Upload
truongbao
View
257
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SIMULASI DAN ANALISA KESTABILAN
MODEL MATEMATIKA MENGENAI PROSES TRANSMISI
VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH MANUSIA
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
di Jurusan Matematika
Oleh
RISYA RADHIANTI
208700551
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
HALAMAN PENGESAHAN
SIMULASI DAN ANALISA KESTABILAN
MODEL MATEMATIKA MENGENAI PROSES TRANSMISI
VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH MANUSIA
Oleh :
RISYA RADHIANTI
208700551
Menyetujui :
Pembimbing I,
Diny Zulkarnaen, M.Si
NIP.198212132011011008
Pembimbing II,
Arief Fatchul Huda, S.Si., M.Kom
NIP.197206091999031003
Lulus diuji tanggal 30 Agustus 2012
Penguji I,
Siti Julaeha, M.Si
NIP.198301202006042002
Penguji II,
Rini Cahyandari, M.Si
NIP.198201152009122003
Mengetahui :
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Dr. H. M. Subandi, Drs., Ir., MP
NIP.1985404241985031004
Ketua Jurusan Matematika,
Dr. Elis Ratna Wulan, S.Si., MT
NIP.197301122000032001
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Risya Radhianti
NIM : 208700551
Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Matematika
Judul Penelitian : SIMULASI DAN ANALISA KESTABILAN MODEL
MATEMATIKA MENGENAI PROSES TRANSMISI
VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH MANUSIA
Menyatakan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak terdapat
unsur-unsur penjiplakan karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Apabila ternyata hasil terbukti terdapat unsur jiplakan, saya
bersedia mempertanggungjawabkannya serta diproses sesuai peraturan yang
berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandung, 30 Agustus 2012
Yang membuat pernyataan
Risya Radhianti
NIM. 208700551
“Hidup adalah soal keberanian,
menghadapi jang tanda tanja
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah, dan hadapilah”
-Soe Hok Gie-
Setiap orang pernah melewati kesulitan,
begitupun dengan saya..
Skripsi ini dipersembahkan untukSkripsi ini dipersembahkan untukSkripsi ini dipersembahkan untukSkripsi ini dipersembahkan untuk
Mamah Mamah Mamah Mamah dan Bdan Bdan Bdan Bapak tercinta yang ada di taman Firdausapak tercinta yang ada di taman Firdausapak tercinta yang ada di taman Firdausapak tercinta yang ada di taman Firdaus
Bunda, Teh Dhita dan De AlamBunda, Teh Dhita dan De AlamBunda, Teh Dhita dan De AlamBunda, Teh Dhita dan De Alam tersayangtersayangtersayangtersayang
ABSTRAK
2007, Nuning et al membangun sebuah model matematika mengenai
proses transmisi virus dengue di dalam tubuh manusia. Model ini menceritakan
tentang fenomena virus dengue yang menginfeksi sel rentan di peredaran darah
manusia. Dimana pada model ini, populasi sel rentan akan bertambah karena
adanya kelahiran murni dari populasi tersebut. Selain adanya kelahiran, populasi
ini juga dipengaruhi oleh kematian murni dan banyaknya virus dengue yang
menginfeksi populasinya sehingga menyebabkan populasi sel rentan ini
berkurang. Berkurangnya populasi sel rentan karena penginfeksian yang
dilakukan oleh virus dengue menyebabkan populasi sel terinfeksi bertambah.
Populasi sel terinfeksi ini juga dipengaruhi kematian murni yang mengakibatkan
berkurangnya populasi pada sel terinfeksi. Sedangkan virus dengue dipengaruhi
oleh duplikasi virus-virus baru yang dihasilkan oleh sel terinfeksi yang
menyebabkan populasi virusnya bertambah. Virus dengue juga dipengaruhi oleh
kematian murni dan kematian yang disebabkan oleh sel T yang mengakibatkan
populasinya berkurang. Virus dengue juga berkurang karena adanya partikel virus
yang menginfeksi sel rentan. Hasil dari analisis yang telah dilakukan terhadap
model ini diperoleh dua titik equilibrium yaitu pada keadaan bebas virus dan pada
keadaan terdapat virus bebas. Adapun hasil dari simulasi yang diperoleh dari
model ini dengan menggunakan metode Euler menghasilkan bahwa pada model
yang titik equilibriumnya bebas dari virus, mulai dari hari ke-26 sampai
seterusnya populasi virus dengue ini kemungkinan akan menghilang dari
peredaran darah manusia.
Kata Kunci : Model Matematika, DBD, Titik Equilibrium, Basic
Reproductive Ratio, Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz, Metode Euler.
ABSTRACT
2007, Nuning et al built the mathematical model transmission of dengue
virus in the human body. The model tell about the phenomenon of dengue virus
infects susceptible cells in the human circulatory system. Where on this model,
the susceptible cell population will increase because of the pure birth of the
population. In addition to the birth, the population is also influenced by the pure
death and the number of dengue virus that infects the population, causing
vulnerable cell population is reduced. Reduced cell populations vulnerable
because it was infected by dengue virus causes infected cell population increases.
Population of infected cells is also influenced by the pure death resulting
reduction in the population in infected cells. While dengue virus is influenced by
the duplication of new viruses are produced by cells infected with the virus that
causes the population to grow. Dengue virus is also influenced by the pure death
and death caused by T cells resulting in reduced population. Dengue virus is also
reduced because of the virus particles to infect susceptible cells. The results of the
analysis has been done on this model gained two points of equilibrium. The
results of the simulations obtained from this model using Euler's method produces
a point that the model of virus free equilibrium, from day 26 onwards dengue
virus population is likely to disappear from the human circulatory system.
Keyword : Mathematical Model, DBD, Equilibrium Points, Basic
Reproductive Ratio, Criteria Stability of Routh-Hurwitz, Euler's Method.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, alhamdulillahhirrobbil’alamin. Puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan cinta dan kasihNya
sehingga penulis sanggup menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :
SIMULASI DAN ANALISA KESTABILAN MODEL MATEMATIKA
MENGENAI PROSES TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH
MANUSIA.
Selesainya tugas akhir ini tak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu. Baik dari moril, materi, dan dorongan semangat. Untuk itu, pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Alm. M. Uu Sunarsa (bapak), Almh. Tri Sekarwati (mamah), Siti
Aisyah (bunda), Dhita Windi Wardani (kakak) dan Abdul Salam
Mutahary (adik) dan keluarga tercinta yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas segala bantuan, pengorbanan dan
dorongan motivasi yang tiada terkira kepada penulis sehingga penulis
dapat merampungkan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. H. M. Subandi, Drs., Ir., MP, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
3. Ibu Dr. Elis Ratna Wulan, S.Si.,MT, selaku Ketua Jurusan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi.
4. Ibu Siti Julaeha, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.
ii
5. Bapak Diny Zulkarnaen, M.Si dan Bapak Arief Fatchul Huda S.Si.,
M.Kom., selaku dosen pembimbing I dan II dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
6. Dosen ITB, Ibu Dr. Nuning Nuraini, selaku dosen pembimbing non-
formal dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Staf pengajar di Fakultas Sains dan Teknologi khususnya di
Matematika Sains, terimakasih atas ilmu yang bapak ibu sampaikan.
8. Keluarga besar di Bandung atas tempat tinggal amannya.
9. Keluarga besar Drs.Moch Arifin khususnya Ibu Rachmawati, S.Pd dan
Arif Bakti Nugraha, ST yang selalu memberikan semangat dan
motivasi untuk terus bangkit.
10. Teman-teman dari dalam dan luar universitas : Dian Nuraiman S.Si,
Riad Taufik Lazuardi, Asep Iwang, Adib Pratama, Hasanah
Nurfadillah Hani, Siti Fatimah, Lela Nurlaila, Shelvi Alfianti, Fahmi
Hasanudin, Muhamad Rauful Mizan.
11. Teman-teman Matematika Sains khususnya teman-teman seperjuangan
Matematika 2008 : Bibi Ila, Ami, Yuyu, Husnul, Karlinah, Fatimah,
Ninis, Fanny, Tinus, Jejen, Rima, Dzikri, Revi, Maman, Haqi, Ubay,
Femi, Eva, Imas, Wila, Ipah, Ade, Nesa, Rahma, Tika, Lina, Ali, Aji,
Permadi, Febrian, Asep, Lulu, Wildan, Agam. Terimakasih untuk
motivasinya.
12. Pihak-pihak lain yang telah membantu.
Mudah-mudahan segala amal baiknya dilipat gandakan oleh Allah SWT.
Jazakumullahu khairan katsira. Amiin.
Bandung, Agustus 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….......
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….
DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………...
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….
1.3 Batasan Masalah ………………………...……………………
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………...………..……
1.5 Metodologi Penelitian ………..……………………………….
1.6 Sistematika Penulisan ………………………………………...
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial ………………………………..
2.2 Persamaan Diferensial Autonomous …………………………
2.3 Titik Equilibrium ……………………………………………..
2.4 Pelinearan …………………………………………………….
2.5 Stabilitas ……………………………………………………...
2.6 Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz …………………………..
2.7 Metode Numerik Untuk Persamaan Diferensial Biasa ………
i
iii
v
vii
viii
ix
xi
1
4
4
5
5
5
7
9
9
10
11
13
15
iv
2.8 Model Matematika …………………………………………...
BAB III ANALISA MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE
DI DALAM TUBUH MANUSIA
3.1 Hal-Hal yang Mempengaruhi Model ………………………...
3.2 Formulasi Model ……………………………………………..
3.3 Menentukan Titik Equilibrium ……………………………….
3.4 Basic Reproductive Ratio …..……………………………...…
3.5 Kestabilan Titik Equilibrium ………………………………...
BAB IV SIMULASI MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE
DI DALAM TUBUH MANUSIA
4.1 Simulasi dalam Keadaan Bebas Virus ……………………….
4.2 Simulasi dalam Keadaan Terdapat Virus Bebas ……………..
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………..
5.2 Saran ………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
18
20
23
24
28
29
41
46
64
67
68
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1. Diagram Proses Transmisi Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia ....
4.1. Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1dan0 ≤ ≤ 30 …..…………………………..
4.2. Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1dan0 ≤ ≤ 755 …..…………………………
4.3. Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1dan0 ≤ ≤ 30 …..…………………………..
4.4. Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1dan0 ≤ ≤ 755 ..……………………………
4.5. Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1dan0 ≤ ≤ 30 ………………………………
4.6. Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1dan0 ≤ ≤ 755 ..…..……………………..…
4.7. Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1dan0 ≤ ≤ 30 …..………………………..…
4.8. Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1dan0 ≤ ≤ 3000 …..………………………..
4.9. Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1dan0 ≤ ≤ 30 ..……………………………..
4.10. Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1dan0 ≤ ≤ 3000 …………………………....
4.11. Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1dan0 ≤ ≤ 30 ………………………………
4.12. Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1dan0 ≤ ≤ 3000 …………………………....
23
42
42
43
44
45
45
47
48
49
49
50
50
vi
4.13 Hasil Numerik dari Model dengan Keadaan Terdapat Virus Bebas
Dimana �� = 8.0220 > 1 ……………………………….....................
4.14. Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1dan0 ≤ ≤ 30 …..……………..…………..
4.15. Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1dan0 ≤ ≤ 3000 …..……………..……….
4.16. Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1dan0 ≤ ≤ 30 ……..…………..…………..
4.17. Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1dan0 ≤ ≤ 3000 …..…………………...…
4.18. Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1dan0 ≤ ≤ 30 …..…………………..……..
4.19. Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1dan0 ≤ ≤ 3000 …..……………..……….
4.20 Hasil Numerik dari Model dengan Keadaan Terdapat Virus Bebas
Dimana �� = 35.3888 > 1 ……………………………......................
4.21 Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia Saat 0 ≤ ≤ 3000
dimana �( )� merupakan sel rentan dengan �� = 8.0220 > 1 dan
�( )� merupakan sel rentan dengan �� = 35.3888 > 1
(a) Dalam Bentuk Grafik (b) Dalam Bentuk Data ..…….....................
4.21 Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia Saat 0 ≤ ≤ 600
dimana �( )� merupakan sel terinfeksi dengan �� = 8.0220 > 1 dan
�( )� merupakan sel terinfeksi dengan �� = 35.3888 > 1
(a) Dalam Bentuk Grafik (b) Dalam Bentuk Data ..…….....................
4.23 Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia Saat 0 ≤ ≤ 300
dimana �( )� merupakan virus dengue dengan �� = 8.0220 > 1 dan
�( )� merupakan virus dengue dengan �� = 35.3888 > 1
(a) Dalam Bentuk Grafik (b) Dalam Bentuk Data ..…….....................
52
54
54
55
56
57
57
59
60
61
62
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Sifat Stabilitas Titik Equilibrium ……………………………………....
4.1. Nilai-Nilai Parameter yang Menyebabkan �� < 1 …………………….
4.2. Nilai-Nilai Parameter yang Menyebabkan �� = 8.0220 > 1 …………
4.3. Nilai-Nilai Parameter yang Menyebabkan �� = 35.3888 > 1 ………..
13
41
47
53
viii
DAFTAR SINGKATAN
DEN-1
DEN-2
DEN-3
DEN-4
DSS
IVP
VFE
= Dengue-1
= Dengue-2
= Dengue-3
= Dengue-4
= Dengue Shock Syndrome
= Initial Value Problem
= Virus Free Equilibrium
ix
DAFTAR ISTILAH
Antibodi
Antigen
Enzim
Fase Viremia
Makrofag
Parasit
Sel B
Sel Inang
Sel Plasma
Sel Rentan
Sel T
= Zat yang dibentuk dalam darah untuk
memusnahkan bakteri virus atau untuk melawan
toksin yang dihasilkan oleh bakteri
= Suatu zat yang dapat menginduksi respon imun
yang dapat dideteksi bila masuk kedalam hewan
= Molekul protein yang kompleks yang dihasilkan
oleh sel hidup dan bekerja sebagai katalisator
dalam berbagai proses kimia di dalam tubuh
makhluk hidup
= Fase pada demam berdarah dimana rentang
waktunya dua hari sebelum demam timbul sampai
lima hari setelah demam timbul
= Sel besar yang amoeboid dan terdapat dalam
jaringan ikat
= Organisme yang hidup dan menghisap makanan
dari organisme lain yang ditempelinya
= Jenis limfosit yang dibentuk di bursa atau sumsum
tulang dan yang dianggap berperan pada imunitas
humoral
= Sel yang ditempati oleh virus
= Transformasi sel B, menghasilkan antibodi
terhadap antigen tertentu yang membuat sel B
tersensitisasi
= Sel yang belum diinfeksi virus
= Limfosit T, masa embrio berasal dari timus,
bekerja merespon imun seluler dan menolong sel
B tersensitisasi respon imun jumoral
x
Sel Terinfeksi
Sel T Sitotoksik
Serotype
Siklus Litik
Syok Hipovolemik
Vector
Virologi
Virulen
Virus
Virus Dengue
= Sel yang sudah diinfeksi virus
= Suatu jenis limfosit yang membunuh sel yang
terinfeksi dan sel-sel kanker
= Tipe
= Siklus reproduktif virus yang pada akhirnya
menyebabkan kematian sel inang
= Syok yang disebabkan karena banyaknya volume
plasma darah
= Perantara
= Ilmu yang mempelajari tentang virus
= Bersifat mematikan
= Mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mikoskop biasa, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop electron, yang
menyebabkan dan menularkan penyakit
= Virus yang menyebabkan penyakit demam
berdarah dengue
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
Lampiran D
Lampiran E
Hasil Eksekusi Numerik �� = 0.0546 < 1 Saat ∆ = 0.1
Script Syntax �� = 0.0546 < 1 Saat ∆ = 0.1
Script Syntax �� = 8.0220 > 1 Saat ∆ = 0.05
Script Syntax �� = 35.3888 > 1 Saat ∆ = 0.05
Pengecekan Titik Equilibrium
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
¨β Î) ©!$# Ÿω ÿÄ÷∏ tGó¡ tƒ β r& z> Î�ôØ o„ WξsVtΒ $̈Β Zπ |Êθ ãè t/ $yϑ sù $ yγs% öθsù 4 $̈Β r' sù šÏ% ©!$# (#θãΨ tΒ#u
tβθ ßϑn= ÷èuŠ sù çµ̄Ρ r& ‘,ys ø9 $# ÏΒ öΝÎγÎn/ §‘ ( $̈Β r& uρ t Ï% ©!$# (#ρã�x�Ÿ2 šχθä9θà) u‹sù !#sŒ$ tΒ yŠ#u‘r& ª!$# #x‹≈yγÎ/
WξsVtΒ ¢ ‘≅ÅÒ ãƒ ÏµÎ/ #Z�#ÏVŸ2 “ ω ôγ tƒuρ ϵÎ/ #Z�#ÏWx. 4 $ tΒuρ ‘≅ÅÒムÿϵ Î/ �ω Î) tÉ) Å¡≈x� ø9 $# ∩⊄∉∪
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang
kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?."
