28
Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas daerah Merupakan sistem yang diguakan untuk mencatat seluruh transaksi pengeluaran kas (meliputi serangkaian kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan,dan mempertanggung jawabkan pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan SKPKD dan / atau SKPD. Dua Subsistem Pengeluran Kas daerah: 1. Subsistem akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan langsung (LS), meliputi a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) b. Pengajuan Surat Permintaan PEmbayaran (SPP) c. Permintaan Surat permintaan Membayar (SPM) d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) 2. Subsistem akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Uang Persediaan (UP), Ganti Uang Persediaan (GUP), dan Tambahan Uang Persediaan (TU)., meliputi: a. Penerbitan Surat Penyediaan dana (SPD) b. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) c. Permintaan Surat permintaan Membayar (SPM) d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) e. Penggunaan Dana 1

Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAHAN PRESENTASI SISTEM PENGELUARAN KAS DAN SPIP

Citation preview

Page 1: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas daerah

Merupakan sistem yang diguakan untuk mencatat seluruh transaksi pengeluaran kas

(meliputi serangkaian kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar,

menyerahkan,dan mempertanggung jawabkan pengeluaran uang yang berada dalam

pengelolaan SKPKD dan / atau SKPD.

Dua Subsistem Pengeluran Kas daerah:

1. Subsistem akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan langsung (LS), meliputi

a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

b. Pengajuan Surat Permintaan PEmbayaran (SPP)

c. Permintaan Surat permintaan Membayar (SPM)

d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

2. Subsistem akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Uang Persediaan (UP),

Ganti Uang Persediaan (GUP), dan Tambahan Uang Persediaan (TU).,

meliputi:

a. Penerbitan Surat Penyediaan dana (SPD)

b. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

c. Permintaan Surat permintaan Membayar (SPM)

d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

e. Penggunaan Dana

f. Pertanggung jawaban Penggunaan Dana (SPJ)

1

Page 2: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

SUBSISTEM AKUNTANSI PENGELUARAN KAS – PEMBEBANAN

LANGSUNG (LS), meliputi

1. Prosedur Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

PPKD selaku BUD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD dengan

mempertimbangkan penjadwalan Pembayaran pelaksanaan program dan

kegiatan yang dimuat dalam dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja

perangkat daerah (DPA-SKPD) . Penyiapan Draft SPD dilaksanakan oleh

kuasa BUD untuk ditandatangani PPKD selaku BUD.

Dokumen yang digunakan dalam Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD),

antara lain:

a. Surat Penyediaan Dana (SPD) , diterbitkan 3 lembar:

LEmbar 1 diterima oleh SKPD

Lembar 2 diterima oleh Pengawas Daerah

Lembar 3 sebagai Arsip PPKD selaku BUD

b. Register SPD

PPKD selaku BUD mencatat SPD yang diterbitkan ke dalam register

SPD

2. Prosedur Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP LS)

Adalah prosedur yang digunakan untuk mengajukan SPP-LS oleh bendahara

pengeluaran SKPD berdasarkan SPD atau yangdipersamakan dengan SPD.

Pihak terkait dalam pengajuan SPP LS adalah Bendahara Pengeluaran SKPD.

Bendahara Pengeluaran SKPD mengajukan SPP LS kepada PPK-SKPD.

Dokumen yang digunakan Prosedur Pengajuan Surat Permintaan PEmbayaran

Langsung (SPP LS) antara lain:

a. Surat Penyediaan Dana (SPD)

b. Surat Permintaan Pembayaran Pembebanan Langsung (SPP LS)

2

Page 3: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

SPP LS ada dua Macam, antara lain:

a. SPP LS Pembayaran Gaji dan Tunjangan

1) Dokumen yang digunakan dan PEjabat terkait, berdasar SPD

atau yg dipersamakan dengan SPD , Bendahara Pengeluaran

mengajukan SPP LS Pembayaran gaji dan tunjangan kepada

Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran melalui PPK

–SKPD

2) Kelengkapan Dokumen yang digunakan:

a) Surat Pengantar SPP LS

b) Ringkasan SPP LS

c) Rincian SPP LS

d) Lampiran SPP LS, antara lain: (terdapat pada buku 2,

halaman.43)

