Sistem dispersi

  • Upload
    marytan

  • View
    97

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farfis

Citation preview

PRACTICAL FINAL REPORTSistem Dispersi15 Mei 2015Kelompok 1Friday, 0700-1000PHARMACY KPBI

Tan Mei Lee260110142014ASISTANT: 1. Yudha Pra2. Devi LABORATORIUM FARMASI FISIKA 2FALKUTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014

ABSTRAK Nifedipin merupakan bahan obat yang praktis tidak larut dalam a Untuk meningkatkan laju disolusinya dibuat sistem dispersi solida nifedipin dengan pembawa PVP K-17, PVP K-25, PVP K-30 dan PVP K-90. Laju disolusi nifedipin dalam dispersi solida kemudian dibandingkan dengan laju disolusi campuran fisisnya. Bahan-bahan penelitian (Nifedipin, PVP K-17, PVP K25, PVP K-30, dan PVP K-90) diuji secara kualitatif sesuai dengan pustaka. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut telah memenuhi persyaratan pustaka. Kemudian dibuat dispersi solida Nifedipin-PVP dengan menggunakan metode pelarutan. Karena pada pembuatan dispersi tersebut dilakukan proses pemanasan, ada kemungkinan nifedipin mengalami peruraian. Karenanya dilakukan pemeriksaan KLT untuk mengetahui terjadinya peruraian nifedipin selama proses pembuatan dispersi solida. Hasil pemeriksaan menunjukkan nifedipin murni secara KLT. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan profil suhu lebur campuran fisis dan dispersi solida dengan DSC. Termogram DSC campuran fisis Nifedipin-PVP (1 = 2) menunjukkan adanya puncak endotermik nifedipin pada suhu 160,4oC. Pada dispersi solida Nifedipin-PVP K-30 (1 = 2) masih tampak adanya kurva endotermik nifedipin pada rentang suhu 137,4-167,4 oC. Ini menunjukkan penghambatan proses rekristalisasi nifedipin belum optimal. Namun pada komposisi nifedipin-PVP yang lebih tinggi, penghambatan proses rekristalisasi nifedipin oleh PVP telah sempurna. Penentuan laju disolusi nifedipin dalam sistem dispersi solida dan campuran fisis dilakukan dengan alat Hanson dissolution tester. Cuplikan diambil tiap interval waktu 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit. Penentuan kadar nifedipin terlarut dilakukan dengan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 238,0 nm. Analisis data dilakukan dengan metode statistik ANAVA Rancang Acak Lengkap (CRD) dan ANAVA Acak Lengkap (CRD) Faktorial yang dilanjutkan dengan HSD (Tukey). Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa sistem dispersi solida Nifedipin dengan pembawa PVP K-17, PVP K-25, PVP K-30, dan PVP K-90 mampu meningkatkan laju disolusi nifedipin dibandingkan dengan campuran fisisnya. Laju disolusi nifedipin optimum pada dispersi solida nifedipin PVP K-17 pada komposisi 1=10 dan dispersi solida nifedipin dengan pembawa PVP K-25, PVP K-30, dan PVP K-90 pada komposisi 1 = 5, Dispersi solida nifedipin dengan pembawa PVP K-25, PVP K-30, dan PVP K-90 menunjukkan perbedaan peningkatan laju disolusi secara bermakna jika dibandingkan dengan dispersi solida nifedipin PVP K-17. Dispersi solida nifedipin dengan pembawa PVP K-25, PVP K-30 dan PVP K-90 tidak menunjukkan perbedaan peningkatan laju disolusi secara bermakna. Kata kunci : Kristal Nifedipin, Matriks Dispersi Solida Nifedipin-Polivinil PirolidonTujuan1. Mengamati proses sedimentasi pada sediaan suspensi dan emulsi.2. Untuk menentukan redispersibilitas pada suspensi dan emulsi.

Prinsip1. SuspensiSuspensi farmasi adalah disperse kasar dimana partikel padat yang tak terlarut larut terdispersi dalam medium cair.

Arif,2003

0. Evaluasi sistem sediaan suspensi secara fisik Volume sedimentasi adalah satu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.

F =

Derajat flokulasi adalah suatu rasio volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).

Nurwulandari,2013

0. RedispersibilitasJika sesuatu sediaan menghasilkan endapan dalam penyimpanan maka endapan tersebut harus terdispersi kembali hingga keseragaman dosis terpenuhi.