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik” (Q.S Al-Baqarah : 26)
Sebagai hambaNya yang beriman, sudah sepatutnya meyakini bahwa
perumpamaan itu adalah benar dari Allah. Untuk lebih meyakinkannya, ternyata
pada makhluk yang sekecil nyamukpun bisa menambah keimanan seseorang
kepada Sang Khaliq. Dari sana didapatkan bahwa, sesuatu yang Allah ciptakan di
dunia ini tidaklah sia-sia. Seperti halnya pada makhluk kecil ini, yaitu nyamuk.
Ternyata, pada nyamuk yang kecil ini, Allah menitipkan virus yang dapat
menyebabkan penyakit berbahaya bagi manusia, salah satunya penyakit demam
berdarah. Lewat peranan nyamuk yang menjadi vector pembawa suatu penyakit,
ternyata hal ini dapat dijadikan kajian dalam tugas akhir. Dalam tugas akhir ini
akan dikaji mengenai bagaimana proses perpindahan virus dengue di dalam tubuh
manusia yang menyebabkan penyakit demam berdarah.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang
ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini pertama kali ditemukan di
Manila, Filipina pada tahun 1953 [8]. Untuk kasus di Indonesia sendiri, penyakit
2
ini pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi
virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak saat itu, penyakit ini mulai
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh provinsi di
Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit ini.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue. Dimana virus ini hanya dapat
menular melalui gigitan nyamuk, oleh karenanya penyakit ini termasuk kelompok
Anthropod Borne Diseases. Virus dengue ini memiliki empat serotype berbeda,
yaitu Dengue-1 (DEN-1), Dengue-2 (DEN-2), Dengue-3 (DEN-3), dan Dengue-4
(DEN-4).
Virus dengue ini dibawa oleh vector, yaitu nyamuk Aedes Aegypti dan
nyamuk Aedes Albopictus. Namun, vector utama pembawa virus dengue ini
adalah nyamuk Aedes Aegypti. Virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun
atau bahan yang mematikan. Virus merupakan parasit berukuran microskopik
yang tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Maka untuk
melangsungkan hidupnya, virus mencari sel inang untuk ditempati. Ketika virus
mendapatkan sel inang untuk melangsungkan hidupnya, virus akan bereproduksi
dan menghasilkan virus-virus baru.
Masa inkubasi dari infeksi virus dengue ini berkisar 7 sampai 10 hari [10].
Fase viremia terjadi ketika pasien mulai demam dan terinfeksi. Setelah itu, ada
dua hal yang mungkin dialami oleh pasien. Kemungkinan pertama, pasien akan
pulih dan kemungkinan terakhir adalah pasien akan mengalami kegagalan
sirkulasi darah yang kemudian pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat
kebocoran plasma. Keadaan seperti ini disebut Dengue Shock Syndrome (DSS)
[9].
Untuk memperkirakan lamanya masa viremia, para peneliti
mengasumsikan viremia dimulai pada hari sebelum terserang penyakit dan
berakhir pada hari terakhir dimana virus tersebut terdeteksi. Sebagai contoh, jika
seorang anak divonis terserang penyakit pada hari ketiga dan virus terdeteksi
hingga hari kelima pada masa terjangkit, maka pada hari ketiga tersebut
sebenarnya lamanya viremia sudah terjadi selama 5 hari. Sehingga masa dari
3
viremia pada dengue berjarak dari 1 sampai 7 hari [10]. Secara sederhananya,
masa viremia terjadi saat 2 hari sebelum demam timbul dan 5 hari setelah demam
timbul.
Sebenarnya, pada saat virus masuk ke dalam tubuh, tubuh tidak akan diam
saja. Karena Allah menciptakan manusia dengan sangat sempurna dengan
diberikannya sistem imun dalam tubuh yang akan memberikan perlawanan
dengan menghancurkan antigen yang masuk atau hanya sekedar menghambat
pertumbuhan antigen agar tidak menyebar dan menginfeksi sel sehat lainnya.
Maka manusia kembali disadarkan oleh firman Allah dalam Q.S Ar-
Rahman ayat 16 yang berbunyi.
Äd“r' Î6sù Ï Iω# u $yϑ ä3În/ u‘ Èβ$t/ Éj‹ s3 è? ∩⊇∉∪
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Allah juga berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 21 yang berbunyi.
¨β Î) ’Îû y7Ï9≡ sŒ ;M≈tƒUψ 5Θ öθ s) Ïj9 tβρã�©3x� tGtƒ ∩⊄⊇∪
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”
Dari ayat-ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa nikmat Allah kepada
seluruh hambaNya itu memang benar-benar tiada terkira. Salah satu nikmatnya
yang membuat manusia disebut sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna
ialah karena akalnya. Dari nikmat Allah yang telah diberikan yaitu akal,
sebenarnya Allah mengisyaratkan kepada manusia agar manusia mempergunakan
akalnya dengan sebaik-baiknya seperti dengan cara menuntut Ilmu Allah.
Dewasa ini, ilmu matematika merupakan salah satu jembatan atau cara
untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.
Salah satu ilmu matematika yang dapat membantu mendeskripsikan fenomena-
fenomena dikehidupan nyata dalam bentuk fungsi atau persamaan adalah model
4
matematika. Dengan memodelkan kejadian sehari-hari, diharapkan dapat
memprediksi nilai dari variabel untuk masa yang akan datang.
Pada tahun 2007, Nuning Nuraini et al membangun sebuah model
matematika dari proses transmisi virus dengue di dalam tubuh manusia. Dimana
pada model tersebut menceritakan fenomena virus dengue yang menginfeksi sel
rentan di peredaran darah manusia. Karena hal tersebut, penulis merasa tertarik
untuk mengkaji model tersebut dan mengetahui lebih dalam mengenai dinamika
virus dengue yang akan diinterpretasikan dalam sebuah simulasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pengerjaan tugas akhir ini dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pemodelan matematika berkaitan dengan proses
transmisi virus dengue di dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana menganalisis kestabilan model matematika mengenai
proses transmisi virus dengue di dalam tubuh manusia?
3. Bagaimana simulasi dari model matematika mengenai proses transmisi
virus dengue di dalam tubuh manusia?
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan tugas akhir ini membahas mengenai pengkajian model dan
penganalisisan fenomena perpindahan virus dengue di dalam tubuh manusia.
Dimana tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut.
1. Terdapat 3 kompartement yaitu sel rentan, sel terinfeksi dan virus
dengue.
2. Metode yang digunakan dalam simulasi adalah metode Euler.
3. Simulasi modelnya dari data acak berupa parameter dan untuk nilai
awal yang diberikan pada simulasi ini penulis menggunakan data yang
diteliti oleh Nuning Nuraeni et al.
5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Mengkaji lebih dalam proses pemodelan matematika berkaitan proses
transmisi virus dengue di dalam tubuh manusia.
2. Menganalisis kestabilan model matematika mengenai proses transmisi
virus dengue di dalam tubuh manusia.
3. Mengetahui dinamika virus dengue di dalam tubuh manusia yang
diinterpretasikan ke dalam sebuah simulasi.
Adapun manfaat jangka panjang dari pengerjaan tugas akhir ini adalah
semoga karya kecil ini menjadi acuan untuk para matematikawan yang ingin
membahas mengenai pemodelan matematika.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Studi pustaka. Studi pustaka disini lebih diartikan sebagai pengkajian
dan pembelajaran lebih dalam mengenai buku-buku yang berkaitan
dengan virus dengue, penyakit demam berdarah dengue, persamaan
diferensial, penentuan titik equilibrium, pelinearan, stabilitas, kriteria
kestabilan Routh-Hurwitz, metode Euler.
b. Menganalisis. Menganalisis disini lebih diartikan sebagai
penganalisisan model.
c. Menginterpretasi model matematika mengenai proses transmisi virus
dengue di dalam tubuh manusia lewat simulasinya.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini hanya memuat 5 bab. Dengan
perincian sebagai berikut.
6
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang landasan teori
yang dijadikan ukuran standarisasi dalam pembahasan yang terdiri
dari sistem persamaan diferensial, persamaan diferensial
autonomous, titik equilibrium, pelinearan, stabilitas, kriteria
kestabilan Routh-Hurwitz, metode numerik untuk persamaan
diferensial biasa, dan model matematika.
BAB III ANALISA MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM
TUBUH MANUSIA
Dalam bab ini akan dipaparkan hasil kajian yang meliputi analisis
model matematika mengenai proses transmisi virus dengue di
dalam tubuh manusia, yang terdiri dari hal-hal yang mempengaruhi
model, formulasi model, menentukan titik equilibrium, basic
reproductive ratio, serta kestabilan titik equilibrium.
BAB IV SIMULASI MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM
TUBUH MANUSIA
Dalam bab ini penulis akan memapaparkan hasil simulasi dari
model matematika mengenai proses transmisi virus dengue di
dalam tubuh manusia, yang terdiri dari simulasi dalam keadaan
bebas virus dan simulasi dalam keadaan terdapat virus bebas.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan sebagai jawaban dari
rumusan permasalahan yang diajukan serta saran untuk
pengembangan tulisan yang berbeda di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial
Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau
lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Persamaan diferensial digunakan untuk
merepresentasikan fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari pada
interval waktu kontinu dalam suatu model matematika.
Persamaan diferensial terbagi atas persamaan diferensial biasa dan
persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial biasa diartikan sebagai suatu
persamaan yang melibatkan turunan pertama atau lebih dari fungsi sebarang �
terhadap peubah �. Kadang persamaan ini dapat pula melibatkan � itu sendiri, �
dan konstanta [7]. Atau dengan kata lain, jika persamaan diferensial memiliki satu
peubah tak bebas, maka persamaan itu disebut persamaan diferensial biasa. Lain
halnya jika persamaan diferensial tersebut memiliki lebih dari satu peubah tak
bebas, maka persamaan itu disebut persamaan diferensial parsial. Sebagai contoh :
1. �′ + �� = 16 (2.1)2. �′′ = (2 − �′)(�� + ��) (2.2) 3.
!" #! − !" $! = 0 (2.3)
Dalam persamaan (2.1) dan (2.2) fungsi tak diketahui yang dinyatakan
dengan � dan � dianggap sebagai satu peubah bebas, yaitu � = %(�). Lambang �′ dan �′′ dalam persamaan (2.1) dan (2.2) berturut-turut menyatakan turunan
pertama dan kedua dari fungsi �(�) terhadap �. Persamaan (2.1) dan (2.2) memuat
turunan biasa dan karenanya disebut persamaan diferensial biasa. Sedangkan
untuk persamaan (2.3) fungsi yang tidak diketahui & dianggap sebagai fungsi dua
peubah bebas dan �, yaitu & = &( , �), !" #! dan !" $! berturut-turut adalah turunan
parsial dan karenanya disebut persamaan diferensial parsial.
8
Persamaan diferensial biasa umumnya berbentuk [14]: () , �, �*, … , �(,)- = 0.(2.4) Persamaan diferensial tersebut dikatakan linear jika ( adalah linear dalam
variabel-variabel �, �*, … , �(,). Definisi tersebut juga berlaku untuk persamaan
diferensial parsial. Jadi secara umum persamaan diferensial biasa linear orde .
berbentuk :
/�( )�, + /�( )�,0� +⋯+ /,( )� = 2( ). (2.5) Sebuah persamaan diferensial dikatakan linear bila memenuhi 3 hal
berikut [5]:
1. Variabel-variabel terikat dan turunannya berderajat satu.
2. Tidak mengandung bentuk perkalian antara sebuah variabel terikat dengan
variabel terikat lainnya, atau turunan yang satu dengan turunan lainnya,
atau variabel terikat dengan sebuah turunan.
3. Variabel terikatnya bukan merupakan fungsi tresenden.
Sebagai contoh, �(3) + � = 0 merupakan persamaan diferensial linear orde 3.
Selanjutnya persamaan diferensial yang bukan persamaan linear disebut
persamaan diferensial tak linear. Dengan demikian persamaan diferensial () , �, �*, … , �(,)- = 0 merupakan persamaan diferensial tak linear, jika salah satu
dari berikut dipenuhi oleh ( [5].
1. Variabel-variabel terikat dan turunannya berderajat lebih dari satu.
2. Mengandung bentuk perkalian antara sebuah variabel terikat dengan
variabel terikat lainnya, atau turunan yang satu dengan turunan lainnya,
atau variabel terikat dengan sebuah turunan.
3. Variabel terikatnya merupakan fungsi trasenden.
Sebagai contoh, �** + 24#�* + ��* + �� = 5 merupakan persamaan diferensial tak
linear karena suku ��*dan �� [14].
Beranjak ke sistem persamaan diferensial. Jika berbicara tentang sistem,
sistem berarti sejumlah tertentu sehingga yang dimaksud dengan sistem
9
persamaan diferensial adalah sebuah sistem yang didalamnya memuat . buah
persamaan diferensial, dengan . buah fungsi yang tidak diketahui, dimana . ≥ 2.
Bentuk umum dari suatu sistem persamaan diferensial orde pertama
mempunyai bentuk sebagai berikut : 8��8 = 2�( , ��, ��, … , �,) 8��8 = 2�( , ��, ��, … , �,)(2.6) ⋮ 8�,8 = 2,( , ��, ��, … , �,) Dengan ��, ��, … , �, adalah variabel bebas dan adalah variabel terikat, sehingga
�� = ��( ), �� = ��( ), … , �, = �,( ) dimana :$;:# merupakan turunan fungsi �,
terhadap , dan 2< adalah fungsi yang tergantung pada variabel ��, ��, … , �, dan .
2.2 Persamaan Diferensial Autonomous
Misalkan suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut. �= = %(�), �>ℜ,(2.7) dengan % merupakan fungsi kontinu bernilai real dari � dan mempunyai turunan
parsial kontinu. Persamaan (2.7) disebut persamaan diferensial mandiri
(autonomous) karena tidak memuat secara eksplisit didalamnya [6].
2.3 Titik Equilibrium
Misalkan suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut. 8�8 = �= = %(�)(2.8) Titik equilibrium merupakan titik gerak dari vector keadaan konstan. Atau dengan
kata lain, titik equilibrium merupakan solusi yang tetap konstan walaupun waktu
berganti. Maka titik equilibrium dari persamaan (2.8) didapat jika :$:# = 0. Adapun
istilah lain dari titik equilibrium adalah titik tetap, titik stasioner, rest point,
singularity, critical point atau steady state [15]. Tetapi, dalam tugas akhir ini akan
10
menggunakan istilah titik equilibrium. Untuk lebih jelasnya, tinjau contoh di
bawah ini.
Misal %(�) = �� − � − 6, maka untuk mencari titik equilibriumnya adalah
dengan cara %(�) = 0 atau me-nol-kan turunan pertamanya, sehingga diperoleh %(�) = �� − � − 6 = 0
(� − 3)(� + 2) = 0
Sehingga diperoleh titik equilibriumnya yaitu � = 3 atau � = −2.
2.4 Pelinearan
Analisis kestabilan sistem persamaan diferensial tak linear dilakukan
melalui pelinearan. Untuk mencari hasil pelinearan dari sistem persamaan
diferensial tak linear digunakan matriks Jacobi.
@(�) = A BC $C BC $! …⋮ ⋮ … BD $C BD $! … BD $;⋮ BD $;
E
@(�) merupakan matriks Jacobi yang berukuran F × .. Matriks ini sering juga
ditulis sebagai matriks H BI $JK<.L. Contoh sederhananya [1], %(��, ��) = )��3 − ��3, 3�����, 2�����- Maka matriks Jacobinya adalah
MNNNNNOP%�P�� P%�P��P%�P�� P%�P��P%3P�� P%3P��QR
RRRRS = T 3��� −3���6���� 3���4��� 4���� U.
11
2.5 Stabilitas
Misal diberikan sistem Autonomous linear sebagai berikut. �= = /� + V�dan�= = W� + 8� (2.9) dengan /, V, W, 8 konstanta. Dari persamaan (2.9) dapat diperoleh penyelesaian
secara eksplisit sehingga tidak mengherankan bahwa sifat stabilitas dari titik
equilibrium (0,0) dari sistem di atas mudah dipelajari.
Misal, /8 − VW ≠ 0 maka titik (0,0) adalah satu-satunya titik equilibrium
dari persamaan (2.9). Bentuk penyelesaian dari sistem (2.9) adalah � = Y4Z# , � = [4Z# dimana merupakan akar dari persamaan karakteristik \� − (/ + 8)\ + /8 − VW = 0 (2.10) maka sifat stabilitas titik equilibrium (0,0) dari persamaan (2.9) hampir
seluruhnya tergantung pada akar-akar persamaan (2.10). Dengan kata lain
kestabilan suatu titik equilibrium dapat diperiksa dari nilai eigen sistem itu
sendiri.
Sifat stabilitas titik equilibrium ada 3, yaitu stabil, stabil asimtotik atau
stabil atraktif dan tidak stabil. Secara kasar, titik equilibrium dikatakan stabil jika
setiap solusi dari sistem mulai dekat dengan titik equilibrium pada waktu tertentu.
Sedangkan yang disebut stabil asimtotik adalah jika solusi didekatnya tidak hanya
dekat, tetapi juga konvergen ke titik equilibrium sampai waktu menuju tak hingga.
Dan jika titik equilibrium yang tidak memenuhi sifat stabil dan stabil asimtotik
maka disebut tidak stabil [15]. Berikut akan diperlihatkan perbedaannya secara
jelas [3]:
1. Stabil
Titik equilibrium (0,0) dari sistem (2.9) dikatakan stabil, jika dan hanya
jika kedua akar dari persamaan (2.10) adalah real dan negatif atau
mempunyai bagian tak positif.
2. Stabil Asimtotik atau Stabil Atraktif
Titik equilibrium (0,0) dari sistem (2.9) dikatakan stabil asimtotik atau
stabil atraktif, jika dan hanya jika kedua akar dari persamaan (2.10) adalah
12
real dan negatif atau mempunyai bagian real negatif. Asimtotik terbagi
menjadi dua yaitu asimtotik lokal dan asimtotik global.
3. Tidak Stabil
Titik equilibrium (0,0) dari sistem (2.9) dikatakan tidak stabil jika salah
satu atau kedua akar dari persamaan (2.10) real positif atau jika paling
sedikit satu akar mempunyai bagian real positif.
Untuk memudahkan pemahaman, tinjau beberapa contoh di bawah ini.
Contoh 1
Misal diberikan sistem �= = −� dan�= = �. Periksa kestabilan sistem
tersebut!
Penyelesaian
Dari soal di atas, dapat diperoleh persaman karakteristiknya berbentuk \� + 1 = 0 karena disini nilai / = 0, V = −1, W = 1, 8 = 0. Maka akar dari
persamaan karakteristiknya adalah real yaitu ±^, maka menurut sifat stabilitas titik
equilibrium, titik equilibrium dari contoh 1 adalah stabil.
Contoh 2
Misal diberikan sistem �= = −� dan �= = −�. Periksa kestabilan sistem
tersebut!
Penyelesaian
Dari soal di atas, dapat diperoleh persaman karakteristiknya berbentuk \� + 2\ + 1 = 0 karena disini nilai / = −1, V = 0, W = 0, 8 = −1. Maka akar dari
persamaan karakteristiknya adalah \� = \� = −1,karena ini mempunyai bagian
real negatif maka menurut sifat stabilitas titik equilibrium, titik equilibrium dari
contoh 2 adalah stabil asimtotik.
Contoh 3
Misal diberikan sistem �= = −3� + 4� dan �= = −2� + 3�. Periksa
kestabilan sistem tersebut!
Penyelesaian
Dari soal di atas, dapat diperoleh persaman karakteristiknya berbentuk \� − 1 = 0 karena disini nilai / = −3, V = 4, W = −2, 8 = 3. Maka akar dari
13
persamaan karakteristiknya adalah \� = 1dan\� = −1,karena karena salah satu
akarnya ada yang positif, maka menurut sifat stabilitas titik equilibrium, titik
equilibrium dari contoh 3 adalah tidak stabil.
Secara praktisnya, sifat stabilitas titik equilibrium dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini [7].
Tabel 2.1 Sifat Stabilitas Titik Equilibrium
Tipe Kestabilan _ = \� + \� ` = \�\� a. Stabil _ ≤ 0 ` > 0
b. Stabil Asimtotik atau Stabil Atraktif _ < 0 ` > 0
c. Tidak Stabil _ > 0 ` < 0
2.6 Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz
Kriteria kestabilan Routh-Hurwitz dipakai apabila nilai eigen dari
persamaan karakteristik sistem, sulit ditentukan. Karena kriteria kestabilan Routh-
Hurwitz ini tidak melihat tanda bagian real dari nilai eigen atau akar-akar
persamaan karakteristik secara langsung melainkan melihat koefisien dari
persamaan karakteristik.
Teorema 1
Diberikan persamaan karakteristik
a(\) = \b + /�\b0� + /�\b0� +⋯+ /b = 0
Selanjutnya didefinisikan matriks Hurwitz cL sebagai berikut [6].
cL =def /� 1 0/3/g⋮/�L0�
/�/5⋮/�L0�/�/3⋮/�L03
0 … 00/�⋮/�L05
…………00⋮/Lhij
dengan cL = (ℎlm) dan ℎlm = n/�l0m,1,0, o&. &p0 < 2q − F < p&. &p2q = F&. &p2q < F/ /&2q > p +F
14
semua nilai eigen dari persamaan karakteristik mempunyai bagian real yang
negatif jika dan hanya jika determinan dari semua matriks Hurwitz positif, yaitu 84 cr > 0,untuks = 1,2,… , p. Berdasarkan kriteria Routh-Hurwitz untuk p = 2,3,4, disebutkan bahwa
titik equilibrium stabil jika dan hanya jika
p = 2 /� > 0, /� > 0p = 3 /� > 0, /3 > 0, /�/� > 0p = 4 /� > 0, /3 > 0, /5 > 0, /�/�/3 > /3� + /��/5
Untuk lebih jelasnya, tinjau 2 contoh di bawah ini.
Contoh 1 a(\) = \3 + 6\� + 3\ − 6 = 0
Selidiki apakah persamaan karakteristik diatas termasuk kriteria Routh-Hurwitz.
Penyelesaian
Dari persamaan a(\) = \3 + 6\� + 3\ − 6 = 0, maka /� = 6, /� = 3, dan /3 = −6. Kemudian, nilai s dari persamaan karateristik diatas adalah 3. Maka 2s − 1 = 2(3) − 1 = 5. Sehingga matriks Hurwitznya hanya sampai /g.
Akan dibuktikan semua matriks Hurwitznya adalah positif.
Untuk c� = (/�) = (6), karena 6 positif, sehingga didapat detc� = |6| > 0.
Untuk c� = x/� 1/3 /�y = z 6 1−6 3{, sehingga didapat
detc� = | 6 1−6 3| = 24 > 0.
Untuk c3 = }/� 1 0/3 /� /�/g /5 /3~ = } 6 1 0−6 3 60 0 −6~, sehingga didapat
detc3 = � 6 1 0−6 3 60 0 −6� = −144 < 0.
Karena detc3 < 0, maka persamaan karakteristik diatas tidak memenuhi kriteria
Routh-Hurwitz.
15
Contoh 2 a(\) = \3 + 6\� + 3\ + 2 = 0
Selidiki apakah persamaan karakteristik diatas termasuk kriteria Routh-Hurwitz.
Penyelesaian
Dari persamaan a(\) = \3 + 6\� + 3\ + 2 = 0, maka /� = 6, /� = 3, dan /3 = 2. Kemudian, nilai s dari persamaan karateristik diatas adalah 3. Maka 2s − 1 = 2(3) − 1 = 5. Sehingga matriks Hurwitznya hanya sampai /g.
Akan dibuktikan semua matriks Hurwitznya adalah positif.
Untuk c� = (/�) = (6), karena 6 positif, sehingga didapat detc� = |6| > 0.
Untuk c� = x/� 1/3 /�y = z6 12 3{, sehingga didapat
detc� = |6 12 3| = 16 > 0.
Untuk c3 = }/� 1 0/3 /� /�/g /5 /3~ = }6 1 02 3 60 0 2~, sehingga didapat
detc3 = �6 1 02 3 60 0 2� = 32 > 0.
Karena semua matriks Hurwitznya positif, maka persamaan karakteristik diatas
memenuhi kriteria Routh-Hurwitz.
2.7 Metode Numerik Untuk Persamaan Diferensial Biasa
Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam
berbagai disiplin ilmu, misalnya bidang fisika, kimia, teknik mesin, teknik sipil,
elektro dan lain-lain. Kadang kala, model matematika tersebut rumit dan tidak
dapat diselesaikan dengan metode analitik, dimana metode analitik adalah metode
penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah lazim.
Metode analitik disebut juga metode eksak yang menghasilkan solusi eksak
(solusi sejati). Metode analitik ini lebih unggul untuk sejumlah persoalan yang
terbatas. Padahal kenyataannya, persoalan matematika banyak yang rumit,
sehingga tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik. Kalau metode analitik
16
tidak dapat diterapkan, maka solusi dapat dicari dengan metode numerik. Metode
numerik merupakan teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan
matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan biasa (+,−,÷,×). Suatu persamaan diferensial mempunyai bentuk umum 8�8 = %( , �), / ≤ ≤ V, ��( �) = ��(2.11)
dimana �� merupakan nilai awal pada waktu �. Dengan kata lain, pada persamaan
ini mengandung syarat awal untuk memperoleh penyelesaiannya. Metode numerik
untuk menentukan penyelesaian dari persamaan diferensial biasa dapat dilakukan
dengan metode Euler, Metode Taylor, dan metode Rungge Kutta. Adapun metode
numerik yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode Euler. Berikut
adalah penjelasannya.
Metode Euler merupakan metode yang paling sederhana dalam
menyelesaikan initial value problem (IVP). Tahap awal solusi pendekatan
numerik adalah dengan menentukan point-point dalam jarak yang sama di dalam
interval [/, V], yaitu dengan menerapkan < = / + ^ℎ, ^ = 0,1,2,… , � (2.12) Jarak antar point dirumuskan sebagai
ℎ = V − /� (2.13) ini disebut step size.
Metode Euler diturunkan dari daret Taylor. Misalnya fungsi �( ) adalah
fungsi yang kontinu dan memiliki turunan dalam interval [/, V]. Maka dalam deret
Taylor,
�( <��) = �( <) + ( <�� − <)�*( <) + ( <�� − <)�2 �**(�<)(2.14) Karena ℎ = ( <�� − <), maka
�( <��) = �( <) + ℎ�*( <) + ℎ�2 �**(�<)(2.15) dan karena �( ) memenuhi persamaan (2.11),
�( <��) = �( <) + ℎ%) < , �( <)- + ℎ�2 �**(�<)(2.16)
17
Metode Euler dibangun dengan pendekatan �� ≈ �( <) untuk ^ = 1,2,3,… , �,
dengan mengabaikan suku terakhir yang terdapat pada persamaan (2.19). Jadi,
metode Euler dinyatakan sebagai �<�� = �< + ℎ%( <, �<)(2.17) dimana ^ = 0,1,2,… , � − 1. [13]
Untuk lebih jelasnya, tinjau contoh di bawah ini [13].
Diketahui persamaan diferensial �* = � − � + 1, 0 ≤ ≤ 2, �(0) = 0.5
dimana � = 10. Sehingga
ℎ = V − /� = 2 − 010 = 0.2
dan < = / + ^ℎ = 0 + ^(0.2) = 0.2^ serta �� = 0.5
Dengan demikian persamaan Euler dapat dinyatakan sebagai �<�� = �< + ℎ%( < , �<) = �< + ℎ(�< − <� + 1) = �< + 0.2(�< − 0.4^� + 1) Dimana ^ = 0,1,… ,9. Pada saat ^ = 0 dan syarat awal diketahui �� = 0.5 maka �<�� = �< + 0.2(�< − 0.4^� + 1) ���� = �� + 0.2(�� − 0.4(0�) + 1) �� = 0.8000000
Pada saat ^ = 1 maka �<�� = �< + 0.2(�< − 0.4^� + 1) ���� = �� + 0.2(�� − 0.4(1�) + 1) �� = 1.1520000
Pada saat ^ = 2 maka �<�� = �< + 0.2(�< − 0.4^� + 1) ���� = �� + 0.2(�� − 0.4(2�) + 1) �3 = 1.5504000
18
Demikian seterusnya hingga pada ^ = 9 �<�� = �< + 0.2(�< − 0.4^� + 1) ���� = �� + 0.2(�� − 0.4(9�) + 1) ��� = 4.8657845
2.8 Model Matematika
Model matematika merupakan salah satu ilmu matematika yang dapat
membantu mendeskripsikan fenomena-fenomena dalam kehidupan nyata dalam
bentuk fungsi atau persamaan. Adapun langkah-langkah dalam membangun
model [4]:
1. Identifikasi masalah. Apa masalah yang akan dikaji? Biasanya ini
merupakan langkah tersulit karena dalam kehidupan nyata tidak semudah
itu mengerjakannya dengan matematika. Biasanya, pada langkah ini
diharuskan untuk lebih memilah-milih sejumlah data besar dan
mengidentifikasi beberapa aspek tertentu dari suatu masalah untuk
dipelajari. Pemodelan harus mempunyai kemampuan yang cukup tepat
dalam menjabarkan formulasi verbal kedalam simbol matematika.
