teknik-teknik yang diadopsi diperoleh dengan cara scoring yang didasarkan pada rekomendasi aplikasi teknik terpilih. Pembahasan selanjutnya dipilah berdasarkan karakteristik the sprawling proces yang terjadi di daerah pinggiran kota. Sebagaimana telah dibahas dalam bagian terdahulu, bentuk perembetan spasial kekotaan dibedakan menjadi (1) concentric development (perkembangan konsentris); (2) ribbon development (perkembangan memita) dan (3) leap frog development (pekembangan lompat katak).

6.3 MODEL DIAGRAMATIK

Model diagramatik merupakan gambaran mengenai sebaran spasial kota dengan daerah pinggirannya beserta sifat-sifat yang ada dan beberapa teknik manajemen spasial terpilih yang diperkirakan mampu mengarahkan perkembangan fiscal kota kearah pencapaian visi spasial kota yang telah di rumuskan. Model diagrammatic mempunyai ekspresi visual sehingga mudah dipahami menggambarkan keadaan sebenarnya dilapangan dalam bentuk yang disederhanakan.

Baik model matrix maupun model Digramatik mempunyai tujuan sama demi mencapai visi spasial kota.

Keunggulan model digramatrik ini adalah diketahuinya teknik apa yang tepat untuk lokasi dimana, karna secara langsung telah digambarkan variasi keruangan mengenai daerah pinggiran kotanya, sedangkan untuk model matrik hal tersebut tidak terungkapkan.

Apa yang akan dikemukakan di dalam simulasi aplikasi teknik manajemen spasial ini mendasarkan pada dominasi terjadinya the sprawling process tersebut dengan maksud menyederhanakan sedemikian rupa suatu realita di lapangan, sehingga kemudahan pemahaman dapat dicapai dan inilah tujuan utama dari sebuah modeling.

Dalam Aplikasi dilapangan hendaknya masing-masing kota mempunyai kerangka model sendiri-sendiri sesuai dengan latarbelakang lingkungan biotic, abiotik, social, Ekonomi, cultural dan politiknya.

6.3.1.1. Model Diagramatik Urban Oriented Teknik untuk Perkembangan Konsentris

Page 4: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa perkembangan konsentris merupakan tipe perkembangan spasial kota yang relatif lambat, sebaran built-up area yang relatif merata di sisi-sisi terluar daerah terbangun utama. Perbedaan bagian satu dengan bagian lain tetap masih ada, namun tidak terlal u mencolok. Berikut ini dikemukakan contoh suatu kota yang didominasi oleh perkembangan konsentris, namun mempunyai karakteristik pertumbuhan spasial sebagai beriku t: (a) terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan lahan terbangun untuk bagian utara dan bagian selatan kota; (b) bagian utara kota mempunyai laju perkembangan lambat, pola kepemilikan lahan yang sempit, batas fisikal kota masih berada dalam batas wilayah administrasi kota, serta sebaran struktur fisik kota yang relatif merata; (c) sementara itu, bagian selatan kota mempunyai laju perkembangan fisikal yang cepat, pola kepemilikan lahan yang luas, sebagian besar batas fisikal kota sudah berada di luar batas wilayah administrasi kota, namun struktur fisikal kotanya tidak tersebar merata dalam daerah yang terbangun (Gambar 42).

Gambar 42.

Model Diagramatik Aplikasi Teknik Manaj emen Urban

Oriented Pada Perkembangan Konsentris

Keterangan: Gr (growth rote); Lt (land tenure); Gb (growth boundaries); US (urban structures);cpt (cepat);Ibt (lambat);kcl(kecil);bsr (besar); mrt (merata); tmrt (tidak merata); DM (3) development moratoria mempunyai skor 3 = tertinggi/ sangat dianjurkan.

