93
SINTESIS Li4Ti5O12 YANG DILAPISI KARBON DENGAN METODE SOLID STATE REACTION UNTUK ANODA ION LITHIUM Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) LEDILIOCZA NIM. 11150970000060 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

SINTESIS Li Ti O YANG DILAPISI KARBON DENGAN METODE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50371/1/LEDILIOCZA-FST.pdfGambar 3. 5 Sinyal eksitasi potensial-waktu dalam

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • SINTESIS Li4Ti5O12 YANG DILAPISI KARBON DENGAN METODE SOLID

    STATE REACTION UNTUK ANODA ION LITHIUM

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    LEDILIOCZA

    NIM. 11150970000060

    PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS

    SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1441 H / 2020 M

  • iv

    ABSTRAK

    Telah dilakukan sintesis material anoda Li4Ti5O12 dilapisi karbon melalui metode solid

    state, dengan bahan baku LiOH H2O dan TiO2. sintesis dilakukan dengan variasi sumber

    karbon yaitu Super. P, Tapioka, dan karbon aktif Food grade. Prekursor Li4Ti5O12 disinter

    pada suhu 800o C selama 4 jam pada atmosfer udara bebas. Sedangkan proses pelapisan

    karbon dilakukan dengan milling basah dan sinter pada suhu 600o C selama 1 jam pada

    atmosfer N2. Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisa untuk melihat perbedaan

    performa elektrokimia pada variasi sumber karbon yang digunakan, diantaranya analisa

    XRD (X-ray Diffraction) untuk mengetahui pembentukan fasa Li4Ti5O12, FESEM ( Field

    Emission Scanning Electron Microscopy) untuk menganalisa morfologi yang terbentuk,

    dan untuk mengetahui performa elektrokimia dilakukan pengujian Cyclic voltammetry,

    charge-discharge dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Hasil karaktrisasi

    terbentuk fasa Lithium titanium oxide (Li4Ti5O12) sebesar 96,1% dan fasa rutile (TiO2)

    sebesar 3,1%. Hasil karakterisasi FE-SEM menunjukan morfologi penyebaran karbon pada

    anoda Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon Super P, paling homogen dbandingkan dengan

    anoda Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon Tapioka kemudian anoda Li4Ti5O12/C dengan

    sumber karbon food grade. Performa elektrokimia yang dihasilkan Li4Ti5O12/C dengan

    sumber karbon Tapioka memiliki nilai konduktivitas elektronik dan konduktivitas ionik

    paling besar, dan menunjukan difusi ion lithium yang sangat kecil, namun memiliki nilai

    koefesien difusi 2,54 × 10−13 cm-2 s-1 mendekati besar koefesien difusi Li4Ti5O12/C (Sp) sebesar 2,61 × 10−13 cm-2 s1, serta memiliki nilai kapasitas discharge 161.05 mAh/g, mendekati nilai kapasitas discharge Li4Ti5O12/C (Sp) sebesar 167.84 mAh/g.

    Kata kunci : Anoda Li4Ti5O12, baterai ion lithium, metode solid state

  • v

    ABSTRACT

    Synthesis of carbon-coated Li4Ti5O12 anode material has been carried out through solid

    statemethod, using LiOH H2O and TiO2 as raw material. synthesis is carried out with

    variations in carbon sources, namely Super. P, Tapioca, and Food grade activated carbon.

    The Li4Ti5O12 precursor is sintered at 800o C for 4 hours in the atmosphere of free air. While

    the carbon coating process is done by wet milling and sintered at a temperatur of 600o C

    for 1 hour in the N2 atmosphere. Characterization includes analysis to determine battery

    performance at anode with various carbon including XRD (X-ray Diffraction) analysis to

    determine the formation of Li4Ti5O12 phase, FESEM (Field Emission Scanning Electron

    Microscopy) to analyze the morphology formed, and to determine the electrochemical

    performance, Cyclic voltammetry, charge-discharge and Electrochemical Impedance

    Spectroscopy (EIS) tests were performed. The results of the characterization of Lithium

    titanium oxide (Li4Ti5O12) phase were 96.1% and the rutile (TiO2) phase was 3.1%. The

    FE-SEM characterization results show the morphology of carbon dispersion at Li4Ti5O12/C

    anode with Super P carbon source, the most homogeneous compared with Li4Ti5O12/C

    anode with Tapioka carbon source and then Li4Ti5O12/C anode with food grade carbon

    sources. The electrochemical performance produced by Li4Ti5O12/C with tapioca carbon

    sources has the greatest electronic conductivity and ionic conductivity values, but this

    sample shows a very small diffusion of lithium ions with but having a diffusion coefficient

    value of 2,54 × 10−13 cm-2 s-1 close to the large diffusion coefficient of Li4Ti5O12/C (Sp) of 2,61 × 10−13 cm-2 s-1, and has a discharge capacity value of 161.05 mAh/g, close to the discharge capacity value of Li4Ti5O12/C (Sp) of 167.84 mAh / g.

    Keywords: Li4Ti5O12 anode, solid statemethod, lithium ion battery

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pengatur

    semesta alam, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pemilik hari kemudian,

    atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, laporan tugas akhir ini tepat pada

    waktunya. Laporan tugas akhir ini berjudul “SINTESIS Li4Ti5O12 YANG

    DILAPISI KARBON DENGAN METODE SOLID STATE REACTION

    UNTUK ANODA ION LITHIUM”

    Laporan tugas akhir ini tidaklah dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan

    dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

    yang telah membantu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

    a. Allah SWT yang telah memberi karunia nikmat Iman dan Islam serta nikmat

    sehat wal’afiat, berkat karuniaNya proses pembuatan skripsi ini berjalan dengan

    lancar.

    b. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik

    moril maupun materil.

    c. Bapak Slamet Priyono, MT selaku dosen pembimbing lapangan yang selalu

    memberikan dukungan, bantuan selama penelitian di lapangan.

    d. Ibu Dr. Sitti Ahmiatri, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

    dukungan, motivasi dan bantuannya.

    e. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

    Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

  • vii

    f. Para peneliti, dan kakak-kakak tenaga lapangan di Laboratorium Kelompok

    Penelitian Baterai Lithium LIPI ( Ka sohib, ka nindita) yang telah banyak

    membantu selama proses penelitian dan memberikan masukan dalam penulisan.

    g. Sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberikan dukungan dan semangat,

    doa, menjadi teman diskusi, dan berbagi dikala senang dan sedih.

    h. Sahabat terkasih yang selalu menemani pembuatan skripsi ini, yang tidak

    pernah lelah mendengar keluhan dan memberikan masukan, serta pengingat

    setia disaat merasa putus asa.

    i. Teman-teman Fisika UIN 2015 yang senantiasa memberikan inspirasi dan

    motivasi.

    Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, yang

    tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis telah berusaha agar laporan tugas akhir

    ini dapat menjadi karya yang sempurna. Namun demikian, untuk kesempurnaanya

    penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa

    yang akan datang. Diskusi dan kritik serta saran yang membangun dari pembaca

    dapat disampaikan melalui alamat surat elektronik penulis,

    [email protected]. Penulis berharap semoga Allah SWT memberkahi

    laporan tugas akhir ini dan laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca.

    Jakarta, 2018

    Lediliocza

  • viii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................i

    PENGESAHAN UJIAN .................................................................................................. ii

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... iii

    ABSTRAK .......................................................................................................................iv

    ABSTRACT ...................................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR .....................................................................................................vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 4

    1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................ 4

    1.4 Batasan Masalah ................................................................................................. 4

    1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................................. 5

    1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................... 7

    2.1 Baterai Ion Lithium ............................................................................................ 7

    2.2 Anoda Li4Ti5O12 .............................................................................................. 10

    2.2.1 Struktur Kristal Li4Ti5O12 .................................................................................... 12

    2.2.2 Morfologi Li4Ti5O12 ............................................................................................ 16

    2.2.3 Performa Elektrokimia Li4Ti5O12 ........................................................................ 18

    2.3 Solid State ........................................................................................................ 20

    2.4 Sumber Karbon untuk Proses Pelapisan ........................................................... 23

    2.4.1 Karbon Aktif ................................................................................................ 23

    2.4.2 Carbon Black ................................................................................................ 25

    BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 27

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 27

    3.2. Alat dan Bahan Baku ........................................................................................ 27

    3.2.1. Bahan Baku .................................................................................................. 27

    3.2.2. Alat ............................................................................................................... 27

    3.3. Diagram Alir Metode Penelitian ....................................................................... 28

    3.4. Proses Pembuatan Bahan Uji dan Pengujian .................................................... 32

    3.4.1 Proses Pembuatan Slurry .............................................................................. 32

  • ix

    3.4.2 Proses Pembuatan Lembaran ( Coating)....................................................... 34

    3.4.3 Proses Cutting dan Assembly Coin Cell ........................................................ 34

    3.4.4 Analsis Struktur Kristal Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) .............. 35

    3.4.5 Scanning morfologi dengan FESEM............................................................ 36

    3.4.6 Pengujian performa elektrokimia dengan Uji Cyclic Voltametry (CV) ......... 37

    3.4.7 Pengujian Kapasitas Baterai dengan Uji Charge-Discharge ........................ 39

    3.4.8 Pengujian konduktivitas elektronik dengan Uji EIS .................................... 40

    BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 42

    4.1 Hasil dan Pembahasan Karakterisasi XRD ....................................................... 42

    4.2 Hasil dan pembahasan karakterisasi FESEM ................................................... 49

    4.3 Hasil dan pembahasan pengujian EIS ............................................................... 52

    4.4 Hasil dan Pembahasan Pengujian Cyclic Voltammetry ..................................... 56

    4.5 Hasil dan pembahasan pengujian Charge-Discharge ....................................... 61

    BAB V KESIMPULAN................................................................................................. 64

    5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 64

    5.2. Saran ................................................................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 66

    LAMPIRAN ................................................................................................................... 72

    Lampiran 1 ................................................................................................................... 72

    Lampiran 2 ................................................................................................................... 75

    Lampiran 3 ................................................................................................................... 77

    Lampiran 4 ................................................................................................................... 80

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Proses interkalasi ion Li+ charging dan discharging ................................... 9 Gambar 2. 2 Struktur kristal Li4Ti5O12 menunjukkan 3 kisi ion lithium: 8a tetrahedral

    (kuning), 16c oktahedral (hijau) dan 16d oktahedral (biru) ............................................. 11 Gambar 3. 1 Diagram Alir Sintesis Material Aktif Li4Ti5O12/C ...................................... 30 Gambar 3. 2 Diagram Alir Pembuatan Baterai ............................................................... 31 Gambar 3. 3 Skema assembling half coin cell [28] ......................................................... 35 Gambar 3. 4 Pola difraksi sinar-X oleh bidang kristal [29]............................................. 36 Gambar 3. 5 Sinyal eksitasi potensial-waktu dalam percobaan voltametri siklik............ 38 Gambar 3. 6 Voltamogram Siklik dengan Arus sebagai Fungsi Potensial ...................... 39 Gambar 3. 7 Contoh kurva tegangan untuk perbedaan nilai discharge [32] .................... 40 Gambar 3. 8 Contoh hasil kurva EIS dari sistem baterai ion lithium[33]........................ 41 Gambar 4. 1 Kurva XRD material Li4Ti5O12 eksperimen pertama.................................. 42 Gambar 4. 2 Kurva XRD material Li4Ti5O12 eksperimen kedua .................................... 43 Gambar 4. 3 struktur kristal dari (a) Li4Ti5O12 (b) TiO2 (rutile) ..................................... 45 Gambar 4. 4 Grafik linear hubungan antara Br Cos θ dengan sin θ (a) eksperimen

    pertama, (b)eksperimen kedua ......................................................................................... 46 Gambar 4. 5 Grafik perbandingan intensitas yang terbentuk dari kurva XRD sintesis

    anoda LTO eksperimen pertama dan eksperimen kedua .................................................. 48 Gambar 4. 6 FE-SEM dan histogram ukuran partikel dari Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp

    (a dan d), anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp (b dan e) dan anoda Li4Ti5O12/C sumber

    karbon Fg (c dan f) ........................................................................................................... 50 Gambar 4. 7 FE-SEM cross section lembaran anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp (a),

    anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp (b), dan anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Fg (c)51 Gambar 4. 8 Plot Nyquist dari Li4Ti5O12 (Sp, Tp, Fg) .................................................... 53 Gambar 4. 9 Grafik Cyclic Voltammogram sampel Li4Ti5O12 /C dengan sumber karbon

    (a) gabungan CV pada scan rate 0,1 mV/s (b) super P (SP), (c) Tapioka (Tp), dan (d)

    karbon aktif food grade (Fg) ............................................................................................ 57 Gambar 4. 10 (a) grafik linear Sp, Tp, Fg. (b) histogram nilai koefisien difusi dari Sp,

    Tp, Fg. .............................................................................................................................. 59 Gambar 4. 11 skema pelapisan karbon ........................................................................... 61 Gambar 4. 12 Grafik Charge-Discharge Li4Ti5O12 dengan variasi karbon (Sp, Tp, Fg)

    ......................................................................................................................................... 62

  • xi

    DAFTAR TABEL Tabel 4. 1 Parameter kisi Li4Ti5O12 menggunakan software HIGHSCORE .................... 44 Tabel 4. 2 Hasil pengukuran uji FESEM ......................................................................... 52 Tabel 4. 3 Nilai resistif (R) dan kapasitif (C) Li4Ti5O12 (Sp, Tp, Fg) ............................. 54 Tabel 4. 4 Hasil perhitungan konduktivitas Li4Ti5O12 dengan variasi sumber karbon (Sp,

    Tp, Fg) ............................................................................................................................. 55 Tabel 4. 5 Performa baterai Anoda LTO/C (Sp,Tp,Fg) ................................................... 62

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di Indonesia energi fosil masih mendominasi konsumsi energi primer (tanpa bio

    massa tradisional), berdasarkan data yang dipaparkan Indonesia outlook 2018,

    cadangan minyak bumi di Indonesia semakin mengalami penurunan dari tahun ke

    tahun, pada tahun 2016 cadangan minyak bumi mengalami penurunan sebesar 0,74%

    terhadap tahun 2015, begitupun dengan cadangan gas bumi dan batu bara yang juga

    mengalami penurunan.

    Cadangan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 9 tahun lagi,

    kemudian cadangan gas bumi diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 42 tahun

    lagi dan cadangan batu bara diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 68 tahun lagi

    hal ini disebabkan oleh kebutuhan dalam negeri dan ekspor yang meningkat.

    Oleh karena itu diperlukan sumber daya dan cadangan energi baru terbarukan

    yang saat ini didominasi oleh tenaga air dalam bentuk PLTA, biomassa, panas bumi,

    dan biodiesel. Namun potensi EBT masih belum optimal dikembangkan karena

    berbagai kendala penerapannya seperti biaya investasi yang tinggi, efisiensi teknologi

    yang relatif rendah, letak geografis, dan faktor sosial masyarakat sebagai pengguna

    energi .[1] Selain dari pada itu energi baru terbarukan membutuhkan sebuah media

  • 2

    penyimpan salah satu penyimpanan energi yang penting adalah energi listrik oleh

    karena itu baterai adalah salah satu solusi untuk penyimpanan energi listrik.

    Baterai terdiri dari dua jenis yaitu baterai primer baterai yang tidak dapat diisi

    ulang dan baterai sekunder baterai yang dapat diisi ulang. Baterai ion lithium memiliki

    keunggulan dibandingkan baterai yang lain diantaranya lifecycle yang panjang (500-

    1000 siklus), memiliki memory effect yang kecil, tegangan kerja yang tinggi (3,6 v)

    dan memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari pada baterai sekunder yang lain.

    Didalam sebuah baterai terdapat elektroda ( katoda dan anoda) dan elektrolit.

    Sumber ion lithium berasal dari material katoda yang berfungsi menghantarkan arus

    dari katoda ke anoda ataupun sebaliknya, ion lithium inilah yang sangat menentukan

    performa dari sebuah baterai lithium. Tinggi rendahnya jumlah ion lithium yang

    dilepaskan material katoda pada saat charging dan jumlah ion lithium yang kembali

    pada saat proses discharging menghasilkan sebuah densitas energi. [4]

    Reaksi oksidasi setengah sel berkaitan dengan anoda atau elektroda negatif yang

    berfungsi melepaskan elektron ke dalam sirkuit eksternal, saat ini material aktif anoda

    yang banyak digunakan adalah grafit dengan kapasitas spesifik penyimpanan energi

    yang sangat besar yaitu 372 mAh/g (850 mAh/cm3) secara perhitungan teori sedangkan

    untuk katodanya yaitu lithium cobalt oksida (LiCoO2). [3,5-8]. Namun material ini

    kurang aman digunakan karena karena sering terjadi dekomposisi organik elektrolit

    dan terbentuknya dendrit ion lithium pada permukaan grafit, selain itu grafit

  • 3

    mengalami perluasan volume kisi (9-13%) selama proses interkalasi ion Li+ akibatnya

    dapat menurunkan kapasitas penyimpanan secara drastis selama beberapa siklus pada

    proses charge-discharge [7,9-11]. Karena kelemahan pada material garfit seperti

    disebutkan diatas maka dibutuhkan material pengganti sebagai alternatif penyimpan

    energi. Lithium Titanium Oksida (Li4Ti5O12, LTO) memiliki potensi untuk

    menggantikan grafif karena memiliki karakteristik sebagai material “zero-strain

    insertion compound”, yaitu memiliki struktur spinel yang kuat sehingga tidak

    mengakibatkan terjadinya perubahan volume kisi pada saat proses charge-discharge,

    selain itu LTO juga tidak mengalami pertumbuhan dendrit selama proses interkalasi

    karena memiliki tegangan kerja yang stabil yaitu sebesar 1,5555 V (vs Li+ /Li). [12-

    13,15-16] Dari sifat diatas Li4Ti5O12 lebih aman digunakan dibandingkan dengan

    grafit, selain dari pada itu LTO memiliki kapasitas penyimpanan energi yang cukup

    tinggi yaitu 175 mAh/g, tidak beracun, tersedia melimpah dan harga yang relatif murah

    [9,14]. Namun Li4Ti5O12 menunjukan koefisien difusi ion lithium dan konduktivitas

    elektronik yang rendah yang rendah 10-8 sampai 10-13 cm2/s, sehingga material ini

    memiliki kemampuan untuk mengalami kondisi high rate yang rendah selama proses

    charge-discharge. [9-11] cara untuk menaikan konduktivitas dan koefisien difusi ion

    lithium dari LTO salah satunya adalah dengan coating carbon cara ini memberikan

    beberapa kelebihan diantara biaya yang rendah dan efisisensi yang baik.

  • 4

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka permasalahan dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana upaya peningkatan rate capability dengan komposit karbon aktif.

    2. Bagaimana proses pelapisan karbon pada material LTO

    3. Bagaimana efek penambahan karbon terhadap karakterisitik material dan

    performa elektrokimia.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk sintesis komposit LTO dengan variasi karbon

    (karbon aktif dan carbon black) menggunakan metode solid statereaction, menganalisa

    pengaruh penambahan karbon terhadap karakteristik fisis material LTO, dan

    menganalisa pengaruh penambahan karbon terhadap performa elektrokimia.

    1.4 Batasan Masalah

    1. Bahan yang digunakan dalam sintesis ini adalah LiOH H2O, TiO2, dan sebagai

    sumber karbon ( carbob black super p dan karbon aktif ).

    2. Pembahasan struktur hanya meliputi fasa, struktur dan ukuran partikel

    sampel.

    3. Sintesis dilakukan untuk membentuk material anoda Li4Ti5O12 dengan suhu

    sintering sebesar 800o C.

  • 5

    4. Sintesis dilakukan dengan metode solid statereaction.

    5. Perbandingan LTO : PVDF : Super P = 87 : 10 : 3.

    6. Pengujian Charge-Discharge hanya satu siklus.

    7. Pengujian Cyclic Voltametry hanya tiga siklus.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan material anoda Li4Ti5O12 dengan

    menggunakan metode solid statedan analisa pengaruh komposit dengan karbon

    terhadap pembentukan fasa, struktur morfologi, ukuran partikel material anoda

    Li4Ti5O12 serta performa elektrokimia baterai Li-ion.

    1.6 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab

    diantaranya:

    BAB I Pendahuluan

    Pada bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II Tinjauan Pustaka

    Bab ini membahas tentang dasar teori baterai, anoda Li4Ti5O12, metode solid

    state, karbon aktif dan carbon balck serta proses-proses yang perlu dipaparkan

    literaturnya.

  • 6

    BAB III Metodologi Penelitian

    Pada bab ini penulis memaparkan sketsa gambaran rencana penelitian meliputi

    lokasi penelitian, daftar bahan dan alat yang digunakan serta prosedur proses

    sintesa Li4Ti5O12 dengan menggunakan metode solid statereaction. Selain itu,

    penulis memaparkan rangkaian pengujian untuk mempelajari karakterisasi

    sampel hasil sintesa.

    BAB IV Hasil dan Pembahasan

    Pada bab ini penulis menjelaskan data-data yang diperoleh dari pengujian

    karakterisasi. Data-data tersebut meliputi hasil karakterisasi XRD, FESEM, CV,

    CD dan EIS.

    BAB V Penutup

    Bab ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian serta

    menyampaikan saran-saran yang diperlukan untuk penelitian lanjutan.

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Baterai Ion Lithium

    Baterai ion lithium merupakan bagian dari tipe baterai yang dapat disi ulang

    (rechargeable), dimana ion lithium berpindah dari elektroda negatif ke elektroda

    positif selama proses discharge dan kembali pada saat proses charging. Tidak seperti

    baterai lithium primer ( yang sekali pakai), baterai ion lithium ini menggunakan

    senyawa interkalasi lithium pada elektrode material menggantikan lithium metalik.

    Baterai ion lithium pertamakali diperkenalakan oleh M. S. Whittingham dari

    Universitas Binghamton pada tahun 1970. Whittingham menggunakan tiatanium (II)

    sulfide sebagai katoda dan lithium metal sebagai anoda. Performa elektrokimia dari

    interkalasi lithium didalam grafit pertamakali di temukan pada tahun 1980 oleh Rachid

    Yazami et al., yang mana menunjukan interkalasi reversibel pada lithium kedalam

    grafit didalam sebuah lithium/polymer, elektrolit/grafit setengah sel. [17] pada tahun

    1981 Bell labs mengembangkan sebuah anoda grafit yang bisa diterapkan untuk

    memberikan alternatif pada baterai logam lithium. Mengikuti penelitian katoda yang

    dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh John Goodenough. Pada tahun 1991 Sony

    merilis baterai ion lithium pertama, sel baterai dibuat menggunakan kimia oksida

    berlapis khususnya pada cobalt oxide. Pada tahun 1983 Dr Michael Thackeray dari

    Goodenough and Coworkers mengidentifikasi spinel mangan sebagai material katoda,

    spinel menunjukan hasil yang menjanjikan, biaya yang rendah, konduktivitas ionik dan

  • 8

    elektronik yang baik serta memiliki struktur 3 dimensi yang mana menunjukan struktur

    yang stabil.