3) LPP LS yang diajukan dibuat rangkap 3 lembar (lb 1 dan 2

untuk PPK-SKPD, lb 3 untuk arsip PPTK)

4) BEndahara pengeluaran mencatat SPP LS yang diajukan ke

dalam register SPP LS

b. SPP LS Pengadaan Barang dan Jasa

Dokumen yang digunakan dan pejabat yang terkait antara lain,

berdasarka SPD , Bendahara pengeluaran dengan persetujuan PPTK

mengeluarkan SPP LS pengadaan barang dan jasa kepada pengguna

anggaran / kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD

Kelengkapan dokumen SPP LS pengadaan barang dan jasa antara lain:

1) Surat PEngantar SPP LS

2) Ringkasan SPP LS

3

Page 4: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

3) Rincian SPP LS

4) Lampiran SPP LS pengadaan barang dan jasa (buku 2 hal. 44)

c. SPP LS pengadaan barang dan jasa inuat rangkap 3 (lb 1 dan 2 untuk

PPK-SKPD, lb 3 arsip PPTK dan/ bendahara penggeluaran)

d. Bendahara pengeluran mencatat SPP LS yang diajukan kedalam

register SPP LS

3. Prosedur Permintaan Surat permintaan Membayar Langsung (SPM LS)

Pihak yag terkait dalam prosedur penerbitan SPM LS yaitu pejabat

penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD), yang

berfungsi mengajukan SPM LS atas nama [engguna anggarn / kuasa pengguna

anggaran kepada Kuasa BUD.

Dokumen yang digunakan dalam Penerbitan SPM LS, antara lain:

a. Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP-LS)

b. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS)

Catatan yang digunakan dalam prosedur Penerbitan SPM LS, antara lain:

a. Register SPP LS

Catatan yang diselenggarakan oleh PPKSKPD untuk mencatat

penerimaan SPP-LS dari bendaraha PEngeluaran SKPD

b. Register penerbitan SPM LS

Merupakan catatan yang diselenggarakan oleh PPK SKPD untuk

mencatat penerbitan SPM LS

c. Register Penolakan SPP LS

Catatan yang diselenggrakan oleh PPk-SKPD untuk mencatat

penolakan penerbitan SPM LS

Deskripsi Prosedur penerbitan SPM LS:

4

Page 5: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

1) PPK SKPD diajukan atas nama PA/KPA menerima SPP LS yang

diajukan oleh Bendahara PEngeluaran

2) PPK SKPD mencatat SPP LS yang diterima kedalam register SPP LS

3) PPK SKPD atas nama PA / KPA meneliti kelengkapan dokumen SPP

LS

4) Jika kelengkapan dokumen SPP LS dinyatakan lengkap dan sah , PPK

SKPD menyiapkan SPM LS untuk ditandatangani oleh PA/KPA

5) Jika Kelengkapan dokumen dinnyatakan tidak lengkap atau tidak sah

maka PPK SKPD menolak untuk menerbitkan SPM LS dan

selanjutnya mengembalikan SPP LS kepada bendahara pengeluaran

untuk diperbaiki dan dilengkapi

6) PA / KPA menerbitkan LS paling lambat 2 hari kerja sejak terhitung

sejak diterimanya pengajuan SPP LS yang dinyatakan lengkap dan sah

7) PPA / KPA Melalui PPK SKPD mengembaikan SPP LS paling lambat

satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP LS yang

bersangkutan

8) PPK SKPD mencatat penerbitan SPM LS kedalam register penerbitan

SPM LS

9) PPK SKPD mencatat penolakan penerbitan SPM LS ke dalam Register

penolakan SPP LS

10) Penerbitan SPM LS ada 3 lembar:

Lembar 1 dan 2 dikirim ke kuasa BUD

Lembar 3 sebagai arsip PPK SKPD

Lembar ke 2 akan kembali ke PPK SKPD setelah dibubuhi cap

“Telah diterima oleh Kuasa BUD Tanggal… Nomor…”

4. Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung(SP2D

LS)

5

Page 6: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Pihak yang terkait dalam SP2D LS adalah Kuasa KUD. Kuasa KUD

menerbitkan SP2D LS atas nama BUD kepada PPK-SKPD.

