Upload
oktaniaputrikusnawan
View
636
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sirkumsisi
Citation preview
CLINICAL SCIENCE SESSIONSIRKUMSISI
Disusun untuk memenuhi tugas P3D SMF Ilmu Bedah
Disusun oleh :
KELOMPOK 7
AbdullahNurul Romadhona
Siti Rif’atiRaden Ganang IbnusantosaRisma Amalia Rahman
Nadila Ayu KarisaYanti Hiriyanti
Preceptor : : dr. Catur Setyo D., SPB., FINACS
SMF ILMU BEDAHPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNGRSUD AL ISLAM BANDUNG
2010
SIRKUMSISI
Sirkumsisi adalah membuang preputium penis, sehingga glans penis selalu
terbuka dan tidak ditutupi oleh preputium lagi.
Indikasi:
Phimosis atau paraphimosis
Infeksi glans penis (balanitis) rekurens
Adanya smegma
Kondiloma akuminata
indikasi lainnya yaitu untuk agama, sosial dan kebersihan.
Kontra indikasi:
Hipospadia
Epispadia
Kelainan darah
Hemofilia
Infeksi
Anatomi
Teknik sirkumsisi
1. Teknik guoletine, memotong preputium setelah dijepit dengan klem. Bahayanya
dapat memotong glans penis karena pemotongan tanpa membuka glans
2. Diseksi preputium / sleeve
3. Melalui dorsumsisi atau dorsal slit
4. Memakai alat seperti cincin, plastibel atau gomco
Metode Sirkumsisi
1. METODE KLASIK & DORSUMSISI
Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita temui di
daerah pedalaman. Alat yang digunakan adalah sebilah bambu tajam/pisau/silet.
Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu
tajam tersebut tanpa pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus
dengan kassa/verban sehingga metode ini paling cepat dibandingkan metode yang
lain. Cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak
dilakukan dengan benar dan steril. Metode Klasik kemudian disempurnakan
dengan metode Dorsumsisi.
Metode Dorsumsisi, sudah menggunakan peralatan medis standar dan
merupakan khitan klasik yang masih banyak dipakai sampai saat ini. Umumnya
bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan
melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal untuk mengurangi risiko
perdarahan.
Kelebihan:
- peralatan yang digunakan lebih murah dan sederhana
- proses memakan waktu cukup singkat
- biaya relatif lebih murah
- dapat digunakan untuk bayi/anak dibawah 3 tahun dimana pembuluh
darahnya masih kecil.
Kekurangan:
- risiko kepala (glan) terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika
sayatan dibawah klem koher
- mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang
- bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama
- risiko perdarahan tinggi apabila tanpa dilakukan penjahitan.
2. METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL
Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara
ini merupakan penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan metode
standar yang digunakan oleh banyak tenaga dokter maupun mantra (perawat).
Alat yang digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan membutuhkan
keahlian khusus untuk melakukan metode ini.
Kelebihan
- peralatannya sudah sesuai standar medis,
- menggunakan pembiusan local dan benang yang jadi daging,
- risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada.
- Metode ini cocok untuk semua kelompok umur,
- biayanya cukup terjangkau serta pilihan utama untuk pasien dengan
kelainan fimosis.
Kekurangan
- Membutuhkan keahlian khusus dari pengkhitan dan proses waktunya
antara 15-20 menit.
- Resiko glan terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan
dibawah koher.
- Proses memakan waktu cukup lama, kurang cocok untuk acara khitan
masal yang lagi marak terahir ini.
- Mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang
- Bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama
- Resiko pendarahan operasi relative sangat tinggi,demikian halnya paska
operasi.
Teknik khitan standar ( konvensional )
1. Tandai batas insisi 0.5 cm diatas corona.
2. Pasang klem pada jam 11, 1 dan 6 ditarik ke distal sampai teregang.
3. Urutlah glans seproksimal mungkin dan fiksasi glans dengan tangan kiri.
4. Jepit koher pada batas yang telah kita tandai dengan arah melintang miring
(sekitar 40 derajat) antara jam 12 dan 6 ( jam 6 lebih distal)
5. Yakinkan bahwa glans tidak terjepit.
6. Gunting / sayat dengan bisturi dibagian atas atau bawah koher.
7. Lepaskan koher dan munculkan kembali glans.
8. Rapikan sayatan terutama jika mukosa masih panjang
sirkumsisi taknik standar, konvensional.
