Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    1/111

    STUDI KELAYAKAN

    PENDIRIAN INDUSTRI SIRUP GLUKOSA DARI TAPIOKA

    DI PESANTREN RAUDLATUL ULUM, PATI

    YAHMAN FAOJI

    F34052280

    2009

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    2/111

    STUDI KELAYAKANPENDIRIAN INDUSTRI SIRUP GLUKOSA DARI TAPIOKA

    DI PESANTREN RAUDLATUL ULUM, PATI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIANpada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

    Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    YAHMAN FAOJI

    F34052280

    2009

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    3/111

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    STUDI KELAYAKAN

    PENDIRIAN INDUSTRI SIRUP GLUKOSA DARI TAPIOKA

    DI PESANTREN RAUDLATUL ULUM, PATI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIANpada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

    Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    YAHMAN FAOJI

    F34052280

    Dilahirkan pada 19 Agustus 1987

    di Pati

    Tanggal lulus : 7 Desember 2009

    Menyetujui,

    Bogor, Desember 2009

    Ir. M. Zein Nasution, M.App.Sc.Dosen Pembimbing

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    4/111

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan

    Pendirian Industri Sirup Glukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati

    adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan

    dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

    berasal atau dikutip dari karya penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

    dicantumkan dalam bagian daftar pustaka skripsi ini.

    Bogor, Desember 2009

    Yang membuat pernyataan,

    Yahman FaojiF34052280

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    5/111

    2005, penulis mela

    Pertanian, Fakultas

    Beasiswa Utusan D

    Departemen Agama

    Selama masa

    beberapa mata kulia

    (2007-2008), teknik

    di sejumlah organis

    Teknologi Industri

    Community of Santri

    dan Nasional, Perger

    Mahasiswa Nahdlat

    praktek lapangan dedan Pengawasan Mut

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Pati p

    1987 dari ayah Suparman dan Ib

    Penulis merupakan anak keemp

    bersaudara. Penulis menempuh pendid

    Negeri Kepoh (1993-1999) dan MI

    Kepoh (1995-1999), kemudian pen

    pendidikan menengah di MTs

    Guyangan, Pati (1999-2002) dan MA

    Guyangan, Pati (2002-2005). Setelah

    jutkan pendidikan S1 di Departemen Te

    eknologi Pertanian, Institut Pertanian Bo

    erah (BUD) Program Beasiswa Santri Ber

    I.

    kuliah, penulis aktif menjadi asisten praktik

    , yaitu mata kuliah fisika (2006-2007), pen

    ptimasi (2009), dan satuan operasi (2009).

    asi dan kepanitiaan, di antaranya Himpu

    (Himalogin), Ikatan Keluarga Mahasisw

    Scholars of Ministry of Religious Affairs (

    akan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) IP

    l Ulama (KMNU) IPB. Penulis melaks

    gan topik Mempelajari Aspek Teknologiu Produk Kacang Atom di PT Dua Kelinci,

    da 19 Agustus

    Siti Mukisah.

    t dari enam

    ikan dasar di SD

    Mabadiul Ulum

    lis melanjutkan

    audlatul Ulum

    Raudlatul Ulum

    lulus MA tahun

    nologi Industri

    or melalui jalur

    prestasi (PBSB)

    um dan responsi

    rapan komputer

    enulis juga aktif

    nan Mahasiswa

    Pati (IKMP),

    SS MoRA) IPB

    B, dan Keluarga

    nakan kegiatan

    Proses Produksiati.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    6/111

    YAHMAN FAOJI. F34052280. Studi Kelayakan Pendirian Industri SirupGlukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Di bawah bimbingan :M. Zein Nasution. 2009.

    RINGKASAN

    Kebutuhan gula Indonesia terus meningkat, sementara produksi dalamnegeri tidak mampu mengimbangi peningkatan konsumsi gula, sehingga impormenjadi pilihan. Nilai impor gula tebu pada 2007 mencapai US$1,040,194,362.00 dan pada 2008 mencapai US$ 366,289,858.00. Untukmengurangi impor gula, maka produksi gula dalam negeri perlu terus dipacu, disamping mencari alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula, di

    antaranya dengan mengembangkan gula dari pati. Di antara gula dari pati tersebut,sirup glukosa dan fruktosa mempunyai prospek paling baik untuk mensubstitusigula pasir. Sementara itu, kebutuhan glukosa di Indonesia juga terus meningkat,sedangkan produksi glukosa dalam negeri masih terbatas dan tidak bisa memenuhikebutuhan dalam negeri. Nilai impor glukosa Indonesia cukup tinggi. Pada tahun2008, nilai impor glukosa sebesar US$ 1,188,172.00 Kebutuhan sirup glukosaIndonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan industripenggunanya, yaitu industri makanan dan minuman, terutama industri sirup,minuman ringan, permen, biskuit, dan jeli. Bahan baku pembuatan sirup glukosa,terutama pati singkong atau tapioka masih tersedia melimpah di Indonesia.

    Adanya kebutuhan akan sirup glukosa dalam negeri yang belum terpenuhi,kebutuhan akan substitusi gula tebu yang semakin meningkat dan tidak terpenuhi,serta ketersediaan bahan baku sirup glukosa yang cukup melimpah merupakansuatu peluang untuk memproduksi sirup glukosa. Pasar sirup glukosa masihterbuka lebar.

    Pesantren Raudlatul Ulum merupakan salah satu pesantren yang terletak diKabupaten Pati, Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan salah satu daerahpenghasil tapioka. Di Kabupaten Pati, juga banyak berkembang industri makanandan minuman, baik skala kecil maupun besar. Hal ini merupakan suatu peluangbagi Pesantren Raudlatul Ulum untuk mengembangkan industri sirup glukosa.

    Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kelayakan pendirian industri sirup

    glukosa dari tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Ruang lingkup penelitianini meliputi studi kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, teknik danteknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan analisisfinansial.

    Industri sirup glukosa ini dibuat dengan kapasitas produksi 2 ton bahanbaku tapioka per hari. Bahan baku tapioka yang digunakan berasal dari parapengrajin tapioka yang tersebar di wilayah Kabupaten Pati. Berdasarkan data-dataproduksi tapioka yang ada di Kabupaten Pati, diperkirakan suplai bahan bakutapioka untuk industri ini masih mencukupi. Pada tahun 2008, produksi tapioka diKabupaten Pati mencapai 159,322 ton atau rata-rata produksi per hari adalah435.31 ton.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    7/111

    Potensi pasar produk sirup glukosa masih sangat besar mengingatkebutuhannya yang semakin meningkat dan kebutuhan substitusi gula pasir.Target pasar yang dituju adalah pasar industri yang berada di Propinsi JawaTengah, terutama di Kabupaten Pati.

    Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 3,934,348,750 yang terdiri daribiaya investasi tetap sebesar Rp 3,229,600,000.00 dan modal kerja sebesar Rp703,548,750.00. Debt equity ratio (DER) yang diguakan adalah 100 persen danasendiri dan nol persen dana pinjaman bank.

    Biaya per unit produk sirup glukosa ini sebesar Rp 4,769.00 per kg padakapasitas produksi 100 persen. Harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 6,500.00per kg. Dengan harga jual sebesar itu, profit yang diperoleh sebesar 36.30 persen.

    Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa industri sirup glukosa inilayak untuk didirikan. Nilai NPV industri ini sebesar Rp 1,850,007,524.00. NilaiIRR-nya sebesar 23.72 persen. Nilai net B/C-nya sebesar 1.47. Payback periodindustri ini adalah selama 3.98 tahun. Break even point (BEP) berada pada Rp

    1,755,237,065.00 atau pada tingkat produksi 270,036 kg. Akan tetapi, hasilanalisis sensitivitas menunjukkan industri sirup glukosa memiliki resiko yangcukup tinggi terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual.

    Hasil studi kelayakan pendirian industri sirup glukosa di PesantrenRaudlatul Ulum menunjukkan nilai kelayakan usaha yang positif. Akan tetapi,sistem pasokan bahan baku dan pengembangan pasar perlu terus dilakukan untukmenunjang keberlangsungan industri.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    8/111

    YAHMAN FAOJI. F34052280.A Feasibility Study of Establishment of GlucoseSyrup Industry from Tapioca at Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. UnderSupervisions : M. Zein Nasution. 2009.

    SUMMARY

    The demand of sugar in Indonesia that always increases, whereas domesticsugar production couldnt fulfill the demand of sugar, caused import became achoice. Cane sugar import value by 2007 reached US$ 1,040,194,362.00 and by2008 reached US$ 366,289,858.00. To reduce sugar import, the production ofsugar in Indonesia must be increased, beside looking for alternative sweetener assubstitution of cane sugar, in example by developing sugar from starch. Glucose

    syrup and fructose has the better prospect for substitution of cane sugar thananother sugars from starch. The demand of glucose in Indonesia also increases.Glucose production in Indonesia is still limited and cannot fulfill the domesticdemand. The glucose import value is high enough. In 2008, glucose import valueis equal to US$ 1,188,172.00. The demand of glucose syrup increases along withthe development of its industrial consumer, that is food and beverage industry,especially syrup, beverage, candies, biscuit, and jelly industries. Raw material ofglucose syrup, especially cassava starch or tapioca, is still available in highamount in Indonesia.

    The domestic demand of glucose syrup which has not fulfilled, the demandof substitution of cane sugar that always increases and not fulfilled, andavailability of glucose syrup raw material that is high enough are opportunity toproduce glucose syrup. Glucose syrup market is wide.

    Pesantren Raudlatul Ulum is one of pesantren which located in PatiDistrict, Central Java. Pati District is one of tapioca producer areas. In PatiDistrict, also grows many food and beverage industries, either small scale and alsobig. This is an opportunity for Pesantren Raudlatul Ulum to develop glucose syrupindustry.

    Purpose of this research is studying the feasibility of establishment ofglucose syrup industry from tapioca at Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Thisresearch scope covers feasibility study at market and marketing, technical and

    technology, management and organization, environmental and legality, andfinancial analysis aspects.