2. Membuat asumsi. Umumnya, semua faktor yang berpengaruh pada
masalah yang akan diidentifikasi tidak dapat dimodelkan dengan
matematika. Langkah ini bersifat menyederhanakan dengan mengurangi
sejumlah faktor yang didasarkan pada pertimbangan. Sehingga
kompleksitas persoalan yang diamati bisa direduksi dengan
mengasumsikan hubungan yang relatif sederhana antara variabel. Asumsi
ini terbagi menjadi dua kategori utama :
a. Klasifikasi variabel. Hal apa yang mempengaruhi perilaku dari
masalah yang diidentifikasi dalam langkah 1? Hal ini diidentifikasi
sebagai variabel. Dalam model akan dijelaskan variabel terikat dan
sisanya bebas.
b. Menentukan hubungan timbal balik antara variabel-variabel yang
dipilih. Sebelum membuat hipotesis tentang hubungan antara variabel,
biasanya pada langkah ini diharuskan untuk membuat penyederhanaan
19
tambahan. Masalah yang diidentifikasi mungkin cukup kompleks
sehingga pada mulanya tidak dapat melihat hubungan antara semua
variabel. Dalam kasus ini dimungkinkan untuk membuat submodel.
Disini, satu atau lebih variabel bebas dipelajari secara terpisah. Pada
akhirnya akan dihubungkan submodel secara bersama-sama. Perlu
diperhatikan bahwa submodel ini terintegral terhadap asumsi yang
dibuat pada model utama.
3. Memecahkan atau menginterpretasi model. Dalam langkah ini akan dilihat
hubungan dari kumpulan submodel. Selanjutnya model tersebut akan
diselesaikan secara matematika. Dalam beberapa kasus model, dapat
terdiri dari persamaan matematis atau ketidaksetaraan yang harus
dipecahkan untuk menemukan informasi yang dicari.
4. Verifikasi model. Sebelum menggunakan model dalam kehidupan nyata,
model tersebut harus diuji.
5. Mengimplementasikan model. Tentu saja model yang telah diuji tidak
dibiarkan saja tanpa adanya kegunaan tertentu. Yang diharapkan dari
model ini adalah dapat dipahami dan berguna bagi siapapun.
6. Maintain the model.
20
BAB III
ANALISA MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE
DI DALAM TUBUH MANUSIA
Dalam tugas akhir ini, penulis akan membahas tentang proses transmisi
virus dengue di dalam tubuh manusia. Secara umum, virus merupakan parasit
berukuran mikroskopik yang tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Maka, untuk melanjutkan siklusnya, virus harus
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup lain [11].
Virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui hidung, mulut, bahkan
dapat masuk melalui kulit. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus tersebut akan
mencari sel inang untuk diinfeksi. Pada saat itu juga, tubuh akan bereaksi dan
memberikan perlawanan terhadap antigen yang masuk tersebut. Sistem imun akan
memberikan perlawanan dengan menghancurkan antigen yang masuk atau
sekedar menghambat pertumbuhan antigen agar tidak menyebar dan menginfeksi
sel sehat lainnya.
3.1 Hal-Hal yang Mempengaruhi Model
Sebelum membangun model, ada baiknya memperhatikan hal-hal yang
mempengaruhi model tersebut. Dalam tugas akhir ini, penulis mengelaskan sel ke
dalam dua kelas. Yaitu sel rentan yang dinotasikan dengan �( ) dan sel terinfeksi
yang dinotasikan dengan �( ). Serta virus bebas itu sendiri yang dinotasikan
dengan �( ).
a. Sel rentan �( ) Sel rentan adalah sel sehat yang belum diinfeksi oleh virus.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi laju sel rentan adalah sebagai berikut.
1. Kelahiran murni dengan laju yang konstan.
21
2. Jumlah sel rentan akan berkurang karena adanya interaksi sel rentan
dengan partikel virus atau dengan kata lain adanya penginfeksian
virus.
3. Kematian murni dengan laju yang konstan.
b. Sel terinfeksi �( ) Sel terinfeksi adalah sel rentan yang terinfeksi virus. Adapun hal-
hal yang mempengaruhi laju sel terinfeksi adalah sebagai berikut.
1. Jumlah sel terinfeksi akan bertambah karena adanya partikel virus
yang menginfeksi sel rentan.
2. Kematian murni akan mengurangi jumlah sel terinfeksi dengan laju
yang konstan.
c. Virus dengue �( ) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa secara umum
virus bebas merupakan parasit yang berukuran mikroskopik yang
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup lain untuk melanjutkan
siklus hidupnya. Virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
hidung, mulut, bahkan kulit. Setelah virus masuk ke dalam tubuh, virus
akan mencari sel inang tanpa memperhatikan tipe sel inang untuk diinfeksi
[11]. Selanjutnya, virus akan melakukan beberapa tahapan untuk
bereproduksi.
Dalam tugas akhir ini, penulis mengasumsikan virus dengue
sebagai virus virulen. Yaitu virus yang hanya dapat bereproduksi dengan
siklus litik. Proses siklus litik adalah sebagai berikut.
1. Partikel virus menggunakan serabut ekornya untuk menempel pada sel
inang.
2. Sarung ekor tersebut berkontraksi, membuat lubang menembus
dinding sel dan membran dari sel. Lalu virus tersebut menginjeksikan
DNA-nya ke dalam sel inang.
22
3. DNA dari virus mengambil alih kerja enzim sel inang untuk membuat
bagian-bagian virus-virus baru.
4. Bagian-bagian virus baru itu berkumpul menjadi virus yang baru
dengan jumlah yang sangat banyak.
5. Karena dinding sel rusak, maka sel tersebut membesar dan akhirnya
pecah sehingga virus-virus baru itu keluar dari sel inangnya.
Pada saat virus masuk ke dalam tubuh, tubuh tidak akan diam saja.
Karena tubuh mempunyai sistem imun yang akan memberikan perlawanan
dengan menghancurkan antigen yang masuk atau hanya sekedar
menghambat pertumbuhan antigen agar tidak menyebar dan menginfeksi
sel sehat lainnya. Terdapat beberapa sel yang berperan dalam sistem imun,
yaitu sel B, sel T dan makrofag.
Saat virus masuk kedalam tubuh dan mengenai sel inang, sel T
akan menjadi aktif. Sel T sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.
a. Sel T sitotoksik yang berfungsi menghancurkan sel inang yang
memiliki antigen asing.
b. Sel T penolong yang berfungsi meningkatkan perkembangan
sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T
sitotoksik dan sel T penekan yang sesuai, dan mengaktifkan
makrofag.
c. Sel T penekan yang menekan produksi antibodi sel B dan
aktifitas sel T sitotoksik dan penolong.
Setelah sel T aktif, sel T penolong akan mengaktifasi sel B yang
kemudian terbagi menjadi dua. Yaitu menjadi plasma sel yang
menghasilkan antibodi untuk melawan virus dan sel pengingat yang siap
merespon lebih cepat agar apabila virus kembali ke dalam tubuh, sel B
bisa lebih cepat memproduksi antibodi [11].
23
Adapun hal-hal yang mempengaruhi laju virus dengue adalah
sebagai berikut.
1. Jumlah virus dengue akan bertambah dari banyaknya sel yang
terinfeksi dikalikan dengan banyaknya duplikasi virus dengue baru
tersebut.
2. Jumlah virus dengue akan berkurang karena adanya kematian murni
dengam laju yang konstan.
3. Jumlah virus dengue akan berkurang karena adanya sel T yang
menghancurkan virus dengue tersebut.
4. Jumlah virus dengue akan berkurang karena adanya partikel virus
dengue yang menginfeksi sel rentan.
3.2 Formulasi Model
Dari fenomena yang ada, dapat digambarkan proses transmisi virus dengue
di dalam tubuh manusia dalam sebuah diagram di bawah ini [10].
Gambar 3.1 Diagram Proses Transmisi Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Adapun dari diagram di atas dihasilkan formula untuk mengetahui
dinamika virus dengue yang disajikan dalam suatu model matematika [10].
(1)8�( )8 = � − ��( )�( ) − ��( ). (2)8�( )8 = ��( )�( ) − ��( ). (3)8�( )8 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ).
(3.1)
24
dengan � adalah kelahiran murni sel rentan
� adalah peluang perpindahan virus dengue
� adalah kematian murni sel rentan
� adalah kematian murni sel yang terinfeksi
� adalah peluang sel terinfeksi yang menghasilkan virus dengue
. adalah banyaknya duplikasi virus dengue baru
�� adalah kematian murni virus dengue
�� adalah kematian virus dengue dengan sel T
dimana �, �, �, �, �, ., �1, �2 > 0dan�, �, � ≥ 0.
3.3 Menentukan Titik Equilibrium
Langkah awal untuk mengidentifikasi titik equilibrium adalah me-nol-kan
ruas kiri pada sistem (3.1) sehingga turunan pertamanya bernilai nol. Maka akan
didapat seperti yang tertera di bawah ini.
0 = � − ��( )�( ) − ��( ). 0 = ��( )�( ) − ��( ). 0 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ). Langkah kedua, lakukan proses penyederhanaan sistem (3.1) dengan
menggunakan proses substitusi.
Dari 0 = � − ��( )�( ) − ��( ), bisa didapatkan = �0���� . Adapun proses
pengerjaannya sebagai berikut.
0 = � − ��( )�( ) − ��( ) ⇔ � − ��( )�( ) − ��( ) = 0
⇔ � − ��� − �� = 0
⇔ ��� = � − ��
⇔ � = � − ���� .(3.2)
25
Dari 0 = ��( )�( ) − ��( ), bisa didapatkan � = �0��� . Adapun proses
pengerjaannya sebagai berikut.
0 = ��( )�( ) − ��( ) ⇔ ��( )�( ) − ��( ) = 0
⇔ ��� − �� = 0
⇔ �� = ���
⇔ � = ���� . Substitusi persamaan (3.2) sehingga didapat
⇔ � = ����
⇔ � = x��� y x� − ���� y ⇔ � = � − ��� .(3.3)
Dan pada saat 0 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ), substitusi
persamaan (3.2) dan (3.3). Sehingga diperoleh
0 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ) ⇔ �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ) = 0
⇔ �.� − ��� − ��� − ��� = 0
⇔ �.� − (�� + ��)� − ��� = 0
⇔ �. x� − ��� y − (�� + ��) x� − ���� y − �� x� − ���� y = 0
⇔ �.� (� − ��) − (�� + ��) x� − ���� y − (� − ��) = 0
⇔ (� − ��) H�.� − x�� + ���� y − 1K = 0
26
Saat ��,� − z�C��!�� { − 1� ≠ 0, maka (� − ��) = 0, didapat � = ��. Saat
(� − ��) ≠ 0, maka ��,� − z�C��!�� { − 1� = 0.
H�.� − x�� + ���� y − 1K = 0
⇔ �.� − 1 = x�� + ���� y
⇔ �� = �� + ���.� − 1
⇔ � = 1���� + ���.� − 1�
⇔ � = 1���� + ���.� − ���
⇔ � = 1�� �� + ��(�. − �) 1��
⇔ � = �(�� + ��)�(�. − �)
Sehingga didapat 2 titik yaitu sebagai berikut.
� = �� .(3.4) �∗ = �(�� + ��)�(�. − �) .(3.5)
Dari persamaan (3.4) dan (3.5) dapat diduga, sistem (3.1) memiliki 2 titik
equilibrium.
Untuk memperoleh titik equilibrium pertama, substitusi persamaan (3.4) ke persamaan (3.2). � =
�0���� = �0�z��{�z��{ = 0 maka didapat � = 0.
27
Substitusi pula persamaan (3.4) ke persamaan (3.3). � =
�0��� = �0�z��{� = 0 maka didapat � = 0. Sehingga, diperoleh titik equilibrium pertama dari sistem(3.1) yaitu
�� = (�, �, �) = z�� , 0,0{.(3.6) Dimana titik ini menunjukan keadaan yang bebas virus atau virus-free equilibrium
(VFE) karena pada kondisi ini tidak ada virus dan sel terinfeksi.
Selanjutnya untuk memperoleh titik equilibrium kedua, substitusi
persamaan (3.5) ke persamaan (3.2) sehingga didapat
� = � − ���� . ⇔�∗ = � − � x�(�� + ��)�(�. − �)y� x�(�� + ��)�(�. − �)y
⇔�∗ = �)�(�. − �)-�(�. − �) − � x�(�� + ��)�(�. − �)yx�(�� + ��)(�. − �) y
⇔�∗ = ��(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �)�(�� + ��)�. − �
⇔�∗ = ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) � x �. − ��(�� + ��)y ⇔�∗ = ���(�. − �) − ��(�� + ��)� � x 1�(�� + ��)y ⇔�∗ = ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) .(3.7) Kemudian substitusi pula persamaan (3.5) ke persamaan (3.3) sehingga didapat
� = � − ��� .
28
⇔ �∗ = � − � x�(�� + ��)�(�. − �)y�
⇔ �∗ = ��(�. − �)�(�. − �) − � x�(�� + ��)�(�. − �)y�
⇔ �∗ = ��(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �)�
⇔ �∗ = ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) .(3.8) Sehingga diperoleh titik equilibrium kedua dari sistem (3.1) yaitu ��. Dan dapat
ditulis ulang nilai �∗, �∗, �∗ dalam �� beturut-turut adalah
��(�� + ��)�(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �.(3.9) Dimana titik ini menunjukan keadaan terdapat virus bebas.
3.4 Basic Reproductive Ratio
Untuk mengetahui tingkat penyebaran suatu penyakit diperlukan suatu
parameter tertentu. Parameter yang biasa digunakan adalah bilangan reproduksi
dasar (Basic Reproductive Ratio). Basic Reproductive Ratio (��) didefinisikan
sebagai angka dari banyaknya sel yang baru saja terinfeksi akibat adanya satu atau
lebih sel yang terinfeksi. Dengan menentukan nilai ��, maka akan diketahui
apakah virus tersebut akan menyebar atau tidak.
Ilustrasi dari ��, misal ada populasi manusia yang peka dan tidak ada
manusia yang terinfeksi. Kemudian ada manusia yang terinfeksi virus dan
berinteraksi dengan manusia peka. Maka, jika �� < 1, tidak akan terjadi endemic.
Dalam artian, manuisa yang peka tersebut tidak akan tertular penyakit dan
penyakit tidak menyebar, dan manusia yang sakit (yang terinfeksi virus) bisa
sembuh setelah beberapa waktu. Sedangkan jika �� > 1, akan terjadi endemic.
Dalam artian, setelah beberapa waktu, manusia yang sakit akan menularkan
penyakitnya. Sehingga, manusia yang awalnya sakit kemungkinan akan sembuh
dan manusia yang sehat akan sakit.
29
Pada model ini, didefinisikan �� = ��(�,0�)��(�C��!). Ini artinya, satu sel
terinfeksi memproduksi �(�,0�)�(�C��!) virus dengue selama periode infeksi
��.
Sedangkan satu partikel virus dengue menginfeksi ��(�,0�)�(�C��!) sel rentan selama
periode infeksi �(�C��!). Adapun �� ini akan digunakan untuk menganalisis
kestabilan sistem (3.1) [10].
3.5 Kestabilan Titik Equilibrium
Kestabilan dari suatu titik equilibrium dapat dilihat dari nilai eigennya.
Nilai eigen sendiri dapat dicari dari persamaan karakteristik yang merupakan
determinan dari matriks Jacobi [11].
Teorema 2
Titik equilibrium yang bebas dari virus, ��, akan stabil asimtotik lokal jika �� < 1 dan tidak stabil untuk lainnya [10].
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah pembuktian teorema 2
Langkah pertama, lakukan pelinearan dengan menggunakan matriks
Jacobian dari sistem (3.1) yang didasarkan pada VFE (virus-free equilibrium).