Catatan :
Jika insisi dibawah koher, arah sisi tajam bisturi selalu menjauh dari glans penis.
3. METODE LONCENG
Metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat
erat sehingga bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darahnya tersumbat
yang mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai darah, lalu menjadi
nekrotik, mati dan nantinya terlepas sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang
cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa,
Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.
4. METODE KLAMP
Metode Klamp, ini memilik banyak variasi alat dan nama walaupun
perinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya
sekali pakai) kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan
penjahitan. Diantaranya adalah: Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone
Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp dan Smart Clamp. Di Indonesia sendiri yang
paling banyak berkembang adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart Clamp.
Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang
dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan
menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5
menit.
Kelebihan metoda ini adalah mudah dan aman dalam penggunaan, tidak
memerlukan penjahitan dan perban, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
pasien, perdarahan minimal bahkan bisa tidak berdarah,tidak sakit setelah khitan,
tanpa perawatan pasca khitan dan langsung pakai celana dalam dan celana
panjang.
A. Metode Smart Clamp
Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang
diperkenalkan sejak tahun 2001 di Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van
Baars. Alat smart klamp terdiri atas beberapa ukuran, mulai dari nomor 10, 13,
16, dan 21. Untuk bayi, alat yang dipakai nomor 10, sedangkan orang dewasa
nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp, yakni nilon dan
polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai. Tentu saja lebih aman dan
bebas dari penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan
perlindungan luka dengan sistem tertutup. Luka sayatan terkunci rapat, tidak
memungkinkan masuknya kuman atau mikroorganisme pengganggu.
Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter.
Setelah diberi anestesi lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan
dibebaskan dari perlengketan dengan gland penis. Batas kulit preputium yang
akan dibuang ditandai dengan spidol. Tabung smart klamp dimasukkan ke dalam
preputium hingga batas corona gland penis. Lalu, klamp pengunci dimasukkan
sesuai arah tabung dan diputar 90 derajat, hingga posisi smart klamp siap
terkunci. Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga
agar posisi saluran kencing tidak terhalang tabung. Berikutnya, adalah mengunci
klamp hingga terdengar bunyi “klik”. Sisi distal preputium dibuang menggunakan
pisau bisturi. Kemudian luka dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus
kasa steril. Hingga proses itu, sunat ala smart klamp selesai. Setelah lima hari,
smart klamp dilepas dokter atau perawat dengan teknik yang sangat mudah.
B. Gomco :
Klamp ini dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh Hiram S. Yellen,
M.D. dan Aaron Goldstein. Alat ini terdiri dari bel logam dan plat datar dengan
lubang di dalamnya untuk menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai.
Terdapat sebuah sekrup berbentuk lingkaran yang berfungsi memberikan tekanan.
C. Ismail Clamp :
Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya
hampir menyerupai alat klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme
penguncian dengan sistem sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini
sangat mudah tanpa harus merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk
anak-anak Q-Tan : Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem
sekrupnya terkunci mati (irreversible locking system) sehingga alat ini tidak
mungkin di daur ulang kembali karena pembukaan alat ini harus dengan dipotong.
Alat ini belum diproduksi secara massal dan masih merupakan prototype. Saat ini
masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat ini layak untuk digunakan
secara luas.
D. Sunathrone Clamp :
Sunathrone adalah metode sunat dengan kaedah terkini yang ditemukan
oleh Dr Mohammad Tasron Surat, dokter kelahiran Malaysia. Keistimewaan
Sunathrone ini adalah kerana praktis dan proses penyembuhannya lebih cepat.
Alat khitan sekali pakai ini akan tertanggal sendiri, serta tidak memerlukan
perawatan khusus. Setelah khitan dapat langsung memakai celana dan beraktivitas
tanpa rasa sakit.
E. Ali’s Clamp :
Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya
didesain miring dengan pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis.
5. METODE “LASER” ELEKTROKAUTERY
Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih
dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”. Penamaan ini sesungguhnya kurang tepat
karena alat yang digunakan samasekali tidak menggunakan Laser akan tetapi
menggunakan “elemen” yang dipanaskan. Alatnya berbentuk seperti pistol
dengan dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika
dialiri listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang memerah
tersebut digunakan untuk memotong kulup.
