14
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018 1 SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA BERBASIS MICROSOFT EXCEL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Yuningsih 1) , Mohamad Surya 2) , Deni Darmawan 3) , 1) Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Sekolah IPI Garut Email : [email protected] 2) Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana STKIP Garut Email : [email protected] 3) Program Studi Teknologi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa berdasarkan pengamatan sementara, guru-guru BK di Kabupaten Garut yang tergabung dalam Musyawarah guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) sekitar 25 orang, belum menggunakan sistem identitifikasi kebutuhan dan masalah siswa sebagai landasan dalam memberikan pelayanannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan sampel siswa kelas X. MIA. 5 sebanyak 40 siswa dan Informan dalam penelitian ini adalah guru-guru Bimbingan dan Konseling yang tergabung dalam wadah Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Kabupaten Garut yang terdiri atas kurang lebih 25 orang yang berasal dari utusan dari beberapa sekolah negeri dan swasta yang ikut aktif dalam kegiatan MGBK. Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penggunaan instrumen sistem identifikasi kebutuhan dan masalah siswa dapat membantu guru BK dalam menggali semua aspek yang menyangkut karakteristik siswa seperti aspek-aspek fisik (kesehatan), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat, masalah yang dialami dan kepribadian atau tugas-tugas perkembangannya. Pemberian pelayanan kepada siswa, antara lain layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konseling individu, layanan konsultasi dan layanan mediasi. Kata Kunci : Identifikasi Kebutuhan, Kualitas Pelayanan Bimbingan dan Konseling Abstract This research is motivated by the fact that based on interim observations, BK teachers in Garut Regency who are members of the Guidance and Counseling Teacher Council (MGBK) of about 25 people, have not used the system of identifying needs and problems of students as a foundation in providing services. This study uses a qualitative approach, with a sample of class X students. MIA. 5 as many as 40 students and Informants in this study are Guidance and Counseling teachers who are members of the Garut Regency Guidance and Counseling Teacher's Consultative Council consisting of approximately 25 people from envoys from several public and private schools who participated actively in the MGBK activities. The results showed that the use of system instruments for identifying needs and problems of students can help BK teachers in exploring all aspects related to student characteristics such as physical aspects (health), intelligence, learning motives, attitudes and learning habits, interests, problems experienced and personality or tasks of development. Providing services to students, including orientation services, information services, placement and distribution services, content mastery services, group guidance services, group counseling services, individual counseling services, consulting services and mediation services. Keywords: Need Identification, Guidance and Counseling Service Quality A.PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan maju. Pada dasarnya segala hal yang kita alami ini adalah ilmu dan ilmu itu berdasar pendidikan. Berdasarkan perkembangan jaman pendidikanpun berkembang dan sudut pandang manusiapun maju terhadap ilmu pendidikan, timbal balik dari semuanya itu diantaranya banyak

SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

1

SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA

BERBASIS MICROSOFT EXCEL DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Yuningsih1), Mohamad Surya2), Deni Darmawan3), 1) Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Sekolah IPI Garut

Email : [email protected]

2) Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana STKIP Garut

Email : [email protected] 3) Program Studi Teknologi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Email : [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa berdasarkan pengamatan sementara, guru-guru

BK di Kabupaten Garut yang tergabung dalam Musyawarah guru Bimbingan dan Konseling (MGBK)

sekitar 25 orang, belum menggunakan sistem identitifikasi kebutuhan dan masalah siswa sebagai landasan

dalam memberikan pelayanannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan sampel siswa

kelas X. MIA. 5 sebanyak 40 siswa dan Informan dalam penelitian ini adalah guru-guru Bimbingan dan

Konseling yang tergabung dalam wadah Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Kabupaten Garut

yang terdiri atas kurang lebih 25 orang yang berasal dari utusan dari beberapa sekolah negeri dan swasta

yang ikut aktif dalam kegiatan MGBK.

Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penggunaan instrumen sistem identifikasi kebutuhan

dan masalah siswa dapat membantu guru BK dalam menggali semua aspek yang menyangkut karakteristik

siswa seperti aspek-aspek fisik (kesehatan), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat,

masalah yang dialami dan kepribadian atau tugas-tugas perkembangannya. Pemberian pelayanan kepada

siswa, antara lain layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan

penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konseling

individu, layanan konsultasi dan layanan mediasi.

Kata Kunci : Identifikasi Kebutuhan, Kualitas Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Abstract

This research is motivated by the fact that based on interim observations, BK teachers in Garut Regency

who are members of the Guidance and Counseling Teacher Council (MGBK) of about 25 people, have not

used the system of identifying needs and problems of students as a foundation in providing services. This

study uses a qualitative approach, with a sample of class X students. MIA. 5 as many as 40 students and

Informants in this study are Guidance and Counseling teachers who are members of the Garut Regency

Guidance and Counseling Teacher's Consultative Council consisting of approximately 25 people from

envoys from several public and private schools who participated actively in the MGBK activities. The

results showed that the use of system instruments for identifying needs and problems of students can help

BK teachers in exploring all aspects related to student characteristics such as physical aspects (health),

intelligence, learning motives, attitudes and learning habits, interests, problems experienced and personality

or tasks of development. Providing services to students, including orientation services, information

services, placement and distribution services, content mastery services, group guidance services, group

counseling services, individual counseling services, consulting services and mediation services.