    This glucose syrup industry will be made with production capacity of 2tons tapioca as raw material per day. Tapioca that is applied comes from thetapioca industries which spread over in Pati District. Based on production data ofthe tapioca in Pati District, estimated that supply of tapioca as raw material forthis industry is still fulfilling. In 2008, tapioca production in Pati District reached159,322 tons or average of production per day is 435.31 tons.

    Glucose syrup potential market is still very big, based on its demand whichalways increases and the demand of cane sugar substitution. The market target ofthis industry is industrial market in Central Java Province, especially in Pati

    District.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    9/111

    Amount of investment that is required is equal to Rp 3,934,348,750,consisted of expense of permanent investment that is equal to Rp3,229,600,000.00 and circulating capital that is equal to Rp 703,548,750.00. Debtequity ratio (DER) is 100 percent own fund and zero percent bank loan fund.

    The cost per unit of this glucose syrup is equal to Rp 4,769.00 per kg at100 percent production capacity. Selling price that is specified is equal to Rp6,500.00 per kg. With this selling price, profit that will be obtained is equal to36.30 percent.

    Result of financial analysis indicates that this glucose syrup industry isfeasible to be build. The NPV of this industry is equal to Rp 1,850,007,524.00. ItsIRR value is equal to 23.72 percent. Its net B/C value is equal to 1.47. Paybackperiod of this industry is 3.98 years. Break even point (BEP) stays at Rp1,755,237,065.00 or at production rate 270,036 kg. However, result of sensitivityanalysis shows that this glucose syrup industry has high enough risk for theincreasing of the raw material price and the decreasing of selling price.

    Result of feasibility study of glucose syrup industry establishment atPesantren Raudlatul Ulum shows positive feasibility value. However, system ofraw material supply and market expansion must be improved to supportsustainability of this industry.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    10/111

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

    Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan kepada umat manusia.

    Skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Sirup

    Glukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Patiini disusun sebagai

    salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada

    Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

    Pertanian Bogor.

    Penulis menyadari bahwa kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan

    skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis

    ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Ir. M. Zein Nasution, M.App.Sc. selaku dosen pembimbing akademik atasbimbingan dan arahannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini,

    2. Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M. dan Dr. Ir. Titi Candra Sunarti, M.Si. selakudosen penguji yang telah memberikan masukan dan membantu dalam

    menyempurnakan skripsi ini,

    3. Pesantren Raudlatul Ulum, Badan Pusat Satatistik Kabupaten Pati, DinasPerindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati, Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kabupaten Pati, Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Departemen

    Pertanian RI, Departemen Perindustrian RI, dan instansi-instansi lain yang

    telah membantu penulis untuk memperoleh berbagai data yang diperlukan,

    4. Departemen Agama RI, atas segala bantuan, dukungan, dan motivasinya,5. Bapak, Ibu, Mas Mugi Iskandar, Mas Isdaryanto, Mbak Siti Puji Mustikawati,

    Adik Sofiah Yasinta, dan Adik Siti Heni Rohamna atas segala bantuan,

    dukungan, dan motivasinya,

    6. Mas Umar Ali Maruf, Dhita Umiyanti, atas segala bantuan, dukungan, danmotivasinya,

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    11/111

    iv

    7. teman-teman satu bimbingan; Dony Wahyudi dan Umi Reza Lestari, atassegala bantuan, dukungan, dan motivasinya,

    8. teman-teman Program Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama RI danteman-teman alumni Pesantren Raudlatul Ulum atas segala bantuan,

    dukungan, dan motivasinya,

    9. teman-teman TIN 42 atas segala bantuan, dukungan, dan motivasinya, dan10.pihak-pihak lain yang telah berjasa dan tidak dapat disebut satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi lebih

    tersempurnakannya skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat

    bagi para pembacanya. Terima kasih.

    Bogor, Desember 2009

    Penulis

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    12/111

    v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

    I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ....................................................................................... 1B. Tujuan ..................................................................................................... 4

    II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tapioka .................................................................................................. 5B. Sirup Glukosa .......................................................................................... 6C. Studi Kelayakan ...................................................................................... 9

    III. METODOLOGI

    A.Kerangka Pemikiran ............................................................................... 13B. Pendekatan Studi Kelayakan .................................................................. 13C. Metode Penelitian .................................................................................. 16

    IV. SEKILAS TENTANG PESANTREN RAUDLATUL ULUM DANKABUPATEN PATI

    A.Pesantren Raudlatul Ulum ..................................................................... 26B. Kabupaten Pati ....................................................................................... 27

    V. ANALISIS BAHAN BAKU

    A.Spesifikasi Bahan Baku .......................................................................... 30B. Ketersediaan Bahan Baku ..................................................................... 31

    VI. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN

    A. Potensi Pasar ............................................................................................ 34B. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar .................................. 37C. Strategi Bauran Pemasaran ..................................................................... 39

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    13/111

    vi

    VII. ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI

    A. Perencanaan Kapasitas Produksi ........................................................... 42B. Penentuan Lokasi Pabrik ........................................................................ 42C. Teknologi Proses Produksi .................................................................... 43D. Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik ... 51

    VIII. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI

    A. Kebutuhan Tenaga Kerja ........................................................................ 56B. Struktur Organisasi ................................................................................ 57C. Deskripsi Pekerjaan ................................................................................ 57

    IX. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITASA. Aspek Lingkungan ................................................................................ 60B. Aspek Legalitas ..................................................................................... 61

    X. ANALISIS FINANSIAL

    A. Asumsi-asumsi yang Digunakan ........................................................... 63B. Biaya Investasi ....................................................................................... 64C. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan ................................................ 65D. Harga dan Prakiraan Penerimaan 65E. Proyeksi Rugi Laba 66F. Proyeksi Arus Kas . 67G. Titik Impas (Break Even Point/BEP) .. 68H. Kriteria Kelayakan Investasi ... 69

    XI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 71B. Saran 72

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 76

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    14/111

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1. Data impor gula tebu pada 2003-2008 ............................................... 1

    Tabel 1.2. Data ekspor dan impor glukosa pada 2003-2008 .. 2

    Tabel 1.3. Data ekspor dan impor tapioka pada 2003-2008 ... 2

    Tabel 2.1. Standar mutu sirup glukosa menurut SNI 01-2978-1992 .. 7

    Tabel 4.1. Luas dan persentase penggunaan lahan sawah dan lahan bukansawah di Kabupaten Pati tahun 2007 .. 28

    Tabel 4.2. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Patitahun 2001 2007 .. 29

    Tabel 5.1. Standar mutu tapioka menurut SNI 01-3451-1994 ... 31

    Tabel 5.2. Perkembangan jumlah industri dan produksi tapioka di KabupatenPati 32

    Tabel 5.3. Penyebaran wilayah produksi dan jumlah produksi tapioka diKabupaten Pati . 32

    Tabel 5.4. Luas panen, produksi, dan produktifitas singkong di Kabupaten Pati 33

    Tabel 6.1. Data ekspor-impor glukosa di Indonesia .. 34

    Tabel 6.2. Data proyeksi surplus/defisit gula tahun 2006-2008 . 35

    Tabel 6.3. Data industri/usaha makanan dan minuman pengguna gula atauglukosa terdaftar di Kabupaten Pati . 36

    Tabel 6.4. Data sebaran industri/usaha makanan dan minuman pengguna gulaatau glukosa terdaftar di beberapa kecamatan di Kabupaten Pati . 36

    Tabel 6.5. Perbandingan Perbandingan tingkat kemanisan antara gula pasir(sukrosa) dan sirup glukosa 41

    Tabel 7.1. Kebutuhan luas ruang industri sirup glukosa 54

    Tabel 8.1. Kebutuhan dan kualifikasi tenaga kerja 56

    Tabel 10.1. Komponen biaya investasi tetap . 64

    Tabel 10.2. Komponen biaya modal kerja . 65

    Tabel 10.4. Harga dan prakiraan penerimaan 66

    Tabel 10.5. Proyeksi rugi laba 67

    Tabel 10.6. Proyeksi arus kas . 67

    Tabel 10.7. Analisis sensitivitas industri sirup glukosa . 70

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    15/111

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa ........................................... 6

    Gambar 3.1. Kerangka pemikiran penelitian . 14

    Gambar 3.2. Diagram alir tahapan persiapan rencana investasi proyek . 15

    Gambar 3.3. Alir proses analisis pasar dan pemasaran .. 17

    Gambar 3.4. Alir proses analisis aspek teknik dan teknologi 18

    Gambar 3.5. Alir analisis aspek manajemen dan organisasi . 22

    Gambar 7.1. Teknologi proses produksi sirup glukosa .. 45

    Gambar 7.2. Neraca massa produksi sirup glukosa 49

    Gambar 7.3. Neraca energi produksi sirup glukosa .. 50

    Gambar 7.4. Bagan keterkaitan antaraktivitas industri sirup glukosa 52

    Gambar 7.5. Diagram keterkaitan antaraktivitas industri sirup glukosa 53

    Gambar 7.6. Site plan industri sirup glukosa . 55

    Gambar 8.1. Struktur organisasi industri sirup glukosa 57

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    16/111

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Asumsi-asumsi untuk Analisis Finansial ........................................ 77

    Lampiran 2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan . 78

    Lampiran 3. Penghitungan Kebutuhan Energi 79

    Lampiran 4. Perincian Kebutuhan Investasi . 83

    Lampiran 5. Komposisi Modal Kerja . 85

    Lampiran 6. Penyusutan dan Biaya Operasional 87

    Lampiran 7. Rekapitulasi Produksi 88

    Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba 89

    Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas . 90

    Lampiran 10. Kriteria Kelayakan Investasi 91

    Lampiran 11. Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Harga Bahan Baku TapiokaSebesar 22.40% Menjadi Rp 4,529.00 per kg .. 92

    Lampiran 12. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Produk Sebesar10.70% Menjadi Rp 5,804.00 per kg . 93

    Lampiran 13. Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Suku Bunga Menjadi

    23.72% . 94

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    17/111

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangKebutuhan gula Indonesia terus meningkat, sementara produksi dalam

    negeri tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan gula tersebut, sehingga

    impor menjadi pilihan. Nilai impor gula tebu pada 2007 mencapai US$

    1,040,194,362.00 dan pada 2008 mencapai US$ 366,289,858.00. Ironisnya, harga

    gula impor terkadang lebih murah dibandingkan dengan gula produksi dalam

    negeri. Dalam situasi seperti ini, gula produksi dalam negeri menjadi sulit

    dipasarkan tanpa kebijakan yang mampu melindunginya dari serbuan gula impor.