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah
menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3
tahun dimana pembuluh darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan
bau yang menyengat seperti “sate” serta dapat menyebabkan luka bakar, metode
ini membutuhkan energi listrik sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran
(kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi pasien maupun
operator.
Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional
itu sifatnya relatif karena tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai, proses
pengerjaanya dan kebersihan individu yang disunat.
6. METODE FLASHCUTTER
Metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery.
Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan
tajam. Flashcutter langsung dapat hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah
terdapat energi dari rechargeable battery buatan Matshusita Jepang.
Cara pemotongan pada khitan sama seperti mempergunakan pisau
bedah (digesek, diiris). Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan
sempurna, (tanpa pendarahan, dan dengan luka bakar sangat minimal).
Keuntungan.
Memotong sangat cepat sehingga terhindar risiko luka bakar
Proses lebih cepat, luka telah terobstruksi sehingga dapat meminimalisir resiko
pendarahan ( pada umumnya tiada pendarahan).
Meniadakan proses ligasi atau ikatan benang pada pendarahan, karena Flashcutter
telah dilengkapi probe bipolar penghenti pendarahan.
Pisau Flashcutter tidak perlu disterilisasi.
Kecil kemungkinan risiko glans terpotong.
Kerugian atau resiko :
Flashcutter merupakan perangkat ideal untuk khitan, hampir tanpa resiko atau
kerugian. Namun untuk pemula sebaiknya berlatih memotong kulit ayam lebih
dahulu sebelum mempergunakannya. Pemula kadangkala memutuskan mata
pisau, maka harus mempersiapkan mata pisau cadangan ( untuk tenaga yang
berpengalaman, 1 mata pisau dapat dipakai sampai lebih 300X insisi)
Risiko luka bakar (meskipun kecil kemungkinan) dapat pula terjadi jika operatornya
ceroboh atau tidak mangetahui tatacara operasi dengan Flashcutter. ( Baca buku
petunjuk pemakaian dan visualisasi VCD )
Perbedaan Flashcutter dan elektrokauter
Flashcutter Elektrokauter
1. Pisau halus dan tajam. 1. Pisau tumpul
2. Pisau memotong cepat (tidak membakar) 2. Pisau memotong lambat (membakar)
3.Bertenaga baterai (tidak berbahaya) 3.Bertenaga listrik (berbahaya)
4. Dapat dipakai sewaktu-waktu tanpa harus
menyiapkan kabel listrik (PLN)
4. Mutlak membutuhkan dan harus
menyiapkan kabel listrik (PLN)
5. Bebas untuk dipakai pada khitan masal, 1
alat dibawa keliling, cukup untuk 100 orang.
5. Untuk khitan masal membutuhkan banyak
alat, karena tertambat kabel listrik.
7. METODE LASER CO2
Istilah yang lebih tepat untuk “Khitan Laser” yang sesungguhnya adalah dengan
metode ini. Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya, di Jakarta.
Laser yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut tahapan sunat
dengan laser tersebut: Setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik, dan
dijepit dengan klem. Laser CO2 digunakan untuk memotong kulit yang berlebih.Setelah
klem dilepas,kulit telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun
keluar. Walaupun demikian kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan sempurna.
Dalam waktu 10-15 menit, sunat selesai. Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak
pra-pubertal, kelebihannya operasi cepat, perdarahan tidak ada/ sangat sedikit,
penyembuhan cepat, rasa sakit setelah terapi minimal, aman dan hasil secara estetik lebih
baik.. dan prosedur ini cocok untuk sunat yang dilakukan pada umur agak dewasa karena
rasa sakit, yang ditimbulkan oleh sunat cara operasi untuk orang sudah cukup berumur
lebih parah daripada jika dilakukan pada usia muda dan lukanya pun agak lama
sembuhnya. Kelemahan dari cara laser adalah masalah harga yang relatif mahal dan
hanya ada di Rumah Sakit besar.
