Upload
edsel-qasswara
View
215
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SKA
Citation preview
II.1.1.1.1. Sindrom Koroner Akut (ACS)
II.1.1.1.1.1. Definisi
Merupakan satu keadaan yang melingkupi keadaan iskemia miokard akut. Yang termasuk
dalam keadaan ini adalah angina tidak stabil, infark miokard tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI), dan infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI).
II.1.1.1.1.2. Gejala Klinis
Secara garis besar, sindrom yang ditemui dalam ACS dapat digolongkan menjadi dua
berdasarkan temuan pemeriksaan EKG, yaitu (1) Sindrom yang menyebabkan peningkatan
segmen ST dan (2) Sindrom yang tidak menyebabkan peningkatan segmen ST (Angina tidak
stabil dan NSTEMI)
II.1.1.1.1.2.1. Angina tidak stabil
Terdapat tiga gejala yang menandakan percepatan gejala iskemik :
a) Pola kresendo (Menambah secara perlahan) angina dalam hal frekuensi, durasi, dan intensitas
episode iskemik.
b) Episode angina terjadi saat istirahat, tanpa ada pencetus.
c) Terjadi onset baru episode angina yang berat pada pasien yang sebelumnya tidak
menunjukkan gejala PJK.
II.1.1.1.1.2.2. Infark Miokard Akut
Gejala infark miokard STEMI dan NSTEMI berupa :
a) Karakteristik nyeri : Berat, persisten (tidak hilang saat istirahat), lokasi substernal
b) Efek simpatis : Diaforesis (Berkeringat), tangan dingin dan lembab
c) Efek parasimpatis : Mual, muntah, letargi
d) Respon Inflamasi : Demam ringan
e) Pemeriksaan kardiak : Ditemui bunyi S4 gallop, tonjolan diskinesia (infark miokard dinding
anterior), dan murmur sistolik (jika terjadi regurgitasi mitral atau DSV)
f) Lain-lain : Peningkatan tekanan vena jugularis (Jika infark ventrikel kanan)
II.1.1.2. Diagnosis
Tiga hal yang menjadi penunjuk dalam penegakkan diagnosis ACS adalah diagnosis
berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien saat serangan, gangguan EKG akut, dan deteksi
biomarker serum yang spesifik terhadap nekrosis miokardium.
II.1.1.2.1. Diagnosis Klinis Pasien :
a) Angina tidak stabil : Gejala klinis pasien berupa angina yang terjadi secara episodik,
gangguan segmen ST (ST depresi dan / atau gelombang T terbalik), dan tidak ada peningkatan
biomarker serum.
b) NSTEMI : Gejala klinis pasien berupa angina yang terjadi secara persisten, gangguan
segmen ST (ST depresi dan / atau gelombang T terbalik) yang bersifat lebih lama, dan terdapat
peningkatan biomarker serum pasien.
c) STEMI : Gejala klinis pasien, gangguan segmen ST (ST depresi dan / atau gelombang
T terbalik) disertai gelombang Q yang dalam, dan terdapat peningkatan biomarker serum pasien
(Lily, 2011).
Biomarker serum timbul bila terjadi infark diakibatkan oleh nekrosis pada jaringan
miokardium yang menyebabkan kerusakan sarkolemma, menyebabkan makromolekul
intraseluler sarkolemma berpindah ke jaringan interstitial jantung dan masuk ke dalam pembuluh
darah. Zat biomarker yang dapat dideteksi bila terjadi infark miokard :
a) Troponin jantung
Troponin merupakan protein regulatorik yang ditemukan dalam sel otot, dimana protein
ini berfungsi dalam mengendalikan interaksi antara miosin dan aktin. Troponin memiliki
beberapa macam subunit, namun yang digunakan dalam deteksi infark mikard adalah troponin I
kardiak (cTnI) dan troponin T (cTnT) yang secara struktural unik dan spesifitas terhadap
gangguan pada otot kardiak besar berdasarkan pada temuan bahwa orang yang normal tidak
memiliki kedua troponin tersebut. Hal ini menandakan bahwa adanya peningkatan kedua
troponin dalam kadar paling sedikit sudah menandakan bahwa terdapat kerusakan miokardium.
Troponin kardiak akan mulai meningkat di dalam serum dalam 3 sampai 4 jam setelah
onset angina, dengan puncak sekitar 18 sampa 36 jam, lalu menurun secara perlahan dalam 10
sampai 14 hari. Karena sifat troponin kardiak sensitif dan spesifik, pemeriksaan ini merupakan
rujukan utama diantara serum lain dalam mendeteksi nekrosis miokardium.
b) Kreatin Kinase
Enzim kreatin kinase (Creatine Kinase / CK) bekerja dalam mengubah ADP menjadi
ATP dengan cara memindahkan fosfat dari kreatin fosfat, bentuk endogen cadangan fosfat, ke
ADP. Kreatin kinase didapatkan pada banyak organ, seperti jantung, otot, dan otak sehingga bila
terjadi cedera pada organ tersebut maka kadar serum ini akan meningkat. Untuk mengurangi
kesalahan deteksi terhadap organ apa yang mengalami cedera, para ilmuwan menemukan tiga
jenis isomer enzim CK yang membantu menentukan organ apa yang mengalami cedera, yaitu
CK-MM yang ditemukan sebagian besar pada otot, CK-BB yang sebgaian besar ditemukan di
otak, dan CK-MB yang ditemukan sebagian besar di jantung. Walaupun CK-MB sebagian besar
terdapat di jantung, beberapa organ lain seperti uterus, prostat, usus, diafragma, dan lidah
memiliki sedikit kadar CK-MB
Bila tidak terjadi trauma pada organ tubuh lain tetapi terjadi peningkatan CK-MB, maka
kemungkinan pasien mengalami cedera pada miokardium. Dalam membantu penegakkan
diagnosis menggunakan kreatin kinase, maka dilakukan penghitungan rasio CK-MB terhadap
total CK. Bila rasio CK-MB > 2.5% dibanding dengan kadar CK total, maka hal tersebut
menunjukkan pasien mengalami cedera miokardium. Cedera organ dan jaringan lain
menghasilkan rasio CK-MB terhadap CK total < 2.5 %.
Kadar serum CK-MB mulai meningkat pada saat 3 sampai 8 jam setelah proses infark,
memuncak pada saat 24 jam, dan kembali normal dalam 48 sampai 72 jam. Pola peningkatan
CK-MB seperti ini hanya terdapat di jantung sehingga dapat membedakan penyebab peningkatan
CK-MB. Perlu diperhatikan bahwa CK-MB merupakan pemeriksaan yang kurang spesifik dan
sensitif terhadap cedera miokardium.
Karena kadar troponin dan kreatin kinase mengalami peningkatan setelah beberapa jam pasca onset gejala infark miokard, maka pemeriksaan ini tidak bisa digunakan dalam keadaan serangan akut. Karena hal tersebut, diagnosis kerja awal terhadap ACS dititik beratkan terhadap anamnesis gejala klinis yang pasien rasakan dan pemeriksaan EKG.