    Impor gula Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.

    Tabel 1.1. Data impor gula tebu pada 2003-2008

    Tahun Jumlah Impor (US$)

    2003 215,776,347

    2004 262,813,810

    2005 546,846,630

    2006 564,229,0592007 1,040,194,362

    2008 366,289,858

    Sumber : Badan Pusat Statistik, Diolah DepartemenPerdagangan RI (2009)

    Produksi gula dalam negeri perlu terus dipacu untuk mengurangi impor

    gula, di samping mencari alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula.

    Gula alternatif yang sekarang sudah digunakan antara lain adalah gula siklamat

    yang merupakan gula sintetis, serta gula dari pati seperti sirup glukosa dan

    fruktosa. Gula dari pati mempunyai rasa dan kemanisan hampir sama dengan gula

    tebu (sukrosa), bahkan ada yang lebih manis. Gula tersebut dibuat dari bahan

    berpati seperti ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan pati jagung. Semua bahan tersebut

    melimpah di Indonesia. Di antara beberapa jenis gula dari pati, sirup glukosa dan

    fruktosa mempunyai prospek paling baik untuk mensubstitusi gula pasir.

    Kebutuhan glukosa di Indonesia terus meningkat, sedangkan produksi

    glukosa dalam negeri masih terbatas dan tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    18/111

    2

    negeri. Nilai impor sirup glukosa Indonesia masih cukup tinggi dan menunjukkan

    adanya kenaikan dari tahun ke tahun. Kebutuhan sirup glukosa Indonesia semakin

    meningkat seiring dengan perkembangan industri penggunanya, yaitu industri

    makanan dan minuman, terutama industri sirup, minuman ringan, permen, biskuit,

    dan jeli. Data impor sirup glukosa dapat dilihat pada Tabel 1.2.

    Tabel 1.2. Data ekspor dan impor glukosa pada 2003-2008

    TahunEkspor Impor

    Bobot (kg) Nilai (US$) Bobot (kg) Nilai (US$)

    2003 270 3,042 456,401 311,663

    2004 1,857 4,448 2,785,795 1,035,894

    2005 11,070 16,336 4,404,286 1,659,1652006 3,118 5,438 14,077 27,743

    2007 100 158 2,682,312 1,471,589

    2008 2,086 3,630 1,795,170 1,188,172

    Sumber : Departemen Perindustrian RI (2009)

    Bahan baku pembuatan sirup glukosa, terutama pati singkong atau tapioka

    masih tersedia melimpah di Indonesia. Indonesia dalam beberapa tahun

    melakukan ekspor tapioka. Data ekspor tapioka Indonesia dapat dilihat pada Tabel

    1.3.

    Tabel 1.3. Data ekspor dan impor tapioka pada 2003-2008

    TahunEkspor Impor

    Bobot (kg) Nilai (US$) Bobot (kg) Nilai (US$)

    2003 16,071,768 1,893,691 6,123,791 1,039,139

    2004 64,534,576 8,826,266 500,583 168,485

    2005 39,848,839 5,963,178 462,395 183,389

    2006 13,181,546 3,041,565 333,644 135,653

    2007 10,720,484 3,791,560 232,511 90,836

    2008 4,911,509 2,267,185 455,688 295,596

    Sumber : Departemen Perindustrian RI (2009)

    Adanya kebutuhan akan sirup glukosa dalam negeri yang belum terpenuhi,

    kebutuhan akan substitusi gula tebu yang semakin meningkat dan tidak terpenuhi,

    serta ketersediaan bahan baku sirup glukosa yang cukup melimpah merupakan

    suatu peluang untuk memproduksi sirup glukosa. Pasar produk sirup glukosa ini

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    19/111

    3

    masih terbuka lebar dan persaingan belum ketat. Oleh karena itu, peluang untuk

    memasuki pasar sirup glukosa masih terbuka lebar.

    Pesantren merupakan suatu institusi pendidikan Islam yang sudah lama

    tumbuh dan berkembang di Indonesia. Dalam perjalanannya, pesantren

    memerlukan suatu penopang perekonomian pesantren untuk bisa tumbuh dan

    berkembang dengan pesat. Pengembangan sektor pertanian dan pengolahan hasil

    pertanian (agroindustri) di pesantren merupakan salah satu alternatif untuk

    mengembangkan sektor perekonomian pesantren, mengingat sebagian besar

    pesantren terletak di wilayah pedesaan yang merupakan basis pertanian.

    Pesantren Raudlatul Ulum merupakan salah satu pesantren yang terletak di

    Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil.

    Kabupaten Pati merupakan salah satu daerah penghasil tapioka. Salah satu sentra

    penghasil tapioka di Kabupaten Pati terletak di Kecamatan Margoyoso yang

    merupakan tetangga Kecamatan Trangkil yang letaknya tidak jauh dari Pesantren

    Raudlatul Ulum. Di Kabupaten Pati, juga banyak berkembang industri makanan

    dan minuman, baik skala kecil maupun besar. Hal ini merupakan suatu peluang

    bagi Pesantren Raudlatul Ulum untuk mengembangkan industri sirup glukosa.

    Teknologi pembuatan sirup glukosa juga tidak terlalu rumit. Produksidapat dibuat dalam skala besar maupun kecil. Skala produksi yang dipilih dapat

    disesuaikan dengan kemampuan investasi modal pesantren. Selain itu,

    pengembangan sirup glukosa di Pesantren Raudlatul Ulum ini dapat memberikan

    beberapa keuntungan, baik bagi pesantren maupun masyarakat, seperti

    keuntungan ekonomi yang dapat menopang pengembangan pesantren,

    mengangkat nama pesantren, menciptakan lapangan kerja, dan menggairahkan

    perekonomian masyarakat.Studi kelayakan merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis dan

    mendalam atas setiap faktor yang memiliki pengaruh terhadap kemungkinan

    proyek mencapai sukses. Semua data, fakta, dan berbagai pendapat yang

    dikemukakan dalam studi kelayakan tersebut akan menjadi dasar dalam

    pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan,

    dibatalkan, atau direvisi (Soeharto, 2000). Untuk melakukan pendirian industri

    sirup glukosa di Pesantren Raudlatul Ulum ini, diperlukan adanya studi kelayakan

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    20/111

    4

    pada beberapa aspek pendirian industri, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknik

    dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan analisis

    finansial.

    B. TujuanTujuan penelitian ini adalah mengkaji kelayakan pendirian industri sirup

    glukosa dari tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati dari aspek pasar dan

    pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan

    legalitas, dan analisis finansial.

    C. Ruang LingkupRuang lingkup penelitian ini meliputi studi kelayakan pada aspek pasar

    dan pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan

    legalitas, dan analisis finansial.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    21/111

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. TapiokaTapioka atau pati singkong merupakan pati yang dihasilkan dari umbi ubi

    kayu atau singkong (Manihot utilissima). Pati tapioka diperoleh dengan cara

    mengekstraknya dari singkong dengan menggunakan air, kemudian diendapkan

    dan dikeringkan.

    Menurut Balagopalan et al. (1988), beberapa karakteristik tapioka di

    antaranya adalah sebagai berikut.

    Bila proses pembuatannya tepat, tapioka berwarna putih. Berkurangnyatingkat keputihan akan mempengaruhi kualitas dan harga.

    pH normal tapioka adalah 6.3 sampai 6.5. Standar pH tapioka bervariasi. TheIndian Standard Institution (ISI) mengizinkan kisaran pH antara 4.7-7 untuk

    pati yang digunakan untuk pangan, sedangkan Tapioca Institute lebih ketat

    dengan menetapkan standar sebesar 4.5-6.5.

    Ukuran granula tapioka adalah 5-40 m. Kandungan amilosa tapioka sebesar 16-18 persen. Suhu gelatinisasi tapioka berkisar antara 58.5 oC sampai 70 oC. Tapioka tidak beraroma, sehinga dapat digunakan untuk berbagai keperluan di

    antaranya kosmetik dan makanan.

    Tapioka tidak berasa. Tidak adanya rasa dan after taste (seperti pada jagungmisalnya) membuat tapioka cocok digunakan pada produk sepertipuddingdan

    pie.

    Saat dimasak, tapioka akan menjadi pasta yang jernih sehingga cocok untukdikombinasikan dengan berbagai pewarna.

    Perbandingan kadar amilopekin dan amilosa pada tapioka yang sebesar 80:20menyebabkan tapioka memiliki titik viskositas yang tinggi yang sangat

    berguna untuk berbagai aplikasi.

    Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik.

    Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai

    karbonnya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    22/111

    6

    dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa

    dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.

    Amilosa dapat dideskripsikan sebagai molekul linier yang merupakan

    rangkaian dari sejumlah besar unit glukosa yang berikatan -(1,4)-glikosidik

    (Manners, 1979). Amilopektin adalah polimer berantai cabang dengan ikatan -

    (1,4)-glikosidik dan ikatan -(1,6)-glikosidik di tempat percabangannya. Setiap

    cabang terdiri atas 25-30 unit D-glukosa (Smith dalam Leneback dan Imlet,

    1982). Hidrolisis amilosa menghasilkan maltosa, glukosa, dan oligosakarida

    lainnya (Alais dan Linden, 1991).

    Tapioka dapat digunakan untuk membuat berbagai produk turunan pati,

    seperti pati termodifikasi dan produk hidrolisat pati. Contoh produk pati

    termodifikasi adalah pati pregelatinisasi, pirodekstrin, dan heat-moisture treated

    starch. Contoh produk hidrolisat pati adalah sirup glukosa, maltodekstrin, sirup

    fruktosa, dan sirup maltosa.