    Pada tahun 1989, Goodenough menunjukan bahwa katoda yang mengandung

    polianion, salah satunya sulfat menghasilkan tegangan lebih tinggi daripada oksida

    karena efek induktif polianion. Kemudian pada tahun 1996 Goodenough, Akshaya

    Padhi dan Coworkers mengidentifikasi lithium iron phosphate (LiFePO4) dan phospho-

    olivines (lithium metal phosphates dengan olivine structure) sebagai katoda material.

    [18] pada tahun 2002 Yet -Ming Chiang dan group MIT menunjukan adanya

    peningkatan subtansial di dalam performa baterai lithium dengan meningkatkan

    konduktivitas material melalui doping oleh alumunium, niobium dan zirconium,

    kemudian pada tahun 2004 peningkatan performa dilakukan dengan menggunakan

    partikel iron phosphate dengan diameter kurang dari 100 nm. Ini menyebabakan

    kepadatan partikel hampir seratus kali lipat meningkatkan luas permukaan katoda dan

    meningkatkan kapasitas serta kinerja.

    Pada prinsipinya proses kinerja baterai ion lithium adalah terjadinya aliran ion

    dan elektron pada saat proses charging maupun discharging dengan arah yang

    berlawanan. Pada proses charging, material katoda akan terionisasi,menghasilkan ion

    lithium bermuatan positif dan migrasi ke dalam electrolyte menuju komponen anoda,

    sementara elektron yang diberikan akan dilepaskan bergerak melalui rangkaian luar

    menuju anoda. Ion lithium ini akan masuk ke dalam anoda melalui mekanisme

    interkalasi sedangkan pada proses discharge adalah kebalikannya seperti yang

  • 9

    ditunjukan oleh gambar di bawah ini [19]

    Gambar 2. 1 Proses interkalasi ion Li+ charging dan discharging [20]

    Pada sel baterai terdapat 3 kofigurasi dasar yaitu : anoda, elektrolit dan katoda.

    Anoda adalah elektroda negatif yang berkaitan dengan reaksi oksidasi setengah sel

    yang melepaskan elektron ke dalam sirkuit eksternal. Katoda adalah elektroda positif

    dimana terjadi reaksi setengah sel lainnya, yaitu reaksi reduksi yang menerima elektron

    dari sirkuit luar sehingga reakasi kimia reduksi terjadi pada elektroda ini. Komponen

    elektrolit berfungsi sebagai material yang mampu menjadi penghubung reaksi. Selain

    ketiga komponen tadi terdapat satu komponen yang menjadi penjamin faktor keamanan

    baterai yaitu separator yang berfungi sebagai barrier antara elektroda untuk

    menghindari terjadinya hubungan pendek yang bisa menyebabkan kegagalan dalam

    baterai. Separator ada yang berbentuk gel, atau plastic film micropous (nano pori), atau

    metarial inert berpori yang berisi elektrolit cair. Sifat separator ini mampu dilewati oleh

    ion tetapi juga mampu memblokir elektron, jadi bersifat konduktif ionik sekaligus tidak

  • 10

    konduktif elektron. [19]

    2.2 Anoda Li4Ti5O12

    Sebagai mana kita tau material anoda memainkan peran penting dalam penentuan

    keselamatan dan roda kehidupan dari baterai ion lithium. Komersial baterai

    menggunakan grafit atau bahan karbon lain sebagai elektroda anoda tetapi

    keamanannya dapat membatasi penggunaan dalam aplikasi skala besar pada daya

    baterai, yaitu yang pertama interkalasi ion lithium didalam karbon/grafit terjadi dekat

    dengan potensial lithium. Kedua, tidak adanya indikator end-of-charge didalam voltage

    profile yang dapat memberikan sinyal permulaan bencana evolusi oksigen dari katoda.

    untuk mengatasi masalah ini berbagai bahan anoda dengan peningkatan kapasitas

    reversibel dan stabilitas yang melebihi grafit komersial telah diusulkan untuk beterai

    ion lithium, salah satunya adalah anoda Li4Ti5O12. [ 21]

    Anoda LTO tercatat memiliki beberapa keuntungan antara lain biaya rendah,

    power yang tinggi dan tahan pada suhu yang tinggi. Kapasitas maksimal yang dapat

    dicapai sekitar 170 Ah/kg. berbeda dengan struktur dua dimensi dari lembaran grafit,

    struktur 3 dimensi dari LTO dianggap sebagai zero-strain material yang

    memungkinkan terjadinya interklasi Li+ tanpa perubahan volume, di dalam Li4Ti5O12

    Li+ menempati 8a- tetrahedral dan 12c- octahedral pada litiasi kimia dan 1/6 dari tempat

    titanium ditempati oleh Li+.

    Li1,33Ti1,67O4 + Li+ + e- → Li2,35Ti1,67O4

  • 11

    (a)

    (b)

    Gambar 2. 2 (a) Struktur kristal Li4Ti5O12 menunjukkan 3 kisi ion lithium: 8a tetrahedral

    (kuning), 16c oktahedral (hijau) dan 16d oktahedral (biru), (b) jarak inter-atomic diantar 16d-

    16c (2.95 Å), 16c-8a (1.81 Å), dan 8a-16d (3.46 Å) [20]

  • 12

    Potensial sekitar 1,52 V (versus Li/ Li+) ini merupakan potensial konstan diantara

    0 dan 170 Ah/kg dan berada pada stabilitas elektrokimia dari elektrolit sehingga tidak

    terbentuk SEI ( ≤ + 1V vs Li/ Li+ ). Kapasitas energi sekitar setengah dari baterai ion

    lithium berbasis grafit, karena sekitar 1V dari tegangan cell telah hilang dibandingkan

    dengan elektroda negative grafit ( ⁓ + 0.1V vs Li/ Li+ ), resistansi yang rendah, power

    yang tinggi, dan siklus hidup yang panjang telah terjamin. [22]

    2.2.1 Struktur Kristal Li4Ti5O12

    Struktur anoda Li4Ti5O12 telah banyak di teliti oleh berbagai macam

    metode dengan sumber lithium, titanium dan perbadingan yang beragam. Kali ini

    akan dipaparkan beberapa hasil penelitian Li4Ti5O12/C dengan metode solid

    statedari berbagai variasi sumber karbon untuk melihat fasa yang terbentuk serta

    hasil pengujian XRD dari tiap-tiap penelitian.

    Zheng et al pada tahun 2012 [48] melakukan sintesis Li4Ti5O12/C komposit

    dengan cara reaksi solid statemenggunakan Li2CO3 sebagai sumber lithium dan

    TiO2 sebagai sumber titanium dan penambahan etanol dengan perbandingan rasio

    molar Li:Ti sebesar 0.86:1 yang dicampur didalam ball mill selama 2 jam,

    kemudian ditambahkan karbon ( super P, BP-200, VGCF) dengan perbandingan

    berat rasio dari karbon : LTO = 5:95 yang ditambahkan pada slurry dan ball

    milled selama 2 jam. Hasil pencampuran dikeringkan pada suhu 80o C dan

    kemudian di sintering pada gas Ar pada suhu 8000 C di dalam furnace. Setelah

    itu didinginkan pada suhu ruangan hingga akhirnya terbentuk LTO/C komposit.

  • 13

    Hasil XRD menunjukan bahwa penambahan karbon pada sintesis LTO

    tidak mempengaruhi spinel struktur yang terbentuk. Serta puncak dari masing-

    masing karbon yang tidak terdeteksi pada XRD dikarenakan tinggi puncak yang

    sangat rendah.

    A. Weii et al pada tahun 2019 [47] melakukan sintesis Li4Ti5O12/graphene

    sebagai anoda lithium ion baterai berdaya tinggi dengan metode solid-state.

    Dengan bahan baku Li2CO3 (3,088 g), TiO2 (8,104 g) dan larutan graphene ( 9,18

    ml) di dispersi didalam etonal yang dicampur di dalam sand milling 500 rpm

    selama 0,5 jam dan 2000 rpm selama 2,5 jam menggunkan zirconia (0,2 mm)

    sebagai media milling. Hasil pencampuran dikeringkan pada suhu 105o selama

    3 jam, bubuk prekusor yang telah jadi di kalsinasi pada suhu 8000 C selama 5

    jam di dalam Ar (Argon) untuk menghasilkan LTO/graphene komposit (GLTO-

    1). Molar rasio dari Li:Ti adalah 4:5 dan kelebihan Li (5%) ditambahkan untuk

    mengkompensasi volatilisasi Li selama kalsinasi. Untuk melihat efek graphen

    pada struktur dan sifat-sifat elektrokimia dari komposit Li4Ti5O12/graphene,

    komposit LTO/graphene dengan penambahan dua persentase-persentase dari

    graphene (kandungan larutan graphene masing-masing adalah 16.36mL dan

    36.72mL) disiapkan, dan bahan yang diperoleh didenotasikan dengan GLTO,

    GLTO-3, masing-masing. Sebagai perbandingan LTO murni dibuat dalam

    kondisi yang sama tanpa penambahan graphene.

    Hasil XRD menunjukan pola XRD dari semua sampel, hasil ini

  • 14

    menunjukan bahwa kandungan graphene yang berberda tidak merusak

    pembentukan spinel LTO selama kalsinasi suhu tinggi dan tidak terdapat puncak

    pengotor yang dihasilkan dalam komposit GLTO kemudian tidak ada puncak

    difraksi yang terkait dengan struktur grafit dalam komposit GLTO, karena

    jumlah yang rendah atau bentuk graphen amorf.

    Zhang et al pada tahun 2015 [44] melakukan sintesis Li4Ti5O12/C komposit

    dengan cara reaksi solid-state menggunakan litium laktat sebagai karbon dan

    sumber lithium, kemudian TiO2 sebagai sumber titanium. Preparasi dari

    Li4Ti5O12/C komposit dilakukan dengan cara perkusor disiapkan dengan ball-

    milling dari sebuah slurry selama 6 jam mengandung perbedaan-perbedaan

    jumlah stoikometri dari C3H5O3Li dan TiO2 dengan molar rasio dari 4:5, 4,4:5,

    dan 4,8:5, kemudian dikeringkan pada suhu 60o C untuk mendapatkan prekusor.

    Prekusor disiapkan dengan molar rasio dari 4:5, 4,4:5, dan 4,8:5 diberi label

    masing-masing Q-1, Q-2 dan Q-3.

    Prekusor Q-1 pertama-tama dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 380oC

    dan 600oC selama 1 jam dan 2 jam, kemudian ditahan pada suhu berbeda dari

    700o C, 800o C, dan 900o C selama 8 jam dalam aliran nitrogen dengan rasio

    pemanasan dari 5o C/menit diturunkan suhunya hingga mencapai temperatur

    kamar. Hasilnya komposit Li4Ti5O12/C yang diperoleh oleh penggilingan

    diberikan penamaan sebagai LC-700, LC-800 dan LC-900, komposit

    Li4Ti5O12/C lainnya diperoleh pada suhu 380o C, 600 o C dan 800 o C selama 1

  • 15

    jam, 2 jam dan 8 jam dari prekusor Q-2 dan Q-3 dinamai sebagai LC-1 dan LC-

    2.