Keywords: Need Identification, Guidance and Counseling Service Quality

A.PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu hal yang

penting dalam kehidupan manusia, tanpa

pendidikan manusia tidak akan maju. Pada

dasarnya segala hal yang kita alami ini

adalah ilmu dan ilmu itu berdasar

pendidikan. Berdasarkan perkembangan

jaman pendidikanpun berkembang dan

sudut pandang manusiapun maju terhadap

ilmu pendidikan, timbal balik dari

semuanya itu diantaranya banyak

Page 2: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

616

bermunculan alat-alat teknologi yang amat

canggih. Sejalan dengan semuanya itu

kebudayaan dan jalan pikiran manusiapun

berubah dan akhirnya manusia jadi

masyarakat modern. Pendidikan SMA

berlandaskan pada tercapainya fungsi

pendidikan nasional bagi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi

siswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab

(UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal

3). Pasal 28 PP No. 17 tahun 2010

menyebutkan bahwa pendidikan menengah

umum berfungsi meningkatkan kepekaan

dan kemampuan mengapresiasi serta

mengekspresikan keindahan, kehalusan

dan harmoni.

Dalam mencapai fungsi tersebut

pendidikan di SMA dilakukan melalui

usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara ektif

mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN

No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 1,

Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010

pasal 77 menyebutkan bahwa: Pendidikan

menengah bertujuan membentuk peserta

didik menjadi insan yang: (a) beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia dan berkepribadian yang

luhur, (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif,

inovatif; (c) sehat, mandiri dan percaya

diri; dan (d) toleran, peka sosial,

demokratis dan bertanggung jawab.

Keberhasilan proses pembelajaran di

sekolah sangat dipengaruhi oleh peranan

guru dalam mengantisipasi permasalahan

yang muncul pada siswa, dalam

mengidentifikasi kebutuhan dan

mengantisipasi serta mengatasi kesulitan

belajar siswa, bimbingan dan konseling

merupakan upaya proaktif dan sistematik

dalam memfasilitasi individu mencapai

tingkat perkembangan yang optimal,

pengembangan perilaku efektif,

pengembangan lingkungan perkembangan,

dan peningkatan keberfungsian individu di

dalam lingkungannya. Semua perubahan

perilaku tersebut merupakan proses

perkembangan, yakni proses interaksi

antara individu dengan lingkungan

perkembangan melalui interaksi yang sehat

dan produktif. Bimbingan dan konseling

memegang tugas dan tanggung jawab

untuk mengembangkan lingkungan

perkembangan, membangun interaksi

dinamis antara individu dengan

lingkungannya, membelajarkan individu

untuk mengembangkan, memperbaiki, dan

memperhalus perilaku.

Berdasarkan pengamatan sementara,

guru- guru BK di Kabupaten Garut yang

tergabung dalam MGBK (Musyawarah

guru Bimbingan Dan Konseling) sekitar 25

orang belum menggunakan sistem

identitifikasi kebutuhan dan masalah siswa

sebagai landasan dalam memberikan

pelayanan dan seringkali pelayanan

Bimbingan dan Konseling dirasakan

terlambat terutama dalam hal

mengantisipasi permasalahan belajar

siswa, pelayanan baru diberikan setelah

siswa bermasalah. Disamping sekarang ini

semua layanan sudah seharusnya berbasis

web base, sebagaimana ditegaskan oleh

Darmawan, D., Kartawinata, H., Astorina,

W. (2017), dalam kajiannya tentang web

based electronic Learning System yang

dapat diadaptasikan dalam proses guding

and counseling di sekolah.

Berdasarkan Latar Belakang tersebut di

atas, mengingat pentingnya memberikan

pelayanan secara maksimal terhadap

Page 3: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

617

peserta didik, khususnya yang mempunyai

permasalahan, maka peneliti mengambil

judul “Sistem Identifikasi Kebutuhan dan

Masalah Siswa Berbasis Microsoft Excel

dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Bimbingan dan Konseling”.

Berdasarkan latar belakang masalah

yang telah dikemukakan di atas, maka

peneliti merumuskan permasalahan

penelitian dalam bentuk pertanyaan

“Bagaimanakah Sistem Identifikasi

Kebutuhan Siswa Berbasis Microsoft

Excel Dalam Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Bimbingan Dan Konseling

dapat diterapkan di sekolah?”. Rumusan

masalah tersebut selanjutnya diuraikan

menjadi pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana penggunaan instrumen

Sistem Identifikasi Kebutuhan Siswa

Berbasis Microsoft Excel dapat

menggali karakteristik siswa?

2. Bagaimana efektivitas identifikasi

kebutuhan Siswa Berbasis Microsoft

Excel dapat menunjang dalam

peningkatan kualitas bimbingan dan

konseling ?

3. Bagaimana upaya meningkatkan

kualitas pelayanan bimbingan konseling

kepada siswa?

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sejauhmana efektivitas

penggunaan sistem identifikasi kebutuhan

siswa berbasis Microsoft Excel dapat

meningkatkan kualitas pelayanan

bimbingan dan konseling bagi guru-guru

BK atau konselor. Tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Gambaran tentang Pengembangan

Sistem Identifikasi Kebutuhan

Siswa Berbasis Microsoft Excel

dapat diterapkan di sekolah.

2) Efektivitas identifikasi kebutuhan

siswa berbasis Microsoft Excel

dapat menunjang dalam

peningkatan kualitas bimbingan

dan konseling.

3) Memberi gambaran upaya yang

perlu dilakukan guru Bimbingan

dan Konseling dalam

meningkatkan kualitas pelayanan

kepada siswa.

Sesuai dengan permasalahan yang

dikemukakan di atas, ada beberapa

asumsi yang dijadikan titik tolak

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan yang bermutu, efektif

atau ideal adalah yang

mengintegrasikan tiga bidang

kegiatan utamanya secara sinergi,

yaitu bidang administratif dan

kepemimpinan, bidang instruksional

atau kurikuler, dan bidang

bimbingan dan konseling.