    B. Sirup GlukosaSirup glukosa merupakan nama dagang dari larutan hidrolisis pati.

    Hidrolisis dapat dilakukan dengan bantuan asam atau dengan enzim pada waktu,suhu, dan pH tertentu (Tjokroadikoesoemo, 1986).

    Definisi sirup glukosa menurut SNI 01-2978-1992 yaitu cairan kental dan

    jernih dengan komponen utama glukosa, yang diperoleh dari hidrolisis pati

    dengan cara kimia atau enzimatik. Proses hidrolisis pati menjadi molekul glukosa

    dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    (C6H10O5)n+ n H2O n C6H12O6Pati katalis dan panas glukosa

    Gambar 2.1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa

    Kualitas sirup glukosa ditentukan berdasarkan nilai dextrose equivalent

    (DE) atau derajat kemanisan. Menurut Maiden (1970), DE adalah kandungan gula

    pereduksi yang dinyatakan sebagai persen dekstrosa terhadap padatan kering. DE

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    23/111

    7

    tidak menyatakan kandungan glukosa yang sebenarnya dari produk tetapi

    berhubungan dengan kandungan gula pereduksi dari semua jenis gula yang

    terdapat dalam produk. Menurut Tjokroadikoesoemo (1986), sirup glukosa di

    dalam perdagangan dibedakan berdasarkan nilai DE yang terdiri atas empat tipe,

    yaitu tipe I (DE 20-38), tipe II (DE 38-58), tipe III (DE 58-73), dan tipe IV

    (DE>73).

    Derajat polimerisasi (DP) juga digunakan sebagai parameter pada

    penentuan mutu sirup glukosa. DP menunjukkan jumlah unit glukosa sebagai

    komponen individual dalam sirup. DP 1 = dekstrosa (1 unit), DP 2 = maltosa (2

    unit), dan DP 3 = maltotriosa (3 unit) (Dziedzic dan Kearsley, 1984).

    Tabel 2.1. Standar mutu sirup glukosa menurut SNI 01-2978-1992

    No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1 Keadaan

    1.1 Bau1.2 Rasa1.3 Warna

    Tidak berbauManisTidak berwarna

    2 Air % b/b Maks. 20

    3 Abu % b/b Maks. 1

    4 Gula pereduksi dihitung sebagaiD-Glukosa % b/b Min. 30

    5 Pati Tidak ada

    6 Cemaran Logam :6.1 Timbal6.2 Tembaga6.3 Seng

    ppmppmppm

    Maks. 1Maks. 10Maks. 25

    7 Arsen ppm Maks. 0,5

    8 Cemaran mikroba :8.1 Angka lempeng total8.2 Bakteri coliform

    8.3E. coli8.4 Kapang8.5 Khamir

    Koloni/gAPM/g

    APM/gKoloni/gKoloni/g

    Maks. 5 x 102

    Maks. 20

    Kurang dari 3Maks. 50Maks. 50

    Sumber : Pusat Standardisasi Industri Departemen Perindustrian (1992)

    Hidrolisis asam merupakan proses pemecahan pati secara acak yang tidak

    dipengaruhi oleh keberadaan ikatan -1,6-D-glukosidik. Menurut Wurzburg

    (1986), hidrolisis dengan asam akan lebih sensitif pada ikatan -1,4-D-glukosidik

    dibanding ikatan -1,6-D-glukosidik. Namun struktur linear dengan ikatan -(1,4)

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    24/111

    8

    terdapat pada bagian kristalin. Bagian ini tersusun dengan sangat rapat sehinga

    sangat sukar dimasuki air dan atau asam, akibatnya akan lebih tahan terhadap

    asam. Bagian amorf walaupun tersusun oleh ikatan -(1,6) merupakan daerah

    yang kurang padat, amorf, dan mudah dimasuki air sehingga akan memudahkan

    penetrasi dan hidrolisis asam terhadap granula pati.

    Proses hidrolisis asam lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan

    hdrolisis enzim karena peralatan yang digunakan tidak terlalu rumit, namun

    pembuatan sirup glukosa dengan cara ini juga menimbulkan beberapa masalah.

    Peralatan yang diperlukan harus tahan korosi. Sirup yang dihasilkan mempunyai

    nilai kemanisan yang rendah karena nilai ekuivalen dekstrosanya rendah.

    Peningkatan ekuivalen dekstrosa di samping terjadi degradasi karbohidrat, juga

    terjadi rekombinasi produk degradasi yang dapat mempengaruhi warna dan rasa

    (Berghmans, 1981).

    Menurut Wilbraham dan Matta (1992), hidrolisis berarti suatu pembelahan

    molekul dalam air. Jika molekul terbelah, hidrogen dari air melekat pada salah

    satu produk, sedangkan OH pada produk lainnya. Hidrolisis gula yang termasuk

    rumit dilakukan dengan memanaskan larutan karbohidrat dengan air dan sedikit

    katalis asam.Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dibandingkan

    hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer

    pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak,

    sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada

    percabangan tertentu (Norman, 1981).

    Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yaitu prosesnya lebih

    spesifik dan produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Kondisiproses yang dapat dikontrol, biaya pemurnian yang lebih murah, produk samping

    dan abu yang dihasilkan lebih sedikit, dan kerusakan warna yang dapat

    diminimalkan merupakan keunggulan proses enzimatis ini (Norman, 1981).

    Pembuatan sirup glukosa dengan hidrolisis enzim terdiri atas tiga tahapan

    dalam mengonversi pati, yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi.

    Gelatinisasi merupakan pembentukan suspensi kental granula pati. Likuifikasi

    merupakan proses hidrolisis pati parsial yang ditandai dengan menurunnya

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    25/111

    9

    viskositas (Chaplin dan Buckle, 1990). Likuifikasi menghasilkan oligosakarida.

    Sakarifikasi merupakan proses dimana oligosakarida sebagai hasil dari tahap

    likuifikasi dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim tunggal atau enzim campuran

    menjadi glukosa.

    C. Studi KelayakanKadariah et al. (1999) dan Sutojo (1983) menyebutkan bahwa kajian

    terhadap keadaan dan prospek suatu pabrik dilakukan atas aspek-aspek tertentu

    yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek

    pemasaran, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Umar (2005) menambahkan

    bahwa kajian terhadap keadaan dan prospek suatu pabrik juga memerlukan

    analisis terhadap aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek sosial dan ekonomi.

    Aspek-aspek tersebut biasanya dianalisis dengan teknik-teknik tertentu dengan

    mempertimbangkan manfaat bagi industri tersebut.

    1. Aspek Pasar dan PemasaranAspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan,

    penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat

    dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan(Husnan dan Muhammad, 2000).

    Studi pasar dan pemasaran dapat dikatakan merupakan darah daging

    setiap studi kelayakan. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisis pasar

    bersifat menentukan karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari

    hasil analisis pasar (Simarmata, 1992).

    Sutojo (1983) menyebutkan bahwa dalam mengkaji aspek pasar dan

    pemasaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. Bagaimana produk tersebut dalam masa kehidupannya di pasar dewasa ini. Berapa permintaan produk di masa lampau dan sekarang, bagaimana

    komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan

    perkembangan permintaan.

    Bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapapersen dari permintaan dapat diambil.

    Bagaimana kemungkinan adanya persaingan.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    26/111

    10

    Kegunaan dari analisis pasar adalah menentukan besar, sifat, dan

    pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, deskripsi tentang

    produk dan harga jual, situasi pasar dan adanya persaingan, berbagai faktor yang

    ada pengaruhnya terhadap pemasaran produk, dan program pemasaran yang

    sesuai untuk produk (Edris, 1993).

    2. Aspek Teknik dan TeknologiAspek teknis dan teknologi merupakan salah satu aspek penting bagi

    proyek karena merupakan jawaban dari pertanyaan dapat tidaknya produk tersebut

    dibuat. Hal ini sangat dirasakan jika bidang usaha yang digunakan bersifat

    manufacturingatau poros intinya adalah teknologi (Simarmata, 1992).

    Sutojo (1983) menyebutkan bahwa evaluasi aspek teknis dan teknologi

    meliputi hal-hal sebagai berikut.

    Penentuan lokasi proyek, yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan,baik untuk pertimbangan lokasi maupun lahan proyek. Peubah-peubah yang

    perlu diperhatikan antara lain iklim dan keadaan tanah, fasilitas transportasi,

    ketersediaan tenaga kerja, tenaga listrik dan air, keadaan dan sikap

    masyarakat, dan rencana masa depan perusahaan untuk perluasan.

    Penentuan kapasitas produksi ekonomis yang merupakan volume atau jumlahsatuan produk yang dihasilkan selama waktu tertentu.

    Pemilihan teknologi yang tepat yang dipengaruhi oleh kemungkinanpengadaan tenaga ahli, bahan baku dan bahan pembantu, kondisi alam dan

    lainnya tergantung proyek yang didirikan.

    Penentuan proses produksi yang akan dilakukan dan tata letak pabrik yangdipilih, termasuk tata letak bangunan dan fasilitas lain.

    3. Aspek Manajemen dan OrganisasiAriyoto (1990) menyatakan bahwa manajemen merupakan cara mencapai

    tujuan dari sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal),

    mesin dan peralatan, personil (tenaga kerja) dan material. Umar (2005)

    menyatakan bahwa tujuan kajian aspek manajemen adalah mengetahui apakah

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    27/111

    11

    pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan

    dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya.

    Aspek manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan

    manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi,

    pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2005).

    Manajemen operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,

    struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang

    digunakan, anggota direksi, dan tenaga-tenaga lainnya (Husnan dan Muhammad,

    2000).

    4. Aspek LegalitasAspek legaitas penting karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah

    laku badan usaha. Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha

    diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah

    satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha

    adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki karena dapat dikatakan bahwa izin

    usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990).

    Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridisatau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan

    digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan.

    5. Aspek LingkunganUmar (2005) menyebutkan bahwa kajian aspek lingkungan hidup

    bertujuan menentukan dapat dilaksanaknnya industri secara layak atau tidak dari

    segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antaralain peraturan dan perundang-undangan analisis mengenai dampak lingkungan

    (amdal) dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses

    pengelolaan dampak lingkungan.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    28/111

    12

    6. Aspek FinansialEvaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana

    yang diperlukan. Selain itu juga dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana

    yang menguntungkan (Djamin, 1984).

    Dari aspek finansial dapat diperoleh gambaran tentang struktur

    permodalan bagi perusahaan yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk

    dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi.

    Secara umum, biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi dan biaya modal

    kerja. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana

    tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan, serta

    apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).

    Menurut Gray et al. (1993), dalam rangka mencari ukuran yang

    menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan atas pengurutan suatu

    proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi.

    Kriteria investasi yang digunakan adalah break even point (BEP), net present

    value(NPV), internal rate of return(IRR), net benefit cost ratio,payback period,

    dan analisis sensitivitas. Selain itu diperlukan perhitungan biaya investasi dan

    kebutuhan modal kerja (Behrens dan Hawranek, 1991).

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    29/111

    III. METODOLOGI

    A. Kerangka PemikiranPengembangan industri sirup glukosa harus mempertimbangkan beberapa

    faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran, analisis ketersediaan bahan baku,

    analisis teknis dan teknologis, analisis manajemen operasi dan organisasi, analisis

    legalitas, analisis lingkungan, dan analisis finansial. Hasil dari analisis-analisis

    tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan-permasalahan yang

    mungkin ada, sehingga dapat disusun rekomendasi pengembangannya.

    Teknik yang dilakukan dalam melakukan studi kelayakan industri sirup

    glukosa ini adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, baik data primer

    maupun sekunder. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dihitung

    perincian biaya investasinya. Sebelum perincian biaya, terlebih dahulu ditentukan

    asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan antara lain umur

    ekonomis proyek, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, jumlah produk

    yang terjual, dan sebagainya. Alir kerangka pemikiran sebagai langkah-langkah

    penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

    B. Pendekatan Studi KelayakanPendekatan studi kelayakan dilakukan untuk memecahkan masalah

    pendirian industri sirup glukosa. Djamin (1984) menyatakan bahwa pendekatan

    studi kelayakan terdiri atas lima tahap, yaitu tahap identifikasi (brainstorming),

    tahap seleksi awal (pre-selection), tahap pengujian (appraisals feasibility studies),

    tahap evaluasi, dan tahap penyusunan laporan (reporting). Diagram tahapanproses persiapan suatu rencana investasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.2.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    30/111

    14

    Gambar 3.1. Kerangka pemikiran penelitian

    Selesai

    Penyusunan laporan

    Analisis finansial Penentuan asumsi Sumber dana dan struktur pembiayaan Biaya investasi Proyeksi rugi laba Proyeksi arus kas PBP, IRR, NPV, B/C Ratio, BEP Analisis sensitivitas

    Analisis lingkungan dan legalitas Analisis dampak lingkungan Peraturan pemerintah Perizinan

    Analisis manajemen dan organisasi Struktur organisasi Deskripsi kerja Spesifikasi kerja Kebutuhan tenaga kerja

    Analisis teknik dan teknologi Ketersediaan bahan baku Penentuan kapasitas produksi dan lokasi Pemilihan teknologi proses dan mesin dan peralatan Neraca massa dan energi Perencanaan tata letak

    Analisis pasar dan pemasaran

    Identifikasi potensi pasar Segmenting, targetting, positioning, marketing mix

    Tabulasi data

    Datacukup?

    Pengumpulan data (primer dan sekunder)

    Studi pustaka, mempelajari deskripsi produkdan industri

    Mulai

    Survei

    lapang

    Tidak

    Ya

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    31/111

    15

    Gambar 3.2. Diagram alir tahapan persiapan rencana investasi proyek(Djamin, 1984)

    Selesai

    Pelaporan

    Pelaksanaan investasi

    Ke utusan

    Eksternalitas

    Rangking dari studikelayakan

    Kriteria terukurKriteria tidak terukur

    Evaluasi kriteria

    Alternatif kelayakan

    Analisisfinansial

    Analisisteknis

    Analisispasar

    Studi kelayakan

    (+)Dilakukan analisis lanjut

    (-)Tidak dilanjutkan/batal

    Proposal studi kelayakan

    Pertemuan informasi

    CBA

    Pengumpulan informasi

    Menetapkan tujuan

    Konsep

    Diperlukanprastudi

    kelayakan

    Hasil

    (+) (-)

    Ya

    TidakSelesai

    Tahap

    identifikasi

    Tahap seleksi

    awal

    Tahap

    pengujian

    Tahapevaluasi

    Tahap penyusunan

    laporan (reporting)

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    32/111

    16

    C. Metode PenelitianTahapan yang harus dilakukan pada studi kelayakan ini adalah melakukan

    analisis masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan

    kelayakan industri tersebut yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan

    teknologi, aspek manajemen operasi dan organisasi, aspek lingkungan dan

    legalitas, dan aspek finansial. Metode studi kelayakan ini terdiri dari pengumpulan

    data dan analisis data.

    1. Pengumpulan DataData dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek

    yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu analisis industri. Data yang

    dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari

    wawancara dan survei lapangan. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait serta

    para pakar bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Survei lapangan dilakukan

    untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai aspek ketersediaan bahan baku

    dan pasar. Data sekunder diperoleh dari laporan, artikel, jurnal, data statistik dari

    instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya.

    2. Analisis DataAnalisis yang dilakukan meliputi analisis pasar dan pemasaran, teknik dan

    teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan finansial.

    Analisis data dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu analisis secara

    kualitatif dan kuantitatif.

    a.

    Analisis Pasar dan PemasaranAspek-aspek yang dikaji pada analisis pasar dan pemasaran meliputi

    analisis potensi pasar dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar

    tersebut. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan

    kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh.

    Setelah diketahui potensi pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi

    pemasaran, di antaranya dengan segmentasi (segmenting), penentuan target pasar

    (targetting), dan penentuan posisi di pasar (positioning), serta bauran pemasaran

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    33/111

    17

    (marketing mix). Langkah-langkah dalam analisis pasar dan pemasaran ini dapat

    dilihat pada Gambar 3.3.

    Gambar 3.3. Alir proses analisis pasar dan pemasaran

    b. Analisis Teknik dan TeknologiAnalisis teknik dan teknologi meliputi ketersediaan bahan baku, penentuan

    kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan,

    neraca massa dan energi, dan perencanaan tata letak, kebutuhan luas ruang

    produksi, dan site plantdari pabrik tersebut. Alir proses analisis aspek teknik dan

    teknologi dapat dilihat pada Gambar 3.4.

    Selesai

    Penentuan strategi bauran pemasaran

    Penentuan strategi pembentukan danpengembangan pasar

    Analisis potensi pasar sirup glukosa

    Datacukup?

    Pencarian data

    Mulai

    Tidak

    Ya

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    34/111

    18

    Gambar 3.4. Alir proses analisis aspek teknik dan teknologi

    Ketersediaan bahan baku dianalisis dengan melihat data produksi tapioka,

    penggunaan tapioka, dan ekspor tapioka. Jika kebutuhan bahan baku tidak

    terpenuhi, maka dilakukan pencarian terhadap bahan baku lain yang bisa

    digunakan.

    Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan memperhatikanketersediaan bahan baku, pasar, dan kemampuan investasi. Ketiga komponen

    tersebut dianalisis sehingga didapatkan kapasitas produksi industri sirup glukosa

    ini.

    Pemilihan jenis teknologi dan proses produksi didasarkan pada kemudahan

    proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan

    ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa

    disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing

    Selesai

    Penyusunan tata letak pabrik

    Penyusunan diagram keterkaitan antaraktivitas, kebutuhanluas ruang produksi, jumlah mesin, dan jumlah operator

    Penyusunan neraca massa dan energi

    Pemilihan teknologi proses, mesin,

    dan peralatan

    Penentuan kapasitas produksi

    Penentuan lokasi pabrik

    Bahan bakucukup?

    Pencarian data bahan baku

    Mulai

    Tidak

    Ya

    Penentuan alternatif

    bahan baku

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    35/111

    19

    komponen bahan pada setiap proses. Neraca energi disusun untuk melihat

    kesetimbangan energi di setiap proses dan keseluruhan proses serta menghitung

    jumlah energi yang dibutuhkan pada setiap proses dan keseluruhan proses.

    Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan

    antaraktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area.

    Untuk menganalisis keterkaitan antaraktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan

    aktivitas. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai berikut.

    A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harussaling berdekatan dan bersebelahan.

    E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harusbersebelahan.

    I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan. O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling

    berdekatan.

    U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dantidak saling mengikat.

    X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus salingberjauhan atau tidak boleh saling berdekatan.

    Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak

    bagan keterkaitan antaraktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan

    hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi.

    Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan,

    catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan

    pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan

    yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan,

    pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan

    informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan

    penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada bagan keterkaitan

    antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam

    kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antaraktivitas.

    Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antaraktivitas

    adalah sebagai berikut.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    36/111

    20

    1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan

    pelayanan.

    3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, danlainnya.

    4. Menentukan faktor atau subfaktor mana yang menunjukkan keterkaitan(produksi, pekerja, dan aliran informasi).

    5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antaraktivitas.6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan

    keterkaitan antaraktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga

    diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan.

    7. Memasukkan derajat hubungan antaraktivitas di dalam kotak yang tersedia.Bagan keterkaitan antaraktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih

    lanjut menjadi diagram keterkaitan antaraktivitas. Berikut ini tahapan proses

    pembuatan diagram keterkaitan antaraktivitas.