Dokumen terkait SP2D LS, antara lain:

1) SPM LS

2) SP2D LS

Catatn yang digunakan dalam SP2D LS:

1) Register SPM LS

2) Register penerbitan SP2D LS

3) Register Penolkan SP2D LS

Prosedur Penerbitan SP2D LS:

1) Kuasa BUD menerima SPM LS yg diajukan oleh PPK-SKPD

2) Kuasa BUD mencatat SPM LS yang diterima ke dalam register SPM LS

3) Kuasa BUD Meneliti kelengkapan dokumen SPM LS

4) Jika dinyatakan lengkap dan sah , Kuasa BUD menyiapkan SP2D LS untuk

diterbitkan SP2D LS

5) Jika dokumen tidak lengkap dan tidak sah, maka Kuasa BUD menolak untuk

menerbitkan SP2D LS dan selanjutnya mengembalikan SPM LS kepada PPK

SKPD untuk dilengkapi dan diperbaiki.

6) Kuasa BUD menerbitkan SP2D LS paling lambat 2 hari kerja terhitung sejak

diterimannya pengajuan SP2D LS yang dinyatakan lengkap dan sah

7) Kuasa BUD mengemblikan SPM LS paling lambat 1 hari kerja terhitung sejak

diterimanya pengajuan SPM LS yang bersangkutan

8) Kuasa BUD mencatat penerbitan SP2D LS kedlam register penerbitan SP2D

LS

6

Page 7: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

9) Kuasa BUD mencatat Penolakan penerbitan SP2D LS kedalam register

penolakan SPM LS

10) Penerbitan SP2D LS ada 5 lembar, antara lain;

a) Lembar 1 dikirim ke bank

b) Lembar 2 dan 3 dikirim PPK-SKPD untuk diserahakan , lb 2 ke

bendahara pengeluaran SKPD , lb 3 ke Fungsi akuntansi SKPD

c) Lb ke 4 diserahkan ke fungsi akutansi SKPKD

d) Lembar 5 diarsip oleh kuasa BUD

Prosedur Pencatatan Akuntansi

Unit yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran Kas:

a) Fungsi akuntansi – PPKD

Fungsi: mencatat seluruh transaksi pemgeluaran kas mekansme pembebanan

langsung oleh PPKD

b) Fungsi akuntansi – SKPD

Fungsi: mencatat seluruh transaksi pemgeluaran kas mekansme pembebanan

langsung oleh SKPD

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pembebanan

langsung, yaitu:

SPM LS

Digunakan sebagai dokumen pendukung untuk pencatatan kedalam jurnal

pengeluaran kas

SP2D LD

Digunakan sebagai dokumen utama untuk pencatatan ke dalam jurnal

pengeluaran kas oleh fungsi akuntansi PPKD dan SKPD

Cek , dokumen ini digunakan untuk mencairkan dana di bank

7

Page 8: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Catatan Akuntansi yag digunakan :

Jurnal pengeluaran Kas

Jurnal Umum

Buku Besar

Buku Besar Pembantu.

Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas adalah Laporan

relisasi periodik, laporan ini diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk melaporkan

realisasi pengeluaran dalam periode tertentu

SUB SISTEM AKUNTANSI PENGELUARAN KAS – PEMBEBANAN UANG

PERSEDIAAN (UP) DAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU)

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Uang Persediaan (UP) dan Ganti

Uang Persediaam (GU), mempunyai prosedur sebagai berikut :

a. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)

Fungsi terkait :

1. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku Bendahara Umum Daerah

(BUD)

2. Penguna Annggaran / Kuasa Pengguna Anggaran

Dokumen yang digunakan :

1. Dokumen Penyusunan Anggaran Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah

(DPA-SKPD)

2. Dokumen Anggaran Kas Pemerintah Daerah

3. Surat Penyediaan Dana (SPD)

Uraian prosedur penerbitan SPD adalah sebagai berkut :

1. PPKD selaku BUD melakukan proses penyusunan anggaran kas pemerintah

daerah dan melakukan pengesahan terhadap rancangan DPA-SKPD.