    Pada analisis XRD tidak terdapat pola XRD dengan puncak difraksi karbon

    yang jelas karena rendahnya muatan atau keadaan amorf serta temperatur 800o C

    menunjukan temperatur yang sesuai karena menghasilkan Li4Ti5O12 murni pada

    nitrogen.

    Baohua Li et al pada tahun 2011 [46] melakukan sintesis dan karakterisasi

    dari masa pakai Li4Ti5O12/C menggunakan nanopartikel TiO2 amorf dengan

    bahan baku yang digunakan TiO2 amorf dan Li4Ti5O12/C. Larutan jenuh

    cetyltrimethylammonium bromide ( CTAB) disipakan dengan air deionisasi di

    bawah pengadukan secara terus menerus selama 2 jam, kemudian ditambahkan

    Butil titanate (Ti (OC4H9)4) dan amonia kedalam larutan CTAB dengan

    pencampuran ultrasound selama 15 menit dan pengadukan terus menerus selama

    2 jam. Larutan yang dihasilkan dari TiO2 amorf disaring dan dikeringkan untuk

    mendapatkan nanopartikel TiO2 amorf. Li4Ti5O12/C disintesis dengan metode

    solid state menggunakan nanopartikel TiO2 amorf yang dipreparasi dibuat dari

    Li2CO3 yang didapatkan secara komersil. Kemudian dicampur dengan

    perbandingan rasio molar Li:Ti 4,2:5. Prekusor digiling selama 6 jam dengan

    wett-ball milling dalam larutan aseton. Gel yang dihasilkan kemudian

    dikeringkan pada suhu 800 C, untuk membentuk prekusor kering campuran,

    selanjutnya dikalsinasi pada suhu 8000 C selama 12 jam di atmosfer Argon untuk

  • 16

    mendapatkan Li4Ti5O12. Li4Ti5O12/C komposit dengan kandungan karbon yang

    berbeda juga disiapkan menggunakan metode solid state, coin cell menggunakan

    Li4Ti5O12/C komposit sebagai material katoda, Lithium foil sebagai anoda, dan

    polipropilen sebagai separator. Katoda terdiri dari 80 wt% Li4Ti5O12/C komposit,

    10 wt% super-p dan 10 wt% poly (vinylidene fluoride) (PVDF). Elektrolit

    digunakan 1 M LiPF6 dalam perbandingan 1:1 campuran dari etilen karbonat dan

    dietil karbonat. Kemudian cell diassembling didalam glove box dengan

    kemurnian Argon gas yang tinggi.

    Pola X-RD yang dihasilkan mengandung puncak yang tidak berhubungan

    pada anastase dan rutile. Demikian pada TiO2 yang telah dipreparasi, dominan di

    dalam fasa amorf. Dengan rata-rata berdiameter 200-300 nm, yang mana

    gumpalan partikel primer jauh lebih kecil dengan diameter sekitar 10-20 nm.

    TiO2 amorf nanopartikel menunjukan struktur yang sangat teratur dengan

    sekunder yang sangat baik dan partikel utama kecil yang membantu untuk

    meningkatkan aktivitas reaksi TiO2 amorf dengan Li2CO3.

    2.2.2 Morfologi Li4Ti5O12

    Morfologi anoda Li4Ti5O12/C memiliki perbedaan tergantung dari

    penambahan jenis karbon yang dilakukan, perbandingan rasio berat pada

    penambahan karbon tersebut dan berbagai macam perbedaan metode dalam

    pembuatan Li4Ti5O12/C akan menghasilkan perbedaan morfologi yang terjadi

    oleh karena itu akan dipaparkan beberapa penelitian dari morfolgi Li4Ti5O12/C

  • 17

    dengan menggunakan alat scanning electron microscopy (SEM).

    Li et al pada tahun 2010 [45] melakukan preparasi dan performa

    elektrokimia Li4Ti5O12/C/CNTs untuk baterai ion lithium, dengan bahan baku

    yang digunakan adalah TiO2 (struktur anatase) dan Li2CO3 dengan perbandingan

    rasio molar 4:5 dicampur dalam aseton dan di ball-milled selama 24 jam.

    Hasil uji SEM menunjukan gambar dari Li4Ti5O12, Li4Ti5O12/C dan

    Li4Ti5O12/C/CNTs terlihat bahwa sampel Li4Ti5O12/C dan Li4Ti5O12/C/CNTs

    memiliki sedikit aglomerasi dibadingkan partikel dari Li4Ti5O12 dalam komposit

    dari Li4Ti5O12/C/CNTs terlihat bahwa CNTs terdispersi diatas partikel

    Li4Ti5O12/C. Lebih lanjut pada uji SEM permukaan partikel dari sampel

    Li4Ti5O12 lebih halus sedangkan Li4Ti5O12/C dan Li4Ti5O12/C/CNTs lebih kasar

    ini diduga berasal dari karbon yang diturunkan oleh pitch selama heat-treatment.

    Pada penelitian yang dilakukan Zhu et al pada tahun 2011[54] melakukan

    pelapisan karbon pada nano pori LTO dengan bahan baku yang digunakan TiO2

    anatase dan gula sebagai sumber karbon menunjukan hasil SEM bahwa

    morfologi partikel terbentuk bulat dengan distribusi partikel dengan ukuran 10-

    20 µm.

    Zhang et al pada tahun 2015 [44] melakukan sintesis Li4Ti5O12/C komposit

    dengan cara reaksi solid-state menggunakan litium laktat sebagai karbon dan

    sumber lithium, kemudian TiO2 sebagai sumber titanium. Memberikan hasil SEM

  • 18

    yang menunjukan gambar dari sintesis komposit dari Li4Ti5O12/C pada

    perbedaan temperatur dengan sample LC-300 menunjukan partikel yang kecil

    dibandingkan sampel LC-800 dan LC-900 dengan besar partikel masing-masing

    330 nm, 355nm, dan 432 nm.

    A. weii et al pada tahun 2019 [47] melakukan sintesis Li4Ti5O12/graphene

    sebagai anoda lithium ion baterai berdaya tinggi dengan metode solid-state,

    dengan bahan baku Li2CO3 (3.088 g), TiO2 (8.104 g) dan larutan graphene ( 9.18

    ml), untuk menghasilkan LTO/graphene komposit (GLTO). Hasil uji SEM

    menunjukan gambar ukuran partikel dari komposit GLTO lebih kecil daripada

    LTO murni, hal ini dikarenakan graphene dapat menghambat pertumbuhan dan

    aglomerasi partikel LTO selama kalsinasi. Dengan peningkatan jumlah pada

    GLTO-1, GLTO-2 dan GLTO-3 komposit, sebagian besar partikel LTO menjadi

    tersebar dan terselimuti oleh lembaran graphene.

    2.2.3 Performa Elektrokimia Li4Ti5O12

    Dalam melihat performa elektrokimia anoda Li4Ti5O12 biasanya dilakukan

    beberapa uji antara lain uji cyclic voltammetry (CV), uji charge discharge (CD),

    uji Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), kemudian akan dipapaprkan

    bebrapa penelitian terkait hasil pengujian anoda Li4Ti5O12/C untuk melihat

    performa elektrokimianya.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh A. weii et al pada tahun 2019 [47]

  • 19

    yang melakukan sintesis Li4Ti5O12/graphene sebagai anoda lithium ion baterai

    berdaya tinggi dengan metode solid-state. Hasil pengujian CV menunjukan

    bahwa penambahan graphene menjadikan polarisasi semakin kecil, ini

    dikarenakan graphene yang terdispersi di sekitar partikel LTO dapat memberikan

    lebih banyak saluran distribusi Li+ dan memungkinkan transfer Li+ yang cepat ke

    interior komposit GLTO. Kemudian pada uji CD memberikan hasil bahwa

    penambahan graphene tidak memberikan kapasitas spesifik langsung untuk

    komposit GLTO.

    Baohua Li et al pada tahun 2011 [46] melakukan sintesis dan karakterisasi

    dari masa pakai Li4Ti5O12/C menggunakan nanopartikel TiO2 amorf dengan

    bahan baku yang digunakan TiO2 amorf dan Li4Ti5O12/C. dengan memvariasikan

    penambahan karbon 0 wt%, 3 wt%, dan 5 wt%. hasil uji CV dan EIS menunjukan

    sampel Li4Ti5O12 dengan penambahan karbon 3% berat memiliki polarisasi

    reaksi elektrokimia yang paling sedikit, sehingga terlihat bahwa polarisasi

    meningkat ketika kandungan karbon meningkat atau menurun. Dengan demikian

    penambahan jumlah karbon yang berlebih pada sebuah baterai dapat

    mengakibatkan terjadinya aglomerasi, aglomerasi sendiri dapat meningkatkan

    konduktivitas elektrokimia namun konduktivitas ionik menurun diakibatkan

    terjadinya celah dari agglomerasi yang tinggi karena akrbon aktif bersifat porous.

    Oleh karena itu, litiasi/delitiasi menjadi sulit seiring dengan meningkatnya fraksi

    karbon, ketika fraksi karbon meningkat maka terjadi double-layer dan reaksi

  • 20

    samping pada permukaan LTO.

    Zhang et al pada tahun 2015 [44] melakukan sintesis Li4Ti5O12/C komposit

    dengan cara reaksi solid-state menggunakan litium laktat sebagai karbon dan sumber

    lithium, kemudian TiO2 sebagai sumber titanium, untuk menghasilkan komposit

    Li4Ti5O12/C dengan memvariasikan massa karbon suhu sinter yang diberikan

    penamaan sebagai LC-700, LC-800 dan LC-900 dan untuk menghasilkan perbadingan

    mol rasio Li/Ti dengan perbandingan dari 4:5, 4,4:5, dan 4,8:5 yang diberikan

    penamaan LC-1, LC-2 dan LC-3. Hasil uji CV menunjukan temperatur sintesis

    merupakan faktor penting pada sintesis dari spinel Li4Ti5O12/C. Li4Ti5O12/C yang

    dihasilkan pada suhu 700oc dan 900oc mengandung sejumlah TiO2 pengotor yang mana

    berdampak pada performa elektrokimia yang serius. Sedangkan pada suhu 800oc

    adalah suhu optimum sintesis dalam eksperimen karena kemurnian yang tinggi dan

    performa elektrokimia yang baik Li4Ti5O12. Kemudian pada uji charge discharge

    menunjukan sampel pada Li4Ti5O12/C dengan perbandingan perbedaan pada mol rasio

    Li/Ti memiliki nilai yang tinggi pada cycling performance yang disebabkan tingginya

    konduktivitas elektrik karena kristanilitas dan kemurnian dari ketiga sampel yang

    tinggi maupun keberadaan dari vakansi karbon dan oksigen

    2.3 Solid State

    Sintesis material merupakan suatu integrasi beberapa material untuk

    menghasilkan material baru, material ini dapat berupa senyawa organik maupun

    anorganik. Dalam sintesis material anoda baterai terdapat 2 metoda umum yang biasa

  • 21

    digunakan yaitu metode solid state dan sol gel.

    Metode keadaan padat (Solid state) merupakan suatu teknik yang digunakan

    dalam penyediaan padatan polikristalin. Polikristalin merupakan padatan kristal yang

    disintesis secara langsung dari pereaksi-pereaksinya yang berwujud padat. Teknik ini

    menggunakan suhu yang tinggi bahkan mencapai 1000oC hingga 1500oC, hal ini

    dilakukan karena pada kenyataannya padatan tidak akan bereaksi pada suhu kamar,

    tetapi pada suhu tinggi padatan juga akan mengalami laju reaksi yang tinggi pula.[49]

    Metode sol-gel adalah teknik bottom-up yaitu penyusunun atom-atom dengan

    proses kimia basa. Reaksi kimia proses sol-gel berdasarkan prinsip hidrolisis dan poli

    kondensasi logam aloksida pada pembentukan jaringan-jaringan nanopartikel.

