13
BAB I PENDAHULUAN Sinusitis merupakan penyakit dengan persentase yang signifikan di dalam populasi dan dapat menyebabkan morbiditas jangka panjang. Sinus maksilaris, yang secara anatomi berada di pertengahan antara hidung dan rongga mulut merupakan lokasi yang rentan terinvasi organisme patogen lewat ostium sinus maupun lewat rongga mulut. Sinusitis dentogen dapat mencapai 10% hingga 12% dari seluruh kasus sinusitis maksilaris. 1 Sinusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya dipisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe. 2 Curiga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang mengenai satu sisi dengan ingus purulen dan napas berbau busuk. Untuk mengobati sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dirawat, dan pemberian antibiotik yang mencakup bakteri anaerob. Seringkali perlu dilakukan irigasi sinus 1

Sinusitis Maksilaris Odontogen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Sinusitis Maksilaris Odontogen

Citation preview

Page 1: Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB I

PENDAHULUAN

Sinusitis merupakan penyakit dengan persentase yang signifikan di dalam

populasi dan dapat menyebabkan morbiditas jangka panjang. Sinus maksilaris,

yang secara anatomi berada di pertengahan antara hidung dan rongga mulut

merupakan lokasi yang rentan terinvasi organisme patogen lewat ostium sinus

maupun lewat rongga mulut. Sinusitis dentogen dapat mencapai 10% hingga 12%

dari seluruh kasus sinusitis maksilaris.1

Sinusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting sinusitis

kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang

atas, sehingga rongga sinus maksila hanya dipisahkan oleh tulang tipis dengan

akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas

seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah

menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe.2

Curiga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang

mengenai satu sisi dengan ingus purulen dan napas berbau busuk. Untuk

mengobati sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dirawat, dan

pemberian antibiotik yang mencakup bakteri anaerob. Seringkali perlu dilakukan

irigasi sinus maksila.2

1

Page 2: Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput

lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan

cairan atau kerusakan tulang di bawahnya, terutama pada daerah fossa kanina dan

menyebabkan sekret purulen, nafas bau, serta post nasal drip.1,3

Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus. Penyebab utamanya adalah

selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat

diikuti oleh infeksi bakteri.1,3

2.2 Anatomi Sinus Maksilaris

2

Page 3: Sinusitis Maksilaris Odontogen

Batas-batas dinding sinus maksilaris:1

a. Dinding anterior: permukaan fasial os maksila (fossa kanina)

b. Dinding posterior: permukaan infra-temporal maksila

c. Dinding medial: dinding lateral rongga hidung

d. Dinding superior: dasar orbita

e. Dinding inferior: prosesus alveolaris dan palatum

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus maksilaris antara

lain:1

a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

b. Sebagai penahan suhu

c. Membantu keseimbangan kepala

d. Membantu resonansi suara

e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

f. Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.

Ostium sinus maksilaris berada di sebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. Sepertiga tengah

dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus

maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini dinamakan kompleks

ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang

prosesus uncinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior

dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.1,3

2.3 Etiologi

Penyebab tersering sinusitis maksilaris odontogen adalah ekstraksi gigi

molar, biasanya molar pertama, dimana sepotong kecil tulang diantara akar gigi

molar dan sinus maksilaris ikut terangkat. Nathaniel Highmore yang

3

Page 4: Sinusitis Maksilaris Odontogen

mengemukakan tentang membran tulang tipis yang memisahkan gigi geligi dari

sinus pada tahun 1651, “Tulang yang membungkus antrum maksilaris dan

memisahkannya dengan soket gigi geligi terbalnya tidak melebihi kertas

pembungkus”.4

Infeksi gigi lain seperti abses apikal atau penyakit periodontal dapat

menimbulkan kondisi serupa. Gambaran bakteriologik sinusitis dentogen ini

didominasi terutama oleh infeksi bakteri gram negatif. Karena itulah infeksi ini

menyebabkan pus yang berbau busuk dan akibatnya timbul bau busuk dari

hidung.2,5

2.4 Patofisiologi

Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena

infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga

jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak. Pada pulpa yang terbuka, kuman akan

masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk gangren

pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium menyebabkan

periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses

periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar

menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila

sehingga memicu inflamasi mukosa sinus. Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus

serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus

sehingga terjadinya sinusitis maksila.2,4

Sinusitis dentogen dapat terjadi melalui dua cara:2,4

1. Infeksisi gigi yang kronis dapat menimbulkan jaringan granulasi di

dalam mukosa sinus maksilaris, hal ini akan menghambat gerakan

silia ke arah ostium, dan berarti menghalangi drainase sinus.

Gangguan drainase ini akan mengakibatkan sinus mudah

mengalami infeksi.

2. Kuman dapat menyebar secara langsung, hematogen, atau

limfogen dari granuloma apikal atau kantong periodontal gigi ke

sinus maksila.