2. PPKD selaku BUD menggunakan dokumen anggaran kas pemerintah daerah

dan DPA-SKPD sebagai dasar dalam proses penyiapan SPD.

3. PPKD selaku BUD membuat dokumen SPD sejumlah tiga rangkap

8

Page 9: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

4. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menggunakan SPD sebagai

dasar pengajuan SPP.

b. Prosedur Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran-Uang Persediaan (SPP-

UP)

Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara

pengeluaran mengajukan Surat Pengantar SPP kepada pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran melalui pejabat penatausahaan keuangan SKPD. SPP diajukan

dengan SPD sebagai dasar jumlah yang diminta untuk dibayarkan kepada

SKPD.SPP uang persediaan dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-

tiap SKPD. Pengajuan SPP-UP hanya dilakukan sekali dalam setahun, selanjutnya

untuk mengisi saldo uang persediaan akan menggunakan SPP-GU.

Pihak terkait :

1. Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran

2. PPK-SKPD

3. Bendahara Pengeluaran

Dokumen yang digunakan :

1. Surat Pengantar SPP-UP

2. RIngkasan SPP-UP

3. Rincian SPP-UP

4. Salinan SPD

5. Surat Pernyataan Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran.

c. Prosedur Penerbitan Surat Perintah Membayar-Uang Persediaan (SPM-UP)

SPM dapat diterbitkan jika :

1. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia

2. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan.

Pihak yang terkait :

1. PPK-SKPD

2. Pengguna Anggaran

d. Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana-Uang Persediaan

(SP2D-UP)

SP2D dapat diterbitkan jika :

1. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia

2. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan.

Pihak yang terkait :

9

Page 10: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

1. PPK-SKPD

e. Prosedur Pembelanjaan Dana dan Pembuatan Surat Pertanggungjawaban

Uang Persediaan (UP)

Pelaksanaan belanja yang dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan wajib

dipertanggungjawabkan oleh PPTK secara tepat waktu. Dalam

mempertanggungjawabkan pelaksanaan belanja tersebut,PPTK harus

melampirkan dokumen pendukung pengguna anggaran dalam pelaksanaan

kegiatan yang terkait. Dokumen pengguna anggaran yang diberikan kepada

Bendahara Pengeluaran sebagai dasar bagi Bendahara Pengeluaran untuk

membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

Bendahara Pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK,

mencatat pelaksanaan belanja dalam :

1. Buku Kas Umum Pengeluaran

2. Buku Pembantu Pengeluarn per rinci obyek

3. Buku Pembantu Kas Tunai

4. Buku Penbantu Simpanan / Bank

5. Buku Pembantu Panjar

6. Buku Peembantu Pajak

Pihak yang terkait :

1. Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan

2. Bendahara Pengeluaran

3. PPK-SKPD

4. Pengguna Anggaran

Pembuatan Surat Pertanggungjawaban uang Persediaan (UP) di bendahara

pengeluaran.

Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persedian, dokumen laporan

pertanggungjawaban yang disampaikan mencakup :

1. Buku kas umum pengeluaran

2. Ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti

pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercatum

dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang dimaksud

3. Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas Negara

10

Page 11: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

4. Register penutupan kas

Pihak yang terkait :

1. Bendahara Pengeluaran

2. PPK-SKPD

3. Pengguna Anggaran

Pembuatan Surat Pertanggungjawaban Uang Persediaan (UP) di bendahara

pengeluaran pembantu

Dalam proses penatausahaan, buku pengeluaran pembantu mencatat transaksi-

transaksi dalam buku :

1. Buku Kas Umum Pengeluaran

2. Buku Pajak PPN/PPh

3. Buku Pembantu Panjar

Surat pertanggungjawaban diserahkan dengan dilampiri :