    1. Mendaftar semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitanantaraktivitas.

    2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antaraktivitas pada sisipojok dan tengah setiap templatet kegiatan diagram keterkaitan antaraktivitas

    untuk menunjukkan derajat kedekatan antaraktivitas.

    3. Melanjutkan prosedur untuk setiap templateyang tersedia sampai keseluruhankegiatan tercatat.

    4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkanyang A terlebih dahulu, kemudian E, dan seterusnya.

    5.

    Menggambarkan pola aliran sementara.Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan

    peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta

    jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.

    Menurut Machfud dan Agung (1990), berdasarkan tingkat produksi yang

    telah ditentukan pada pemilihan teknologi proses, maka dapat ditentukan berapa

    jumlah mesin yang dibutuhkan pada setiap tahapan proses produksi. Untuk

    menghitung kebutuhan jumlah mesin tersebut, efisiensi operasi mesin dan waktu

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    37/111

    21

    baku produksi untuk setiap operasi perlu diketahui. Jumlah mesin yang

    dibutuhkan (Mj) dapat dihitung dengan formula berikut.

    Pij = tingkat produksi yang diinginkan untuk produk jenis ke-i pada

    mesin tipe j, diukur dalam satuan keluaran per periode produksi.

    Tij = waktu produksi untuk produk jenis ke-i pada mesin tipe j diukur

    dalam jam per unit.

    Cij = jumlah jam dalam periode produksi yang tersedia untuk

    memproduksi produk ke-i pada mesin tipe j.

    Mj = jumlah mesin tipe j yang dibutuhkan per periode produksi.

    n = jumlah jenis produk.

    Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan

    peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta

    jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi. Metode yang

    digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi adalah metode pusat

    produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk

    mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi.

    c. Analisis Manajemen dan OrganisasiKajian terhadap manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk

    perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, dan

    deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir analisis manajemen dan organisasi ini dapat

    dilihat pada Gambar 3.5.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    38/111

    22

    Gambar 3.5. Alir analisis aspek manajemen dan organisasi

    d. Analisis Lingkungan dan LegalitasAnalisis lingkungan meliputi sejauh mana keadaan lingkungan dapat

    menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan,

    seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar, serta analisis mengenai

    dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pendirian industri ini. Analisis

    legalitas meliputi mekanisme perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

    e. Analisis FinansialKriteria-kriteria yang digunakan dalam analisis finansial meliputi net

    present value, internal rate of return, net benefit cost ratio, break even point,payback period, dan analisis sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk

    melihat kelayakan industri secara finansial.

    1. Net Present Value(NPV)Net present value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara

    nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional

    maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu

    Selesai

    Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasikerja, dan kebutuhan tenaga kerja

    Menentukan bentuk usaha yang dipilih

    Mempertimbangkan :

    Data perkiraan investasi yang diperlukan daripenggunaan mesin dan bahan baku

    Data kapasitas produksi Teknologi proses yang digunakan

    Menentukan tujuan perusahaan

    Mulai

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    39/111

    23

    (Husnan dan Muhammad, 2000 dan Hernanto, 1991). Menurut Gray et al.(1993),

    formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.

    dengan Bt = keuntungan pada tahun ke-t

    Ct = biaya pada tahun ke-t

    i = tingkat suku bunga (%)

    t = periode investasi (t = 0,1,2,3,,n)

    n = umur ekonomis proyek

    Proyek dianggap layak dan dapat dijalankan apabila NPV > 0. Jika NPV 0 dan proyek layak

    dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak

    dijalankan (Kadariah et al., 1999).

    4. Break Even Point(BEP), danPayback Period(PBP)Break even point atau titik impas merupakan titik di mana total biaya

    produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat

    produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler

    (1993), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada

    rumus berikut.

    Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan

    untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran

    , untuk Bt-Ct > 0

    , untuk Bt-Ct < 0

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    41/111

    25

    investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai

    berikut.

    dengan n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt- Ct negatif

    yang terakhir (tahun)

    m = nilai kumulatif Bt- Ct negatif yang terakhir (Rp)

    Bn = benefit bruto pada tahun ke-n (Rp)

    Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

    5. Analisis SensitivitasAnalisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan

    parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila

    nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat

    terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi

    pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila

    terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi,

    maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur

    yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam

    aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya

    pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga

    pinjaman (Soeharto, 2000).

    Analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang

    mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa

    mendatang. Suatu proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan

    utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek,

    kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger, 1986).

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    42/111

    IV. SEKILAS TENTANG PESANTREN RAUDLATUL ULUMDAN KABUPATEN PATI

    A. Pesantren Raudlatul UlumPesantren Raudlatul Ulum yang berlokasi di Desa Guyangan, Kecamatan

    Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah didirikan oleh Al Maghfurulah K. H.

    Suyuthi Abdul Qodir pada awal tahun 1950. Sejak awal berdirinya, pesantren ini

    terus menerus mengalami dinamika perkembangan dari hanya memiliki belasan

    santri hingga memiliki + 3.200 santri pada tahun ajaran 2008/2009 dan dari hanya

    memiliki sarana prasarana pendidikan yang amat sederhana hingga prasarana yang

    cukup representatif.

    Pesantren Raudlatul Ulum mengelola beberapa unit pendidikan dengan

    berbagai jenjang. Unit-unit pendiikan di lingkungan Pesantren Raudlatul Ulum

    antara lain adalah sebagai berikut.

    1. TK/RA (Raudlatul Athfal) Raudlatul Ulum.2. Madrasah Ibtidaiyah ( MI) Raudlatul Ulum.3. Madrasah Diniyah Raudlatul Ulum, yang terdiri dari:

    Madrasah Diniyah Tsanawiyah (MDTs) dan Madrasah Diniyah Persiapan Aliyah (MDPA)

    4. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Raudlatul Ulum, dengan status terakreditasi ADepartemen Agama dan muadalah(disamakan) dengan Al Azhar Cairo

    Mesir.

    5. Madrasah Aliyah (MA) Raudlatul Ulum, dengan status dengan statusterakreditasi A Departemen Agama dan muadalah(disamakan) dengan Al

    Azhar Cairo Mesir.

    Selain mengelola unit-unit pendidikan, Pesantren Raudlatul Ulum juga

    mengelola unit-unit perekonomian untuk menunjang pengelolaan pendidikan di

    Pesantren Raudlatul Ulum. Unit-unit usaha yang sudah dimiliki oleh Pesantren

    Raudlatul Ulum adalah koperasi pesantren Raudlatul Ulum, pertokoan, unit

    simpan pinjam, jasa telekomunikasi, jasa internet, budidaya perikanan (tambak),

    konveksi dan bordir, dan rumah sakit.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    43/111

    27

    B. Kabupaten PatiKabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian

    timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif kabupaten Pati mempunyai

    luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan,

    1,106 dukuh serta 1,474 RW dan 7,524 RT.

    Kabupaten Pati, dari segi letaknya, merupakan daerah yang strategis di

    bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta

    sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan

    masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan

    dan penggalian, dan pariwisata. Dari data yang diperoleh, potensi utama

    kabupaten ini adalah pada sektor pertanian. Potensi pertanian cukup besar

    meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan

    perikanan. Kondisi alam, letak geografis, dan peninggalan sejarah merupakan

    potensi bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati seperti Waduk

    Gunungrowo, Goa Pancur, dan lainlain.

    Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten atau kota

    di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 1100, 50 - 1110, 15 bujur timur

    dan 60

    , 25

    70

    ,00

    lintang selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Pati adalahsebagai berikut.

    Sebelah utara : dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa.

    Sebelah barat : dibatasi wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.

    Sebelah selatan : dibatasi wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora.

    Sebelah timur : dibatasi wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa.

    Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dari58,348 ha lahan sawah dan 92,020 ha lahan bukan sawah. Penggunaan lahan di

    Kabupaten Pati secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    44/111

    28

    Tabel 4.1. Luas dan persentase penggunaan lahan sawah dan lahan bukan sawahdi Kabupaten Pati tahun 2007 (Ha)

    Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

    1. Lahan Sawah 58,348 38.771.1. Pengairan Teknis 18,150 12.07

    1.2. Pengairan I/2 Teknis 8,871 5.90

    1.3. Pengairan sederhana 7,092 4.721.4. Pengairan Desa / Non P.U 1,981 1.321.5. Tadah Hujan 22,162 14.741.6.

    Pasang Surut - 0.00

    1.7. Lainnya 92 0.062. Lahan Bukan Sawah 92,020 61.20

    2.1. Rumah dan Pekarangan 28,730 19.112.2. Tegal 27,129 18.042.3. Padang Rumput 2 0.002.4. Hutan rakyat 1,667 1.112.5. Hutan Negara 17,866 11.882.6. Perkebunan 2,249 1.502.7. Rawa rawa 19 0.012.8. Tambak 10,931 7.272.9. Kolam 90 0.062.10.Tanah Lainnya 3,337 2.22

    Jumlah 150,368 100.00Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati dalam Patidalam Angka (2008)

    Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Jumlah

    penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel

    4.2.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    45/111

    29

    Tabel 4.2. Jumlah penduduk dan pertumbuhan pendudukdi Kabupaten Pati tahun 2001 2007

    TahunJumlah Penduduk Pertumbuhan

    Penduduk (%)Laki-laki Perempuan Jumlah2007 615,780 632,101 1,247,881 0.38

    2006 613,628 629,579 1,243,207 1.45

    2005 604,927 620,496 1,225,423 0.54

    2004 600,700 617,567 1,218,267 0.79

    2003 596,598 612,116 1,208,714 -

    2002 585,265 602,337 1,187,602 0.58

    2001 581,960 598,776 1,180,736 0.70

    Sumber: Pati dalam Angka (2008)

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    46/111

    V. ANALISIS BAHAN BAKU

    A. Spesifikasi Bahan BakuBahan baku utama yang digunakan dalam industri sirup glukosa ini adalah

    tapioka kasar. Tapioka jenis ini banyak dihasilkan oleh industri tapioka di

    Kabupaten Pati. Pusat produksi tapioka di Kabupaten Pati terletak di Kecamatan

    Margoyoso yang letaknya tidak jauh dari lokasi industri ini. Penggunaan tapioka

    kasar ini didasarkan pada faktor harga yang berhubungan dengan pembiayaan.