Dari diagram tersebut dapat dibaca bahwa pada bagian utara, di mana batas kota administratif masih jauh berada di luar batas fisik morfologi kota, nampak masih ada keleluasaan pemerintah dalam mengatur apa yang ada pada bagian ini, tanpa harus ada negosiasi dengan pemerintah daerah yang lain. Sementara itu untuk bagian selatan, berhubungan kenampakan fisikal kotanya sudah jauh berada di luar batas kota secara administratif adalah suatu keharusan untuk menerapkan ULR, karena bagian yang sudah berupa kenampakan kekotaan secara fisik sudah berada di dalam wilayah pemerintah lain dengan segala kewenangannya untuk mengatur wilayahnya sendiri. Hal ini dilaksanakan untuk menghidarkan konflik

Page 5: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

kepentingan dalam pengaturan kota dan pemerintah di luarnya, namun apabila hal ini menemui dead-lock karena berbagai alasan, maka ETZ sangat dianjurkan untuk diimplementasikan. Masalah dead-lock pada umunmya menyangkut penghasilan daerah yang berasal dari berbagai kegiatan yang telah berkembang pada bagian itu. Seperti diketahui, bahwa pada bagianpinggiran kota tertentu selalu menjadi sasaran perkembangan baru dalam skala yang relatif besar dan ini merupakan sumber penghasilan daerah yang tidak kecil di samping prestis kedaerahan yang tinggi dengan adanya bangunan- bangunan besar bergengsi, seperti Kampus Perguruan Tinggi, Hotel, Industri, Pabrik, Kompleks Perumahan dan Komplek Perkantoran.

Sementara itu, teknik-teknik terpilih lainnya sangat erat terkait dengan variasi kedaerahan yang ada, seperti aplikasi ULC yang mendasarkan pada pola tata persil yang ada. Apabila dirasa terdapat kondisi tata persil yang diperkirakan mampu memicu proses taudifikasi, maka teknik ini sangat perlu untuk diaplikasikan. Seperti halnya mengenai PUD untuk bagian utara adalah sangat dianjurkan apabila pemerintah kota mempunyai komitmen untuk menata kawasan ini lebih teratur dalam pola tata ruang yang lehih baik, maka pada bagian-bagian yang belum berkembang memang sangat dianjurkan untuk menatanya secara dini dalam berbagai peruntukan yang jelas, sehingga perkembangan fisika 1 berikutnya akan mengikuti apa yang sudah ditentukan pemerintah.

Pada bagian selatan yang ditandai oleh perkembangan Fisikal yang sangat cepat, perlu upaya-upaya untuk rnenggantikannya atau paling tidak untuk memperlarnbat laju

perkembangan fisikalnya. Untuk itu, aplikasi DM sangat dianjurkan dengan sendirinya atas dasar kerja sama dengan pemerintah bagian luar kota. Dalam sinkronisasi pembangtman antara pemerintah kota dan pemerintah luar kota, hal tersebut tidak akan menjadi sumber konflik, namun apabila tidak ada sinkronisasi pembangunan antara pemerintah kota dan pemerintah luar kota maka hal tersebut sangat rentan mernicu konflik kepentingan. Di sinilah letak pentingnya apa yang dikenal sebagai IPSP dalam sistem manajemen spasial kota yang bersifat rurban oriented. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa dalam aplikasi manajemen spasial sangat dianjurkan untuk menggabungkan teknikteknik terpilih dari teknik-teknik yang bersifat urban oriented dan rurban oriented. Sajian dalam tulisan ini memang dikemukakan secara sendiri-sendiri dengan maksud lebih memudahkan pemahaman.

6.3.1.2. Model Diagramatik Urban Oriented Techniques untuk Perkembangan Memita

Perkembangan memaniang yang mendominasi perkernbangan fisikal kota, mempunyai karakteristik yang sangat khusus dan rnemerlukan treatment yang khusus pula. Hal ini terkait dengan akselerasi perkembangan fisikal yang begitu cepat dibandingkan dengan bagian-bagian lain yang berada di antara jalur-jalur transportasi yang ada. Makin besar aksesibilitas suatu wilayah, maka makin besar pula daerah yang bersangkutan akan berkembang dalam hal kenampakan fisikal kekotaannya. Aksesibilitas ditentukan oleh prasarana dan sarana transportasi yang ada dan hal ini berupa keadaan jalan/kualitas jalan (lebar, pengerasan

permukaan jalan, topografi medan di mana jalan tersebut berada, jarak ke pusat kegiatan, rambu-rambu lalu-lintas) dan juga sarana transportasi yang ada (macam alat angkutan umum,

Page 6: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

banyaknya angkutan umum, frekuensi tempuh angkutan umum, kondisi angkutan umum yang ada, pelayanan angkutan umum, daya tampung/kapasitas angkutan umum). Makin baiknya prasarana dan sarana, makin tinggi aksesibilitas fisikal suatu daerah dan hal ini akan makin kuat daya tariknya terhadap fungsi/kegiatan kekotaan maupun permukiman (Lee, 1979; Yunus, 2004).