Pendidikan yang hanya

melaksanakan bidang administratif

dan instruksional dengan

mengabaikan bidang bimbingan dan

konseling, hanya akan menghasilkan

peserta didik yang pintar dan

terampil dalam aspek akademik,

tetapi kurang memiliki kemampuan

atau kematangan dalam aspek

kepribadian (Depdiknas, 2007).

2. Sistem Identifikasi Kebutuhan Siswa

Berbasis Microsoft Excel merupakan

salah satu alat atau instrumen yang

dapat digunakan untuk

mengidentifikasi atau mendeteksi

kebutuhan dan permasalahan siswa

dan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan Bimbingan dan

Konseling.

3. Peningkatan pelayanan bimbingan

dan konseling kepada siswa yang

mengalami masalah harus segera

dilaksanakan oleh guru BK atau

konselor sesuai dengan peranan dan

fungsi BK di sekolah.

Page 4: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

618

B. KAJIAN LITERATUR

1. Konsep Sistem Identifikasi

Kebutuhan (Need Assessment)

berbasis Microsoft Excel.

Ada beberapa hal yang melekat pada

pengertian need assessment. Pertama; need

assessment merupakan suatu proses

artinya ada rangkaian kegiatan dalam

pelaksanaan need assessment. Need

assessement bukanlah suatu hasil, akan

tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya

mengambil keputusan tertentu.

Kedua; kebutuhan itu sendiri pada

hakikatnya adalah kesenjangan antara

harapan dan kenyataan. Dengan demikian

maka, need assessment merupakan

kegiatan mengumpulkan informasi tentang

kesenjangan yang seharusnya dimiliki

setiap siswa dengan apa yang telah

dimiliki. Jangan sampai antara belahan

otak kiri yang memikirkan logika selalu

bertentangan dengan belahan otak kanan (

Darmawan, 2012) yang memikirkan

kesesauaian antara harapan dengan

kenyataan

Identifikasi permasalahan siswa dapat

dilakukan dengan mengisi jenis-jenis

masalah yang biasa dihadapi siswa melalui

alat ungkap masalah (problem check list).

Problem- problem yang dihadapi siswa

merupakan hal penting yang harus

diketahui dan difahami guru bimbingan

dan konseling karena persoalan- persoalan

yang dihadapi siswa dapat mengakibatkan

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,

problem merupakan starting point bagi

guru pembimbing untuk melaksanakan

konseling ( Walgito, 2010:173).

Assesmen dilakukan untuk mengetahui

keadaan siswa pada saat tertentu , baik

potensi yang dimiliki maupun berbagai

kelemahan siswa sebagai bahan untuk

melakukan layanan. Kemdikbud (2014:74-

75) bahwa dalam layanan bimbingan dan

konseling asesmen mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1) Sebagai salah satu sarana yang

digunakan dalam membuat

diagnosis psikologis.

2) Mengenal dan memahami

potensi,kekuatan dan tugas-tugas

perkembangannya serta sebagai

dasar mengembangkan segala

potensi dan kekuatan yang

dimilikinya secara optimal.

3) Mengenal dan menentukan tujuan

dan rencana hidupnya serta rencana

pencapaian tujuannya.

4) Mengenal dan memahami potensi

atau peluang yang ada di

lingkungannya.

5) Hasil asesmen sebagai dasar untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan

dan tuntutan dari lingkungannya.

6) Sebagai dasar perencanaan dan

evaluasi program kegiatan

bimbingan dan konseling.

Metode Need Assessment dibuat untuk

bisa mengukur tingkat kesenjangan yang

terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa

yang diharapkan dan apa yang sudah

didapat. Dalam pengukuran kesenjangan

seorang analisis harus mampu mengetahui

seberapa besar masalah yang dihadapi.

Beberapa fungsi Need Assessment

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan yang

relevan dengan pekerjaan atau tugas

sekarang yaitu masalah apa yang

mempengaruhi hasil pembelajaran.

b. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak

yang terkait dengan finansial,

keamanan atau masalah lain yang

menggangu pekerjaan atau

lingkungan pendidikan.

c. Menyajikan prioritas-prioritas untuk

memilih tindakan.

Page 5: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

619

d. Memberikan data basis untuk

menganalisa efektifitas

pembelajaran.

Dari uraian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa guru BK diharapkan

mempunyai kemampuan dalam menyusun

dan mengembangkan instrumen asesmen

dan ini merupakan salah satu kompetensi

yang harus dimiliki oleh guru bimbingan

dan konseling (konselor) dalam

memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling. Pemahaman guru BK terhadap

hakekat assesmen, teknik dan prosedur

assesmen, pemahaman dan hasil

interpretasi serta penggunaan hasil

assesmen sangatlah esensial untuk

membantu mengarahkan siswa

menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya.

2. Kualitas Pelayanan Bimbingan dan

Konseling

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah proses pemberian

bantuan (process of helping) kepada

individu agar mampu memahami dan

menerima diri dan lingkungannya,

mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri

secara positif dan konstruktif terhadap

tuntutan norma kehidupan (agama dan

budaya) sehingga mencapai kehidupan

yang bermakna (berbahagia, baik secara

personal maupun sosial). Donald G.

Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976)

dalam Syamsu Yusuf (2008:6)

mengemukakan bahwa:

Guidance may be defined as that part of

the total educational program that helps

provide the personal opportunities and

specialized staff services by which each

individual can develop to the fullest of

his abilities and capacities in terms of

the democratic idea.

Bimbingan dapat didefinisikan sebagai

bagian dari program pendidikan

keseluruhan yang membantu menyediakan

kesempatan pribadi dan layanan staf

khusus dimana setiap individu dapat

mengembangkan secara kemampuan dan

kapasitas dalam hal gagasan demokrasi.