    Harga tapioka kasar lebih murah daripada tapioka yang sudah dihaluskan.

    Tapioka kasar ini didapatkan dengan membeli langsung kepada produsen

    tapioka di pusat-pusat pengolahan tapioka. Karena jarak antara pusat pengolahan

    tapioka dan lokasi industri ini berdekatan, maka biaya transportasi pengangkutan

    bahan baku juga menjadi relatif kecil.

    Tapioka yang digunakan dari produsen tapioka dapat berupa tapioka yang

    sudah dikeringkan maupun yang belum dikeringkan (tapioka basah). Tapioka

    yang sudah dikeringkan dapat disimpan dalam waktu lama, namun biasanya pada

    musim penghujan, para produsen tapioka tidak dapat menghasilkan tapioka kering

    karena pengeringan yang dilakukan masih mengandalkan sinar matahari, sehingga

    pada saat itu, industri ini dapat menggunakan tapioka basah sebagai bahan baku.

    Dalam penggunaan tapioka basah, penyediaan bahan baku harus direncanakan

    dengan baik karena umur simpannya yang jauh lebih pendek daripada tapioka

    kering. Menurut Jati (2007), waktu maksimal penyimpanan tapioka basah adalah

    empat hari, karena biasanya setelah waktu tersebut, tapioka akan mengeluarkan

    bau, dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi mutu dari produk yang akan

    dihasilkan.

    Bahan baku tapioka yang digunakan dalam industri ini harus memenuhi

    standar mutu agar didapatkan kualitas produk yang baik. Standar mutu tapioka

    sesuai dengan SNI 01-3451-1994 adalah seperti pada Tabel 5.1.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    47/111

    31

    Tabel 5.1. Standar mutu tapioka menurut SNI 01-3451-1994

    No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1 E.coli Koloni/g Maks. 10

    2 Kapang Koloni/g Maks. 10 000

    3 Raksa mg/kg Maks. 0.05

    4 Arsen mg/kg Maks. 0.5

    5 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1000 000

    6 Timbal mg/kg Maks. 1

    7 Tembaga mg/kg Maks. 10

    8 Seng mg/kg Maks. 40

    9 Derajat putih % Min. 94.5

    10 Kekentalan Engler 3-4

    11 Derajat asamml 1N

    NaOH/100 gMaks. 3

    12 Kadar air % (b/b) maks. 1513 Kadar abu % (b/b) Maks. 0.6

    14 Serat dan benda asing % (b/b) Maks. 0.6

    Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1994)

    Bahan baku penunjang yang digunakan adalah air, enzim -amilase, enzim

    glukoamilase, larutan HCl 30%, larutan NaOH 30%, dan arang aktif. Spesifikasi

    bahan penunjang tersebut disesuaikan dengan yang ada di pasaran.

    B. Ketersediaan Bahan BakuKabupaten Pati merupakan salah satu daerah penghasil tapioka di

    Indonesia. Kabupaten Pati memiliki cukup banyak industri tapioka baik skala

    kecil maupun menengah. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan

    Kabupaten Pati tahun 2008, sampai tahun 2008, jumlah industri tapioka terdaftar

    di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati adalah 109 industri

    dengan berbagai skala produksi. Dari jumlah tersebut, jika ditambahkan dengan

    industri tapioka yang belum terdaftar, tentu jumlahnya kan lebih besar. Jumlah

    industri tapioka ini selalu mengalami peningkatan setiap tahun karena banyaknya

    minat investasi masyarakat Kabupaten Pati di industri tapioka ini. Kapasitas

    produksi industri tapioka ini bervariasi dari 240 ton per tahun sampai 7,500 ton

    per tahun. Pada tahun 2008, produksi tapioka di Kabupaten Pati mencapai

    159,322 ton atau rata-rata produksi per hari adalah 435.31 ton. Perkembangan

    jumlah industri dan produksi tapioka di Kabupaten Pati selama delapan tahun

    terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.2.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    48/111

    32

    Tabel 5.2. Perkembangan jumlah industri dan produksitapioka di Kabupaten Pati

    Tahun Jumlah Industri Produksi per Tahun (Ton)

    2001 51 80,061

    2002 59 92,291

    2003 73 118,991

    2004 80 127,441

    2005 83 132,741

    2006 88 140,681

    2007 94 144,703

    2008 109 159,322

    Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenPati (2001-2008)

    Industri tapioka di Kabupaten Pati tersebar di beberapa kecamatan.

    Industri tapioka paling banyak terdapat di Kecamatan Margoyoso, kemudian

    disusul oleh Kecamatan Trangkil. Pada 2008, jumlah industri tapioka terdaftar di

    Kecamatan Margoyoso sebanyak 80 industri dengan produksi sebesar 116,950 ton

    dan di Kecamatan Trangkil sebanyak 24 industri dengan produksi sebesar 34,322

    ton. Penyebaran wilayah produksi dan jumlah produksi tapioka di Kabupaten Pati

    dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.

    Tabel 5.3. Penyebaran wilayah produksi dan jumlah produksi tapiokadi Kabupaten Pati

    Kecamatan Jumlah Industri Jumlah Produksi per Tahun (Ton)

    Margoyoso 80 116,950

    Trangkil 24 34,322

    Tayu 1 1,200

    Tlogowungu 1 1,850

    Pati 1 3,000

    Sukolilo 1 600

    Cluwak 1 1,400

    Jumlah 109 159,322Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati (2001-2008)

    Tapioka merupakan hasil olahan dari singkong. Oleh karena itu, untuk

    mengetahui tingkat keamanan ketersediaan tapioka di Kabupaten Pati, sangatlah

    perlu untuk melihat data produksi singkong di Kabupaten Pati. Kabupaten Pati

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    49/111

    33

    merupakan penghasil singkong yang cukup besar. Data luas panen, produksi, dan

    produktifitas singkong di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 5.4.

    Tabel 5.4. Luas panen, produksi, dan produktifitas singkong di Kabupaten Pati

    Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

    1998 11,669 288,912 24.76

    1999 12,161 310,962 25.57

    2000 11,450 274,174 23.95

    2001 13,851 317,177 22.90

    2002 15,123 224,575 14.85

    2003 11,620 242,792 20.89

    2004 18,259 397,498 21.77

    2005 12,726 361,838 28.432006 14,020 364,255 25.98

    2007 11,595 228,004 19.66

    Sumber: Pati dalam Angka (2002-2008)

    Selama sepuluh tahun terakhir, rata-rata luas panen, produksi, dan

    produktifitas singkong di Kabupaten Pati berturut-turut adalah sebesar 13,247 ha,

    301,019 ton, dan 23.00 ton/ha. Dengan produksi sebesar itu, diperkirakan bahwa

    produksi singkong yang ada saat ini masih cukup aman untuk memenuhi

    kebutuhan bahan baku.

    Air yang digunakan oleh industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua,

    yaitu air untuk bahan baku produksi dan air untuk sanitasi. Air untuk sanitasi

    diperoleh dari air tanah. Air untuk bahan baku produksi diperoleh dari PDAM.

    Kebutuhan air untuk produksi per hari adalah 3800 liter atau 3.8 m3.

    Bahan baku penunjang lain yang digunakan adalah enzim -amilase,

    enzim glukoamilase, larutan HCl 30%, larutan NaOH 30%, dan arang aktif.

    Bahan-bahan ini banyak tersedia di pasaran, sehingga mudah diperoleh dan dapat

    terjamin ketersediaannya.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    50/111

    VI. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN

    A. Potensi PasarSirup glukosa banyak dibutuhkan oleh berbagai industri makanan dan

    minuman. Sirup glukosa lebih banyak dipilih sebagai pemanis dibandingkan gula

    pasir karena sifatnya yang stabil dan tidak mudah mengkristal, sehingga produk

    yang dihasilkan lebih baik. Selain itu, sirup glukosa juga dapat dikonsumsi secara

    langsung sebagai pengganti gula pasir.

    Sampai saat ini, kebutuhan sirup glukosa Indonesia masih banyak yang

    dipenuhi dari impor. Impor glukosa di Indonesia pada tahun 2008 mencapai

    1,795,170 kg dengan nilai US$ 1,188,172. Tabel 6.1 memperlihatkan

    perkembangan ekspor dan impor glukosa di Indonesia.

    Tabel 6.1. Data ekspor-impor glukosa di Indonesia

    TahunEkspor Impor

    Bobot (kg) Nilai (US$) Bobot (kg) Nilai (US$)

    2003 270 3,042 456,401 311,663

    2004 1,857 4,448 2,785,795 1,035,894

    2005 11,070 16,336 4,404,286 1,659,165

    2006 3,118 5,438 14,077 27,743

    2007 100 158 2,682,312 1,471,589

    2008 2,086 3,630 1,795,170 1,188,172

    Sumber : Departemen Perindustrian (2009)

    Sirup glukosa sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi belum banyak

    diproduksi di Indonesia, dan masih mengandalkan pasokan impor. Kebutuhansirup glukosa semakin lama semakin meningkat seiring dengan semakin tumbuh

    pesatnya industri makanan dan minuman di Indonesia. Beberapa tahun terakhir,

    sirup glukosa sudah banyak diproduksi di dalam negeri. Akan tetapi, produksi

    dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang makin

    meningkat sehingga nilai impor masih cukup tinggi. Dengan demikian, industri

    sirup glukosa ini masih prospektif untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan

    dalam negeri yang terus meningkat dan nilai impor yang masih cukup tinggi.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    51/111

    35

    Kebutuhan gula pasir dalam negeri juga semakin meningkat. Produksi gula

    dalam negeri sekarang ini tidak mampu memenuhi permintaan yang semakin

    meningkat, sehingga dilakukan impor gula. Peningkatan permintaan gula ini

    sebagian besar didorong dari peningkatan tingkat konsumsi gula masyarakat,

    peningkatan jumlah penduduk, dan berkembangnya industri makanan dan

    minuman. Untuk itu, sirup glukosa ini dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti

    gula pasir, baik untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri maupun

    konsumsi rumah tangga.