Dengan demikian, daerah di sepanjang jalan raya utama akan lebih cepat perkembangan fisikalnya dibandingkan dengan daerah yang hanya dilalui oleh jalan yang mempunyai tingkat di bawahnya, seperti jalan lingkungan. Hal ini sangat wajar karena makin besar aksesibilitas daerah dan makin tinggi klas jalannya, makin besar peluang ekonomi yang ditawarkannya. Permintaan akan lahan di bagian ini akan makin besar dan sementara itu penawaran tetap dan bahkan cenderung menurun, sehingga disparitas antara permin ta an dan penawaran makin lebar. Konsekuensi finansialnya sangat jelas yaitu terjadinya peningkatan harga lahan yang luar biasa. Kondisi ini tidak dapat dihidari lagi di bagian seperti ini. Sementara itu konsekuensi spasialnya adalah makin besarnya tekanan terhadap lahan (the increased land pressures).

Terkait dengan upaya manajemen spasial, perlu diaplikasikan suatu teknik yang mampu inenciptakan spatial development equilibrium, dalam artian memperlambat perkembangan yang terlalu cepat namun juga mempercepat perkembangan yang terlalu lambat. Di sinilah letak tIte art value

memerlukan teknik manajemen. LLZ pada bagian yang šubur dan PUD pada bagian yang relatif kurang subur. Pada bagian-bagian tertentu dengan tata spasial persil yang berpotensi menimbulkan proses taudifikasi perlu diterapkan teknik manajemen ULC, sehingga untuk pengembangan ke dapan akan secara otomatik tercipta lingkungan pergggmukiman yang rapi (Gambar 43).

Page 7: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Gambar 43.

Model Diagramatik Aplikasi Teknik Manajemen

Urban Oriented Pada Perkembangan Memita

Kete-angan: Gr (growthrate);Lt (lancitenure);Gb(grcrwth boundaries);US (urban strucatres); cpt (cepat); Ibt (lambat); kcl(kecil);bsr (besar); mrt (nerata); tmrt (tidak merata); Tnpert(tanah pertanian); Irgarigasi); bgs(bagus); ubc (under boundcd city); DM (3)Development Moratoria mempunyai skor 3 = tertinggi/sangat dianjurkan.

Gr(cpt); Lt(bsr);GB(obc):US(mrt):Tnpen(sbr):Irg(bgs)

ULA(0);DM(3);LLZ(3);TDA(2);APF0(3) PUD(2); LB(3);517(0);ULC(3);ULR(3)

Gr(lbi); 1.1(kel);GB(obc);USIunr0;Tnperr(Isbr); lrg(jlk)

ULA(0);DM(0);LLZ(1);TDA3);APF0(1) PUD(3); LB(2);ETZ( 1 );ULC(3);11LR(0)

kiranya bahwa aplikasi teknik yang ada untuk bagian utara dan bagian selatan tidak sama baik di sepanjang jalan raya maupun di beberapa bagian yang merupakan daerah antara. Beberapa teknik manajemen spasial yang ditentukan ada yang bersifat sebagai suatu hal yang imperative, namun ada teknik-teknik yang berfungsi sebagai penunjang. Teknik-teknik yang bersifat imperatif diberi skor (3) tertinggi, sementara itu untuk teknik yang mempunyai skor (2) bersifat anjuran yang diutamakan sementara itu untuk teknik yang mempunyai skor (1) merupakan hal yang bersifat optional dan bagi teknik-teknik yang bernilai skor (0) mempunyai sifat yang tidak ada gunanya karena belurn relevan untuk itu.

Khusus di bagian ujung tertentu dari jalur transportasi perlu diterapkan teknik manajemen spasial DM sehingga perkembangan selanjutnya tidak terjadi dan pada bagian ini pula harus rnulai dipikirkan mengenai kemungkinan terapkannya ULR, namun kalau ada hambatan yang berarti, paling tidak harus ada kerja sama yang baik antara j_->emerintah kota dan luar kota dalam mengelola perkembangan fisikal untuk masa datang yang dituangkan ke dalam teknik manajemen spasial ETZ. Sementara itu, pada bagian the interstitial areas perlu diterapkan LLZ atau LB sehingga bagian ini tetap terjaga green beltnya, kecuali dalam hal visi spasial kota yang kompak intens maka pada the interstitial areas perlu dipacu perkembangannya dengan PUD atau ULC.

6.3.1.3. Model Diagramatik Urban Oriented Techniques untuk Perkembangan Lompat Katak

Bentuk ekspresi spasial perkembangan kota jenis ini sangat perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan munculnya dampak negatif yang besar di segala aspek kehidupan. Ditinjau dari sektor kekotaan, perkembangan lompat katak akan menimbulkan kesulitan yang besar dalam pengadaan fasilitas pelayanan dan utilitas umum. Di samping itu, bentuk seperti ini akan memicu terjadinya pemborosan energi dan materi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bagi kepentingan kedesaan, perkembangan lompat katak akan melaju sangat cepat dalam mencaplok lahanlahan pertanian, sehingga kerugian yang tidak sedikit akan dirasakan sektor ini baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Namun demikian, karena saat

Page 8: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

ini sedang dibahas aplikasi teknik dalam koridor urban oriented tecizn iques, maka beberapa hal yang berkaitan dengan kerugian di bidang pertanian untuk sementara dikesampingkan terlebih dahulu. Dalam simulasi ini, ambil sebagai contoh mengenai formulasi visi spasial kota yang kompak intens.

Dengan demikian, setiap bentuk pemanfaatan lahan pertanian sebagian besar akan dikonversikan untuk kepentingan kekotaan, kecuali beberapa bagian kecil saja yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau. Sementara itu, hampir di seluruh bagian daerah pinggiran kotanya sudah menunjukkan perkembangan fisikal yang berada di luar batas wilayah administrasi kota atau membentuk under bounded city (UBO. Dengan demikian, kehadiran ULR adalah suatu keharusan (Gambar 44).

Gr(cpt); Lt(kc1);G13(wbc);US(intrt);Tkpert(ibr);Irg(bgs)

ULA(0);DM(3);LLZ(2);TDA(2);APFO(1 ) PUD(3);1-13(2):ETZ(3);th-00);ULR(3)

Gr(cpt); Lt(kc1);GB(ubc);US(tntrt);7hpert(sbr);Irg(bgs)

ULA(0),DNI(3);LI1(2);TDA(2);APF0(1) PUD(3):LB(2);ETZ(3):ULC(3);ULR(3).

Gambar 44.

Model Diagramatik Aplikasi Teknik Manajemen Urban

Oriented untuk Perkembangan Lompat Katak

Keterangan: Gr (growth rate); Lt (land tenure); Gb (growth boundaries); US (urban st tct tt res); cpt (cepat);Ibt (lambat); kcl (kecil); bsr (besar); mrt (merntn); tntrt (tidak merata); Tnpert(tanah pertanian); !rg (irigasi); bgs (bagus); ubc (under bounded city); DM (3) Development Moratoria mempunyai skor 3 tertinggi/ sangat dianjurkan.

Page 9: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Oleh karena di daerah pinggiran kota tidak terlihat adanya variasi keruangan yang cukup besar baik ditinjau dari kecepatan pertumbuhannya, luas penguasaan lahan yang relatif kecil-keciJ, hampir seluruh batas administrasi kota berada di dalam batas fisikal morfologi kota, struktur

bangunan fisik yang ada tersebar relatif merata, tanah pertanian yang subur dan sistem irigasi yang bagus maka arahan aplikasi teknik manajemen spasial kota untuk di setiap hagian pinggiran kota relatif sama. ETZ merupakan pilihan yang utama, seandainya prioritas aplikasi ULR tidak berjalan dengan mulus. Sementara itu DM pada titik-titik kunci merupakan keharusan. Demikian pula halnya PUD pada bagian-bagian yang diperkirakan akan memicu proses taudifi kasi yang ditunjang dengan aplikasi ULC sangat dianjurkan untuk mencapai tatanan yang rapi, sehat dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang ada, baik pada masa dekat maupun panjang.