    Suspensi koloid disebut sol yang dibentuk dari proses hidrolisis dan polimerisasi

    prekusor berupa logam yang bereaksi dengan air untuk membentuk logam hidroksida

    sehingga terkondensasi menjadi logam-oksida-logam saat air dan alkohol terlepas pada

    proses pemanasan. Proses sol-gel ini memiliki beberapa keunggulan karena mampu

    mengontrol struktur fasa, homogenitas komposisi, ukuran kristal, mikrostruktur, dan

    memiliki distribusi ion-ion oksida yang merata, dapat mengontrol kadar secara

    stoikometri dengan lebih mudah, serta temperatur sintesis yang rendah. [50] namun

    pada metode ini bahan mentah dalam produksinya mahal, penyusutan yang besar

    selama proses pengeringan, menyisakan hidroksil dan karbon serta menggunakan

    pelarut organik yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena menimbang dari

    kekurangan metode sol-gel, metode solid state memiliki beberapa kelebihan

    diantaranya metode yang sederhana, tidak memerlukan banyak prekusor, tidak

  • 22

    memerlukan biaya yang mahal, ramah lingkungan serta produksi yang lebih cepat

    dibandingkan metode lain sehingga sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini.

    [51][52]

    G.Q. liu et al pada tahun 2011 [24] telah melakukan sintesis dan uji sifat

    elektrokimia dari anoda Li4Ti5O12 dengan menggunakan metode solid state untuk

    melihat pengaruh suhu sintesis dan lama kalsinasi terhadap material yang dibentuk.

    Bahan yang digunakan yaitu TiO2 dan Li2CO3. Hasilnya saat temperatur sintering 750o

    C dan waktu kalsinasi selama 24 jam, menujukan performa elektrokimia yang paling

    baik, dengan kapasitas discharge mencapai 160 mAh g-1 dan efisiensi coloumbik

    sebesar 97% pada siklus ke 50 dengan beban arus 1 C. dan saat beban arus dinaikan

    hingga 10 C, kapasitas discharge mencapai 136 mAh g-1, dan efisiensi coloumbik

    sebesar 85% pada siklus ke 50.

    B. Vikram Babu et al pada tahun 2018 [53] melakukan sintesis material anoda

    Li4Ti5O12 (LTO) dengan menggunakan metode reaksi solid tate konvensional yaitu

    dengan kalsinasi pada suhu 850o C selama 16 jam. untuk melihat pengaruh temperatur

    terhadap sifat material dengan mereaksikan TiO2 dan Li2CO3. Hasilnya temperatur

    sintering pada suhu 900o C/16 jam menghasilkan LTO murni dengan impuritas TiO2

    (rutile) dan pada suhu 850o C/16 jam menghasilkan LTO murni dengan tidak

    ditemukannya impuritas berupa rutile dan anatase TiO2. Sedangkan pada penelitian ini

    prekusor yang digunakan yaitu material TiO2 dan LiOH.H2O sebagai material awal

    pembentuk LTO yang mana mekanisme reaksinya adalah:

  • 23

    LiOH.H2O + TiO2 → Li4Ti5O12

    Dengan beberapa tahapan yang digunakan dalam metode solid state diantaranya

    yaitu menimbang sampel, penggerusan sampel, kompaksi sampel, kalsinasi sampel,

    sintering sampel untuk selanjutnya dikarakterisasi. Penimbangan sampel bertujuan

    untuk mendapatakan takaran yang tepat sesuai dengan perbandingan perhitungan yang

    telah dilakukan sebelumnya, alat yang digunakan yaitu neraca, seperti neraca digital.

    Langkah selanjutnya yaitu penggerusan sampel, yang bertujuan agar sampel

    terhomogenisasi hingga semua bahan tercampur. Proses ini dapat dilakuakn dengan

    menggunakan mortal dan pestel atau dengan menggunakan ball mill sesuai dengan

    jumlah sampel yang diperlukan. Selanjutnya sampel di kompaksi untuk memperkecil

    rongga antara bahan yang masih ada pada saat dilakukan penggerusan. Alat yang

    dipakai adalah hydraulic press dengan memberikan tekanan yang besar yaitu 5000 psi.

    setelah itu sampel dikalsinasi agar pengotor- pengotor yang tercampur dari luar selama

    tahapan proses sebelumnya pada sampel menguap, untuk kemudian tahapan terkahir

    dalah sintering dilakukan pada suhu yang sesuai dengan material yang ingin kita buat,

    pada proses ini terjadi reaksi untuk membentuk senyawa yang diinginkan.

    2.4 Sumber Karbon untuk Proses Pelapisan

    2.4.1 Karbon Aktif

    Karbon aktif merupakan bentuk umum dari variasi produk yang

    mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas

  • 24

    permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit dengan pori-

    pori yang telah berkembang kemampuannya dalam mengadsorpsi gas dan uap

    dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau terdispersi dalam cairan. Daya

    serap ini ditentukan oleh luas permukaan karbon. Luas permukan ini dapat

    diaktivasi dengan penambahan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan

    pada suhu tinggi.

    Untuk mendapatkan karbon aktif umumnya dilakukan 3 tahapan yaitu:

    1. Proses Dehidrasi, proses ini berfungsi untuk menghilangkan air pada

    bahan baku dengan pemanasan pada suhu 170°C.

    2. Proses Karbonisasi, proses ini dilakukan dengan pembakaran bahan

    baku menggunakan udara terbatas dengan temperatur udara antara 300ºC

    sampai 900ºC bergantung pada kekerasan bahan baku yang digunakan. Hasil

    dari proses ini adalah karbon dalam bentuk arang dengan permukaan spesifik

    yang sempit.

    3. Proses aktivasi, dibagi kedalam 2 bagian

    a. proses aktivasi fisika, biasanya karbon dipanaskan didalam furnace

    pada temperatur 800°C-900°C. kemudian dikarbonisasi untuk

    menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhirnya diaktifasi

    dengan uap.

    b. Proses aktivasi kimia merujuk pada perlibatan bahan-bahan kimia

    atau reagen pengaktif. Menurut Kirk and Othmer (1978), bahan

  • 25

    kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif diantaranya CaCl2,

    Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl, Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan

    sebagainya. Hessler (1951) dan Smith (1992) menyatakan bahwa

    unsur-unsur mineral aktivator masuk diantara plat heksagon dari

    kristalit dan memisahkan permukaan yang mula-mula tertutup,

    sehingga pengotor yang berada di dalam pori menjadi mudah

    terlepas, yeng menyebabkan luas permukaan aktif bertambah besar

    dan mengingkatkan daya serap karbon aktif. [28]

    2.4.2 Carbon Black

    Carbon black adalah bentuk unsur karbon yang diproduksi dengan

    pembakaran parsial atau pirolisis terkontrol dari hidrokarbon. Dalam

    pembuatannya terdapat beberapa proses yang telah berkembang, diantaranya

    proses oil-furnace, impingement (saluran), pemanasan (penguraian gas alam) dan

    asetilena (penguraian). Carbon black diproses dari bahan sumber pembuatnya

    seperti furnace black, lampblack, thermal black, acetylene black dan channel

    black. Perbedaan proses dalam pembuatan menghasilkan perbedaan

    karakterisitik karbon yang dihasilkan. Salah satu produk komersil dari carbon

    black adalah Super P dengan nama lain acetylene black atau graphitized Carbon

    Black. Acetylene memiliki kandungan karbon yang tinggi (92%) dalam dekomposisi

    eksotermik menjadi karbon dan hidrogen, dengan begitu menjadikan acetylene bahan

    baku yang menarik untuk dikonversi menjadi karbon hitam.

  • 26

    Acetylene dibuat melalui proses dekomposisi berkelanjutan pada tekanan

    atmosfer pada suhu 800-1000o C, yang kemudian dimasukan ke dalam reaktor (800o C),

    kemudian terjadi reaksi eksotermik dengan pendinginan dengan air untuk

    mempertahankan suhu reaksi yang konstan. Aliran hidrogen bermuatan hitam kemudian

    didinginkan diikuti dengan pemisahan karbon dari gas hidrogen, kemudian acetylene

    yang terbentuk mengembang dengan kepadatan massal 19kg/m3 yang kemudian

    dipadatkankan untuk menjadi pelet-pelet. Acetylene yang terbentuk ini salah satunya

    digunakan dalam pelapisan anoda ataupun katoda baterai karena memiliki

    konduktivitas listrik dan termal yang tinggi.[43]

  • 27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Fisika (P2F) Lembaga Ilmu

    Pengetahuan Indonesia (LIPI) kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Penelitian ini

    dilakukan dari bulan Februari 2019 – Juli 2019.

    3.2. Alat dan Bahan Baku

    3.2.1. Bahan Baku

    Dalam penelitian ini, pembuatan material anoda Li4Ti5O12 menggunakan

    bahan baku LiOH H2O, TiO2 sebagai pelarut. Penelitian ini dilakuakn dengan

    metode solid state. Untuk membuat lembaran elektroda diguankan bahan

    tambahan selain dari material aktif Li4Ti5O12 yaitu PVDF, super p, karbon aktif

    tapioka, karbon aktif food grade dan pelarut DMAC. Sedangan pada membuat

    coin cell bahan yang digunakan antara lain lithium metal, elektrolit LiPF6, dan

    satu set coin cell.

    3.2.2. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

    1. Timbangan digital

    2. Beaker glass

    3. Pipet tetes

  • 28

    4. Spatula

    5. Mortar dan pesstle

    6. Magnetic stirer

    7. Furnace

    8. Hotplate

    9. Crucible

    10. Doctor Blade

    11. Oven

    12. Ball milling

    13. Cawan petri

    Alat karakterisasi yang digunakan dalam penelitian in diantaranya:

    1. XRD, Rigaku tipe SmartLab 3 kW

    2. FE-SEM

    3. Uji Cyclic Voltammetry, WonAtech WBCS3000, Korea

    4. Uji Charge – Discharge sel baterai, WonAtech WBCS3000, Korea

    5. Electrochemical Impedance Spectroscopy

    3.3. Diagram Alir Metode Penelitian

    Proses sintesis material keramik Li4Ti5O12 dilakukan dengan menggunakan metode

    Solid statemenurut reaksi :

    4LiOH + 5TiO2 → Li4Ti5O12 + 6H2O

  • 29

    Dalam penelitian ini, material anoda Li4Ti5O12 dicoating menggunakan variasi

    karbon karbon, karbon yang digunakan didalam penelitian ini adalah karbon mocaf

    (tapioka), dan karbon food grade (tempurung kelapa), dan dibandingkan dengan anoda

    Li4Ti5O12 coating karbon black. Adapun diagram alir penelitian ini ditamplkan pada

    gambar 3.1 dan 3.2 dibawah ini.