Shertzer dan Stone dalam Yusuf

(2012:40) mengartikan bimbingan sebagai

"... process of helping an individual to

understand himself and his world (proses

pemberian bantuan kepada individu agar

mampu memahami diri dan

lingkungannya). Kartadinata (1998:3)

mengartikannya sebagai "proses

membantu individu untuk mencapai

perkembangan optimal." Sementara

Natawidjaja (1987:37) mengartikan

bimbingan sebagai: suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan,

supaya individu tersebut dapat memahami

dirinya, sehingga dia sanggup

mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan

keadaan lingkungan sekolah, keluarga,

masyarakat, dan kehidupan pada

umumnya. Dengan demikian dia akan

dapat menikmati kebahagiaan hidupnya,

dan dapat memberi sumbangan yang

berarti kepada kehidupan masyarakat pada

umumnya. Bimbingan membantu individu

mencapai perkembangan diri secara

optimal sebagai makhluk sosial.

Makna bimbingan sebagai bagian dari

program pendidikan yang dikemukakan

oleh Tolbert dan Jones dalam oleh

Sukmadinata (2007:8) menyatakan bahwa

Bimbingan adalah seluruh program atau

semua kegiatan dan layanan dalam

lembaga pendidikan yang diarahkan pada

membantu individu agar mereka dapat

menyusun dan melaksanakan rencana serta

melakukan penyesuaian diri dalam semua

aspek kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa bimbingan

sebagai suatu proses pemberian bantuan

yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing yang

Page 6: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

620

sedang berkembang agar tercapai

kemandirian dalam pemahaman diri,

penerimaan diri, pengarahan diri dan

perwujudan diri dalam mencapi tingkat

perkembangan yang optimal dan

penyesuaian diri dengan lingkungan.

b. Kualitas Profesionalisme Konselor.

Menurut Surya (2013:352)

mengemukakan bahwa “guru professional

“ adalah guru yang telah mendapat

pengakuan secara formal berdasarkan

ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan

dengan jabatan atau latar belakang

pendidikan formalnya. Guru adalah

pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi. Kualitas pelayanan adalah

segala bentuk aktivitas yang dilakukan

oleh seseorang guna memenuhi harapan

konsumen dan keberhasilan seseorang

dalam memberikan pelayanan kepada

orang lain dalam mencapai tujuan yang

diharapkan. Mutu pelayanan dapat

dijadikan sebagai salah satu strategi untuk

menciptakan kepuasan konsumen. Dalam

memberikan pelayanan kepada siswa guru

BK senantiasa memenuhi kebutuhan dan

harapan siswa dalam mengembangkan

potensinya secara optimal. Dengan

memberikan pelayanan semaksimal

mungkin merupakan hal yang sangat

penting dan dapat membuahkan

keberhasilandalam penyelenggaraan

pendidikan. Willis (2009:79-85)

menyatakan bahwa kualitas konselor

adalah semua kriteria keunggulan,

termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan,

keterampilan, dan nilai-nilai yang

dimilikinya yang akan memudahkannya

dalam menjalankan proses konseling

sehingga mencapai tujuan dengan berhasil

(efektif).

Salah satu kualitas yang jarang

dibicarakan adalah kualitas pribadi

konselor. Kualitas pribadi konselor adalah

kriteria yang menyangkut segala aspek

kepribadian yang amat penting dan

menentukan keefektifan konselor jika

dibandingkan dengan pendidikan dan

latihan yang ia peroleh.

Kualitas pribadi konselor merupakan

faktor yang sangat penting dalam

konseling. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa kualitas pribadi

konselor menjadi faktor penentu bagi

pencapaian konseling yang efektif, di

samping faktor pengetahuan tentang

dinamika perilaku dan keterampilan

terapeutik atau konseling.

Cavanagh dalam Yusuf (2012:37)

mengemukakan bahwa kualitas pribadi

konselor ditandai dengan beberapa

karakteristik sebagai berikut : (a)

Pemahaman diri; (b) kompeten; (c)

memiliki kesehatan psikologis yang baik;

(d) dapat dipercaya; (e) jujur; (f) kuat; (g)

hangat; (h) responsif; (i) sabar; (j) sensitif;

dan (k) memiliki kesadaran yang holistik.

a. Pemahaman diri (Self-knowledge)

Self-knowledge ini berarti bahwa

konselor memahami dirinya dengan

baik, dia memahami secara pasti apa

yang dia lakukan, mengapa dia

melakukan hal itu, dan masalah apa

yang harus dia selesaikan.

b. Kompeten (Competent)

Kompetensi ini dimaksud kompeten

disini adalah bahwa konselor itu

memiliki kualitas fisik, intelektual,

emosional, sosial, dan moral sebagai

pribadi yang berguna.

c. Kesehatan Psikologis

Konselor dituntut memiliki kesehatan

psikologis yang lebih baik dari

kliennya. Hal ini penting karena

kesehatan psikologis (psychological

health) konselor akan mendasari

pemahamannya terhadap perilaku dan

Page 7: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

621

keterampilannya. Ketika konselor

memahami bahwa kesehatan

psikologisnya baik dan dikembangkan

melalui konseling, maka dia

membangun proses konseling tersebut

secara lebih positif.

Konselor merupakan model dalam

berperilaku, apakah dia menyadari atau

tidak. Setiap pertemuan konseling

merupakan suatu periode pengawasan

yang begitu intensif terhadap tingkah laku

yang adaptif. Ketika konselor kurang

memiliki kesehatan psikologis, maka

perannya sebagai model berperilaku bagi

klien menjadi tidak efektif, bahkan dapat

menimbulkan kecemasan bagi klien.

d. Dapat Dipercaya (Trustworthiness)

Kualitas ini bahwa konselor itu tidak

menjadi ancaman atau penyebab

kecemasan bagi klien. Kualitas konselor

yang dapat dipercaya sangat penting dalam

konseling, karena beberapa alasan sebagai

berikut.