Aryani,2010

0. EmulsiEmulsi adalah sedian dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain,dalam bentuk tetesan kecil.

DEPKES,1995

0. Viskositas Viskositas adalah suatu cara untuk .menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan.

Dudgale,1986Teori Dasar Ketika kita mencampurkan dua atau lebih zat, maka partikel-partikel zat-zat yang kita campurkan akan menyebar atau mendistribusikan diri di dalam campuran. Penyebaran atau distribusi partikel-partikel zat dalam campuran dinamakan dengan dispersi. Sementara itu, sistem kimia yang terdiri dari gas atau zat cair(sebagai medium) dan partikel-partikel yang terdispersi di dalamnya dinamakan sistem dispersi. (Anonim,2010)Koloid merupakan sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel kecil dari suatu zat yang disebut fase terdispersi dalam fase lainnya yang disebut medium pendispersi. Baik fase terdispersi maupun medium pendispersi tersebut dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Istilah koloid ini diambil dari kata bahasa Yunani kolla ,yang berarti lem. Istilah koloid ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimi Inggris, Thomas Graham(1805-1869). Graham menggunakan istilah kolid berdasarkan penelitiannya tentang difusi. (Anonim,2010).Pengetahuan mengenai fenomena interfasial dan sifat-sifat karakteristik koloid dan partikel-partikel kecil merupakan dasar untuk dapat memahami perlakuan sistem dispersi farmasi. Sistem dispersi terdiri dari zat berupa partikel-partikel yang dinamakan fase dispers yang tersebar dalam suatu medium kontinu atau medium dispersi. Zat yang terdispersi tersebut berjarak ukuran antara dimensi partikel-partikel atomik dan molekular sampai partikel-partikel yang berukuran milimeter. (Martin,2008).Cara yang tepat untuk mengklasifikasikan sistem dispersi adalah yang didasarkan pada diameter purata dari zat yang terdispersi. Pada umumnya,ada tiga klasifikasi ukuran , yaitu dispersi molekular, dispersi koloidal dan dispersi kasar.( Martin,2008)Dispersi molekular mempunyai jarak ukuran partikel kurang dari 10m , dispersi koloid mempunyai jarak ukuran partikel 1,0m sampai 0,5 (=500m ), sedangkan dispersi kasar mempunyai jarak ukuran partikel lebih besar dari 0,5 .(Martin,2008)Efek Faraday-Tyndall. Bila suatu berkas cahaya yang kuat dilewatkan melaluoi sol koloid, akan terlihat suatu kerucut yang dihasilkan dari pemendaran cahaya oleh partikel-partikel. Hal ini disebut efek Faraday-Tyndall (Martin, A., 2008).Gerak Brown. Jauh sebelum Zisgmondy mengemukakan pergerakan partikel-partikel koloid secara acak dalam bidang mikroskop, Robert Brown pada tahun 1827 telah mengkaji fenomena ini. Gerak yang tidak beraturan, yang bisa diamati dengan partikel-partikel sebesar kira-kira 5 m, dijelaskan sebagai hasil pemboman partikel-partikel oleh molekul-molekul medium dispersi. Sudah tentu gerak dari molekul=molekul tersebut terlalu kecil untuk dilihat. Kecepatan partikel meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel. Dengan meningkatnya viskositas medium yang dibantu oleh penambahan gliserin atau suatu zat yang serupa, menurunkan dan akhirnya menyetop gerak Brown (Martin, A., 2008).

V.Alat dan BahanA. Alat1.100 mL gelas ukur2.Neraca Timbang3. Mortar dan pestle4. Penangas Air

B. Bahan1.Aluminium Hidroksida2.Aquades3.Na CMC4.Tween 80

Gambar alat

100 mL Gelas Ukur

Neraca Timbang Mortar and pestle

Penangas Air

VI.Prosedur Dibuat suspensi 100mL dan emulsi 100mL dilakukan oleh setiap group. Untuk suspensi,dimasukkan 5g Magnesium Hidroksida dalam 100mL aquades dalam gelas ukur 100mL.Untuk emulsi, dibuat emulsi dengan 1g Na-CMC,5g Magnesium Hidroksida dan 1g Tween 80.Ditambah kan 100ml aquades.Emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur 100mL.Selepas itu,diperhatikan sedimentasi emulsi dan suspensi dilakukan.Volume sedimentasi diamati dan direkodkan berdasarkan masa 0 mins, 15 mins, 30 mins, 60 mins dan 90 mins.