1. Buku Kas Umum Pengeluaran

2. Buku Pajak PPN/PPh

3. Bukti-bukti lain yang sah

f. Prosedur Pencatatan Akuntansi Uang Persediaan

Pihak yang terkait :

1. Fungsi Akuntansi-PPKD

2. Fungsi Akuntansi-SKPD

Dokumen yang digunakan :

1. Surat Perintah Membayar-UP (SPM-UP)

2. Surat Perintah Pencairan Dana-UP (SP2D-UP)

3. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran SKPD (SPJ-UP)

Catatan Akuntansi yang digunakan dalam prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

(Uang Persediaan) adalah :

1. Jurnal Pengeluaran Kas

2. Jurnal Umum

3. Buku Besar

4. Buku Besar Pembantu

Laporan yang dihasilkan dalam Pprosedur Akuntansi Pengeluaran Kas adalah

Laporan Realisasi Pengeluaran Periodik

11

Page 12: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

SUB PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (TU)

a. Prosedur Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang

(SPP-TU)

Berdasar SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara

pengeluaran mengajukan Surat Pengantar SPP (Surat Permintaan Pembayaran)

kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui Pejabat

Penatausahaan keuangan SKPD. SPP Tambahan Uang (SPP-TU), yang

dipergunakan hanya untuk memintakan tambahan uang, apabila ada

pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP tidak akan cukup untuk

membiayainya. Akan tetapi, pembuatan TU ini harus didasarkan pada rencana

perkiraan pengeluaran yang matang.

Pihak terkait penerbitan SPP-TU :

1. Bendahara Pengeluaran

Tugas :

a) Mempersiapkan dokumen SPP beserta beserta lampiran-lampiranya

yaitu :

Surat pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP-TU sebelumnya

Salinan SPD

Surat pernyataan Pengguna Anggaran

Surat keterangan penjelasan keperluan pengisianTU

Lampiran lain yang ddiperlukan

b) Mengajukan SPP kepada PPK-SKPD

2. PPK-SKPD

Tugas :

Menguji kelengkapan dan kebenaran SPP yang diajukan oleh Bendera

Pengeluaran.

b. Prosedur Penerbitan Surat Permintaan Membayar Tambah Uang

(SPMTU)

Proses penerbitan SPM adalah tahapan penting dalam penatausahaan

pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP.

Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan baik dari segi

kelengkapan dokumen maupun kebenaran pengisiannya.

Secara legal, penerbitan SPM adalah otoritas Pejabat Pengguna Anggaran

(PPA). Dengan demikian, tanda tangan dokumen SPM dilakukan oleh

12

Page 13: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Pengguna Anggaran yang bersangkutan sebagai sebuah pernyataan

penggunaan anggaran di lingkup SKPDnya. SPM yang telah ditandatangani

kemudian diajukan kepada Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai otoritas

yang akan melakukan pencairan dana.

SPM dapat diterbitkan jika :

1. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia

2. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan

Waktu pelaksanaan penerbitan SPM :

1. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPP diterima

2. Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPP.

Pihak terkait dalam penerbitan SPM-TU :

1. PPK-SKPD

Tugas :

a) Menguji SPP-TU beserta kelengkapannya

b) Membuat rancangan SPM-TU atas SPP-TI yang telah diuji

kelengkapannya dan kebenarannya dan mengajukan ke Pengguna

Anggaran

c) Menerbitkan Surat Penolakan SPM-TU apabila SPP-TU yang diajukan

oleh Bendahara SKPD tidak lengkap

d) Membuat Register SPM-TU

2. Pengguna Anggaran

Tugas :

a) Mengotorisasi dan menerbitkan SPM-TU

b) Mengotorisasi Surat Penolakan SPM-TU yang diterbitkan PPK-SKPD

bila SPP-TU yang diajukan bendahara SKPD tidak lengkap

c. Prosedur Penerbitan SP2D-TU

SP2D atau Surat Perintah Pencairan Dana adalah surat yang dipergunakan

untuk mencairkan dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh

BUD. SP2D adalah spesifik, artinya satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM

saja.