6.3.2. Model Diagramatik dalam Rurban Oriented Management System

Seperti telah dikemukakan pada bagian depan, bahwa teknik ini tidak hanya memandang perlunya upaya untuk menciptakan kehidupan kekotaan yang ideal saja bagi penduduk dan kehidupan kekotaan, namun bertujuan pula menciptakan kehidupan yang harmonis dalam jalinan hubungan fungsional dengan sektor kedesaan. Hal ini didasari oleh konsep filsafati bahwa keberadaan kota tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan sektor kedesaan dan begitu pula sebaliknya. Model diagramatik ini merupakan cara lain dalam mengungkapkan aplikasi teknik manajemen yang lebih bersifat visual sehingga bagi pihak-pihak tertentu akan lebih mudah memahaminya dibandingkan dengan model matrix. Model mana yang akan diambil, sepenuhnya tergantung pada selera masing-masing atau bahkan keduanya akan dimanfaatkan agar kejelasan makna dapat dicapai.

Model diagramatik yang disajikan ini mewakili bentuk sebaran spasial kota secara keseluruhan yang sangat disederhanakan, namun dalam praktik model diagramatik ini dapat berupa peta kota atau tampilan spasial yang lain seperti peta foto, citra satelit atau foto udara dari kota yang bersangkutan. Dalam hal seperti ini, pemerintah kota akan lebih mudah untuk menunjukkan lokasi mana, tepat untuk jenis teknik manajemen spasial mana. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa baik model matrix maupun model dia gramatik mempunyai tujuan yang sama dengan landasan penalaran juga sama.

6.3.2.1. Model Diagramatik Rurban Orienred Technique untuk Perkembangan Konsentris

Simulasi berikut mengemukakan suatu kota yang mempunyai kondisi perkembangan fisikal kekotaan yang bersifat konsentris, di mana perembetan kenampakan kekotaannya tersebar merata di sernua sisi-sisi dan menyatu dengan lahan terbangun utamanya. Dengan mertdasarkan pada visi spasial kota yang paling dekat dengan bentuk ini adalah bentuk kota kompak intens, sebagai bentuk paling ideal yang dikenal karena konsentrasi seluruh bangunan fisik kota terjadi pada satuan permukiman yang kompak. Efisiensi pembangumn fasili tas pelayanan dan utilitas umum akan terjadi secara maksimal, penghematan energi dan materi akan terjadi dan tidak akan terhamburkan oleh karena faktor jarak dan intensitas pelayanannya.

Page 10: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

inBagian luar kotanya sebagian merupakan lahan per- ian yang subur, produktif dan beririgasi teknis, khususnya di bagian barat dan selatan, sementara itu di bagian utara

dan timur bukan merupakan lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis melainkan berupa tegalan yang tidak produktif. Di samping itu, terdapat kecenderungan perkembangan fisikal yang sangat intensif ke arah barat sedangkan ke arah timur dan utara tidak terjadi secara intensif dan itulah sebabnya maka kota hipotetis ini sangat perlu mendapatkan perlakuan yang sangat hati-hati agar perkembangannya kemudian tidak menimbuikan darnpak negatif terhadap kehidupan kedesaan baik di tingkat lokal, regional maupun nasional. Kesadaran akan adanya pengaruh kumulatif dari fenomena lokal terhadap kondisi regional dan nasional harus dimi.liki oleh seluruh perangkat pemerintahan clari tingkat paling bawah sampai ke tingkat paling atas. Hal ini sudah dibahas secara komprehensif pada bagian terdahulu daiam dimensi inter regional dari konsep sustainable development.

Berdasarkan pertimbangan inilah, maka pada bagian barat dan selatan sangat perlu untuk mengadopsi teknikteknik yang berorientasi perlindungan lahan-lahan pertanian dari segala bentuk konversi ke pemanfaatan lahan non pertanian, sementara itu di bagian utara dan timur dapa t dimanfaatkan untuk menarik segala bentuk pembangunan baru. Di bagian barat dan selatan dikekang perkembangan fisikalnya dan di bagian utara dan timur didorong perkembangan fisikalnya. Dengan demikian, suatu teknik yang bersifa t imperatif seperti AZ dan PPP perlu diimplementasikan cii bagian barat dan selatan agar kepastian lestarinya sumber daya pertanian ini tidak hilang dalam waktu yang terialu dini. Untuk mendukung efektivitas implementasi kedua teknik manajemen spasial utama ini, beberapa teknik penter kuat daiam bentuk kompensasi finansial sangat dianjurkan untuk diterapkan pula (Gambar 45).