1) Esensi tujuan konseling adalah

mendorong klien untuk

2) mengemukakan masalah dirinya

yang paling dalam.

3) Klien dalam konseling perlu

mempercayai karakter dan motivasi

4) konselor. Artinya klien percaya

bahwa konselor mempunyai

5) motivasi untuk membantunya.

6) Apabila klien mendapat

penerimaan dan kepercayaan dari

7) konselor, maka akan berkembang

dalam dirinya sikap percaya

8) terhadap dirinya sendiri.

e. Jujur (honesty)

Maksud jujur disini adalah bahwa

konselor itu bersikap transparan (terbuka),

autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini

penting dalam konseling, karena alasan-

alasan berikut :

a) Sikap keterbukaan memungkinkan

konselor dan klien untuk menjalin

hubungan psikologis yang lebih

dekat satu sama lainnya di dalma

proses konseling. Kedekatan

hubungan psikologis sangat

penting dalam konseling, sebab

dapat menimbulkan hubungan yang

langsung dan terbuka antara

konselor dengan klien.

b. Kejujuran memungkinkan

konselor dapat memberikan umpan

balik secara objektif kepada klien.

f. Kekuatan (Strength)

Kekuatan atau kemampuan konselor

sangat penting dalam konseling, sebab

dengan hal itu klien akan merasa aman.

Klien memandang konselor sebagai orang

yang (a) tabah dalam menghadapi masalah,

(b) dapat mendorong klien untuk

mengatasi masalahnya dan, (c) dapat

menanggulangi kebutuhan dan masalah

pribadi.

g. Bersikap Hangat

Maksud bersikap hangat itu adalah :

ramah, penuh perhatian, dan memberikan

kasih sayang. Klien yang datang meminta

bantuan konselor, pada umumnya yang

kurang mengalami kehangatan dalam

hidupnya, sehingga dia kehilangan

kemampuan untuk bersikap ramah,

memberikan perhatian, dan kasih sayang.

Melalui konseling, klien ingin mendapat

rasa hangat tersebutdan melakukan

“sharing” dengan konselor.

h. Actives Responsiveness

Keterlibatan konselor dalam proses

konseling bersifat dinamis, tidak pasif.

Melalui respon yang aktif, konselor dapat

mengkomunikasikan perhatian dirinya

terhadap kebutuhan klien. Disini, konselor

mengajukan pertanyaan yang tepat,

memberikan umpan balik yang

Page 8: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

622

bermanfaat, memberikan informasi yang

berguna, mengemukakan gagasan-gagasan

baru, berdiskusi dengan klien tentang cara

mengambil keputusan yang tepat, dan

membagi tanggung jawab dengan klien

dalam proses konseling.

i. Sabar (Patience)

Melalui kesabaran konselor dalam

proses konseling dapat membantu klien

untuk mengembangkan dirinya secara

alami. Sikap sabar konselor menunjukkan

lebih memperhatikan diri klien dari pada

hasilnya. Konselor yang sabar cenderung

menampilkan kualitas sikap dan perilaku

yang tidak tergesa-gesa.

j. Kepekaan (Sensitivity)

Kualitas ini berarti bahwa konselor

menyadari tentang adanya dinamika

psikologis yang tersembunyi atau sifat-

sifat mudah tersinggung, baik dari pada

klien maupun dirinya sendiri. Konselor

yang sensitif akan mampu mengungkap

atau menganalisis apa masalah yang

sebenarnya yang dihadapi klien.

k. Kesadaran Holistik (Holistic Awareness)

Pendekatan holistik dalam konseling

berarti bahwa konselor memahami klien

secara utuh dengan segala latar

belakangnya, yang meliputi: fisik,

intelektual, emosi, sosial, seksual, dan

moral spiritual.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan kepada siswa maka

guru bimbingan dan konseling perlu

menunjukkan pribadi yang berkualitas dan

bertanggungjawab secara profesional.

Pelayanan diberikan kepada proses

pemahaman, pengarahan dan penyesuaian

diri, dengan tujuan terjadinya perubahan

tingkah laku pada siswa. Khususnya dalam

mengotimalkan proses pembelajaran pada

diri anak dengan pendekatan stimulus

berbasis Biological communication untuk

mempercepat pembelajarannya,

(Darmawan, 2012).

C. METODE PENELITIAN

1. Metode

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi. Penelitian kualitatif

adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis Proses dan makna (perspektif

subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian

kualitatif.

Mengapa kualitatif? Hal ini dikarenakan

permasalahan dalam penelitian belum

jelas, holistik, kompleks, dinamis dan

penuh makna, sehingga tidak mungkin data

pada situasi sosial tersebut dijaring dengan

metode penelitian kuantitatif. Peneliti

bertujuan untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh unit analisis

penelitian, seperti perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

mendalam, untuk menemukan pola,

hipotesis juga teori. Secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:

6).

Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2009: 9)

mengemukakan karakteristik pendekatan

kualitatif ditandai dengan mengamati unit

analisis pada kondisi yang alamiah (natural

setting), lebih bersifat deskriptif, lebih

menekankan proses dari pada hasil

(outcome), analisis data secara induktif dan

lebih menekankan makna (data dibalik

yang teramati).

Landasan teori dimanfaatkan sebagai

pemandu agar fokus penelitian sesuai

Page 9: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

623

dengan fakta di lapangan. Selain itu

landasan teori juga bermanfaat untuk

memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian dan sebagai bahan pembahasan

hasil penelitian. Peneliti bertujuan untuk

memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh unit analisis penelitian, seperti

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain secara mendalam, untuk

menemukan pola, hipotesis juga teori.

Secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah (Moleong, 2010: 6).