¡C adalah matriks Jacobian 3 × 3 dari sistem (3.1) dengan nilai �� pada
persamaan (3.6). Sistem (3.1) (1)8�( )8 = � − ��( )�( ) − ��( ). (2)8�( )8 = ��( )�( ) − ��( ). (3)8�( )8 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ).
30
¡C =deeeeefP x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP�P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP�P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� h
iiiiij
Sehingga didapat ¡C = def−� 0 − ���0 −� ���0 �. −�� − �� − ��� hi
j. Langkah kedua, cari nilai eigen dari ¡C.
) ¡C − ¢�- =deef−� 0 −���0 −� ���0 �. −�� − �� − ��� h
iij − ¢ }1 0 00 1 00 0 1~
=def−� 0 − ���0 −� ���0 �. −�� − �� − ��� hi
j− }¢ 0 00 ¢ 00 0 ¢~
=deef−� − ¢ 0 −���0 −� − ¢ ���0 �. −�� − �� − ��� − ¢h
iij.
4 ) ¡C − ¢�- = 0. Didapat
4 ) ¡C − ¢�- = §§−� − ¢ 0 −���0 −� − ¢ ���0 �. −�� − �� − ��� − ¢§
§ = 0
(−� − ¢)}(−� − ¢) x−�� − �� − ��� − ¢y − (�.) x��� y~ = 0
31
(−� − ¢)}x��� + ��� + ���� + �¢ + ¢�� + ¢�� + ��¢� + ¢�y − �.��� ~ = 0
(−� − ¢) x¢� + x� + �� + �� + ��� y ¢ + (�� + ��)� + ���� − �.��� y = 0
(−� − ¢) x¢� + x� + �� + �� + ��� y ¢ + �(�� + ��) − ��(�. − �)� y = 0
Maka didapat nilai eigennya – � dan persamaan karakteristiknya
_(¢) = ¢� + x� + �� + �� + ��� y ¢ + �(�� + ��) − ��(�. − �)� . Langkah terakhir, cek kestabilan titik equilibrium dengan menggunakan
nilai ��.
Nilai eigen dari ¡C adalah – � dan persamaan karakteristiknya adalah
_(¢) = ¢� + x� + �� + �� + ��� y ¢ + �(�� + ��) − ��(�. − �)� . Karena tujuan awal pembuktian teorema ini adalah pengecekan kestabilan �� yang
stabil asimtotik lokal ketika �� < 1, dimana dikatakan stabil asimtotik lokal jika
semua nilai eigennya negatif. Maka, untuk mengetahui _(¢) memiliki akar-akar
yang negatif, akan dibuktikan
1) ¢�. ¢� > 0
2) ¢� + ¢� < 0
Pembuktian yang pertama yaitu ¢�. ¢� > 0
Tulis �� = ��(�,0�)��(�C��!) ⇔ �(�� + ��)�� =
��(�,0�)� . ¢�. ¢� = W/ = �(�� + ��) − ��(�. − �)�1
= �(�� + ��) − �(�� + ��)��1
= �(�� + ��)(1 − ��) Karena �� < 1 maka (1 − ��) > 0 atau �(�� + ��)(1 − ��) > 0. ∎
32
Pembuktian yang terakhir yaitu ¢� + ¢� < 0.
¢� + ¢� = −V/ = −x� + �� + �� + ��� y1 = −� − �� − �� − ���
Karena 0ª« = −� − �� − �� − ��� , maka menghasilkan
0ª« < 0, jadi terbukti
¢� + ¢� < 0. ∎
Maka terbukti _(¢) memiliki akar-akar yang negatif sehingga �� stabil asimtotik
lokal. ∎
Analisis kestabilan equilibrium ��. Substitusi �� pada persamaan (3.9) yaitu �� = (�∗, �∗, �∗) = ��(�� + ��)�(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �. dimana �� =
��(�,0�)��(�C��!) ⇔ �(�. − �) = z¬� { ��(�� + ��) �∗ = �(�� + ��)�(�. − �)
= �(�� + ��)z��� {��(�� + ��) = 1x���� y
= ����
�∗ = ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �)
= � − � x�(�� + ��)�(�. − �)y�
= � − ��∗�
33
= � − � x ����y�
= �� x1 − 1��y
�∗ = ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��)
= ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) � x �. − ��(�� + ��)y
= x��(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) yx�(�� + ��)�. − � y
= � − � x�(�� + ��)�(�. − �)y� x�(�� + ��)�(�. − �)y
= � − ��∗��∗
= � − � x ����y� x ����y
= z��� − ��� {x �����y
= x��� − ��� y x����� y
= �(�� − 1) x ���y
= (�� − 1)x��y
34
Sehingga didapat �� dalam ��, dimana
}�∗ = ���� , �∗ = �� x1 − 1��y , �∗ = (�� − 1) x��y~.(3.10) Dapat dilihat bahwa, �∗, �∗, �∗ pada persamaan (3.10) positif jika memenuhi �� > 1.
Lakukan pelinearan dengan menggunakan matriks Jacobian dari sistem (3.1) yang didasarkan pada ��. Dimana �� merupakan titik equilibrium yang
mengandung virus bebas.
¡! adalah matriks Jacobian 3 × 3 dari sistem (3.1) dengan nilai �� pada
persamaan (3.10). Sistem (3.1) (1)8�( )8 = � − ��( )�( ) − ��( ). (2)8�( )8 = ��( )�( ) − ��( ). (3)8�( )8 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ).
¡! =deeeeefP x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP�P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP�P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� P x8�( )8 yP� h
iiiiij
Sehingga didapat ¡! = def −��� 0 − ���¬�(�� − 1) −� ���¬−�(�� − 1) �. −�� − �� − ���¬h
ij. Setelah itu, cari nilai eigen dari ¡!.
35
)¢�− ¡!- = ¢ }1 0 00 1 00 0 1~ − deeef −��� 0 − ������(�� − 1) −� �����−�(�� − 1) �. −�� − �� − �����h
iiij
= }¢ 0 00 ¢ 00 0 ¢~ − deeef −��� 0 − ������(�� − 1) −� �����−�(�� − 1) �. −�� − �� − �����h
iiij
=deeef ¢ + ��� 0 �����−�(�� − 1) ¢ + � − ������(�� − 1) −�. ¢ + �� + �� + �����h
iiij.
4 ) ¡! − ¢�- = 0. Didapat
4 ) ¡! − ¢�- = §§ ¢ + ��� 0 �����−�(�� − 1) ¢ + � − ������(�� − 1) −�. ¢ + �� + �� + �����§
§ = 0
(¢ + ��0) }(¢ + �) x¢ + �1 + �2 + ����0y − x− ����0y (−�.)~
+x ����0y z)−�(�0 − 1)-(−�.) − )�(�0 − 1)-(¢ + �){ = 0
(¢ + ���) x¢� + ¢�� + ¢�� + ��¢��� + �¢ + ��� + ��� + ������ − ���.��� y
+x ����0y )(��0�. − ��.) − (¢��0 − �¢ + ���0 − ��)- = 0
¢3 + ¢��� + ¢��� + ��¢���� + �¢� + ���¢ + ���¢ + ���¢��� − ���.¢���
36
+��0¢� + ��0¢�� + ��0¢�� + ��¢ + ��0�¢ + ��0��� + ��0���
+��� − ���. + ���. − ���.�� − ��¢ + ��¢�� − ��� + ����� = 0
¢3 + ¢��� + ¢��� + ��¢���� + �¢� + ���¢ + ���¢ + ���¢��� − ���.¢��� + ���¢�
+���¢�� + ���¢�� + ����¢ + ������ + ������ − ���.�� + ��¢�� + ����� = 0
¢3 + ¢��� + ¢��� + ��¢���� + �¢� + ���¢� + ���¢ + ���¢ + ���¢��� – ���.¢���
+���¢�� + ���¢�� + ����¢ + ��¢�� + ������ + ������ − ���.�� + ����� = 0
¢3 + x�� + �� + ����� + � + ���y ¢�
+x��� + ��� + ������ − ���.��� + ����� + ����� + ���� + ����y ¢ +������ + ������ − ���.�� + ����� = 0
¢3 + x\ + ����� + � + ���y ¢� + x�\ + ������ − ���.��� + ���\ + ���� + ����y ¢
+����\ − ���.�� + ����� = 0
Sehingga didapat nilai eigen dari ¡! berupa persamaan karakteristik `(¢) = ¢3 + /¢� + V¢ + W(3.11) dimana
/ = \ + ����� + � + ���
V = �\ + ������ − ���.��� + ���\ + ���� + ����
W = ����\ − ���.�� + �����
37
dan \ = (�� + ��). Dapat dilihat, nilai eigen dari `(¢) sangat sulit ditentukan. Maka kestabilan
asimtotik lokalnya akan diselidiki dengan Kriteria Routh-Hurwitz. Sebelum
menggunakan kriteria Routh-Hurwitz, cek terlebih dahulu tanda real dari setiap /, V, dan W pada persamaan (3.11) jika �� > 1.
Tinjau /.
Karena / = \ + ���¬ + � + ���, dapat ditarik kesimpulan jika �� > 1, maka maka
tanda real dari / adalah positif.
Tinjau V.
Tulis �� = ��(�,0�)��(�C��!) =
0��(�,0�)0��(�C��!) = ��(�0�,)0��(�C��!) ⇔ ��(� − �.) = −����(�� + ��).
V = �\ + ������ − ���.��� + ���\ + ���� + ����
= �\ + ��� − ���.��� + ���(\ + �) + ����
= �\ + ��(� − �.)��� + ���(\ + �) + ����
= �\ + −����(�� + ��)��� + ���(\ + �) + ����
= �\ + (−�\) + ���(\ + �) + ����
= ���(\ + �) + ����
Karena V = ���(\ + �) + ��¬ , dapat ditarik kesimpulan jika �� > 1, maka maka
tanda real dari V adalah positif.
Tinjau W. W = ����\ − ���.�� + �����
38
= ����\ + ����� − ���.��
= ����\ + ��� − ���.��
= ����\ + ��(� − �.)��
= ����\ + −����(�� + ��)��
= ����\ − ��\
= ��\(�� − 1) Karena W = ��\(�� − 1), dapat ditarik kesimpulan jika �� > 1, maka maka tanda
real dari W adalah positif.
Setelah itu, gunakan kriteria Routh-Hurwitz yaitu untuk semua polinomial `(¢) adalah negatif jika semua determinan dari matriks adalah positif.
cL =def /� 1 0/3/g⋮/�L0�
/�/5⋮/�L0�/�/3⋮/�L03
0 … 00/�⋮/�L05
…………00⋮/Lhij
Dimana cL adalah matriks Hurwitz dari persamaan (3.11) dengan s adalah
pangkat tertinggi dari persamaan (3.11) yaitu 3. Maka, 2s − 1 = 2(3) − 1 = 5.
Sehingga matriksnya hanya sampai /g. Dari persamaan (3.11) maka /� = /, /� = V, /3 = W.
Akan dibuktikan semua determinan dari matriks adalah positif.
Untuk c� = (/�) = (/), karena / positif, sehingga didapat detc� = |/| > 0.
Untuk c� = x/� 1/3 /�y = z/ 1W V{, karena /, V dan W positif sehingga didapat
detc� = |/ 1W V| = /V − W. Tapi karena belum tentu /V > W maka hitung dulu
detc3.
39
Untuk c3 = }/� 1 0/3 /� /�/g /5 /3~ = }/ 1 0W V /0 0 W~ karena /, V dan W positif sehingga
didapat detc3 = �/ 1 0W V /0 0 W� = /VW − W� = W(/V − W). Karena W positif, maka untuk
mendapatkan detc3 positif, maka haruslah (/V − W) positif.
/V − W > 0
x\ + ����� + � + ���y x���(\ + �) + ����y − )��\(�� − 1)- > 0
x\ + ����� + � + ���y x���\ + ���� + ����y − ��\�� + ��\ > 0
���\� + ����\ + ��\�� + ��\ + ��� + �������� + ���\� + ����� + ����� + �����\ +������ + ��� − ��\�� + ��\ > 0
����3\� + ����3�\ + ��\��� + ��\���� + ������� + ���� + ����3\�
+����3�� + ������ + �3��5\ + �3��5� + ������� − ���\��3 + ���\��� > 0
(�3\ + �3�)��5 + (��\� + ���\ + ��\� + ���� − ���\)��3
+(��\� + ���� + ���� + ���\)��� + (��\� + ����)�� + ���� > 0
Sehingga, untuk mendapatkan determinan matriks yang positif, haruslah
memenuhi /V > W atau
/���5 + /���3 + /3��� + /5�� + /g > 0 (3.12) dimana
/� = �3\ + �3�
/� = ��\� + ���\ + ��\� + ���� − ���\
/3 = ��\� + ���� + ���� + ���\
/5 = ��\� + ����
40
/g = ����
Dari penjabaran di atas, dapat ditemukan Teorema untuk equilibrium ��.
Teorema 4
Titik equilibrium �� ada jika �� > 1, dan dikatakan stabil asimtotik lokal
jika dan hanya jika memenuhi kondisi (3.12) [10].
41
BAB IV
SIMULASI MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE
DI DALAM TUBUH MANUSIA
Seperti yang telah disebutkan di awal tulisan ini, salah satu tujuan
penelitian ini adalah mengetahui dinamika virus dengue di dalam tubuh manusia
lewat simulasinya. Berikut ini akan dijelaskan simulasi dengan dua keadaan
berbeda, yaitu saat keadaan bebas virus dan saat keadaan terdapat virus bebas.
4.1 Simulasi dalam Keadaan Bebas Virus
Simulasi dalam keadaan ini menggunakan syarat awal bahwa terdapat
sejumlah sel rentan dan virus dengue. Nilai awal pada sel rentan �(0) = 400, sel
yang terinfeksi �(0) = 0, virus dengue �(0) = 5. Dengan melakukan pencarian
secara komputasi, diperoleh parameter yang menyebabkan �� pada model ini
tidak lebih dari satu, dimana parameter tersebut disajikan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 4.1 Nilai-Nilai Parameter yang Menyebabkan �� < 1
Simbol Definisi Parameter Nilai � Laju kelahiran murni sel rentan per hari 0.1553 � Peluang perpindahan virus dengue ke rentan 0.005 � Laju kematian murni sel rentan per hari 0.018 � Laju kematian murni sel yang terinfeksi per hari 0.5 � Peluang sel terinfeksi yang menghasilkan virus dengue
baru
0.1
. Banyaknya duplikasi virus dengue baru per hari 100 �� Laju kematian murni virus dengue per hari 6 �� Laju kematian virus dengue dengan sel T per hari 9
42
Dari nilai parameter tersebut menghasilkan �� = 0.0546. Dan dari
parameter itu pula, diharapkan menghasilkan titik equilibrium yang bersesuaian
pada bahasan sebelumnya yaitu pada saat keadaan bebas virus, populasi sel
rentan, sel terinfeksi dan virus dengue berturut-turut adalah (8.6278, 0, 0) pada
saat → ∞. Adapun asumsi mengenai simulasi pada keadaan ini, yaitu jika � < 1
maka dapat diartikan tidak terdapat virus dengue. Simulasi pada model ini
dilakukan dengan metode Euler menggunakan matlab. Sehingga didapatkan grafik
seperti di bawah ini.