Gambar 45.

Model Diagramatik Aplikasi Teknik Manajemen Rurban

Oriented Pada Perkembangan Konsentris

Page 11: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Keterangan: Gr (growth rute); Lt (land tenure);SC(soil capability); lr (irrigation system); obc (over bott,Ided city); bsr (besar); rdTr (rendall); j1k(jelek); AZ(3): agricultuml zoning ineinpunyai skor tertinggi (sangat dianjurkan).

Oleh karena kota tersebut masih berbentuk over bounded city, maka keleluasaan mengatur wilayahnya sepenuhnya berada di tangan pemerintah kota sendiri untuk semua bagian pinggiran kota yang berada dalam wilayah administrasi kota. Namun demikian, karena bagian timur dan utara diproyeksikan untuk perkembangan kota selanjutnya serta tidak ada pertimbangan perlunya melindungi lahan pertanian di bagian ini, maka semua teknik manajemen spasial yang termasuk ke dalam rurban oriented techniques mempunyai skor yang sangat rendah atau tidak direkomendasikan untuk diterapkan, dan justru beberapa teknik terpilih yang termasuk ke dalam urban oriented techniques dapat diadopsi, seperti misalnya PUD, ULC, LB dengan maksud menguatkan bagian tersebut untuk perkembangan fisikal baru sebagai ganti bagian barat dan selatan, yang untuk sementara waktu tidak diperkenankan untuk mendirikan bangunan baru yang bersifat non rural.

Dengan demikian, pencapaian visi spasial kota kompak intens akan dapat dilaksanakan pada waktu yang akan d atartg dalam kerangka tahapan yang terstruktur dan sistematik. Hal ini dapat direalisasikan apabila terdapat pengawasan dan penerapan teknik-teknik tersebut secara konsisten dan kortsekuen. Monitoring yang dilaksanakan secara periodik dan terus-menerus sangat diperlukan, sehingga setiap penyimpangan walau sekecil apapun dapat dengan segera diatasi.

6.3.2.2. Model Diagramatik Rurban Onented Thchniques untuk Perkembangan Memita

Perkembangan memita (ribbon development) yang mendominasi sesuatu kota juga menunjukkan variasi.keruangan yang besar. Untuk kota-kota yang tidak hanya mempunyai dua jalur transportasi yang menghubungkannya dengan pusat kegiatan yang lain, akan diwarnai oleh variasi kondisi aksesibilitas daerah pinggirannya, karena kondisi jalur-jalur tersebut juga bervariasi, sehingga konsekuensi spasial yang ditimbulkannya juga akan berbeda-beda. Untuk kota yang hanya mempunyai dua jalu.r transportast yang menghubung-

,

kannya dengan pusat kegiatan lain, akan mempunyai nilai aksesibilitz:s yang seimbang antara bagian yang satu dengan bagian lain. Dalam hal ini variasi topografis yang akan memegang peranan kunci dalam hal variasi perkembangan fisikalnya. Berikut ini akan dikemukakan simulasi aplikasi teknik yang bersifat rurban oriented untuk kota yang mempunyai jalur transportasi penghubung dengan pusat-pusat kegiatan lain yang banyak, sehingga telah menciptakan bentuk octopus sempurna dengan kaki-kaki gurita yang telah melampaui batas wilayah administrasi kota.