Data Pengamatan

Pembuatan sediaan suspensi atau emulsi

Bahan ujiKonsentrasiJumlah sediaan

Na CMC

0,5

Mg (OH)25100 ml

Air 100 ml

Tween 801

Mg(OH)2

5100 ml

Air 100 ml

Pengamatan SedimenWaktuLarutan Uji 1Larutan Uji 2

Volume SedimentasiNilai SedimentasiVolume SedientasiNilai Sedimentasi

0100 ml180 ml0,8

1595 ml0,9512 ml0,12

3093 ml0,9310,5 ml0,105

6093 ml0,939 ml0,09

9090 ml0,909 ml0,09

Perhitungan nilai sedimentasiVolume sedimentasi : Volume total sediaan

Larutan satuMenit ke 0 = 100/100 = 1Menit ke 15 = 95/100 = 0,95Menit ke 30 = 93/100= 0,93Menit ke 60 = 93/100 =0,93Menit ke 90 = 90/100 = 0,90

Larutan keduaMenit ke 0 = 80/100 = 0,8Menit ke 15 = 12/100 = 0,12Menit ke 30 = 10,5/100= 0,105Menit ke 60 = 9/100 =0,09Menit ke 90 = 9/100 = 0,09

Grafik

Pembahasan Sistem dispersi adalah pencampuran antara fase terdispersi dengan medium pendium pendispersi yang bercampur secara merata. Macam-macam sistem dispersi sebagai berikut.

Larutan sejati adalah campuran dari zat padat atau zat cair sebagai fase terdispersi dengan medium pendispersi air, di mana fase terdispersinya larut dengan sempurna sehingga dihasilkan suatu larutan yang homogen. Koloid adalah campuran homogen antara fase terdispersi dan medium pendispersi, tetapi fase terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler, melainkan gabungan dari beberapa molekul.

Suspensi adalah campuran heterogen antara fase terdispersi (umumnya berupa padatan) dalam medium pendispersi (umumnya berupa air).Dalam ilmukimia,suspensi(Inggris:suspension) adalah suatu campuranfluidayang mengandungpartikelpadat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan terjadinyasedimentasi. Tidak sepertikoloid, padatan pada suspensi akan mengalami pengendapan/sedimentasi walaupun tidak terdapat gangguan. Singkatnya, suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan.

Emulsimerupakan jeniskoloiddengan fase terdispersiberupa zat cair. Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi: emulsigas, emulsicair, dan emulsipadat. Volume sedimentasi adalah salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi.

Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum mengendap.Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1

Derajat flokulasi adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)

Dalam Praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan ialah 100ml pengukur gelas, viscotester RION, viscometer Brookfield, tween80, na-cmc, magnesium hidroksida dan aquadest. Bentuk sediaan perlu disediakan dua jenis yaitu emulsi (magnesium hidroksida 5g dan aquadest sampai 100ml) dan suspensi (magnesium hidroksida 5g, na-cmc 1g, tween 80 1ml dan aquadest sampai 100ml). Kemudian, diperhatikan sendimentasi kedua-dua sediaan tersebut. Volume sendimentasi dicatat dan direkod dalam (0, 15, 30, 60, 90) menit, konsistensi gel diukur. Berdasarkan graf, kedua-duanya bentuk sediaan ternyata volume sendimentasi menurun. Ia menunjukkan suatu suspense/emulsi adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi.

Kesimpulannnya, kita bisa mengetahui proses sendimentasi dalam bentuk sediaan emulsi dan suspensi dan bisa memastikan redispersibilitas dalam suspense dan emulsi.

Lampiran

Daftar pustaka

Tim Dosen Akfar Theresiana, 2013, Buku Panduan Praktikum Farmasi Fisika, Akademi Farmasi Theresiana, Semarang Martin, 2008, FARMASI FISIK, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

Moechtar, 1989, FARMASI FISIKA, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Soekardjo, 2002, KIMIA FISIKA,PT. Rineka Cipta, Jakarta

Arief.Moh.2003.Farmasetika Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada.

Nurwulandari. Wunik.2013. Sistem Dispersi terdapat di [http://www.academia.edu/567A871/system_dispersi_tinjauan_dapus] diakses pada tanggal 11 Mei 2015.

Aryani.Mita Ritno.2010. Formulasi Suspensi Siproflasasin Menggunakan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri terdapat di [http://eprintus.ums.ac.id/8175/2/k100050273.pdf] diakses pada tanggal 11 Mei 2015.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta.

Dudgale.1986.Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta:Erlangga.