2. Teknik Pengumpulan data

Penelitian kualitatif, data diperoleh dari

berbagai sumber, dengan menggunakan

teknik pengumpulan data yang bermacam-

macam (triangulasi), dan dilakukan secara

terus menerus sampai data jenuh. Dengan

pengamatan yang terus menerus tersebut

mengakibatkan variasi data tinggi sekali.

Data yang diperoleh pada umumnya adalah

data kualitatif (walaupun tidak menolak

data kuantitatif).

Analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan,

dan setelah selesai di lapangan. Dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.

Dalam kenyataannya analisis data

kualitatif berlangsung selama proses

pengumpulan data dari pada setelah selesai

pengumpulan data

Metode kualitatif menggunakan

beberapa bentuk pengumpulan data

seperti: Observasi, Wawancara dan

Analisis dokumen lainnya. Data tersebut

dianalisis dengan tetap mempertahankan

keaslian teks yang memaknainya. Hal ini

dilakukan karena tujuan penelitian

kualitatif adalah untuk memahami

fenomena dari sudut pandang partisipan,

konteks sosial dan institusional, sehingga

pendekatan kualitatif umumnya bersifat

induktif.

Populasi dan Sampel Penelitian ini

dilaksananan di SMAN 6 Garut dan di

Sanggar MGBK (Musyawarah Guru

Bimbingan dan Konseling) Kabupaten

Garut yang berpusat di SMAN 1 Garut

Jalan Merdeka 91 Garut.

Sampel dalam penelitian ini adalah

siswa kelas X. MIA. 5 sebanyak 40 siswa

sebagai objek dalam mengidentifikasi

kebutuhan dan masalah siswa.

Narasumber, atau partisipan, informan

dalam penelitian ini adalah guru-guru yang

tergabung dalam wadah Musyawarah Guru

Bimbingan dan Konseling Kabupaten

Garut yang berjumlah sekitar 25 orang

yang berasal dari utusan guru sekolah

negeri dan swasta yang ikut aktif dalam

kegiatan MGBK.

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN.

1. Hasil Penelitian

Dari beberapa pertanyaan yang diajukan

mendapat gambaran sebagai berikut:

Sebagian besar mengetahui peranan dan

fungsi BK di sekolahnya masing- masing,

antara lain bahwa:

a. Guru BK mempunyai peranan penting

dalam menyelesaikan permasalahan

siswa menyangkut upaya memfasilitasi

peserta didik yang selanjutnya disebut

konseli, agar mampu mengembangkan

potensi dirinya atau mencapai tugas-

tugas perkembangannya (menyangkut

aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,

dan moral-spiritual).

Konseli sebagai seorang individu yang

sedang berada dalam proses berkembang

yaitu berkembang ke arah kematangan atau

Page 10: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

624

kemandirian. Untuk mencapai kematangan

tersebut, konseli memerlukan bimbingan

karena mereka masih kurang memiliki

pemahaman atau wawasan tentang dirinya

dan lingkungannya, juga pengalaman

dalam menentukan arah kehidupannya.

b. Mengetahui dan memahami tentang

tujuan, prinsip, azas dan bidang

Bimbingan dan Konseling seperti yang

tercantum dalam program BK masing-

masing di tiap sekolah antara lain

Bimbingan Dan Konseling merupakan

upaya memfasilitasi seluruh peserta

didik untuk menjadi siswa yang

berprilaku religius, dinamis dalam

mengikuti perkembangan dan

pembaharuan, dapat mencapai prestasi

akademik yang optimal, memiliki

motivasi yang tinggi dan berani

mengambil keputusan karir berdasarkan

potensi diri serta memiliki hubungan

sosial yang baik .

c. Upaya dalam meningkatkan kualitas

pelayanan BK antara lain:

Guru adalah pendidik professional

dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi. Kualitas

pelayanan adalah segala bentuk aktivitas

yang dilakukan oleh seseorang guna

memenuhi harapan konsumen dan

keberhasilan seseorang dalam memberikan

pelayanan kepada orang lain dalam

mencapai tujuan yang diharapkan. Mutu

pelayanan dapat dijadikan sebagai salah

satu strategi untuk menciptakan kepuasan

konsumen. Dalam memberikan pelayanan

kepada siswa guru BK senantiasa

memenuhi kebutuhan dan harapan siswa

dalam mengembangkan potensinya secara

optimal. Dengan memberikan pelayanan

semaksimal mungkin merupakan hal yang

sangat penting dan dapat membuahkan

keberhasilan dalam penyelenggaraan

pendidikan.

a) Meningkatkan profesionalisme

guru BK dengan cara mengikuti

dilkat, seminar dan workshop, dan

mengikuti kegiatan MGBK

b) Menampilkan pribadi konselor

yang berkualitas agar dalam

memberikan pelayanan kita merasa

percaya diri dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan siswa

dalam mengembangkan potensinya

secara optimal.

c) Memberikan pelayanan

semaksimal mungkin agar dapat

membuahkan keberhasilan dalam

penyelenggaraan pendidikan.

2.Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini,

dipaparkan pembahasan hasil penelitian

yang berkenaan penggunaan sistem

identifikasi kebutuhan dan masalah siswa

dan bagaimana upaya guru Bimbingan dan

Konseling dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kepada siswa.

1. Profil hasil Identifikasi Kebutuhan dan

Masalah Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilaksanakan terhadap siswa Kelas X.