SP2D dapat diterbitkan jika :

1. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia

13

Page 14: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

2. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan

Waktu pelaksanaan penerbitan SPM :

1. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima

2. Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPM

Pihak terkait dalam penerbitan SP2D-TU :

1. Kuasa BUD

Tugas :

a) Melakukan pengujian atas kebenaran dan kelengkapan SPM-TU

b) Mencetak SP2D-TU

c) Mengirimkan SP2D-TU kepada bank

d) Membuat register SP2D-TU

d. Prosedur Pembelanjaan Dana dan Pembuatan Surat

Pertanggungjawaban Tambah Uang (TU)

Pelaksanaan belanja tambah uang (TU) yang dilakukan untuk melakukan

suatu kegiatan wajib dipertanggung jawabkan oleh PPTK secara tepat waktu.

Dalam mempertanggung jawabkan pelaksanaan belanja tersebut, PPTK harus

melampirkan dokumen-dokumen pendukung penggunaan anggaran dalam

pelaksanaan kegiatan yang terkait. Dokumen penggunaan anggaran diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran sebagai dasar bagi Bendahara Pengeluaran

untuk membuat Surat Pertanggung Jawaban (SPJ).

Bendahara Pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK,

mencatatpelaksanaan belanja dalam :

a) Buku Kas Umum pengeluaran

b) Buku pembantu pengeluaran per rincian obyek

c) Buku pembantu kas tunai

d) Buku pembantu simpanan/bank

e) Buku pembantu pajar

f) Buku pembantu pajak

e. Prosedur Pencatatan Akuntansi Tambah Uang (TU)

Unit yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas (tambah uang)

meliputi :

a) Fungsi Akuntansi-PPKD

14

Page 15: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Berfungsi untuk mencatat seluruh transaksi pengeluaran kas mekanisme

pembebanan TU oleh PPKD.

b) Fungsi Akuntansi-SKPD

Berfungsi untuk mencatat seluruh pengeluaran kas oleh mekanisme

pembebanan TU oleh SKPD

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas (tambah

uang) untuk belanja langsung meliputi :

a) Surat Perintah Membayar-TU (SPM-TU)

b) Surat Perintah Pencairan Dana-TU (SP2D-TU)

c) Laporan Pertanggung jawaban Bendahara Pengeluaran SKPD (SPJ-TU)

Catatan akuntansi yang digunakan dalam Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

(Tambah Uang) adalah :

a) Jurnal pengeluaran kas

b) Jurnal umum

c) Buku besar

d) Buku besar pembantu

Laporan yang dihasilkan dalam prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas (Tambah

Uang) adalah Laporan Realisasi Pengeluaran Periodik.

Prosedur Pencatatan Akuntansi pengeluaran Kas-mekanisme Pembebanan TU

yaitu :

a) Fungsi Akuntansi-SKPKD menerima berkas SP2D-TU dari Kuasa BUD,

kemudian mencatatnya ke Jurnal Pengeluaran Kas per tanggal pengesahan

SP2D-TU yang telah diotorisasi oleh Kuasa BUD dan melakukan

peringkasan transaksi-transaksi (posting) dari jurnal Pengeluaran Kas ke

Buku Besar. Fungsi Akuntansi-SKPKD juga mencatat transaksi-transaksi

ke dalam buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap

rekening yang dianggap perlu (dalam rincian obyek belanja)

b) Fungsi Akuntansi-SKPD menerima berkas SP2D-TU dari PPK-SKPD,

kemudian mencatatnya ke Jurnal Pengeluaran Kas per tanggal pengesahan

SP2D-TU yang telah diotorisasi oleh Kuasa BUD . Fungsi Akuntansi-

SKPD menerima berkas SPJ-TU dari PPK-SKPD, kemudian mencatatnya

15

Page 16: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

ke dalam Buku Jurnal Umum per tanggal SPJ. Fungsi Akuntansi-SKPD

juga mencatat transaksi-transaksi ke dalam buku pembantu yang berisi

rincian item buku besar setiap rekening yang dianggap perlu (dalam

rincian obyek belanja)

Eksistensi Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah dalam arti luas adalah alat kelengkapan negara, yang pada pokoknya

terdiri dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudisial atau alat-alat

kelengkapan negara.