  • 30

    Gambar 3. 1 Diagram Alir Sintesis Material Aktif Li4Ti5O12/C

    Mulai

    Perhitungan stoikiometri

    dan bahan ditimbang

    LiOH H2O+TiO2 Dimiling, t=2jam

    Sintering T=800oC t=4 jam

    Digerus dan disaring

    200mesh

    Material aktif Li4T15O12

    Uji XRD

    Campur dengan karbon SP

    (Super P), Tp (Tapioka), Fg

    (Food Grade), 10%)

    Milling+Etanol 2jam

    Sintering 600oC 1jam

    dalam gas Argon

    Gerus+Ayak ( 400Mesh)

    Serbuk LTO/C

  • 31

    Gambar 3. 2 Diagram Alir Pembuatan Baterai

    Material aktif

    a. LTO/C (Super P)

    b. LTO/C (Tapioka)

    c. LTO/C (Food

    Grade)

    Pembuatan Slurry

    Material aktif = 87%

    PVDF = 10%

    Seper P = 3%

    Coating

    Cutting

    Assembly

    Baterai Coin Cell

    Selesai

    Uji CV, CD,

    FESEM dan EIS

    Disiapkan Material

    aktif

    Li4T15O12 dan bahan

    tambah yang

    digunakan

  • 32

    3.4. Proses Pembuatan Bahan Uji dan Pengujian

    Pada penelitian ini dilakukan sintesis material keramik Li4Ti5O12 dengan metode

    solid state, bahan baku yang digunakan diantaranya lithium hidroksida monohidrat

    (LiOH.H2O), titanium (IV) oxide (TiO2). Berdasarkan stoikometri diatas untuk

    membuat 25 gram serbuk LTO diperlukan 9,1313 gr LiOH.H2O, 21,7234 gr dan

    titanium (IV) oxide sebanyak 21,7234 gr. Masing masing bahan dicampurkan dengan

    digerus terlebih dahulu untuk kemudian di milling selama 12 jam, setelah di milling

    kemudian sampel di gerus kembali untuk selanjutnya dilakukan sintering pada suhu

    800o C selama 4 jam. Serbuk yang terbentuk kemudian sebanyak 15 gr perkusor LTO

    dibuat variasi karbon dengan cara milling basah selama 2 jam diambil masing-masing

    LTO sebanyak 5 gr dengan perbandingn karbon 10% ( super p 0,5 gr, karbon tapioka

    0,5 gr, karbon food grade 0,5 gr), dan etanol sebanyak 60 ml. setelah itu di oven agar

    sampel mengering untuk selanjutnya digerus dan di sintering dengan suhu 600o C

    selama 1 jam, kemudian dilairkan Nitrogen.

    3.4.1 Proses Pembuatan Slurry

    Proses pembuatan slurry dibagi menjadi 2 perbandingan variasi, untuk

    anoda LTO tanpa coating karbon dan anoda LTO yang telah di coating karbon.

    Pada anoda LTO tanpa coating karbon perbandingan komposisi material aktif

    1. Material aktif (LTO) 80%, PVDF 10%, 10% super p dan pelarut DMAC

    3,5 ml

    2. Material aktif (LTO) 80%, PVDF 10%, 10% karbon mokaf dan pelarut

  • 33

    DMAC 1,8 ml

    3. Material aktif (LTO) 80%, PVDF 10%, 10% karbon food grade dan

    pelarut DMAC 2,0 ml

    Dari total 1 gr material aktif.

    Kemudian variasi komposisi untuk anoda LTO yang telah dicoating karbon

    1. Material aktif (LTO + super p) 87%, PVDF 10%, 3% super p dan

    pelarut DMAC 3,5 ml

    2. Material aktif (LTO + karbon food grade) 87%, PVDF 10%, 3% super

    p dan pelarut DMAC 2,5ml

    3. Material aktif (LTO + karbon mokaf) 87%, PVDF 10%, 3% super p p

    dan pelarut DMAC 2,5ml

    Dari total 1 gram material aktif.

    Pertama menimbang seluruh bahan-bahan yang akan digunakan

    menggunkan timbangan digital, semetara itu pelarut DMAC disiapkan didalam

    beaker glass dan diletakan magnetic bar didalamnya untuk selanjutnya distrirer

    diatas hot plate dengan suhu 70o C/250 rpm selama 15 menit, kemudian PVDF

    dimasukan sedikit demi sedikit kedalam pelarut yang telah dipanaskan dan

    ditunggu selama 15 menit untuk kemudian dimasukan kembali sedikit demi

    sedikit super P dan ditunggu kembali selama 15 menit sampai sampel homogen.

    Terkahir, dimasukan material aktif (LTO / LTO/C) dan ditunggu selama 30 menit

    atau sampai larutan homogen dan mengental.

  • 34

    3.4.2 Proses Pembuatan Lembaran ( Coating)

    Coating adalah pelapisan slurry anoda diatas lembaran Cu-foil. Proses

    dimulai dengan meletakan Cu-foil ke Automatic Thick Film Coater, kemudian

    kemudian dinyalakan tombol vakum pada mesin. Cu-foil dibersihkan dengan

    menggunakan etanol dan ketebalan celah doctor blade disetting sebesar 150 μm.

    Slurry dituangkan di atas permukaan Cu-foil dan doctor balde digeser dengan

    kecepatan pendorong disetting pada 6 cm/menit. Setelah proses pelapisan selesai,

    lembaran hasil coating dikeringkan pada suhu 80oC dan setelah kering disimpan

    di dalam oven bersuhu 50oC.

    3.4.3 Proses Cutting dan Assembly Coin Cell

    Lembaran anoda yang telah kering kemudian dipotong berbentuk lingkaran

    dengan diameter 1,6 cm dan diameter separator sebesar 1,9 cm. Assembling coin

    cell dilakukan di dalam glove box agar dalam keadaan vacum, sehingga tidak

    terjadi reaksi dengan udara luar. Assembling ini dilakukan setengah sel

    menggunakan litium metal dan LTO. Adapun proses assembling coin cell ini dpat

    dilihat pada gambar 3.3:

  • 35

    Gambar 3. 3 Skema assembling half coin cell [28]

    3.4.4 Analsis Struktur Kristal Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)

    X-Ray diffraction (XRD) merupakan alat yang digunakan untuk

    mengkarakterisasi struktur kristal, dan ukuran kristal dari suatu bahan padat. Fungsi

    dari alat ini adalah untuk menentukan fasa sebuah kristal, analisa fasa kuantitatif,

    perhitungan lattice parameters, analisa dari ukuran dan strain kristal, penyempurnaan

    struktur lengkap dari fase yang tidak diketahui. Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan

    elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik.hamburan

    monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan interferensi yang kontrukstif.

    Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut berupa sampel sehingga intensitas

    sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Berkas sinar-

    X yang dihamburkan ini ada yang saling menguatkan ( interferensi konstruktif) dan

    ada juga ang saling menghilangkan ( interferensi destruktif). Hal ini disebabkan

    adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam

    material tersebut. Interferensi konstruktif ini merupakan peristiwa difraksi seperti pada

    dibawah ini.

  • 36

    Gambar 3. 4 Pola difraksi sinar-X oleh bidang kristal [29]

    3.4.5 Scanning morfologi dengan FESEM

    Cara kerja FE-SEM adalah menggunakan sinar elektron yang dipercepat

    dengan anoda dan difokuskan menuju sampel. Sinar elekron yang terfokus

    memindai keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai. Ketika

    elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang

    akan diterima oleh detektir dan dikirim ke monitor. Intensitas elektron baru ini

    tergantung pada nomor atom unsur yang ada pada permukaan spesimen.

    Mikroskop elektron mampu mencapai resolusi yaitu sekitar 10-1-10-2 nm. Dengan

    menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang

    berguna untguk kepentingan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda

    maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non

    elastis. Elektron dihasilkan dari katoda (electroda gun) melalui efek foto listrik

    dan dipercepat menuju anoda. Filamen yang digunakan pada umumnya adalah

    tungsten atau Lanthanum heksaborida (LaB6).

    http://nanudz.blog.uns.ac.id/files/2012/12/difraksi-sinar-X.jpg

  • 37

    Kumparan pemindaian akan melakukan pembelokan pada elektron

    sehingga menjadi sekumpulan susunan berkas yang lebih kecil yang disebut

    pelebaran pemindaian (scanning beam) dan lensa objektif (magnetik) yang akan

    memfokuskannya pada permukaan sampel. Tumbukan dengan atom material

    menyebabkan elektron kehilangan energi. Sehingga mengakibatkan hamburan

    dan obserbsi pada daerah interaksi dengan kedalaman 100 nm hingga 2 µm. pada

    FE-SEM, sinyal yang diolah merupakan hasil deteksi dari elektron yang

    berpindah dari permukaan sampel.[30]

    3.4.6 Pengujian performa elektrokimia dengan Uji Cyclic Voltametry (CV)

    Voltametri siklik adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk

    memperoleh informasi kualitatif tentang reaksi elektrokimia. pengjuian

    voltametri siklik biasanya merupakan uji yang pertama kali dilakukan untuk

    mempelajari elektroanalitik. Karena dapat memberikan informasi yang cukup

    tentang dinamika proses redoks.

    Interpretasi uji ini berupa grafik yang dihasilkan dari pemindaian secara

    linear potensi elektroda kerja stationer menggunakan bentuk gelombang

    potensial segitiga ( gambar 3.5). bergantung pada informasi yang dicari, uji

    voltametri siklik dilakukan pada satu atau beberapa siklus penyisiran potensial.

    Pada saat penyisiran potensial, potensiostat mengukur arus yang dihasilkan dari

    potensial yang diterapkan. Alur yang dihasilkan berupa arus potensial yang

    disebut voltammogram siklik. Voltammogram siklik adalah fungsi rumit,

  • 38

    bergantung wajtu dari sejumlah besar parameter fisik dan kimia.

    Gambar 3. 5 Sinyal eksitasi potensial-waktu dalam percobaan voltametri siklik

    Gambar 3.6 menunjukan grafik voltamogram siklik yang mengilustrasikan

    respon yang diharapkan dari pasangan redoks reversibel selama siklus potensial

    tunggal. Dengan mengasumsikan hanyak bentuk O yang teroksidasi di awal,

    sehingga pemindaian potensial negatif akan dipilih

    Dengan demikian, pemindaian potensial negatif akan dipilih untuk

    setengah siklus pertama, dimulai dari nilai di mana tidak ada pengurangan terjadi.

    Ketika potensial yang diterapkan mendekati karakteristik Eo untuk proses redoks,

    arus katodik mulai meningkat, hingga dicapai suatu puncak. Setelah melintasi

    wilayah potensial tempat proses reduksi berlangsung (setidaknya 90/n mV di luar

    batas puncak), arah sapuan potensial dibalik. Selama pemindaian terbalik,

    molekul R direoksidasi kembali menjadi O hingga menghasilkan puncak anodik.

  • 39

    Gambar 3. 6 Voltamogram Siklik dengan Arus sebagai Fungsi Potensial

    Perubahan pada voltmogram siklik dapat disebabkan oleh persaingan

    reaksi kimia untuk produk hasil elekrrokimia, ini dapat dijadikan informasi

    mengenai jalan reaksi. Parameter yang penting dalam voltmogram siklik adalah

    arus puncak dan potensial puncak yaitu keduanya berasal dari puncak katoda dan

    anoda. [31]

    3.4.7 Pengujian Kapasitas Baterai dengan Uji Charge-Discharge

    Uji charge discharge dilakukan untuk mengukur performa dinamik dari

    sebuah baterai dalam pengisian dan pengosongan, performa dinamik ini

    merupakan kecepatan arus yang dapat dimasukan dan diambil dari penyimpanan.