Mia.5 SMA Negeri 6 Garut memberikan

gambaran umum penggunaan instrumen

sistem identifikasi kebutuhan dan masalah

siswa dapat membantu guru BK dalam

menggali semua aspek yang menyangkut

karakteristik siswa seperti aspek-aspek

fisik (kesehatan dan keberfungsiannya),

kecerdasan, motif belajar, sikap dan

kebiasaan belajar, minat, masalah yang

dialami dan kepribadian atau tugas-tugas

perkembangannya, sebagai acuan dasar

untuk memberikan pelayanan bimbingan

dan konseling sebagaimana yang

dikemukakan Walgito (2010:173) bahwa

Identifikasi permasalahan siswa dapat

dilakukan dengan mengisi jenis-jenis

masalah yang biasa dihadapi siswa melalui

alat ungkap masalah (problem check list).

Jika dapat diujicobakan untuk test

Page 11: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

625

kecerdasan hal ini sangat memungkinkan

para siswa berhasil dalam mengikuti CBT

(Darmawan, D., Harahap, E. (2016).

Problem- problem yang dihadapi siswa

merupakan hal penting yang harus

diketahui dan difahami guru bimbingan

dan konseling karena persoalan- persoalan

yang dihadapi siswa dapat mengakibatkan

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Problem merupakan starting point bagi

guru pembimbing untuk melaksanakan

konseling.

2. Upaya Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Dari hasil wawancara terhadap beberapa

guru Bimbingan dan Konseling di

Kabupaten Garut menunjukkan bahwa

dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap siswa antara lain:

a) Perlu meningkatkan profesionalis

me guru melalui dilkat, seminar

dan workshop, dan mengikuti

kegiatan MGBK

b) Menampilkan pribadi konselor

yang berkualitas agar dalam

memberikan pelayanan kita

merasa percaya diri dapat

memenuhi kebutuhan dan harapan

siswa dalam mengembangkan

potensinya secara optimal.

c) Memberikan pelayanan

semaksimal mungkin agar dapat

membuahkan keberhasilan dalam

penyelenggaraan

pendidikan.Dalam memberikan

pelayanan kepada siswa, guru

Bimbingan dan konseling perlu

melakukan serangkaian kegiatan

atau aktivitas yang dirancang oleh

konselor untuk membantu klien

dalam upaya untuk

mengembangkan dirinya

seoptimal mungkin.

Efektivitas pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling dalam upaya

mengembangkan potensi yang dimiliki

siswa juga didukung oleh proses

pelaksanaan dimana guru bimbingan

dan konseling memberikan layanan

bimbingan dan konseling tentang

pengembangan diri pribadi siswa

bukan hanya memberikan dalam

bentuk materi layanan yang disajikan

melalui teknik pelatihan, tapi juga

secara personal guru bimbingan dan

konseling menampilkan peran (role),

relasi atau human relationship yang

mengarah kepada pengembangan diri

siswa dalam berinteraksi di lingkungan

sekolah. Hubungan dengan peserta

(human relationship) yang diwujudkan

dalam proses konsultasi, konseling,

bimbingan kelompok dan ketika

konselor berperan sebagai fasiliator

(teaching a class) tidak terlepas dari

kemampuan menggunakan menampil-

kan pribadi yang perlu diteladani siswa

seperti sikap ramah, saling

menghormati, salam, tersenyum,

penerimaan diri dan sebaginya.

Kemampuan ini khususnya diarahkan

dalam melakukan analisis dan sintesis

oleh para siswa terhadap

lingkungannya. (Darmawan, D.,

Ruyadi, Y., Abdu, W.J., Hufad, A.,

(2017).

Aspek-aspek tersebut apabila

ditampilkan oleh guru bimbingan dan

konseling akan menjadi model bagi

peserta didik.

E.SIMPULAN DAN

REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasannya, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a) Pengembangan instrumen untuk

mengidentifikasi kebutuhan dan

masalah siswa sangat diperlukan

untuk mengungkap kondisi atau

menggali semua aspek yang

Page 12: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

626

menyangkut karakteristik siswa

seperti aspek-aspek fisik

(kesehatan dan keberfungsiannya),

kecerdasan, motif belajar, sikap

dan kebiasaan belajar, minat,

masalah yang dialami dan

kepribadian atau tugas-tugas

perkembangannya, sebagai acuan

dasar untuk memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling.

b) Upaya- upaya yang dilakukan guru

Bimbingan dan Konseling atau

konselor dalam meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap siswa

senantiasa diwujudkan dengan

menampilkan unjuk kerja secara

professional, memberikan

pelayanan dengan hati, senantiasa

memberikan teladan dengan

menampilkan pribadi sesuai

dengan standar ideal agar semua

kriteria keunggulan, termasuk

pribadi, pengetahuan, wawasan,

keterampilan, dan nilai-nilai yang

dimilikinya yang akan

memudahkannya dalam

menjalankan proses konseling

sehingga mencapai tujuan dengan

berhasil (efektif).

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan

temuan di lapangan diperoleh gambaran

bagaimana seharusnya guru Bimbingan

dan Konseling berperan dan

bertanggungjawab dalam melaksanakan

tugasnya. Bimbingan dan Konseling

merupakan dari dari sistem pendidikan

SMA yang berupaya memberikan layanan

pada siswa agar dapat mengembangkan

potensi yang dimilikinya secara optimal,

untuk itu keberhasilan pendidikan tidak

terlepas dari peranan guru Bimbingan dan

Konseling di sekolahnya masing-masing.

Konselor berusaha menggunakan

keterampilan, kepribadian dan

wawasannya, untuk menciptakan situasi

konseling yang kondusif bagi

pengembangan potensi klien.

Guru bimbingan dan konseling perlu

mengembangkan pemahaman tentang

pentingnya mengembangkan instrumen

untuk mengidentifikasi kebutuhan dan

masalah siswa yang akan dijadikan

landasan dalam memberikan pelayanan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

instrumen yang digunakan akan efektif

dalam mengembangkan pemberian

bantuan kepada siswa yang memerlukan

perhatian dalam penyelesaian masalahnya.