Pemerintah dalam arti sempit adalah Presiden sebagai organ pemerintah yang

memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintahan.

Organ Pemerintah yang berfungsi menyelenggarakan urusan pemerintah

menurut pakar Hukum Administratif

1. Presiden, kepala pemerintahan termasuk pembantu-pembantunya seperti wakil

presiden, para menteri dan lembaga-lembaga non departemen

2. Mereka yang melakukan urusan Desentralisasi, kepala daerah termasuk

secretariat daerah dan pemerintah desa

3. Mereka yang menyelenggarakan urusan dekonsentrasi, gubernur dan kanwil-

kanwil, kandep dan walikota madya,wlikota administrative serta camat dan

lurah,

4. Sekretariat pada Lembaga Tinggi Negara, Kepaniteraan Pengadilan dan

Sekretariat DPRD,Khusus jabatan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara dan

Kepaniteraan menurut Pasal 1 huruf c UU no.8 tahun 1974 ttg Pokok-pokok

Kepegawaian merupakan Jabatan dalam bidang eksekutif

16

Page 17: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan bahwa organisasi pemerintah

tercermin dalam organisasi yang ada di lingkungan masing-masing Departemen/

Lembaga tersebut di atas, sehingga secara organisasi lembaga inilah yang membentuk

SPIP.

Eksistensi Peraturan

Untuk menilai eksistensi PP No. 60 tahun 2008 sebagai suatu ketentuan hukum

yang berlaku, perlu diperhatikan tiga komponen

1. Komponen Struktural

Pemerintah dalam pertimbangan pembuatan PP tersebut adalah untuk

melaksanakan ketentuan pasal 58 ayat (2) Undang-undang No.1 tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara dan dari Aspek Hukum Administrasi Negara

tindakan pemerintah membuat PP tentang SPIP secara hukum tidak

menimbulkan persoalan karena Presiden sebagai Kepala Pemerintahan

merupakan pemegang kekuasaan pemerintahan menetapkan PP untuk

menjalankan UU.

Namun pembuatan PP tersebut jika dilihat dari tujuannya masih

menimbulkan persoalan yaitu pembentukan APIP sebagai lembaga yang

keberadaannya di luar organisasi Departemen/Kementerian Negara,

Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Pemerintah Non

Departemen serta dilingkungan Pemerintah Daerrah yang berfungsi sebagai

auditor Ekstern Pemerintah. Padahal sudah jelas dalam UUD 1945 BPK

adalah lembaga yang berfungsi sebagai auditor ekstern pemerintah.

2. Komponen Substantif

Substansi dari PP No 60 tahun 2008 yang menimbulkan persoalan

adalah norma yang mengatur tentang bagaimana meningkatkan kinerja,

transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara melalui sarana

audit yang dilakukan APIP yang berada di luar organisasi departemen/

lembaga pemerintah.

Norma yang terdapat dalam PP No. 60 tahun 2008 antara lain

mengatur

17

Page 18: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

1. lembaga di luar organisasi melakukan pengawasan intern atas

penyelenggaraan tugas dan fungsi audit intern atas

penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk

akuntabilitas keuangan negara melalui audit.

2. ruang lingkup audit meliputi kegiatan lintas sektoral,

kebendaharaan umum negara dan penugasan dari presiden

3. standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan

mengacu pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah

Substansi PP No.60 khususnya mengenai pengaturan audit yang

dilakukan Lembaga yang berada di luar organiasi Lembaga/Kementerian

Negara, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Pemerintah

non Departemen Badan Pengawas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota serta

BUMN dan BUMD jika dikaitkan dengan dasar pertimbangan diterbitkan PP

tersebut yaitu Pasal 58 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendahraan Negara,

maka jelas SPI yang diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 tidak sejalan dengan

maksud yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2008 sebagaimana terlihat dari

penjelasan Pasal 58 ayat (1) menjelaskan bahwa yang menyelenggarakan SPI.