    Tabel 6.2. Data Proyeksi Surplus/Defisit Gula Tahun 2006-2008

    Tahun Penawaran (ton) Permintaan (ton) Surplus/Defisit (ton)2006 2,357,219 2,598,831 -241,612

    2007 2,478,016 2,629,258 -151,242

    2008 2,605,002 2,660,041 -55,039

    Sumber : Departemen Pertanian (2006)

    Kabupaten Pati memiliki industri makanan dan minuman yang cukup

    banyak dengan berbagai skala produksi. Pada 2008, industri makanan dan

    minuman pengguna gula atau glukosa yang sudah terdaftar di Dinas Perindustrian

    dan Perdagangan Kabupaten Pati berjumlah 81 industri dengan berbagai skala.

    Industri-industri ini dapat dijadikan target pemasaran produk sirup glukosa di

    Kabupaten Pati.

    Tabel 6.3 menunjukkan jumlah industri makanan dan minuman terdaftar di

    Kabupaten Pati, jumlah produksi, dan asumsi jumlah penggunaan gula pada

    industri-industri tersebut. Asumsi penggunaan gula pada industri-industri tersebut

    adalah sebesar 8,883,231 kg per tahun. Jika diasumsikan 35 persen dari

    pengunaan gula tersebut disubstitusi dengan sirup glukosa, maka asumsi jumlah

    penggunaan sirup glukosa pada industri-industri tersebut adalah sebesar 3,109,131

    kg per tahun. Dengan kapasitas produksi yang ditetapkan, yaitu 2 ton bahan baku

    tapioka per hari atau 2,480 kg sirup glukosa per hari, maka jumlah produk sirup

    glukosa yang dapat ditawarkan di pasar adalah sebesar 744,000 kg sirup glukosa

    per tahun atau sebesar 24 persen dari asumsi penggunaan sirup glukosa dari

    industri-industri tersebut.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    52/111

    36

    Tabel 6.3. Data Industri/Usaha Makanan dan Minuman Pengguna Gulaatau Glukosa Terdaftar di Kabupaten Pati

    Jenis ProduksiJumlahUsaha

    JumlahProduksi (kg)

    AsumsiPenggunaan

    Gula (kg)

    1)

    Es lilin 2 141,000 28,200

    Kecap 26 3,358,550 1,679,275

    Kue basah 1 370 148

    Makanan dari coklat dan kembang gula 1 3,000 1,800

    Makanan ringan 5 28,114,000 5,622,800

    Minuman ringan 15 2,285,600 457,120

    Nata de coco 3 89,650 17,930

    Roti dan sejenisnya 24 1,627,894 651,158

    Sirup 4 708,000 424,800

    Jumlah 81 36,328,064 8,883,2311)Asumsi didasarkan pada rata-rata komposisi gula pada setiap produk

    Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati (2001-2008)

    Industri makanan dan minuman pengguna gula atau glukosa di Kabupaten

    Pati tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Industri terbanyak berada di

    Kecamatan Pati dan Juwana. Sebaran industri tersebut dapat dilihat pada Tabel

    6.4.

    Tabel 6.4. Data Sebaran Industri/Usaha Makanan dan Minuman Pengguna Gulaatau Glukosa Terdaftar di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Pati

    Kecamatan Jumlah Usaha

    Batangan 1

    Dukuhseti 2

    Gembong 1

    Jakenan 2

    Juwana 14

    Margorejo 5

    Margoyoso 7Pati 25

    Pucakwangi 2

    Sukolilo 3

    Tayu 8

    Tlogowungu 1

    Trangkil 6

    Wedarijaksa 4

    Jumlah 81Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati (2001-2008)

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    53/111

    37

    B. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar1. Segmentasi

    Produk sirup glukosa merupakan produk yang banyak dibutuhkan oleh

    industri dan juga dapat digunakan untuk keperluan individu atau rumah tangga.

    Sirup glukosa banyak digunakan sebagai pemanis pengganti gua pasir atau

    digunakan untuk campuran gula pasir. Sebagai pemanis, sirup glukosa memiliki

    beberapa kelebihan, yaitu harganya yang lebih murah, tidak perlu dilarutkan, dan

    tidak mengkristal, sehingga banyak industri yang lebih memilih menggunakan

    sirup glukosa daripada gula pasir.

    Segmentasi pasar produk ini berdasarkan jenis konsumennya adalah

    konsumen industri dan konsumen rumah tangga. Konsumen industri

    menggunakan sirup glukosa sebagai bahan baku produksi dalam industri tersebut.

    Konsumen industri produk sirup glukosa ini meliputi berbagai industri makanan

    dan minuman pengguna gula, termasuk juga industri atau usaha mikro, kecil dan

    menengah pengguna gula. Konsumen rumah tangga menggunakan sirup glukosa

    ini sebagai pengganti gula pasir yang selama ini biasa dikonsumsi. Segmentasi

    pasar produk ini berdasarkan aspek geografis adalah daerah Kabupaten Pati,

    Propinsi Jawa Tengah, Pulau Jawa, pasar nasional dan pasar ekspor.Segmen pasar yang dituju produk ini adalah segmen pasar industri,

    terutama industri atau usaha mikro, kecil, dan menengah di Propinsi Jawa Tengah,

    khususnya di Kabupaten Pati. Pemilihan segmen ini didasarkan pada jarak daerah

    pemasaran dari pabrik, kemudahan promosi dan pendistribusian, dan

    penyederhanaan rantai pasokan. Segmen pasar ini akan diperluas seiring dengan

    perkembangan perusahaan.

    2. TargettingTarget pasar produk ini, berdasarkan aspek geografis, difokuskan pada

    daerah Propinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Pati. Untuk selanjutnya,

    target pasar produk ini ditingkatkan untuk daerah Jawa. Target pasar ini juga akan

    selalu diperluas seiring dengan perkembangan perusahaan.

    Target pasar produk ini, berdasarkan jenis konsumennya, adalah pasar

    konsumen industri. Pasar industri meliputi berbagai industri makanan dan

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    54/111

    38

    minuman pengguna gula, termasuk juga industri atau usaha mikro, kecil dan

    menengah pengguna gula. Industri-industri ini memang membutuhkan sirup

    glukosa sebagai bahan baku produksinya.

    Target pasar yang bisa diraih didasarkan pada jumlah produksi sirup

    glukosa pada industri ini, yaitu sebesar 744,000 kg sirup glukosa per tahun atau

    sebesar 24 persen dari asumsi penggunaan sirup glukosa dari industri-industri

    pengguna gula terdaftar di Kabupaten Pati, yaitu sebesar 3,109,131 kg per tahun.

    Industri-industri pengguna gula ini terdiri dari industri makanan dan minuman.

    3. PositioningPositioning merupakan salah satu elemen strategi pemasaran. Fungsi

    positioning adalah agar pasar yang dituju mempunyai persepsi yang dapat

    membedakan suatu produk dari para pesaing di benak target pasar. Tanpa

    perbedaan yang jelas, suatu produk akan dianggap sama dengan pesaing. Kalau

    hal itu terjadi, satu-satunya senjata yang bisa dipakai bersaing adalah harga,

    terutama jika tingkat penawaran jauh lebih besar dari tingkat permintaan. Oleh

    karena itu, positioning terkadang dianggap sebagai the reason for being atau

    alasan supaya suatu produk boleh dilahirkan. Tanpa alasan yang tepat, suatuproduk sebenarnya tidak boleh dilahirkan (Kartajaya, 2004).

    Produk sirup glukosa ini memiliki tiga elemen positioning yang penting,

    yaitu benefit positioning, image positioning, dan added value positioning. Ketiga

    elemen ini memberi posisi tersendiri pada produk sirup glukosa ini di benak

    konsumenya.

    Benefit positioning berhubungan dengan karakteristik produk sirup

    glukosa ini. Sirup glukosa merupakan produk pemanis (gula) yang asli dan alamidan harganya murah. Karakteristik inilah yang menyebabkan penggunaan sirup

    glukosa lebih menguntungkan daripada penggunaan pemanis yang lain, seperti

    gula pasir dan pemanis buatan. Pola hidup sehat yang semakin dipahami

    masyarakat semakin mendorong masyarakat untuk membeli gula yang asli dan

    menghindari pemanis buatan. Akan tetapi, gula pasir, gula yang biasa dikonsumsi

    masyarakat, harganya semakin mahal, dan sudah mencapai di atas Rp 8,000.00.

  • 7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf

    55/111

    39

    Oleh karena itu, sirup glukosa dapat digunakan sebagai pengganti gula pasir

    dengan tingkat kemanisan yang hampir sama, namun harganya lebih murah.

    Image positioning berhubungan dengan citra yang dimiliki produk tersebut

    di mata konsumen. Produk sirup glukosa yang diproduksi di pesantren ini

    memiliki citra tersendiri di mata konsumen. Kepatuhan masyarakat (konsumen)

    kepada pesantren dan Kyai membuat produk yang diproduksi di pesantren

    memiliki citra yang lebih baik daripada produk sejenis yang tidak diproduksi di

    pesantren. Selain itu, pendirian industri di pesantren juga dapat mendorong

    pertumbuhan ekonomi pesantren dan masyarakat sekitarnya, sehingga mendorong

    pertumbuhan perekonomian daerah. Oleh karena itu, konsumen akan lebih

    memberikan citra yang baik pada produk ini.

    Added value positioning berhubungan dengan nilai tambah yang dihasilkan

    dari produk dan nilai tambah yang bisa dinikmati masyarakat. Kabupaten Pati

    merupakan daerah penghasil tapioka dalam jumlah yang cukup besar. Penggunaan

    tapioka untuk produksi berbagai produk olahannya akan meningkatkan

    permintaan