    Pada saat proses charging dan discharging tegangan terminal akan meningkat

  • 40

    dan menurun. Dinamika charge dan discharge dari baterai dapat di karakterisasi

    dengan pengukuran voltase dibawah pemasukan arus konstan charge dan

    discharge. [27] Gambar (3.7) menujukan kurva saat diisi pada tingkat rendah,

    sedang, dan tinggi. Nilai discharge yang tinggi mengidikasikan bahwa tegangan

    menurun dengan cepat sehingga hanya sebagian kapasitas yang dapat digunakan

    pada laju debit tinggi.

    Gambar 3. 7 Contoh kurva tegangan untuk perbedaan nilai discharge [32]

    3.4.8 Pengujian konduktivitas elektronik dengan Uji EIS

    Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) adalah suatu metode untuk

    menganalisa suatu elektroda terhadap sinyal potensial AC pada amplitudo rendah

    (~10 mV) dari rentang frekuensi yang sangat lebar. AC impedance spectrocospy

    merupakan teknik yang sangat bagus untuk menentukan parameter kinetic dari

    proses elektroda termasuk di dalam elektrolit, pasivasi layer, charge transfer, dan

    Li+ diffusion. Charge-transfer resistance (Rct) salah satu parameter yang

  • 41

    penting untuk mengkarakterisasikan kuantitatif kecepatan sebuah reaksi

    elektroda. Biasanya, resistansi charge-transfer yang besar menunjukan reaksi

    elektrokimia yang lambat. Rct dapat dihitung dari electrochemical impedance

    spectrocospy dengan nilai sama dengan diameter setengah lingkaran didalam

    region medium frekuensi, seperti gambar 3.8 dibawah ini. [33]

    Gambar 3. 8 Contoh hasil kurva EIS dari sistem baterai ion lithium[33]

  • 42

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Hasil dan Pembahasan Karakterisasi XRD

    Dalam sintesis anoda LTO dilakukan reaksi 4LiOH + 5TiO2 → Li4Ti5O12 + 6H2O

    untuk menghasilkan anoda LTO sebanyak 30 gram dengan metode solid state, untuk

    itu dilakukan uji XRD untuk melihat fasa yang terbentuk. Identifikasi ini dilakukan

    dengan membandingkan nilai sudut 2θ antara sampel yang diuji dengan data referensi

    dengan rentang pengukuran pada sudut 10o-90o. Dalam pengujian ini telah dilakukan

    dua kali sintesis anoda LTO yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2,

    berdasarkan analisa menggunakan software HIGHSCORE PLUS diperoleh kurva yang

    menunjukkan besarnya intensitas terhadap sudut 2θ, yang mana ditunjukan oleh

    gambar 4.2

    Gambar 4. 1 Kurva XRD material Li4Ti5O12 eksperimen pertama

  • 43

    Gambar 4. 2 Kurva XRD material Li4Ti5O12 eksperimen kedua

    Gambar 4.1 merupakan hasil XRD sintesis anoda LTO pengujian pertama

    dimana terlihat dari kurva yang terbentuk menunjukan 4 fasa yang terbentuk dari

    sampel tersebut, impuritas yang terbentuk disebabkan oleh suhu dari alat sintering yang

    tidak menunjukan suhu yang diinginkan sehingga membuat sampel memiliki 4 fasa.

    Kemudian gambar 4.2 merupakan hasil XRD sintesis anoda LTO pengujian kedua,

    pada analisa ini alat sintering diganti untuk menghindari impuritas yang terbentuk

    seperti sampel pada pengujian pertama. Dari kurva pada gambar 4.2 diatas terlihat yang

    terbentuk dua fasa yiatu fasa Lithium titanium oxide (Li4Ti5O12) sebesar 96,1% dengan

    fasa rutile (TiO2) sebesar 3,1%. Hasil analisa menggunakan software HIGHSCORE

    PLUS terhadap parameter kisi dan volume kisi diperlihatkan pada tabel 4.1.

  • 44

    Tabel 4. 1 Parameter kisi Li4Ti5O12 menggunakan software HIGHSCORE

    Nama Senyawa Parameter Kisi volume

    (Å)

    Densitas

    (g/m3)

    Komposisi

    fasa (%) a (Å) b (Å) c (Å)

    Lithium

    Titanium

    Oxide

    Li4Ti5O12 8.352 8.352 8.352 582.6 3.49 96,9

    Rutile TiO2 4,623 4,623 2,986 63,82 4,16 3,1

    Dari tabel 4.1 terlihat fasa Li4Ti5O12 telah terbentuk seluruhnya dengan struktur

    kristal dari fasa dapat dilihat pada gambar 4.2, struktur kristal dari Li4Ti5O12 berbentuk

    spinel kubik FCC (gambar 4.2 a) dimana nilai parameter kisi a, b dan c sama. Bola

    berwarna hijau menunjukkan atom Li yang membentuk kisi tetrahedral, atom Ti

    ditunjukkan oleh bola berwarna biru dengan bentuk kisi oktahedral dan bola berwarna

    merah menunjukkan atom oksigen. Struktur TiO2 ditunjukan gambar 4.2 (b) dengan bentuk

    tetragonal dan sapce group P 42/m n m, dimana nila parameter kisi a dan b sama dan panjang

    kisi c berbeda.

  • 45

    (a)

    (b)

    Gambar 4. 3 struktur kristal dari (a) Li4Ti5O12 (b) TiO2 (rutile)

    Difraksi sinar-X pada dasarnya adalah interferensi oleh sejumlah sumber maka

    dengan itu hubungan antara lebar puncak difraksi dengan ukuran kristalit dapat

    diprediksi untuk mendapatkan ukuran kristalit berdasarkan persamaan perumusan

    interferensi celah banyak. Hubungan antara ukuran kristalit dengan lebar puncak

    difraksi sinar-X dapat diproksimasi dengan persamaan Scheerrer [34] [35].

    𝐷 = 𝐾 𝜆

    𝐵 cos 𝜃𝐵 (38)

  • 46

    Dengan D adalah ukuran (diameter) kristallities, 𝜆 adalah panjang gelombang

    sinar-X yang digunakan, 𝜃𝐵 adalah sudut Bragg, B adalah FWHM satu puncak yang

    dipilih, K adalah konstanta Scheerrer (0.94).

    (a)

    (b)

    Gambar 4. 4 Grafik linear hubungan antara Br Cos θ dengan sin θ (a) eksperimen pertama,

    (b)eksperimen kedua

  • 47

    Gambar 4.3 (a) merupakan grafik untuk mendapatkan nilai perpotongan Br Cos

    θ dengan sin θ, terlihat pada grafik diatas nilai intercept yang didapat masing masing

    bernilai 0.00472 dan 0.0016 untuk sintesis anoda LTO ekperimen pertama dan sintesis

    anoda LTO ekperimen kedua , nilai ini dimasukan kedalam persamaaan untuk

    mendapatkan ukuran kristal.

    𝐷 = K λ

    0.00267

    𝐷 = 0.94 x 0.154056

    0.00267

    𝐷 = 54,2172 nm

    Dari perhitungan diatas menggunakan persamaan Scheerrer didapatkan ukuran

    kristal Li4Ti5O12 pada eksperimen pertama sebesar 54,2172 nm.

    Kemudian untuk eksperimen kedua, dihitung dengan persamaan yang sama,

    menggunakan persamaan Scheerrer

    𝐷 = K λ

    0.0016

    𝐷 = 0.94 x 0.154056

    0.0016

    𝐷 = 90,5079 nm

    Sehingga didapatkan ukuran kristal Li4Ti5O12 sebesar 90,5079 nm.

    Setelah dilakukan perhitungan ukuran kristalit sintesis Li4Ti5O12 pada

    eksperimen pertama sekitar 54,2172 nm, dan 90,5079 nm untuk eksperimen kedua, dari

  • 48

    hasil perhitungan ini didapatkan nilai kristalit Li4Ti5O12 eksperimen pertama

    mendapatkan nilai kristalit yang lebih kecil dibandingkan eksperimen kedua, hal ini

    menunjukan bahwa pada percobaan pertama kristalit Li4Ti5O12 belum tumbuh karena

    suhu pada saat proses sintering tidak optimum, sedangkan pada eksperimen kedua

    kristalit lebih besar menunjukan kristalit Li4Ti5O12 telah mengalami pertumbuhan,

    sehingga intensitas difraksi yang terbentuk lebih tinggi pada sintesis Li4Ti5O12

    percobaan pertama seperti terlihat pada gambar 4.4 dibawah ini. Intensitas tertinggi

    pada sintesis Li4Ti5O12 percobaan pertama sebesar 561 a.u, dan Intensitas tertinggi

    pada sintesis Li4Ti5O12 percobaan sebesar 1018 a.u.

    Gambar 4. 5 Grafik perbandingan intensitas yang terbentuk dari kurva XRD sintesis anoda

    LTO eksperimen pertama dan eksperimen kedua

  • 49

    4.2 Hasil dan pembahasan karakterisasi FESEM

    Gambar 4.5 (a-c) menunjukan gambar FE-SEM dari Li4Ti5O12/C dengan

    perbesaran 1k yang berhubungan dengan histogram ukuran partikel yang ditunjukan

    oleh gambar 4.5 (d-f). pengolahan data digunakan software Image-J dengan

    menggunakan gambar yang diperoleh dari hasil pengujian FE-SEM. Data yang diambil

    sebanyak 100 data dengan ukuran partikel besar, sedang dan kecil. Ukuran partikel

    pada histogram menunjukan nilai maksimum pada masing-masing sampel anoda

    Li4Ti5O12/C (Sp, Tp, Fg). Didapatkan nilai ukuran dengan rentang dari 0,928 µm, 0,641

    µm dan 0,556 µm untuk masing-masing anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp, anoda

    Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp, dan anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Fg. Dari

    gambar 4.5 (a-c) terlihat terbentuknya aglomerasi pada ketiga sampel, dengan ukuran

    partikel yang tidak seragam dengan ukuran dibawah 1 µm, dan berbentuk polyhedral.

    Pada sampel Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp, terlihat permukaan karbon yang berpori,

    sedangkan pada Li4Ti5O12/C sumber karbon TP, dan Li4Ti5O12/C sumber karbon FG

    terlihat karbon yang tidak berpori. Pada sampel Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp dan

    Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp, terlihat penyebaran pertikel yang kurang homogen

    dibandingkan dengan Li4Ti5O12/C sumber karbon Fg.

  • 50

    (a) (d)

    (b) (e)

    (c) (f)

    Gambar 4. 6 FE-SEM dan histogram ukuran partikel dari Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp (a

    dan d), anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp (b dan e) dan anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon

    Fg (c dan f)

  • 51

    Gambar 4. 7 FE-SEM cross section lembaran anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Sp (a),

    anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp (b), dan anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Fg (c)

    (a)

    (b)

    (c)

  • 52

    Pada gambar 4.6 diatas merupakan hasil uji FE-SEM dengan pengambilan

    sampel cross section, dimana terlihat ketebalan elektroda dari ketiga sampel sekitar

    46,800 µm, 75,300 µm dan 68,900 µm untuk masing-masing anoda Li4Ti5O12/C

    sumber karbon Sp, anoda Li4Ti5O12/C sumber karbon Tp, dan anoda Li4Ti5O12/C

    sumber karbon Fg. Dibawah ini tabel 4.2 menunjukan besar ukuran partikel dan

    ketebalan elektroda dari hasil analisa FESEM yang telah disebutkan sebelumnya.