Pertama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

menyelenggarakan SPI di bidang perbendaharaan, kedua Menteri/ Pimpinan

Iembaga selaku pengguna Anggaran/ Pengguna Barang menyelenggarakan

SPI di bidang pemerintahan masing-masing, ketiga Gubernur/bupati/ walikota

mengatur lebih lanjut dan menyelenggarakan SPI di lingkungan yang

dipimpinnya. Dan ayat (2) pasal tersebut menjelaskan bahwa SPI yang akan

dituangkan dalam PP No.60 Tahun 2008 dikonsultasikan dengan BPK.

Mengacu pada Pasal 58 UU No.l Tahun 2008, menunjukkan bahwa

penyelenggaraan SPI bukan dilakukan oleh suatu Lembaga yang berada di luar

organisasi seperti yang diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 dan hal ini jika

dikaitkan dengan tujuan pemeriksaan intern jelas sudah tidak sesuai,

sebagaimana dijelaskan oleh Brink dan Coshin dalam buku pengawasan

keuangan Negara oleh Bohari, mendefinisikan bahwa pemeriksaan intern

sebagai penilaian kegiatan secara bebas di dalam suatu organisasi guna

menghasilkan jasa pelayanan bagi pelaksanaan fungsi pengendalian

manajemen

18

Page 19: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

3. Komponen Cultural

Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 pada dasarnya merupakan

perwujudan formal dari struktur dan kultur masyarakat Indonesia yang

diwarnai oleh berbagai corak dan kultur masyarakat kita dimasa pemerintahan

sebelumnya, sehingga sering melahirkan kebijakan-kebijakan yang

memboroskan keuangan negara, seperti pada contoh pembentukan lembaga

audit yang berlapis, padahal diketahui bahwa biaya pemeriksaan

menggunakan keuangan negara itu jumlahnya tidak sedikit dan disamping itu

dapat mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum dibidang pengelolaan

keuangan negara yang dikelola oleh entitas pemerintah.

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara

sangat berkepentingan dengan penyelenggaraan SPIP dilingkungan

Departemen/Lembaga karena berdasarkan mandat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 kekuasaan dimaksud telah dijalankan

oleh penerima mandat dan Presiden terhadap mandat atas pengelolaan

keuangan Negara dan untuk mengetahui hal tersebut Presiden memperdayakan

Lembaga Audit yang berada diluar organsiasi untuk melakukan audit atas

pengelolaan keuangan Negara dengan cara mengelompokannya sebagai APIP

melalui PP No.60 Tahun 2008.

Tindakan Pemerintah (overheidshandeling) tersebut dalam Hukum

Administrasi Negara tidak dapat dibenarkan karena merupakan beleid tataran

operasional kelembagaan yang membidangi audit atas keuangan negara dan

idealnya Pemerintah mempercayakan kepada APIP yang berada dalam

organisasi Departemen/Lembaga dan BPK sebagai satu Lembaga Tinggi

Negara yang bebas dan mandiri yang dibentuk untuk tujuan melakukan audit

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, sehingga informasi yang

diperoleh Presiden tentang pengelclaan keuangan negara dilingkungan

Departemen/Lembaga lebih objektif.

Adapun keberadaan Lembaga Audit di luar organsiasi sebagai aparat

Pembina APIP sebagaimana diatur dalam Pasal 59 PP 60 Tahun 2008 yang

19

Page 20: Sistem Akuntansi Pengeluaran (Klmpk 2)

difungsikan sebagai Koordinator Pengawasan Intern Pemerintah yang berada

di lingkungan Departemen/Lembaga dengan tugas menyusun kebijakan di

bidang pengawasan dalam tataran implementasi tidak menimbulkan masalah,

mengingat kebijakan tersebut diperlukan untuk mempersatukan APIP yang

berada dalam lingkungan Departemen/Lembaga masing-masing, sehingga

Presiden dapat mengetahui penyelenggaraan SPIP secara berkala.

20