Gambar 4.1 Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1 dan 0 ≤ ≤ 30
Gambar 4.2 Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1 dan 0 ≤ ≤ 755
43
Pada gambar 4.1 jelas terlihat laju pertumbuhan populasi sel rentan di
dalam tubuh manusia mengalami penurunan. Berkurangnya populasi ini
dikarenakan laju kelahiran selnya lebih kecil dari laju infeksi yang menyebabkan
sel rentan ini menjadi sel terinfeksi. Dimana laju infeksi itu adalah peluang
perpindahan virus dengue dikalikan banyaknya sel rentan dikalikan dengan
banyaknya virus dengue itu sendiri. Jika -nya diperpanjang hingga mencapai 755,
maka pada gambar 4.2 akan terlihat lebih jelas pergerakan sel rentan di dalam
tubuh manusia. Dari sana terlihat, populasi ini akan terus berkurang hingga
menuju suatu titik dan stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada
populasi tersebut sudah tidak terjadi lagi penambahan virus dengue yang
menginfeksi populasinya. Berdasarkan hasil numerik yang terpapar pada
lampiran, populasi sel rentan ini akan mencapai 8.6278 pada saat → ∞ dan
konstan pada titik tersebut.
Gambar 4.3 Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1 dan 0 ≤ ≤ 30
44
Gambar 4.4 Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1 dan 0 ≤ ≤ 755
Pada gambar 4.3 jelas terlihat laju pertumbuhan populasi sel terinfeksi di
dalam tubuh manusia awalnya naik turun, kurang lebih sampai hari kedua.
Kemudian mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan berkurangnya populasi sel
rentan yang menjadi sel terinfeksi sehingga menyebabkan populasi sel terinfeksi
bertambah. Setelah itu laju pertumbuhannya kembali mengalami penurunan
karena laju kematian sel terinfeksi lebih besar dari pada laju pertambahan sel
terinfeksi. Jika -nya diperpanjang hingga mencapai 755, maka pada gambar 4.4
akan terlihat lebih jelas pergerakan sel terinfeksi di dalam tubuh manusia. Dari
sana terlihat, populasi ini akan terus berkurang hingga menuju suatu titik dan
stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada populasi tersebut sudah
tidak ada lagi penambahan populasi sel rentan yang mejadi sel terinfeksi.
Berdasarkan hasil numerik yang terpapar pada lampiran, populasi sel terinfeksi ini
akan mencapai 0 pada saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut. Sehingga
dengan kata lain, populasi sel terinfeksi ini lama-lama akan habis.
45
Gambar 4.5 Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1 dan 0 ≤ ≤ 30
Gambar 4.6 Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 0.0546 < 1 dan 0 ≤ ≤ 755
Dari gambar 4.5 jelas terlihat laju pertumbuhan populasi virus dengue di
dalam tubuh manusia awalnya naik turun, kurang lebih sampai hari kedua.
Kemudian mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan banyaknya virus dengue
baru yang dihasilkan dari sel terinfeksi dikalikan dengan duplikasi virus dengue
baru tersebut. Setelah itu laju pertumbuhannya kembali mengalami penurunan
seiring dengan penurunan jumlah sel terinfeksi. Jika -nya diperpanjang hingga
mencapai 755, maka pada gambar 4.6 akan terlihat lebih jelas pergerakan virus
dengue di dalam tubuh manusia. Dari sana terlihat, populasi ini akan terus
46
berkurang hingga menuju suatu titik dan stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini
artinya, pada populasi tersebut sudah tidak ada lagi penambahan duplikasi virus
dengue baru yang dihasilkan oleh sel terinfeksi. Berdasarkan hasil numerik yang
terpapar pada lampiran, mulai dari hari ke 26 sampai seterusnya virus dengue ini
akan menghilang dari peredaran darah manusia. Sehingga dapat disimpulkan,
populasi virus dengue ini akan mencapai 0 pada saat → ∞ dan konstan pada titik
tersebut. Atau dengan kata lain, populasi ini lama-lama akan habis.
Sehingga dari penjabaran yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa jika pada saat �� < 1 maka tidak akan terjadi endemik.
Artinya, tidak akan terjadi penyebaran virus di dalam tubuh. Kalaupun ada
kenaikan pada � dan �, kenaikan itu tidak signifikan. Kemudian � dan � tersebut
lama-lama menuju angka 0 dan konstan di angka tersebut sampai → ∞. Dengan kata
lain, populasi mereka akan habis. Setelah dilakukan analisis dan melihat hasil
numerical ternyata hal tersebut sama seperti bahasan sebelumnya yaitu untuk titik
equilibrium yang bebas dari virus, untuk hal ini �� = (8.6278, 0, 0), akan stabil
asimtotik lokal jika �� < 1 dan tidak stabil untuk lainnya.
4.2 Simulasi dalam Keadaan Terdapat Virus Bebas
Dalam simulasi ini, akan diuji dua �� berbeda. Tujuannya adalah melihat
pengaruh �� terhadap populasi sel rentan, sel terinfeksi dan virus dengue itu
sendiri. Adapun nilai �� diperoleh dari parameter yang menyebabkan nilainya
akan lebih dari satu. Untuk simulasi pada keadaan ini akan digunakan syarat awal
bahwa terdapat sejumlah sel rentan, sel yang terinfeksi dan virus dengue itu
sendiri. Nilai awal pada sel rentan �(0) = 400, sel yang terinfeksi �(0) = 5, virus
dengue �(0) = 10. Adapun nilai parameter yang menyebabkan �� = 8.0220 > 1
adalah sebagai berikut.
47
Tabel 4.2 Nilai-Nilai Parameter yang Menyebabkan �� = 8.0220 > 1
Simbol Definisi Parameter Nilai � Laju kelahiran murni sel rentan per hari 0.1785� Peluang perpindahan virus dengue ke sel rentan 0.0018� Laju kematian murni sel rentan per hari 0.00051� Laju kematian murni sel yang terinfeksi per hari 0.45 � Peluang sel terinfeksi yang menghasilkan virus dengue
baru
0.5
. Banyaknya duplikasi virus dengue baru per hari 402 �� Laju kematian murni virus dengue per hari 5 �� Laju kematian virus dengue dengan sel T per hari 30
Dan dari parameter itu pula, diharapkan menghasilkan titik equilibrium
yang bersesuaian pada bahasan sebelumnya yaitu pada saat keadaan terdapat virus
bebas, populasi sel rentan, sel terinfeksi dan virus dengue berturut-turut adalah (43.6300, 0.3472, 1.9896) pada saat → ∞. Simulasi pada model ini dilakukan
dengan metode Euler menggunakan matlab. Sehingga didapatkan grafik seperti di
bawah ini.
Gambar 4.7 Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1 dan 0 ≤ ≤ 30
48
Gambar 4.8 Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1 dan 0 ≤ ≤ 3000
Pada gambar 4.7, jelas terlihat laju pertumbuhan sel rentan pada mulanya
turun tajam hingga mencapai angka 0.28938 pada = 6 (lihat pada gambar 4.13).
Berkurangnya populasi ini dikarenakan laju kelahiran selnya lebih kecil dari laju
infeksi yang menyebabkan sel rentan ini akan menjadi sel terinfeksi. Dimana laju
infeksi itu adalah peluang perpindahan virus dengue dikalikan banyaknya sel
rentan dikalikan dengan banyaknya virus dengue itu sendiri. Jika -nya
diperpanjang hingga mencapai 3000, maka pada gambar 4.8 akan terlihat lebih
jelas pergerakan sel rentan di dalam tubuh. Dapat dilihat pada gambar 4.8, laju
pertumbuhan sel rentan yang awalnya turun tajam akan kembali naik dikarenakan
berkurangnya virus dengue yang menginfeksi sel rentan. Kemudian laju
pertumbuhan populasi ini kembali mengalami penurunan dikarenakan besarnya
laju infeksi yang dilakukan oleh virus dengue. Keadaan naik turun pada laju
pertumbuhan sel rentan ini akan berjalan terus menerus hingga menuju suatu titik
dan stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada populasi tersebut sudah
tidak ada lagi penambahan virus dengue yang menginfeksi populasinya.
Berdasarkan hasil numerik yang terdapat pada gambar 4.13, populasi sel rentan
ini akan mencapai 43.6300 pada saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut.
49
Gambar 4.9 Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1 dan 0 ≤ ≤ 30
Gambar 4.10 Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1 dan 0 ≤ ≤ 3000
Pada gambar 4.9, terlihat bahwa laju pertumbuhan sel terinfeksi awalnya
naik tajam sampai angka teratas yaitu 265.51 pada = 2 (lihat pada gambar 4.13).
Hal ini dikarenakan berkurangnya populasi sel rentan yang menjadi sel terinfeksi
sehingga menyebabkan populasi sel terinfeksi bertambah. Kemudian laju
pertumbuhan sel terinfeksi ini perlahan mengalami penurunan karena laju
kematian sel terinfeksi lebih besar dari pada laju pertambahan sel terinfeksi. Jika
dilihat secara kasat mata pada gambar 4.10, laju sel terinfeksi ini akan terlihat
konstan di titik 0 pada saat 1200 ≤ ≤ 1500. Tetapi jika gambar itu sedikit
50
diperbesar, maka akan terlihat laju sel terinfeksi ini naik turun kemudian terlihat
konstan lalu naik turun dan konstan lagi hingga menuju suatu titik dan stabil di
titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada populasi tersebut sudah tidak ada
lagi penambahan populasi sel rentan yang mejadi sel terinfeksi. Berdasarkan hasil
numerik yang terdapat pada gambar 4.13, populasi sel terinfeksi ini akan
mencapai 0.3472 pada saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut. Sehingga
dengan kata lain, populasi sel terinfeksi ini masih tetap eksis di dalam tubuh.
Gambar 4.11 Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1 dan 0 ≤ ≤ 30
Gambar 4.12 Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 8.0220 > 1 dan 0 ≤ ≤ 3000
51
Pada gambar 4.11, terlihat bahwa laju pertumbuhan virus dengue awalnya
naik tajam sampai angka teratas yaitu 1519.5 pada = 2 (lihat pada gambar 4.13).
Hal ini dikarenakan banyaknya virus dengue baru yang dihasilkan dari sel
terinfeksi dikalikan dengan duplikasi virus dengue baru tersebut. Kemudian laju
pertumbuhan virus dengue ini perlahan mengalami penurunan seiring dengan
penurunan jumlah sel terinfeksi. Jika dilihat secara kasat mata pada gambar 4.12,
laju pertumbuhan virus dengue ini akan terlihat konstan di titik 0 pada saat 1500 ≤ ≤ 2000. Tetapi jika gambar itu sedikit diperbesar, maka akan terlihat
laju pertumbuhan virus dengue ini naik turun kemudian terlihat konstan lalu naik
turun dan konstan lagi hingga menuju suatu titik dan stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada populasi tersebut sudah tidak ada lagi penambahan
duplikasi virus dengue baru yang dihasilkan oleh sel terinfeksi. Berdasarkan hasil
numerik yang terdapat pada gambar 4.13, populasi virus dengue ini akan
mencapai 1.9896 pada saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut. Sehingga
dengan kata lain, populasi virus dengue ini masih tetap eksis di dalam tubuh.
Dari penjabaran yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
jika pada saat �� > 1 maka akan terjadi endemik. Artinya, akan terjadi penyebaran
virus dengue di dalam tubuh. Karena nilai � dan �, pada hasil simulasinya
berturut-turut akan mendekati angka 0.3472 dan 1.9896. Kemudian konstan di
titik tersebut sampai → ∞. Dengan kata lain, populasi mereka masih tetap eksis
di dalam tubuh. Berikut akan ditunjukan hasil perhitungan numerik dari model ini
dengan keadaan terdapat virus bebas.
52
⋮
⋮
⋮
⋮
⋮
⋮
⋮
Gambar 4.13 Hasil Numerik dari Model dengan Keadaan Terdapat Virus Bebas
Dimana �� = 8.0220 > 1
53
Setelah dilakukan analisis dan melihat hasil numerical ternyata hal
tersebut sama seperti bahasan sebelumnya yaitu untuk titik equilibrium yang
terdapat virus bebas dengan parameter pada tabel 4.2 yaitu �� = (43.6300, 0.3472, 1.9896), akan stabil asimtotik lokal jika �� > 1.
Untuk nilai parameter yang menyebabkan �� = 35.3888 > 1 adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Nilai-Nilai Parameter yang Menyebabkan �� = 35.3888 > 1
Simbol Definisi Parameter Nilai � Laju kelahiran murni sel rentan per hari 0.1670� Peluang perpindahan virus dengue rentan 0.005� Laju kematian murni sel rentan per hari 0.00051� Laju kematian murni sel yang terinfeksi per hari 0.35 � Peluang sel terinfeksi yang menghasilkan virus dengue
baru
0.5
. Banyaknya duplikasi virus dengue baru per hari 500 �� Laju kematian murni virus dengue per hari 8 �� Laju kematian virus dengue dengan sel T per hari 25
Dan dari parameter itu pula, diharapkan menghasilkan titik equilibrium
yang bersesuaian pada bahasan sebelumnya yaitu pada saat keadaan terdapat virus
bebas, laju sel rentan, sel terinfeksi dan virus dengue berturut-turut adalah (9.2530, 0.46366, 3.5077) pada saat → ∞. Simulasi pada model ini dilakukan
dengan metode Euler menggunakan matlab. Sehingga didapatkan grafik seperti di
bawah ini.
54
Gambar 4.14 Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1 dan 0 ≤ ≤ 30
Gambar 4.15 Grafik Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1 dan 0 ≤ ≤ 3000
Pada gambar 4.14, jelas terlihat laju pertumbuhan sel rentan pada mulanya
turun tajam hingga mencapai angka 0.017665 pada = 2 (lihat pada gambar
4.20). Berkurangnya populasi ini dikarenakan laju kelahiran selnya lebih kecil
dari laju infeksi yang menyebabkan sel rentan ini akan menjadi sel terinfeksi.
Dimana laju infeksi itu adalah peluang perpindahan virus dengue dikalikan
banyaknya sel rentan dikalikan dengan banyaknya virus dengue itu sendiri. Jika -nya diperpanjang hingga mencapai 3000, maka pada gambar 4.15 akan terlihat
55
lebih jelas pergerakan sel rentan di dalam tubuh. Dapat dilihat pada gambar 4.15,
laju pertumbuhan sel rentan yang awalnya turun tajam akan mengalami kenaikan.
Hal ini dikarenakan berkurangnya virus dengue yang menginfeksi sel rentan.
Kemudian laju pertumbuhan populasi ini kembali mengalami penurunan
dikarenakan besarnya laju infeksi yang dilakukan oleh virus dengue. Keadaan laju
pertumbuhan sel rentan ini perlahan akan naik turun hingga menuju suatu titik dan
stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada populasi tersebut sudah
tidak ada lagi penambahan virus dengue yang menginfeksi populasinya.
Berdasarkan hasil numerik yang terdapat pada gambar 4.20, populasi sel rentan
ini akan mencapai 9.2530 pada saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut.
Gambar 4.16 Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1 dan 0 ≤ ≤ 30
56
Gambar 4.17 Grafik Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1 dan 0 ≤ ≤ 3000
Pada gambar 4.16, terlihat bahwa laju pertumbuhan sel terinfeksi awalnya
naik tajam. Hal ini dikarenakan berkurangnya populasi sel rentan yang menjadi
sel terinfeksi sehingga menyebabkan populasi sel terinfeksi bertambah. Kemudian
laju pertumbuhan sel terinfeksi ini turun tajam hingga karena laju kematian sel
terinfeksi lebih besar dari pada laju pertambahan sel terinfeksi. Jika dilihat secara
kasat mata pada gambar 4.17, laju sel terinfeksi ini akan terlihat konstan di titik 0
pada saat 100 ≤ ≤ 500. Tetapi jika gambar itu sedikit diperbesar, maka akan
terlihat laju sel terinfeksi ini naik turun kemudian terlihat konstan lalu naik turun
dan konstan lagi hingga menuju suatu titik dan stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya, pada populasi tersebut sudah tidak ada lagi penambahan
populasi sel rentan yang mejadi sel terinfeksi. Berdasarkan hasil numerik yang
terdapat pada gambar 4.20, populasi sel terinfeksi ini akan mencapai 0.46366 pada
saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut. Sehingga dengan kata lain, populasi sel
terinfeksi ini masih tetap eksis di dalam tubuh.
57
Gambar 4.18 Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1 dan 0 ≤ ≤ 30
Gambar 4.19 Grafik Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat �� = 35.3888 > 1 dan 0 ≤ ≤ 3000
Pada gambar 4.18, terlihat bahwa laju pertumbuhan virus dengue awalnya
naik tajam, hal ini dikarenakan banyaknya virus dengue baru yang dihasilkan dari
sel terinfeksi dikalikan dengan duplikasi virus dengue baru tersebut. Kemudian
laju pertumbuhan virus dengue ini turun tajam seiring dengan penurunan jumlah
sel terinfeksi. Jika dilihat secara kasat mata pada gambar 4.19, laju pertumbuhan
virus dengue ini akan terlihat konstan di titik 0 pada saat 100 ≤ ≤ 500. Tetapi
jika gambar itu sedikit diperbesar, maka akan terlihat laju pertumbuhan virus
dengue ini naik turun kemudian terlihat konstan lalu naik turun dan konstan lagi
58
hingga menuju suatu titik dan stabil di titik tersebut sampai → ∞. Ini artinya,
pada populasi tersebut sudah tidak ada lagi penambahan duplikasi virus dengue
baru yang dihasilkan oleh sel terinfeksi. Berdasarkan hasil numerik yang terdapat
pada gambar 4.20, populasi virus dengue ini akan mencapai 3.5077 pada saat → ∞ dan konstan pada titik tersebut. Sehingga dengan kata lain, populasi virus
dengue ini masih tetap eksis di dalam tubuh.
Dari penjabaran yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
jika pada saat �� > 1 maka akan terjadi endemik. Artinya, akan terjadi penyebaran
virus dengue di dalam tubuh. Karena nilai � dan �, pada hasil simulasinya
berturut-turut akan mendekati angka 0.46366 dan 3.5077. Kemudian konstan di
titik tersebut sampai → ∞. Dengan kata lain, populasi mereka masih tetap eksis
di dalam tubuh. Berikut akan ditunjukan hasil perhitungan numerik dari model ini
dengan keadaan terdapat virus bebas.
59
⋮
⋮
⋮
⋮
⋮
⋮ ⋮
Gambar 4.20 Hasil Numerik dari Model dengan Keadaan Terdapat Virus Bebas
Dimana �� = 35.3888 > 1
Setelah dilakukan analisis dan melihat hasil numerical ternyata hal
tersebut sama seperti bahasan sebelumnya yaitu untuk titik equilibrium yang
terdapat virus bebas dengan parameter pada tabel 4.3 yaitu �� = (9.2530, 0.46366, 3.5077), akan stabil asimtotik lokal jika �� > 1.
60
Seperti yang telah dipaparkan pada awal bagian penjelasan simulasi dalam
keadaan terdapat virus bebas, bahwa pada bagian ini akan diperlihatkan pengaruh
nilai �� terhadap populasi sel rentan, sel terinfeksi dan virus dengue. Dimana nilai
awal untuk dua keadaan �� ini adalah sama.
�( )� �( )� 0 400 400
1 311.86 0.024572
30 3.9779 2.7739
100 16.113 14.124
205 33.523 12.262
550 38.129 9.2357
1300 48.560 9.2528
2500 42.865 9.2530
3000 43.534 9.2530
(a) (b)
Gambar 4.21 Dinamika Sel Rentan di dalam Tubuh Manusia
Saat 0 ≤ ≤ 3000 dimana �( )� merupakan sel rentan dengan �� = 8.0220 > 1 dan �( )� merupakan sel rentan dengan �� = 35.3888 > 1
(a). Dalam Bentuk Grafik (b). Dalam Bentuk Data
Gambar 4.21 (a) merupakan grafik dinamika sel rentan di dalam tubuh
manusia, yang mana untuk garis berwarna merah merupakan banyaknya populasi
sel rentan ketika �� = 8.0220 > 1 sedangkan garis berwarna merah putus-putus
menunjukan �� = 35.3888 > 1. Pada gambar 4.21 (b) menunjukan dinamika sel
rentan di dalam tubuh manusia dalam bentuk data dengan waktu tertentu. Pada
gambar 4.21 (b) jelas terlihat, nilai awal untuk sel rentan dengan keadaan ��
berbeda ini adalah sama, yaitu sebanyak 400. Kemudian, pada hari pertama dapat
dilihat, populasi sel rentan untuk �� = 35.3888 sangat turun drastis menjadi 0.024572 hal ini disebabkan besarnya laju infeksi virus dengue terhadap sel rentan
yang menyebabkan sel rentan ini menjadi sel terinfeksi sehingga populasi sel
rentan mengalami penurunan. Sedangkan populasi sel rentan untuk �� = 8.0220,
walaupun sama-sama mengalami penurunan total populasi, tetapi penurunan
tersebut tidak terlalu jauh dengan total populasi sebelumnya. Ini berarti, nilai ��
sangat mempengaruhi keadaan populasi sel rentan. Jadi, dapat disimpulkan,
61
semakin besar nilai �� maka semakin besar pula penurunan yang dialami oleh
populasi sel rentan atau dengan kata lain, semakin besar nilai �� maka semakin
sedikit total populasi sel rentannya. Sehingga hal ini sama seperti bahasan
sebelumnya yaitu pada persamaan (3.10) mengenai hubungan �� terhadap populasi
sel rentan.
�( )� �( )� 0 5 5
1 8.1286e+001 3.3854e+002
30 1.5310e-003 3.4259e-002
115 6.9605e-016 1.1564e-001
205 6.6147e-023 3.8386e-001
300 5.4723e-024 7.3627e-001
450 1.9057e-013 4.6961e-001
500 8.1373e-007 4.2969e-001
600 4.2523e-004 4.4977e-001
(a) (b)
Gambar 4.22 Dinamika Sel Terinfeksi di dalam Tubuh Manusia
Saat 0 ≤ ≤ 600 dimana �( )� merupakan sel terinfeksi dengan �� = 8.0220 > 1 dan �( )� merupakan sel terinfeksi dengan �� = 35.3888 > 1
(a). Dalam Bentuk Grafik (b). Dalam Bentuk Data
Gambar 4.22 (a) merupakan grafik dinamika sel terinfeksi di dalam tubuh
manusia, yang mana untuk garis berwarna biru merupakan banyaknya populasi sel
terinfeksi ketika �� = 8.0220 > 1 sedangkan garis berwarna biru putus-putus
menunjukan �� = 35.3888 > 1. Pada gambar 4.22 (b) menunjukan dinamika sel
rentan di dalam tubuh manusia dalam bentuk data dengan waktu tertentu. Pada
gambar 4.22 (b) jelas terlihat, nilai awal untuk sel terinfeksi dengan keadaan ��
berbeda ini adalah sama, yaitu sebanyak 5. Kemudian, pada hari pertama dapat
dilihat, populasi sel rentan untuk �� = 35.3888 mengalami kenaikan yang sangat
tajam menjadi 338.54 hal ini disebabkan besarnya laju infeksi virus dengue
terhadap sel rentan yang menyebabkan sel rentan menjadi sel terinfeksi sehingga
populasi sel terinfeksi mengalami pertambahan populasi. Sedangkan populasi sel
terinfeksi untuk �� = 8.0220, walaupun sama-sama mengalami kenaikan total
populasi sel terinfeksi, tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu jauh dengan total
62
populasi sebelumnya. Ini berarti, nilai �� sangat mempengaruhi keadaan populasi
sel terinfeksi. Jadi, dapat disimpulkan, semakin besar nilai �� maka semakin besar
pula kenaikan yang dialami oleh populasi sel terinfeksi. Sehingga hal ini sama
seperti bahasan sebelumnya yaitu pada persamaan (3.10) mengenai hubungan ��
terhadap populasi sel terinfeksi.
�( )� �( )� 0 10 10
1 4.2134e+002 2.5828e+003
30 8.8943e-003 2.6137e-001
75 5.0246e-010 2.2090e-003
90 4.4011e-012 6.9871e-003
115 4.0229e-015 8.6713e-001
205 3.8034e-022 2.8928e+000
240 2.7939e-023 3.4244e+000
300 3.1304e-023 5.5666e+000
(a) (b)
Gambar 4.23 Dinamika Virus Dengue di dalam Tubuh Manusia
Saat 0 ≤ ≤ 300 dimana �( )� merupakan virus dengue dengan �� = 8.0220 > 1 dan �( )� merupakan virus dengue dengan �� = 35.3888 > 1
(a). Dalam Bentuk Grafik (b). Dalam Bentuk Data
Gambar 4.23 (a) merupakan grafik dinamika virus dengue di dalam tubuh
manusia, yang mana untuk garis berwarna hijau merupakan banyaknya populasi
virus dengue ketika �� = 8.0220 > 1 sedangkan garis berwarna hijau putus-putus
menunjukan �� = 35.3888 > 1. Pada gambar 4.23 (b) menunjukan dinamika virus
dengue di dalam tubuh manusia dalam bentuk data dengan waktu tertentu. Pada
gambar 4.213 (b) jelas terlihat, nilai awal untuk virus dengue dengan keadaan ��
berbeda ini adalah sama, yaitu sebanyak 10. Kemudian, pada hari pertama dapat
dilihat, populasi virus dengue untuk �� = 35.3888 mengalami kenaikan yang
sangat tajam menjadi 2582.8 hal ini disebabkan banyaknya duplikasi virus dengue
baru yang dihasilkan oleh sel terinfeksi sehingga populasi virus dengue
mengalami pertambahan populasi. Sedangkan populasi virus dengue untuk �� = 8.0220, walaupun sama-sama mengalami kenaikan total populasi virus
63
dengue, tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu jauh, sejauh kenaikan total populasi
virus dengue saat �� = 35.3888. Ini berarti, nilai �� sangat mempengaruhi
keadaan populasi virus dengue. Jadi, dapat disimpulkan, semakin besar nilai ��
maka semakin besar pula kenaikan yang dialami oleh populasi virus dengue.
Sehingga hal ini sama seperti bahasan sebelumnya yaitu pada persamaan (3.10) mengenai hubungan �� terhadap populasi virus dengue bebas.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau
lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Persamaan diferensial digunakan untuk
merepresentasikan fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari pada
interval waktu kontinu dalam suatu model matematika.
Dalam hal ini, proses terbangunnya model matematika mengenai transmisi
virus dengue di dalam tubuh manusia dilihat dari hal-hal yang mempengaruhi
model tersebut. Karena hanya terdapat 3 kompartemen, maka akan diperlihatkan
hal-hal yang mempengaruhi ketiga kompartemen tersebut. Dimana pada model
ini, populasi sel rentan akan bertambah karena adanya kelahiran murni dari
populasi tersebut. Selain adanya kelahiran, populasi ini juga dipengaruhi oleh
kematian murni dan banyaknya virus dengue yang menginfeksi populasinya
sehingga menyebabkan populasi sel rentan ini berkurang. Berkurangnya populasi
sel rentan karena penginfeksian yang dilakukan oleh virus dengue menyebabkan
populasi sel terinfeksi bertambah. Populasi sel terinfeksi ini juga dipengaruhi
kematian murni yang mengakibatkan berkurangnya populasi pada sel terinfeksi.
Sedangkan virus dengue dipengaruhi oleh duplikasi virus-virus baru yang
dihasilkan oleh sel terinfeksi yang menyebabkan populasi virusnya bertambah.
Virus dengue juga dipengaruhi oleh kematian murni dan kematian yang
disebabkan oleh sel T yang mengakibatkan populasinya berkurang. Virus dengue
juga berkurang karena adanya partikel virus yang menginfeksi sel rentan.
Sehingga, didapatlah model matematika dari fenomena di atas pada sistem (3.1) sebagai berikut.
65
(1)8�( )8 = � − ��( )�( ) − ��( ). (2)8�( )8 = ��( )�( ) − ��( ). (3)8�( )8 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ).
dengan
:�(#):# adalah laju sel rentan persatuan waktu
:°(#):# adalah laju sel terinfeksi persatuan waktu
:±(#):# adalah laju virus dengue persatuan waktu
� adalah kelahiran murni sel rentan � adalah peluang perpindahan virus dengue � adalah kematian murni sel rentan � adalah kematian murni sel yang terinfeksi � adalah peluang sel terinfeksi yang menghasilkan virus dengue . adalah banyaknya duplikasi virus dengue baru �� adalah kematian murni virus dengue �� adalah kematian virus dengan sel T
dimana �, �, �, �, �, ., �1, �2 > 0dan�, �, � ≥ 0.
Analisa model matematika mengenai proses transmisi virus dengue di
dalam tubuh manusia menghasilkan
1. 2 Titik equilibrium
a. Titik equilibrium yang bebas dari virus (��) �� = (�, �, �) = z�� , 0,0{. b. Titik equilibrium yang mengandung virus bebas (��) �� = �∗, �∗, �∗
= ��(�� + ��)�(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �.
66
2. Banyaknya sel yang baru saja terinfeksi akibat adanya satu atau lebih sel
yang terinfeksi adalah �� = ��(�,0�)��(�C��!).
3. Titik equilibrium �� akan stabil asimtotik lokal jika �� < 1 dan titik
equilibrium �� ada jika �� > 1 serta akan stabil asimtotik lokal jika dan
hanya jika memenuhi kondisi /��04 + /��03 + /3�02 + /5�0 + /5 > 0
dimana
/� = �3\ + �3�
/� = �2\2 + �2�\ + �2\� + �2�2 − �2�\
/3 = ��\� + ���� + ���2 + �2�\
/5 = ��\� + ����
/g = ����
Selanjutnya dari hasil simulasi untuk titik equilibrium yang bebas dari
virus yaitu ��, akan stabil asimtotik lokal jika �� < 1. Artinya, pada model
tersebut setelah beberapa waktu populasi sel terinfeksi akan habis sehingga
menyebabkan populasi virus dengue akan habis pula. Hal ini diperkuat dengan
hasil numerik yang terpapar pada lampiran, bahwa mulai pada hari ke 26
kemungkinan virus dengue ini akan menghilang dari peredaran darah manusia.
Akibatnya tidak terjadi penyebaran virus (endemik) pada sel rentan. Sedangkan
untuk titik equilibrium yang terdapat virus bebas yaitu ��, akan stabil asimtotik
lokal jika �� > 1 dan memenuhi kondisi (3.12). Artinya, pada model tersebut
populasi sel terinfeksi meningkat sehingga menyebabkan populasi virus dengue
meningkat pula. Dengan kata lain, populasi mereka masih tetap eksis di dalam
tubuh. Akibatnya terjadi penyebaran virus (endemik) pada sel rentan.
67
Adapun pengaruh �� terhadap populasi sel rentan, sel terinfeksi dan virus
dengue pada model ini adalah sebagai berikut.
1. Semakin besar nilai �� maka populasi sel terinfeksi dan virus dengue
semakin meningkat. Sedangkan untuk sel rentan, populasinya akan
berkurang.
2. Semakin kecil nilai �� maka populasi sel rentan akan semakin meningkat.
Sedangkan untuk sel terinfeksi dan virus dengue, populasinya akan
berkurang.
5.2 Saran
Pada tugas akhir ini hanya mengkaji mengenai fenomena perpindahan
virus dengue yang ada di dalam tubuh manusia dengan cara memodelkan
fenomena yang ada dan menganalisis fenomena tersebut serta melihat dinamika
virusnya lewat simulasi. Dimana di dalam fenomena tersebut hanya terdapat 3
kompartement yaitu sel rentan, sel terinfeksi dan virus dengue. Untuk pengerjaan
tugas akhir selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah kompartement baru
yaitu memperhatikan pengaruh obat.
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Budhi, W.S., Kalkulus Peubah Banyak dan Penggunaannya, Institut
Teknologi Bandung, 2001.
2. Champbell, A.N., Reece, J.B., Mitchell, L.G., Biologi, Edisi 5 Jilid 1,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002.
3. Finizio, N., Ladas, G., Persamaan Diferensial Biasa dengan Penerapan
Modern, Edisi kedua, terjemahan Dra. Widiarti Santoso, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1988.
4. Giordano, F.R., Weir, M.D., Fox, W.P, A First Course In Mathematical
Modeling, Edisi ketiga, China Mechine Press, Rpublic China, 2003.
5. Hasanudin, F., Persamaan Diferensial Biasa Linier dan Persamaan Biasa
Tak Linier, Studi Literatue tidak dipublikasikan, Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung, 2012.
6. Jumadi, Model Matematika Penyebaran Penyakit Demam Berdarah
Dengue, Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 2008.
7. Kreyzig, E., Advanced Engineering Mathematics, 9th
Edition, John Wiley &
Sons, 2006.
8. Kristina., Isminah., Wulandari, L., Demam Berdarah Dengue, Kajian
Masalah Kesehatan. (http://www.litbang.depkes.go.id/index.htm, diakses 2
Agustus 2011)
9. Medicastore.com, Demam Berdarah Dengue, Media Informasi Obat-
Penyakit. (http://medicastore.com/penyakit_kategori/1/index.html, diakses
2 Agustus 2011)
10. Nuraini, N., Soewono, E., Sidarto, K.A., A Mathematical Model of Dengue
Internal Transmision Process, J. Indones. Math. Soc (MIHMI), 13(1):123-
132, 2007.
11. Prihadi, N., Simulasi dan Analisis Model Dinamika Virus pada Tubuh
Manusia, Skripsi S1 tidak dipublikasikan, Institut Teknologi Bandung,
2011.
69
12. Ramadijanti, N., Pendahuluan Metode Numerik Secara Umum, Institut
teknologi Sepuluh Nopember. (http://lecturer.eepis-
its.edu/~nana/.../MetNum1-Pendahuluan_new.ppt, diakses 22 Juli 2012)
13. Supriyanto, E., Metode Euler, Departemen Fisika Universitas Indonesia,
2006. (http://www.unsri.ac.id/upload/arsip/euler.pdf, diakses 22 Juli 2012)
14. Waluya, B., Buku Ajar Persamaan Diferensial, Universitas Negeri
Semarang, 2006. (http://ml.scribd.com/doc/99777604/persamaan-
diferensial-dr-st-budi-waluya, diakses 10 Januari 2012)
15. Wiggins, S., Introduction to Applied Nonlinear Dynamical System and
Chaos, 2nd
Edition, Springer-Verlag, New York Inc, 1990.
RIWAYAT HIDUP
RISYA RADHIANTI. Penulis dilahirkan di Bogor
pada tanggal 28 Maret 1990 dari ayah M. Uu Sunarsa
(alm) dan ibu Tri Sekarwati (almh). Sampai saat ini
penulis tinggal bersama bunda Siti Aisyah, kakak Dhita
Windi Wardani dan adik Abdul Salam Mutahary di
Perumahan Puri Bojong Lestari jalan Bone I blok AR
03 RT/RW 13/14, Bojong Gede-Bogor. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Berikut pengalaman pendidikan yang telah penulis tempuh :
1. TK Aisyiyah IV Bustanul Athfal pada tahun 1995-1996
2. SDN Pabuaran 03 pada tahun 1996-2002
3. MTsN Cibinong pada tahun 2002-2005
4. MAN 13 Jakarta pada tahun 2005-2008
5. UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2008-2012
Adapun pendidikan non-formal yang penulis tempuh selama menjadi
mahasiswa Strata Satu di universitas ini adalah menjadi Ketua Bidang Advokasi
Informasi dan Komunikasi di Senat Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
pada tahun 2009-2010 dan menjadi guru privat matematika pada tahun 2009
sampai sekarang.
Untuk memudahkan komunikasi mengenai penulis dan tugas akhir ini,
dapat melalui email penulis di [email protected].
LAMPIRAN
Lampiran A
Hasil Eksekusi Numerik ²³ = ³. ³´µ¶ < 1 Saat ∆· = ³. ¸
Lampiran B
Script Syntax ²³ = ³. ³´µ¶ < 1 Saat ∆· = ³. ¸
format short
clc;
clear;
%inisialisasi parameter
alpha = 0.1553;
beta = 0.005;
delta = 0.018;
sigma = 0.5;
mu = 0.1;
n = 100;
gamma1 = 6;
gamma2 = 9;
deltaT = 0.1;
%mencari nilai rnol
rnol = (alpha*beta*((mu*n)-
sigma))/(sigma*delta*(gamma1+gamma2))
%mencari titik equilibrium saat keadaan stabil asimtotik
disp('titik equilibrium saat keadaan stabil asimtotik');
if(rnol<1)
disp('(E1)');
S = (alpha/delta)
I = 0
V = 0
else
disp('(E2)');
S = (sigma*(gamma1+gamma2))/(beta*((mu*n)-sigma))
I = ((alpha*beta*((mu*n)-sigma))-
(delta*sigma*(gamma1+gamma2)))/(sigma*beta*((mu*n)-sigma))
V = ((alpha*beta*((mu*n)-sigma))-
(delta*sigma*(gamma1+gamma2)))/(beta*sigma*(gamma1+gamma2))
end
%nilai awal S,I,V
S(1) = 400;
I(1) = 0;
V(1) = 5;
i = 1;
t(1) = 0;
m = 1:10:((755/deltaT)+1);
%iterasi menggunakan metode Euler
while (t <= 755)
S(i+1) = S(i)+(alpha*deltaT)-(beta*S(i)*V(i)*deltaT)-
(delta*S(i)*deltaT);
I(i+1) = I(i)+(beta*S(i)*V(i)*deltaT)-
(sigma*I(i)*deltaT);
V(i+1) = V(i)+(mu*n*I(i)*deltaT)-(gamma1*V(i)*deltaT)-
(gamma2*V(i)*deltaT)-(beta*S(i)*V(i)*deltaT);
t(i+1) = t(i)+deltaT;
i = i+1;
end
%numerisasi model
disp(' ');
disp('********************************************');
disp('Dinamika Virus Dengue di Dalam Tubuh Manusia');
disp('********************************************');
disp(' Waktu(t) S(t) I(t) V(t) ');
disp([(t(m))' (S(m))' (I(m))' (V(m))']);
%plot grafik
plot(t,S,'r','lineWidth',2);
hold on; plot(t,I,'b','lineWidth',2);
hold on; plot(t,V,'g','lineWidth',2);
title('Dinamika Virus Dengue Di Dalam Tubuh Manusia');
xlabel('(t)');
ylabel('S, I, V');
legend('S = Sel Rentan','I = Sel Terinfeksi','V = Virus
Dengue');
grid on;
Lampiran C
Script Syntax ²³ = ¹. ³ºº³ > 1 Saat ∆· = ³. ³´
format short e
clc;
clear;
%inisialisasi parameter
alpha = 0.1785;
beta = 0.0018;
delta = 0.00051;
sigma = 0.45;
mu = 0.5;
n = 402;
gamma1 = 5;
gamma2 = 30;
deltaT = 0.05;
%mencari nilai rnol
rnol = (alpha*beta*((mu*n)-
sigma))/(sigma*delta*(gamma1+gamma2))
%mencari titik equilibrium saat keadaan stabil asimtotik
disp('titik equilibrium saat keadaan stabil asimtotik');
if(rnol<1)
disp('(E1)');
S = (alpha/delta)
I = 0
V = 0
else
disp('(E2)');
S = (sigma*(gamma1+gamma2))/(beta*((mu*n)-sigma))
I = ((alpha*beta*((mu*n)-sigma))-
(delta*sigma*(gamma1+gamma2)))/(sigma*beta*((mu*n)-sigma))
V = ((alpha*beta*((mu*n)-sigma))-
(delta*sigma*(gamma1+gamma2)))/(beta*sigma*(gamma1+gamma2))
end
%nilai awal S,I,V
S(1) = 400;
I(1) = 5;
V(1) = 10;
i = 1;
t(1) = 0;
m = 1:20:((3000/deltaT)+1);
%iterasi menggunakan metode Euler
while (t <= 3000)
S(i+1) = S(i)+(alpha*deltaT)-(beta*S(i)*V(i)*deltaT)-
(delta*S(i)*deltaT);
I(i+1) = I(i)+(beta*S(i)*V(i)*deltaT)-
(sigma*I(i)*deltaT);
V(i+1) = V(i)+(mu*n*I(i)*deltaT)-(gamma1*V(i)*deltaT)-
(gamma2*V(i)*deltaT)-(beta*S(i)*V(i)*deltaT);
t(i+1) = t(i)+deltaT;
i = i+1;
end
%numerisasi model
disp(' ');
disp('
***************************************************');
disp(' Dinamika Virus Dengue di Dalam Tubuh Manusia');
disp('
***************************************************');
disp(' Waktu(t) S(t) I(t) V(t)
');
disp([(t(m))' (S(m))' (I(m))' (V(m))']);
%plot grafik
plot(t,S,'r','lineWidth',2);
hold on; plot(t,I,'b','lineWidth',2);
hold on; plot(t,V,'g','lineWidth',2);
title('Dinamika Virus Dengue Di Dalam Tubuh Manusia');
xlabel('(t)');
ylabel('S, I, V');
legend('S = Sel Rentan','I = Sel Terinfeksi','V = Virus
Dengue');
grid on;
Lampiran D
Script Syntax ²³ = »´. »¹¹¹ > 1 Saat ∆· = ³. ³´
format short e
clc;
clear;
%inisialisasi parameter
alpha = 0.1670;
beta = 0.005;
delta = 0.00051;
sigma = 0.35;
mu = 0.5;
n = 500;
gamma1 = 8;
gamma2 = 25;
deltaT = 0.05;
%mencari nilai rnol
rnol = (alpha*beta*((mu*n)-
sigma))/(sigma*delta*(gamma1+gamma2))
%mencari titik equilibrium saat keadaan stabil asimtotik
disp('titik equilibrium saat keadaan stabil asimtotik');
if(rnol<1)
disp('(E1)');
S = (alpha/delta)
I = 0
V = 0
else
disp('(E2)');
S = (sigma*(gamma1+gamma2))/(beta*((mu*n)-sigma))
I = ((alpha*beta*((mu*n)-sigma))-
(delta*sigma*(gamma1+gamma2)))/(sigma*beta*((mu*n)-sigma))
V = ((alpha*beta*((mu*n)-sigma))-
(delta*sigma*(gamma1+gamma2)))/(beta*sigma*(gamma1+gamma2))
end
%nilai awal S,I,V
S(1) = 400;
I(1) = 5;
V(1) = 10;
i = 1;
t(1) = 0;
m = 1:20:((3000/deltaT)+1);
%iterasi menggunakan metode Euler
while (t <= 3000)
S(i+1) = S(i)+(alpha*deltaT)-(beta*S(i)*V(i)*deltaT)-
(delta*S(i)*deltaT);
I(i+1) = I(i)+(beta*S(i)*V(i)*deltaT)-
(sigma*I(i)*deltaT);
V(i+1) = V(i)+(mu*n*I(i)*deltaT)-(gamma1*V(i)*deltaT)-
(gamma2*V(i)*deltaT)-(beta*S(i)*V(i)*deltaT);
t(i+1) = t(i)+deltaT;
i = i+1;
end
%numerisasi model
disp(' ');
disp('
***************************************************');
disp(' Dinamika Virus Dengue di Dalam Tubuh Manusia');
disp('
***************************************************');
disp(' Waktu(t) S(t) I(t) V(t)
');
disp([(t(m))' (S(m))' (I(m))' (V(m))']);
%plot grafik
plot(t,S,'--r','lineWidth',2);
hold on; plot(t,I,'--b','lineWidth',2);
hold on; plot(t,V,'--g','lineWidth',2);
title('Dinamika Virus Dengue Di Dalam Tubuh Manusia');
xlabel('(t)');
ylabel('S, I, V');
legend('S = Sel Rentan','I = Sel Terinfeksi','V = Virus
Dengue');
grid on;
Lampiran E
Pengecekan Titik Equilibrium
Substitusi titik equilibrium ke sistem (3.1) dimana nilai akhirnya harus nol.
a. Untuk equilibrium yang bebas virus �� = (�, �, �) = z�� , 0,0{. 0 = � − ��( )�( ) − ��( ). 0 = � − ��� − �� 0 = � − � z��{ (0) − � z��{
0 = 0. ∎
0 = ��( )�( ) − ��( ). 0 = ��� − �� 0 = � z��{ (0) − �(0) 0 = 0. ∎
0 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ). 0 = �.� − ��� − ��� − ��� 0 = �.(0) − ��(0) − ��(0) − � z��{ (0) 0 = 0. ∎
Maka terbukti �� merupakan titik equilibrium.
b. Untuk equilibrium yang terdapat virus bebas yaitu
�� = ��(�� + ��)�(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) , ��(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �. 0 = � − ��( )�( ) − ��( ). 0 = � − ��� − ��
0 = � − � ��(�� + ��)�(�. − �)����(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) � − � ��(�� + ��)�(�. − �)�
0 = � − ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) � − ���(�� + ��)�(�. − �) �
0 = ��(�. − �)�(�. − �) − ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) � − ���(�� + ��)�(�. − �) �
0 = ��(�. − �) − )��(�. − �) − ��(�� + ��)- − )��(�� + ��)-�(�. − �)
0 = ��(�. − �) − ��(�. − �) + ��(�� + ��) − ��(�� + ��)�(�. − �)
0 = 0��(�. − �) 0 = 0. ∎
0 = ��( )�( ) − ��( ). 0 = ��� − �� 0 = � ��(�� + ��)�(�. − �)����(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �
−� ���(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) �
0 = ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) � − ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) �
0 = 0. ∎
0 = �.�( ) − ���( ) − ���( ) − ��( )�( ). 0 = �.� − ��� − ��� − ���
0 = �. ���(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) �
−(�� + ��) ���(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �
−� ��(�� + ��)�(�. − �)� ���(�. − �) − ��(�� + ��)��(�� + ��) �
0 = �. ���(�. − �) − ��(�� + ��)��(�. − �) � − ���(�. − �) − ��(�� + ��)�� �
− ���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) �
0 = ��.)��(�. − �) − ��(�� + ��)-��(�. − �) � − ���(�. − �) − ��(�� + ��)�� �
−���(�. − �) − ��(�� + ��)�(�. − �) �
0 = ��.)��(�. − �) − ��(�� + ��)-��(�. − �) �
−�(�. − �))��(�. − �) − ��(�� + ��)-��(�. − �) �
−��)��(�. − �) − ��(�� + ��)-��(�. − �) �
0 = )��(�. − �) − ��(�� + ��)-(�. − (�. − �) − �)��(�. − �)
0 = )��(�. − �) − ��(�� + ��)-(�. − �. + � − �)��(�. − �)
0 = )��(�. − �) − ��(�� + ��)-(0)��(�. − �)
0 = 0��(�. − �) 0 = 0. ∎
Maka terbukti �� merupakan titik equilibrium.