    Tabel 4. 2 Hasil pengukuran uji FESEM

    Nama Sampel Ukuran Partikel (µm) Ketebalam elektroda (µm)

    LTO/C Sp 0,928 46,800

    LTO/C Tp 0,641 75,300

    LTO/C Fg 0,556 68,900

    4.3 Hasil dan pembahasan pengujian EIS

    Untuk menyelidiki perbedaan dalam performa elektrokimia sel baterai maka,

    pengujian EIS dilakukan terhadap semua sampel pada tegangan 1,55 V (vs. Li/Li+)

    dalam range frekuensi ( 0.1 Hz sampai 20 KHz). Semua sampel membentuk pola busur

    setengah lingkaran (semicircle) yang disebut sebagai “Nyquist Plot” dan garis lurus

    yang disebut sebagai impedansi Wargburg, diilustrasikan pada rangkaian equivalent

    seperti yang ditunjukan pada gambar 4.7, kurva EIS terdiri dari semicircle pada range

    frekuensi tinggi ke menengah dan garis lurus pada range frekuensi rendah. Biasanya

    hambatn Rct yang berada pada frekuensi menengah berhubungan dengan transfer

  • 53

    muatan ion lithium pada antar muka material (anoda dengan elektrolit), sedangkan

    wilayah Warburg di frekuensi rendah berhubungan dengan koefiesien difusi ion

    lithium dari material [36]. Intercept kecil berhubungan dengan Rs. Nilai diameter dari

    semicircle dalam spectra berhubungan dengan charge-discharge transfer resistansi

    (Rct) dan double-layer kapasitansi (C) dari reaksi elekrokimia. Sedangkan garis lurus

    ( Warburg impedance, W) mempresentasikan resistansi ion lithium di dalam material

    aktif. [37] [38]

    Gambar 4. 8 Plot Nyquist dari Li4Ti5O12 (Sp, Tp, Fg)

    Rs

    R1

    C1

  • 54

    Tabel 4. 3 Nilai resistif (R) dan kapasitif (C) Li4Ti5O12 (Sp, Tp, Fg)

    Sampel Re

    (Ω)

    Rct

    (Ω)

    C

    (farads)

    LTO/C SP 10.251 146.679 8.8207 x 10-7

    LTO/C TP 4.1284 32.6976 4.7705 x 10-6

    LTO/C FG 3.9662 501.8338 8.8636 x 10-7

    Dari gambar 4.7 diatas terlihat perbedaan kurva semicircle yang menunjukan

    bahwa ketiga sampel menujukan sampel bersifat resistif (R) dan kapasitif (C) secara

    paralel, rangkaian ekuivalen yang dapat menjelaskan fenomena didalam sel baterai

    tersebut ditunjukan pada gambar 4.7 dan nilainya ditunjukan pada tabel 4.2 sampel

    Li4Ti5O12 dengan sumber karbon Tp, memiliki bentuk semicircle yang paling kecil

    dibandingkan dengan kedua sampel yang lain, Li4Ti5O12 dengan sumber karbon Tp

    memiliki hambatan yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel yang lain. Besarnya

    hambatan elektronik (Rs), hambatan ionik (Rct) dan konduktivitas dituntujukan pada

    tabel 4.3 dibawah ini. Meskipun Li4Ti5O12 dengan sumber karbon Tp memiliki

    hambatan yang paling kecil namun menunjukan garis lurus yang kecil pada frekuensi

    yang rendah, yang menunjukan difusi ion lithium yang terjadi sangat kecil, sampel

    Li4Ti5O12 dengan sumber karbon Fg, memiliki hambatan yang paling besar dan juga

    namun menunjukan garis lurus yang kecil pada frekuensi yang rendah, yang

    menunjukan difusi ion lithium yang terjadi sangat kecil, hal ini dapat terlihat pada

    pengujian FE-SEM dimana karbon Fg meskipun tercampur secara homogen dengan

  • 55

    PVDF dan material aktif (LTO) tetapi partikel dari karbon Fg justru menutupi material

    aktif seperti terlihat pada hasil pengujian FE-SEM sebelumnya, oleh karena itu

    menyebabkan terhambatnya proses interkalasi de interkalasi ion lithium.

    Nilai konduktivitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

    𝑅 = 𝜌 𝑙

    𝐴 [42]

    𝜎 = 1

    𝜌

    Dimana R merupakan resistansi (Ω), tebal sampel, 𝑙 (cm), luas permukaan sampel, A

    (cm2), 𝜎 adalah konduktivitas dan 𝜌 adalah resistivitas.

    Tabel 4. 4 Hasil perhitungan konduktivitas Li4Ti5O12 dengan variasi sumber karbon

    (Sp, Tp, Fg)

    Sampel Re

    (Ω)

    Rct

    (Ω)

    𝝈e

    (s-1 cm-1)

    𝝈ct

    (s-1 cm-1)

    𝝈

    (s-1 cm-1)

    LTO/C SP 10.251 146.679 14,5628 x 10-5 1.01776 x 10-5 15,6 x 10-5

    LTO/C TP 4.1284 32.6976 60,2669 x 10-5 7.6093 x 10-5 67,9 x 10-5

    LTO/C FG 3.9662 501.8338 37,6389 x 10-5 2.97476 x 10-6 37,9 x 10-5

  • 56

    4.4 Hasil dan Pembahasan Pengujian Cyclic Voltammetry

    Pada pengujian cyclic voltammetry kali ini dilakukan pengujian setengah sel

    baterai. Sampel berupa coin cell dengan Li4Ti5O12 yang berperan sebagai katoda

    dipasangkan dengan lithium metal yang berperan sebagai anoda karena tegangannya

    lebih rendah dibandingkan dengan Li4Ti5O12. Data hasil pengujian disini berupa kurva

    dengan variasi scan rate 0.01 mV/s, 0.15 mV/s, dan 0.2 mV/s. Kurva tersebut

    menunjukan hubungan antara tegangan (V) sebagai input dengan output berupa arus

    (I). Kurva hasil pengujian cyclic voltammetry dapat dilihat pada gambar di bawah ini,

    terdapat 3 kurva dengan variasi scan rate yang ditampilkan berdasarakan dengan tiga

    sampel yang diuji yaitu LTO/C dengan sumber karbon super.p (Sp), LTO/C dengan

    sumber karbon tapioka (Tp), dan LTO/C dengan sumber karbon Tempurung kelapa/

    food grade (Fg). Pada kurva tersebut terdapat puncak dengan arah ke atas yang

    menunjukan proses oksidasi yang disebut sebagai puncak anodik dan puncak dengan

    arah kebawah menunjukan proses reduksi sebagai puncak katodik. Proses reduksi

    terjadi pada saat discharging. Ion lithium bergerak dari anoda menuju katoda

    sedangkan proses oksidasi terjadi pada saat charging ion lithium bergerak kearah yang

    berlawanan menuju anoda. Proses bergeraknya lithium dari anoda ke katoda atau

    sebaliknya dinamakan sebagai proses interkalasi dan de interkalasi ion lithium.

  • 57

    Gambar 4. 9 Grafik Cyclic Voltammogram sampel Li4Ti5O12 /C dengan sumber karbon (a)

    gabungan CV pada scan rate 0,1 mV/s (b) super P (SP), (c) Tapioka (Tp), dan (d) karbon

    aktif food grade (Fg)

    Grafik diatas menunjukan kurva hasil pengujian cyclic voltammerty dari ketiga

    sampel dengan perbedaan sumber karbon yang digunakan dalam pelapisan anoda

    (a) (b)

    (c)

    (d)

  • 58

    Li4Ti5O12. Dari ketiga gambar diatas dapat dilihat perbedaan kurva yang terbentuk dari

    hasil pengujian dengan variasi scan rate 0,1 mV/s, 0,15 mV/s dan 0,2 mV/s. Disini

    terlihat puncak oksidasi dan reduksi yang semakin meningkat seiring dengan

    bertambahnya kecepatan scan rate pada ketiga sampel, hal ini disebabkan oleh flux

    elektroda yang semakin besar sehingga ion Li+ yang masuk ke dalam anoda semakin

    besar. [39]

    Gambar 4.8 (b) yang menunjukan kurva voltammogram dari anoda Li4Ti5O12/C

    dengan sumber karbon super.P memiliki rata-rata nilai puncak oksidasi sebesar

    1,717933 mA. Kemudian gambar 4.8 (c) yang menunjukan kurva voltammogram dari

    anoda Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon tapioka (TP) memiliki rata-rata nilai puncak

    oksidasi sebesar 1,6886 mA. Terakhir gambar 4.8 (d) yang menunjukan kurva

    voltammogram dari anoda Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon food grade (Fg)

    memiliki rata-rata nilai puncak oksidasi sebesar 0,8331 mA. Gambar 4.8 (a)

    menunjukan grafik scan rate 0.1 mV/s pada ketiga sampel terlihat bahwa sampel anoda

    Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon super.P (Sp) memiliki nilai puncak paling tinggi

    yaitu 1,4746 mA dibandingkan dengan Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon tapioka

    (Tp) yaitu 1,3910 mA, dan yang terendah merupakan puncak oksidasi Li4Ti5O12/C

    dengan sumber karbon food grade (Fg) yaitu 0.76173 mA, sebagaimana yang terlihat

    dari gambar diatas bahwa puncak paling tinggi dihasilkan oleh Li4Ti5O12/C dengan

    sumber karbon super.P, bentuk kurva yang tinggi ini mengindikasikan tejadinya

    interkalasi yang cepat sedangkan kurva dengan puncak redox yang rendah dan melebar

  • 59

    Li4Ti5O12/C (Fg) menunjukan interkalasi yang lambat hal ini terlihat dari uji EIS

    dimana hambatan yang dihasilkan Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon food grade (Fg)

    memiliki hambatan yang paling besar .

    (a) (b)

    Gambar 4. 10 (a) grafik linear Sp, Tp, Fg. (b) histogram nilai koefisien difusi dari Sp, Tp,

    Fg.

    Gambar 4.9 (a) merupakan grafik linear yang menunjukan nilai gradien yang

    terbentuk dari hubungan antara arus dengan akar kecepatan scan rate, yang mana dapat

    disarankan sebagai mekanisme dari kontrol difusi dari reaksi oksidasi/reduksi. Sesuai

    dengan persamaan Randles-Sevcik untuk mengetahui proses elektrokimia reversibel,

    hubungan Ip(v1/2) dapat dijelaskan sebagai:

    Ip = 0,4463 (𝑛3𝐹3

    𝑅 𝑇 𝑣 𝐷)

    1/2

    𝐴 𝐶 [40]

    Dimana A adalah area permukaan elektroda elektrokimia aktif ( cm2), v adalah scan

    rate ( V s-1), n adalah nomor dari elektron yang terlibat selama proses elektrokimia, F

  • 60

    adalah tetapan Faraday ( C mol-1), R adalah konstanta gas (J (mol K)-1), T adalah

    temperatur absolut (K), C adalah konsentrasi molar dari ion lithium dalam kristal

    Li4Ti5O12 ( mol cm-3) dan D adalah koefesien difusi dari lithium ion didalam matriks

    Li4Ti5O12 ( cm-2 s-1) . Gambar 4.9 (b) menunjukan nilai yang didapatkan setelah

    perhitungan diatas terlihat bahwa anoda Li4Ti5O12/C dengan sumber karbon Super.p

    memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 2,61 × 10−13 cm-2 s-1 dan anoda Li4Ti5O12/C

    dengan sumber karbon Food grade memiliki nilai koefesien difusi paling rendah yaitu

    6,07 × 10−14 cm-2 s-1, hal ini dapat terlihat dari uji FE-SEM dimana terlihat bahwa

    karbon tidak tercampur secara homogen dengan LT