Seperti dianjurkan pada bagian depan, bahwa upaya perumusan visi spasial kota yang berujud kota kompak intens bukan merupakan harga mati walaupun bentuk ini oleh beberapa negara dianggap sebagai bentuk paling ideal dari sesuatu kota. Namun perlu dlingat, bahwa terdapat bentu kbentuk lain yang sesuai dengan kondisi lokal dan justru tidak banyak mengorbankan

Page 12: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

sumber daya yang ada, khususnya pertanian namun mampu memberikan kenyamanan tinggal penduduk dan kondusif bagi kegiatan kekotaan yang ada. Tidak dapat disangkal lagi bahwa keberadaan hutan kota atau jalur perindang kota di sepanjartg jalan atau pada pusa tpusat kegiatan sangat didambakan adanya oleh penduduk kota, karena tanaman-tanaman tersebut mempunyai peranan yang besar sebagai paru-paru kota dan penyejuk udara di kala siang hari. Sebagai bahan pembanding, hendaknya para penentu kebijakan, perencana kota mengadakan studi banding di kota Singapura, yang telah mampu menciptakan suasana kota tropis yangnyaman untuk berkegiatan di siang hari dan nilai estetika yang tinggi dengan memanfaatkan tanaman khas tropis sebag,ai paru-paru kotanya.

Kota yang didominasi oleh perkembangan mernita dengan beberapa jalur transportasi radiai, akan memberi peluang yang besar untuk menciptakan kantong-kantong hijau (greenpouches) di antara kaki-kaki gurita tersebut. Untuk maksud tersebut aplikasi teknik yang rnampu menghindarkan bagian dimaksud dari konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian adalah suatu yang bersifat imperatif. Kepastian hukum yang jelas memang harus dirurnuskan daiam bentuk peraturan daerah dan dalam hal ini aplikasi Law Enforcement Mechanism (LEM) sangat dianjurkan. Demikian pula halnya dengan aplikasi IPSP yang bersifat mandatory akan memperkuat posisi teknik•teknik yang termasuk ke dalam kategori LEM tersebut (Gambar 46).

Gambar 46.

Model Diagramatik Aplikasi Teknik Manajemen Rurban Oriented Pada Perkembangan Memita

Sementara itu, aplikasi teknik-teknik lain yang termasuk ke dalam Financial Meclumism merupakan bentuk lain dari penghargaan pemerintah kepada pemilik lahan atas partisipasinya dalam program pemerintah untuk kepentingan umum yang lebih luas. Pada bagian-bagian daerah sepanjang jalur transportasi dianjurkan untuk menerapkan beberapa teknik terpilih dari urban oriented techniques seperti DM ataupun LLZ, yang mampu untuk menghentikan ataupun memperlambat laju perkembangan fisikal yang telah dan sedang berlangsung.

Page 13: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Teknik APFO pun akan berdampak posi tif terhadap akselerasi perkembangan fisikal kekotaan yang ada.

Oleh karena pemerataan pembangunan untuk seluruh kawasan kota juga menjadi salah satu perhatian yang harus diprioritaskan, maka pembangunan jalan lingkar (ring roads) yang menghubungkan radial roads yang ada sangat dianjurkan, sehingga the interstitial areas akan terpacu pembangunannya dalam koridor peraturan preservasi lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis. Pada perkembangannya kemudian titik-titik simpul pertemuan antara radial roads dan ring roads akan menjadi pusat-pusat kegiatan sekundair, tertiar, kuartair dan selanjutnya, karena mempunyai derajad aksesibilitas yang tinggi.

6.3.2.3. Model Diagramatik Rurban Oriented Techniques untuk Perkembangan Lompat Katak

Su a tu kota yang daerah pinggirannya merupakan lahan pertanian yang subur, produktif dan beririgasi teknis akan mengalami ancaman yang serius apabila perkembangan fisikal kekotaannya didorninasi oleh perkembangan lompat

katak. Jenis perkembangan ini akan mencaplok lahan pertanian dalam pola yang tidak tera tur, dan melompa t-lompat. Beberapa bagian yang lebih dekat dengan lahan terbangun, mungkin masih merupakan lahan pertanian, namun pada bagian lahan yang lebih jauh malah sudah berubah menjadi lahan kekotaan. Lahan pertanian yang diapit oleh lahan terbangun, lambat atau cepat namun pasti bahwa lahan tersebut akan berubah menjadi lahan non-pertanian. Jejaring transportasi yang padat, walaupun kondisinya relatif kurang baik berperanan sebagai pemicu terjadinya leap frogging development.

Kehadiran teknik-teknik tertentu untuk mengelola perkembangan fisikal kota memang sangat diharipkan agar perkembangan fisikal kekotaan tidak mengarah ke bentukbentuk tertentu yang mengakibatkan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Oleh karena simulasi aplikasi teknik manajemen spasial yang dikemukakan adalah rurban oriented techniques, maka penekanannya adalah untuk preservasi lahan pertanian di satu sisi dan di sisi Jain pengelolaan perkembangan fisikal kekotaannya. Dalam simulasi ini dicontohkan untuk sebuah kota yang dikelilingi oleh lahan pertanian yang subur, produktif dan beririgasi teknis di bagian utara dan timur, sementara itu di bagian barat-selatan merupakan daerah pertanian yang tidak subur dan tidak produktif. Terdapat perbedaan karakter perkembangan fisik antar bagian utara-timur dan bagian barat-selatan. Bagian barat-selatan terjadi perkembangan lompat katak dengan satuan fisikal yang besar-besar, sementara itu di bagian utara-timur terjadi perkembangan lompat katak yang kecilkecil dalam jumlah yang sangat banyak. Di seluruh bagian

wilayah pinggiran kotanya sudah menunjukkan gejala under bounded sehingga baik pernerintah kota maupun pemerintah I uar kota mengalami kesulitan dalam membangun fasilitas dan pelayanan umum karena lokasi lahan terbangun tersebar secara sporadis tidak teratur.

Visi spasial kota yang telah disepakati adalah bentuk kota kompak non-intens dengan ruang terbuka hijau yang tersebar secara merata di seluruh kawasan kota. Dengan adanya gejala

Page 14: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

under bounded, maka aplikasi ULC (urban oriented) sangat dianjurkan, sehingga pemerintah kota tidak mengalarai kesulitan dalam menentukan peruntukan pema nfaatan lahannya atau tata spasialnya dan seandainya hal ini tidak mungkin dilaksanakan oleh sesuatu sebab, maka ETZ dapat dilaksanakan atas dasar kesepakatan pemerintah kota dan pemerintah luar kota. Tahap selanjutnya adalah mendeteksi bagian-bagian mana dari daerah pinggiran kota perlu dilaksanakan upaya preservasi lahan pertanian dan dalam contoh ini tentu saja adalah bagian utara-timur. Sementara itu pada bagian barat-selatan tidakperlu ada prioritas preservasi lahan pertanian, namun aplikasi LLZ ataupun LB sangat mungkin dengan pertimbangan untuk mengendalikan perkembangan fisi.kal yang terlalu cepat. Kedua teknik tersebut (urban oriented) dianggap mampu untuk menghambat laju konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian (Gambar 47).

Gambar 47.

Model Diagramatik Aplikasi Teknik Manajemen Rurban

Oriented Pada Perkembangan Lompat Katak

Keterangan: Gr(growth rate); Lt(land tenure); capability); Irtirrigation

sys te/r0;obdoverboundedcity);bsdbesar);rdlifrettdall); j1k(jelek); AZ(3): agricitlitral zoniug mempittiyai skor tertinggi (saligat dianjurkan).

Di bagian utara-timur, beberapa bagian lahan pertanian yang luas sangat diartjurkan untuk mengaplikasikan LEM, khususnya AZ sehingga lahan pertanian yang dimaksud terjaga kelestariannya sampai waktu yang ditentukan. Mungkin tidak semua lahan pertanian tersisa di bagian utara-timur ini perlu diatur di bawah AZ karena faktor luasannya, sehingga pada bagian-bagian seperti ini memang diperkenankan untuk melaksanakan konversi. Beberapa teknik vangbersifat rnemberi keuntungan finansial kepada peinilik lahan mernang dianjurkan, agar pemilik lahan tidak merasa dirugikan a tas pengorbanannya menjaga lahan pertanian miliknya.

miliban teknik-teknik terpilih sepenuhnya tergantung dari pemerintah lokal.

Page 15: Simulasi Aplikasi Teknik Manajemen Spasial Kota

Sekali lagi perlu penulis tegaskan, bahwa dalam pembahasan mengenai simulasi teknik ini sengaja dipisahkan antara urban oriented techniques dan rurban oriented techniques dengan maksud mempermudah pemahaman. Namun dalam praktik, seyogyanya kedua macam teknik ini diaplikasikan bersama-sarna sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Beberapa contoh di antaranya telah penulis selipkan pada beberapa bagian simulasi aplikasi teknik manajemen spasial kota baik yang bersifat urban oriented maupun rurban oriented."