Prosedur Siskumsisi
Persiapan
Setelah fisik dan mental dipersiapkan, informed consent didapat dari penderita
atau keluarganya, disiapkan alat-alat :
1. Sarung tangan steril 2 pasang
2. Kasa steril
3. Disinfektan, seperti povidone iodine
4. Klem untuk disinfeksi
5. Doek lubang steril
6. Spuit 2.5 atau 5 cc steril
7. Lidokain untuk anestesi infiltrasi
8. 2 atau 3 klem lurus
9. 2 atau klem arteri kecil
10. Sonde
11. Gunting jaringan
12. Gunting benang
13. Benang bedah yang cepat diserap, misalnya plain catgut 3/0 secukupnya
14. Jarum jahit cutting lengkungan ½ , atau lebih baik bila ada dengan jarum jahit a-
traumatic cutting
15. Needle holder
16. Pinset
Prosedur
1. Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan disinfeksi
2. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang steril
3. Lakukan anestesi infiltrasi subkutan dimulai dari pangkal penis melingkar. Bila
perlu tambahkan juga pada daerah preputium yang akan dipotong dan daerah
ventral.
4. Tunggu 3 – 5 menit dan yakinkan anestesi lokal sudah bekerja dengan
mencubitkan pinset
5. Bila didapati phimosis, lakukan dilatasi dengan klem pada lubang preputium,
lepaskan perlengketannya dengan glans memakai sonde atau klem sampai seluruh
glans bebas. Bila ada smegma, dibersihkan.
6. Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis median bagian dorsal dengan 2
klem lurus. Klem ketiga dipasang pada garis tengah ventral. Ketiga klem ini
dipergunakan sebagai patokan.
7. Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah (diantara dua klem) kira-kira ½
sampai 1 sentimeter dari sulks koronarius (dorsumsisi). Jepit kulit dan mukosa
yang telah dipotong dengan klem.
8. Lanjutkan memotong preputium melingkar ke kanan dan ke kiri. Makin ke
ventral kulit preputium yang dibuang makin sedikit, dan kedua potongan akan
bertemu pada klem yang dipasang pada ventral penis.
9. Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang disiapkan.
10. Setelah diyakini tidak ada perdarahan (biasanya perdarahan yang banyak ada di
frenulum) siap untuk dijahit.
11. Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12), dengan patokan klem yang terpasang dan
jahitan kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung banyaknya jahitan yang
diperlukan, selanjutnya jahitan dibuat melingkar pada jam 3, 9 dan seterusnya
12. Luka ditutup dengan kasa atau penutup luka lain, dan diplester. Lubang uretra
harus bebas dan sedapat mungkin tidak terkena urin.
Komplikasi
1. Penderita alergi terhadap obat anestesi lokal. Lebih sering pada prokain dan
jarang didapati pada lidokain. Seharusnya disiapkan pula obat untuk mengatasi
shock anaphilaktik
2. Perdarahan. Terutama pada frenulum, karenanya untuk mencegah perdarahan,
jahitan pada frenulum diyakinkan cukup adekwat. Perdarahan juga dapat terjadi
pada pada penderita dengan kelainan pembekuan darah.
3. Infeksi. Bila asepsis-antisepsis kurang diperhatikan, atau terkena urin.
4. Pengangkatan kulit preputium kurang adekwat, sehingga glans masih tertutup
kulit.
5. Pengangkatan kulit terlalu banyak, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
menjahit, tegang dan mempengaruhi penis sewaktu ereksi nantinya. Glans ikut
terpotong atau amputasi glans. Dengan dorsumsisi lebih dahulu, hampir tidak
pernah terjadi. Glans terpotong paling banyak didapati pada teknik guoletin,
karena tanpa membuka preputium terlebih dahulu.
Beberapa hal yang diperhatikan paska sirkumsisi :
1. Perdarahan seharusnya segera berhenti. Bila perdarahan masih terus
berlangsung, pastikan ke dokter bahwa hanya proses alamiah dari pembekuan
(pembentukan trombin-net) darah. Kadang keluar cairan tapi relatif bening,
bukan lagi merah.
2. Bila terjadi pembengkakan berlebihan. Kadang terbentuk cairan jaringan di
bekas luka, namun secara alamiah ini akan diserap tubuh. Bila terjadi
bendungan cairan besar, konsultasikan ke dokter.
3. Bila anak mengeluh nyeri sangat yang tidak bisa diatasi dengan pemberian
analgetik, konsultasikan ke dokter. Mungkin terjadi masih ada pembuluh
darah yang belum terligasi dengan sempurna, sehingga terjadi perdarahan di
dalam dan menimbulkan nyeri.
4. Pada hari-hari pertama setelah sirkumsisi, usahakan anak tidak bergerak terlalu
aktif.
5. Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk menghindari
gesekan.
6. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering.
7. Gunakan air bersih hangat untuk membersihkan daerah sekitar luka sunat.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun.