Upload
azizah-icha-rahmi
View
28
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
SINDROM KORONER AKUT
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untuk menggambarkan
kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. Alasan rasional menyatukan semua
penyakit itu dalam satu sindrom adalah karena mekanisme patofisiologi yang sama. SKA
disebabkan oleh terlepasnya plak yang merangsang terjadinya agregasi trombosit dan
trombosis, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan stenosis berat atau oklusi pada arteri
koroner dengan atau tanpa emboli.
DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah gabungan gejala klinik yang menandakan iskemia
miokard akut, terdiri dari infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST segment
elevation myocardial infarction = STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi segment ST
( non ST segemnt elevation myocardial infarction = NSTEMI), dan angina pektoris tidak
stabil (unstable angina pectoris = UAP).
EPIDEMIOLOGI
The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta penduduk Amerika,
menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan
mengalami serangan infark miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria
dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah
umur 65 tahun.4–6 Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab kematian utama
(20%) penduduk Amerika.
Di Indonesia data lengkap PJK belum ada. Pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
tahun 1992, kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama (16%) untuk
umur di atas 40 tahun. SKRT pada tahun 1995 di Pulau Jawa dan Pulau Bali didapatkan
kematian akibat penyakit kardiovaskuler tetap menempati urutan pertama dan persentasenya
semakin meningkat (25%) dibandingkan dengan SKRT tahun 1992. Di Makassar, didasari
data yang dikumpulkan oleh Alkatiri7 diempat rumah sakit (RS) selama 5 tahun (1985
sampai 1989), ternyata penyakit kardiovaskuler menempati urutan
ke 5 sampai 6 dengan persentase berkisar antara 7,5 sampai 8,6%. PJK terus-menerus
menempati urutan pertama di antara jenis penyakit jantung lainnya. dan angka kesakitannya
berkisar antara 30 sampai 36,1%.7
PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya trombus dimulai dengan gangguan pada salah satu dari Trias Virchow.
Antara lain akibat kelainan pada pembuluh darah, gangguan endotel, serta aliran darah
terganggu. Selanjutnya proses koagulasi berlangsung diawali dengan aterosklerosis,
inflamasi, terjadi ruptur/fissura dan akhirnya menimbulkan trombus yang akan menghambat
pembuluh darah.
Sedangkan letak perbedaan antara angina tak stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan
elevasi ST adalah dari jenis trombus yang menyertainya. Angina tak stabil dengan trombus
mural, Non-elevasi ST dengan thrombus inkomplet/nonklusif, sedangkan pada elevasi ST
adalah trombus komplet/oklusif.
Apabila pembuluh darah tersumbat 100% maka terjadi infark miokard dengan elevasi ST
segmen. Namun bila sumbatan tidak total, tidak terjadi infark, hanya unstable angina atau
infark jantung akut tanpa elevasi segmen ST.
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor risiko terjadinya SKA dapat dibagi menjadi dua yaitu : risiko mayor :
hiperkolesterolemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus dan genetic. Sedangkan risiko
minor antara lain obesitas, stress, kurang olah raga, laki-laki, perempuan menopause.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal, retrosternal, dan prekordial. Nyeri
seperti ditekan, ditindih benda berat, rasa terbakar, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir.
Nyeri menjalar ke leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung / interskapula, dan dapat juga
ke lengan kanan.Kadang- kadang nyeri dapat dirasakan di daerah epigastrium dan terjadi
salah diagnosis dengan dispepsia. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat
nitrat, atau tidak menghilang. Nyeri dicetuskan oleh latihan fisik, stres emosi, udara dingin,
dan sesudah makan. Dapat disertai gejala mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
pusing seperti melayang, sinkop dan lemas.
Elektrokardiogram
• Angina pektoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T,
kadang elevasi segmen ST sewaktu ada nyeri, tidak dijumpai gelombang Q.
• Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi segmen ST, gelombang Q inversi
gelombang T.
• Infark miokard non ST elevasi : depresi segmen ST, inversi gelombang T dalam.
Penanda Biokimia
CK, CK-MB, Troponin T.
• Enzim meningkat minimal 2x batas atas nilai normal.
DIAGNOSIS BANDING
Berbagai diagnosa banding sindrom koroner akut antara lain:
a. Mengancam jiwa dan perlu penanganan segera: diseksi aorta, perforasi ulkus
peptikum atau saluran cerna, emboli paru, dan tension pneumothorax.
b. Non iskemik: miokarditis, perikarditis, kardiomyopati hipertropik, sindrom Brugada,
sindrom wolf-Parkinson-White.
c. Non kardiak: nyeri bilier, ulkus peptikum, ulkus duadenum, pleuritis, GERD, nyeri
otot dinding dada, serangan panik dan gangguan psikogenik.
TERAPI
Keberhasilan terapi SKA bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer pasien segera
ke unit/instalasi gawat darurat. Terapi awal untuk semua SKA, yang diberikan oleh tenaga
medik ataupun pada unit/instalasi gawat darurat sebenarnya sama. Manifestasi unstable
angina dan MI akut seringkali berbeda. Umumnya, gejala MI akut bersifat parah dan
mendadak, sedangkan infark miokard non‐ST elevasi (NSTEMI) atau unstable angina
berkembang dalam 24‐72 jam atau lebih.
Pada kedua kasus tersebut tujuan awal terapi adalah untuk menstabilkan kondisi, mengurangi
rasa nyeri dan kecemasan pasien. Stabilisasi akan tercapai dengan berbagai tindakan.
Oksigen diberikan untuk menjaga kadar saturasi dan memperbaiki oksigen yang sampai ke
miokard.
Tata Laksana Pra Rumah Sakit
Bagi orang awam mengenali gejala serangan jantung dan segera mengantar pasien mencari
pertolongan ke Rumah sakit atau menelpon RS terdekat meminta dikirimkan ambulan
beserta petugas kesehatan terlatih.
Petugas kesehatan atau dokter umum di klinik:
mengenali gejala SKA dan pemeriksaan EKG bila ada
Tirah baring dan pemberian oksigen 2-4 L/menit
Berikan aspirin 160- 325 mg tablet kunyah bila tidak ada riwayat alergi aspirin.
Berikan preparat nitrat sublingual misalnya isosorbid dinitrat 5 mg dapat diulang
setiap 5-15 menit sampai 3 kali.
Bila memungkinkan pasang infus.
Segera kirim ke RS terdekat dengan fasilitas ICCU yang memadai dengan
pemasangan selang oksigen dan didampingi dokter/paramedik yang terlatih.
Tata Laksana Di Unit Gawat Darurat
Tirah baring
Pemberian oksigen 2-4 L/menit untuk mempertahankan saturasi oksigen > 95%.
Pasang infus dan pasang monitor.
Pemberian aspirin 150-325 mg tablet kunyah bila belum diberikan sebelumnya dan
tidak ada riwayat alergi aspirin.
Pemberian nitrat: bisa diberikan nitrat oral sublingual yaitu isosorbid dinitrat 5 mg
dapat diulang setiap 5 menit sampai 3 kali untuk mengatasi nyeri dada.
Klopidogrel dosis awal 300 mg, kemudian dilanjutkan 75 mg/ hari
Segera pindahkan ke ICCU.
Tata Laksana Di ICCU
Pasang monitor 24 jam
Tirah baring
pemberian oksigen 3-5 L/menit
Pemberian nitrat, bila nyeri belum berkurang dapat diberikan nitrogliserin drip
intravena secara titrasi sesuai respon tekanan darah, dimulai 5-10
mikrogram/menit dan dosis dapat ditingkatkan 5-20 mikrogram/menit sampai
nyeri berkurang atau Mean Arterial Pressure (MAP) menurun 10% pada
normotensi dan 30% pada hipertensi, tetapi tekanan darah sistolik harus > 90
mmHg.
Penyekat Beta bila tidak ada kontraindikasi terutama pada pasien SKA dengan
hipertensi dan takiaritmia yaitu bisoprolol mulai 2,5-5mg atau metoprolol 25-
50mg atau atenolo 25-50mg.
ACE inhibitor, diberikan pada pasien infark anterior, kongesti paru atau fungsi
ventrikel kiri yang rendah dengan EF <>100mmHg.
Pemberian ARB bila pasien intoleran dengan ACE inhibitor.
Atasi nyeri dengan morfin sulfat IV 2-4 mg dengan interval 5-15 menit bila nyeri
belum teratasi.
Pemberian Laksantif untuk memperlancar defekasi.
Anti ansietas: diazepam 2x5mg atau alprazolam 2x0,25mg
Heparinisasi pada kondisi: infark anterior luas, fungsi ventrikel buruk, resiko tinggi
trmbosis, fibrilasi atrial, trombus intra kardiak dan onset nyeri dada >12 jam
tanpa tindakan revaskularisasi.
Terapi perfusi: fibrinolitik dan intervensi koroner perkutan (PCI).
Atasi komplikasi :
• Fibrilasi atrium, Fibrilasi ventrikel, Takikardia ventrikel, Bradiaritmia & blok, Perikarditis.
• Gagal jantung akut, edema paru, syok kardiogenik diterapi sesuai standar pelayanan medis.
• Komplikasi mekanik : ruptur m. Papillaris, ruptur septum ventrikel, ruptur dinding ventrikel
ditatalaksana dengan operasi.
KOMPLIKASI
• Angina pektoris tidak stabil : payah jantung, syok kardiogenik, aritmia, infark miokard akut
• Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal jantung, syok kardiogenik,
ruptur korda, ruptur septum, ruptur dinding bebas, aritmia gangguan hantaran, aritmia
gangguan pembentukkan rangsang, perikarditis, sindrom Dresler, emboli paru.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya komplikasi.