4

Page 5: Sinusitis Maksilaris Odontogen

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala sinusitis maksilaris akut berupa demam, malaise, nyeri kepala,

wajah terasa bengkak dan penuh, gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak

(sewaktu naik atau turun tangga), nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk,

sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan berbau busuk.1,3

Gambaran klinis yang sering dijumpai pada sinusitis maksilaris kronik

berupa hidung tersumbat, sekret kental, cairan mengalir di belakang hidung,

hidung berbau, indra pembau berkurang, dan batuk.1,3

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Untuk anamnesis didaptkan gejala-gejala klinis sinusitis

maksilaris.1,3

Sedangkan untuk pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah:1,3

a) Inspeksi

Pemeriksaan yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada muka.

Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-

merahan mungkin menunjukan sinusitis maksilaris akut.

b) Palpasi

Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinusitis

maksilaris.

c) Transiluminasi

Pemeriksaan ini menunjukan adanya perbedaan sinus kanan dan kiri. Sinus yang

sakit akan tampak lebih gelap.

Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah:1,3

a) Pemeriksaan radiologi

Foto posisi waters tampak adanya edema mukosa dan cairan dalam sinus. Jika

cairan tidak penuh akan tampak gambaran air fluid level.

b) CT Scan

Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus maksilaris adalah

pemeriksaan CT scan. Potongan yang rutin dipakai adalah koronal.

5

Page 6: Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB III

PENATALAKSANAAN

1. Kausatif; atasi masalah gigi.2,4,5

2. Konservatif; medikamentosa: antibiotik, dekongestan, antihistamin,

kortikosteroid, dan irigasi sinus.1,2,3

3. Operatif. Beberapa macam tindakan bedah sinus yaitu antrostomimeatus

inferior, Cladwel-Luc, etmoidektomi intra dan ekstra nasal, trepanasi sinus

frontal, dan bedah sinus endoskopik fungsional. Bedah sinus endoskopik

fungsional (BSEF) merupakan perkembangan pesat dalam bedah sinus.

Teknik bedah ini pertamakali diajukan oleh Messerklinger dan

dipopulerkan oleh Stammberger dan Kennedy. BSEF adalah operasi pada

hidung dan sinus yang menggunakan endoskopi dengan tujuan

menormalkan kembali ventilasi sinus dan mucociliare clearance. Prinsip

BSEF adalah membuka dan membersihkan KOM sehingga drainase dan

ventilasi sinus secara alami.1,3

6

Page 7: Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB IV

KOMPLIKASI

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya

antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis

kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.2,5

1. Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan

mata. Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis

frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan

perkontinuitatum Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra,

selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita, dan selanjutnya dapat

terjadi trombosis sinus kavernosus.

2. Kelainan intrakranial, dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau

subdural, abses otak, dan trombosis sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa:2,4

1. Osteomielitis dan abses subperiosteal. Paling sering timbul akibat sinusitis

frontal dan biasnaya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus

maksila dapat timbul fistula oroantal atau fistula pada pipi.

2. Kelainan paru, seperti bronkitis kronik, dan bronkiekatsis. Adanya

kelainan sinus paranasal disertai kelainan paru disebut sinobronkitis.

Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar

dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.

7

Page 8: Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB V

KESIMPULAN

Sinusitis yang disebabkan oleh penyakit gigi geligi merupakan kasus yang

cukup banyak ditemukan, sekitar 10-12% dari kasus sinusitis maksilaris. Sinusitis

odontogen perlu dicurigai pada pasien dengan gejala sinusitis maksilaris yang

memiliki riwayat infeksi gigi geligi atau dento-alveolar surgery yang resisten

terhadap terapi sinusitis standard.

Diagnosis dilakukan berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Biasanya diagnosis sinusitis maksilaris dentogen

memerlukan pemeriksaan gigi geligi lengkap dan evaluasi klinis termasuk

pemeriksaan radiogram. Kausa terbanyak termasuk abses gigi dan penyakit

periodontal lainnya, perforasis sinus akibat ekstrasi gigi (kebanyakan molar), atau

infeksi sekunder yang disebabkan oleh benda asing intra antral.

Penatalaksanaannya meliputi mengatasi masalah gigi terapi

medikamentosa berupa antibiotik, dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid,

serta irigasi sinus, dan tindakan operatif.

8

Page 9: Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies LR, Adams GL. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran ECG; 1997.

2. Farhat. Peran Infeksi Gigi Rahang Atas pada Kejadian Sinusitis Maksila di

RSUP H.Adam Malik Medan. Dept. Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala,

dan Leher FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. 2006. p. 386-92.

3. Soepardi EA, Islandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan THT-KL. Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.

4. Mehra P, Murad H. Maxillary Sinus Disease of Odontogenic Origin.

Otolaryngologic Clinic of North America. 2004. p. 347-64.

5. Saragih AR. Rinosinusitis Dentogen. Dept. THT FK USU. Odentika

Dental Jurnal Vol.12 No.1; 2007. p. 81-4.

9