Dengan demikian pihak sekolah,

khususnya guru bimbingan dan konseling

atau konselor perlu mengembangkan,

memperbaharui, atau menindaklanjuti

program bimbingan dan konseling ini

dalam pelaksanaan program BK di

sekolah-sekolah.

Secara personal guru bimbingan dan

konseling perlu menampilkan peran (role),

relasi atau human relationship yang

mengarah kepada pengembangan diri

siswa dalam berinteraksi di lingkungan

sekolah. Hubungan dengan peserta (human

relationship) yang diwujudkan dalam

proses konsultasi, konseling kelompok,

bimbingan kelompok dan ketika konselor

berperan sebagai fasiliator tidak terlepas

dari kemampuan menggunakan

menampilkan pribadi yang perlu diteladani

siswa seperti sikap ramah, saling

menghormati, salam, tersenyum,

penerimaan diri dan sebaginya. Aspek-

aspek tersebut apabila ditampilkan oleh

guru bimbingan dan konseling akan

menjadi model bagi peserta didik.

F. REFERENSI

Andrani, D (2011). Metode Penelitian.

Jakarta: Universitas Terbuka

Kementerian Pendidikan Nasional.

Asrori, M. (2007). Psikologi

Pembelajaran. Bandung : CV Wacana

Prima.

Page 13: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

627

Basrowi dan Suwandi (2008). Memahami

Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta.

Bungin, B (2010). Analisis Data Penelitian

Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Creswell, John W. 1994. Research Design:

Qualitative and Quantitative

Approaches. California: Sage

Publications, Inc.

Darmawan, D. (2011). Teknologi

Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Darmawan, D, (2011). Inovasi

Pendidikan” Pendekatan Praktik

Teknologi Multimedia dan

Pembelajaran Online”. Bandung: PT

Remaja

Rosdakarya Offset.

Darmawan, D., Ruyadi, Y., Abdu, W.J.,

Hufad, A., (2017). Efforts to Know the

Rate at which Students Analyze and

Synthesize Information in Science and

Social Science Disciplines: A

Multidisciplinary Bio-

Communication Study, OnLine

Journal of Biological Sciences,

Volume 17, Number 3 (2017) pp 226-

231.

Darmawan, D., Harahap, E. (2016).

Communication Strategy For

Enhancing Quality of Graduates

Nonformal Education Through

Computer Based Test (CBT) in West

Java Indonesia, International Journal

of Applied Engineering Research,

Volume 11, Number 15 (2016) pp

8641-8645.

Darmawan, D., Kartawinata, H., Astorina,

W. (2017). Development of Web-

Based Electronic Learning System

(WELS) in Improving the

Effectiveness of the Study at

Vocational High School “Dharma

Nusantara. Journal of Computer

Science 2018, 14 (4): 562.573. DOI:

10.3844/jcssp.2018. 562.573.

Darmawan, D.,(2012). Biological

Communication Behavior through

Information Technology

Implementation in Learning

Accelerated. Int. J. Communications,

Network and System Sciences, 2012,

5, 454-

462http://dx.doi.org/10.4236/ijcns.20

12.58056.

Darmawan, D. (2012). Biological

Communication Through ICT

Implementation: New Paradigm in

Communication and Information

Technology for Accelerated Learning.

Germany: Lambert Academic

Publishing Germany

David Jary and Julia Jary, (1991)

Dictionary of Sociology, Glasgow:

HarperCollins Publishers

Departemen Pendidikan Nasional, (2003),

Pelayanan Bimbingan dan Konseling,

Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang,

Depdiknas

Depdiknas, (2007), Rambu-rambu

Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan

Formal, Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasio-nal Republik

Indonesia

Erlangga, B. (2010), Jago Tips Trik

Microsoft Office Excel, Jakarta: PT.

Eahyu Media.

Hidayat, D R, (2013), Bimbingan

Konseling Kesehatan Mental di

Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya

artadinata, S. (1998). Bimbingan di

Sekolah Dasar dan Menengah,

Bandung: Maulana.

Makmun, A S. (2009). Psikologi

Kependidikan: Perangkat

SistemPengajaran Modul. Penerbit :

Remaja Rosdakarya Bandung.

Natawidjaja. R (2009). Konseling

Kelompok Konsep Dasar dan

Pendekatan. Bandung: Rizqi

Page 14: SISTEM IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SISWA …

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 3, Nomor 2, September 2018

628

Prayitno dan Erman A (2004) , Dasar-

Dasar Bimbingan dan Konseling,

Jakarta: Rineka Cipta

Priatna, N. (2013). Pengembangan Profesi

Guru. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program

Pascasarjana STKIP Garut: Tidak

Diterbitkan

Ronnie, D, (2011). Guru Cerdas The

Power Of Emotional & Adversity

Qoutient for Techers. Palembang: Alti

Publishing.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran

Dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

_____, (2008). Perencanaan dan Desain

Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

--------, (2012). Media Komunikasi

Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sugiono. (2007). Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

______, (2009), Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N S (2007), Bimbingan dan

Konseling Dalam Praktek:

Mengembangkan Potensi dan

Kepribadian Siswa, Bandung:

Maestro

_____, (2008), Metode Penelitian

Pendidikan, Bandung ; Maestro.

_____, (2008), Landasan Psikologi Proses

pendidikan, Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran

dan Pengajaran, Bandung: Pustaka

Bani Quraisy.

_____, (2009). Psikologi Konseling.

Bandung: Maestro.

_____, (2013). Psikologi Guru. Bandung:

Alfabeta.

Walgito. B (2010). Bimbingan dan

Konseling (Studi dan Karir).

Yogyakarta: CV Andy.

Yusuf, S dan A. Juntika Nurihsan, (2012),

Landasan Bimbingan dan Konseling,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_Ex

cel