Sistem Jaringan Dan Antena WCDMA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

standarisasi 3G, konsep dasar, sistem jaringan, spektrum, arsitektur jaringan 3G.

Citation preview

SISTEM JARINGAN DAN ANTENA WCDMA

3.1 Standarisasi Sistem Seluler Generasi Ketiga (3G) Teknologi seluler 3G dibagi atas dua standar utama yang mengacu kepada IMT-2000 (Internasional Mobile Telecommunication 2000), yaitu CDMA 2000 yang berbasis CDMA dan UMTS/W-CDMA yang berbasis GSM. ITU (Internasional Telecommunication Union/Badan Telekomunikasi Internasional) juga telah mengalokasikan spektrum frekuensi bagi IMT-2000, yaitu di spektrum frekuensi pengiriman (uplink) 1920-1980 MHz dan spektrum frekuensi penerimaan (downlink) 2110-2170 MHz. Standarisasi IMT 2000 tersebut diusung oleh dua partnership yang beranggotakan badan-badan standardisasi, seperti yang ditampilkan pada gambar 3.1 yaitu : 3GPP (The Third Generation Partnership Project) 3GPP2 (The Third Generation Partnership Project 2)

Gambar 3.1 Partnership 3G

Layanan-layanan utama yang ditawarkan oleh teknologi 3G adalah Video Call, Real Time Video Sharing, VoIP, Multiplayer Games, Browsing, Audio & Video Streaming, Content Download.

rozeff__

38

3.2 Konsep Dasar WCDMA Teknologi WCDMA memiliki lebar sinyal radio 5 MHz dan chip ratenya 3.84 Mcps dimana tiga kali lebih tinggi dari chip rate CDMA 2000 (1,22 Mcps). Setiap user diberikan suatu kode khusus yang dipakai untuk mengkodekan elemen-elemen informasi. Kode-kode user yang berbeda ini adalah orthogonal dan tidak merusak satu sama lain sehingga banyak user dapat dikombinasi dengan sinyal carrier yang sama. Untuk berbagai layanan koneksi, setiap user mengoptimalkan syarat-syarat tertentu (seperti BER, maksimum delay, throughput, dll). Setelah pengkodean orthogonal user-user yang berbeda akan dilipat gandakan secara bersama kedalam satu channel/saluran (carrier). Carrier ini akan dikodekan dengan kode pseudo-noise yang berguna untuk memisahkan carrier-carrier tersebut, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Chip rate dan pita carrier pada WCDMA

3.3 Alokasi Spektrum Ada dua teknik duplex pada WCDMA, yaitu FDD (Frequency Division Duplex) dan TDD (Time Division Duplex). FDD memiliki frekuensi uplink antara 1920 MHz -1980 MHz, frekuensi downlink 2110 MHz2170 MHz dan sepasang frekuensi carrier 5 MHz. Selain itu pada FDD juga terdapat frekuensi pemisah antara uplink dan downlink sebesar 190 MHz. Walaupun 5 MHz adalah batas nominal jarak sinyal carriernya, mungkin saja sinyal

:: rozeff__

39

carriernya berkisar 4.4 MHz 5 MHz dalam tingkat 200 kHz. Ini adalah jarak yang diperlukan untuk menghindari interferensi, terutama jika blok 5 MHz berikutnya dialokasikan ke carrier lainnya. Pada TDD telah ditetapkan frekuensi uplink-nya antara 1900 MHz1920 MHz dan downlink 2010 MHz2025 MHz. Sinyal carrier yang diberi digunakan pada uplink dan downlink sehingga tidak ada pemisah. Alokasi spektrum frekuensi WCDMA tersebut ditampilkan pada gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Spektrum Frekuensi WCDMA/UMTS

Karakteristik dari FDD dan TDD tersebut adalah : FDD : Transmisi uplink dan downlink-nya menggunakan daerah band frekuensi yang berbeda, dimana satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh suatu jarak duplex.

TDD : Suatu metode duplex dimana transmisi uplink dan downlink-nya membawa frekuensi radio yang sama, dengan menggunakan sinkronisasi interval waktu. Pada TDD, time slot pada physical channel dibagi ke dalam bagian pengiriman dan bagian penerimaan.

:: rozeff__

40

3.4 Arsitektur Jaringan WCDMA Jaringan WCDMA terdiri dari RAN (Radio Access Network), CN (Core Network) dan SN (Service Network). Arsitektur jaringan WCDMA dapat dilihat seperti gambar 3.4.

Gambar 3.4 ArsitekturJaringan WCDMA

3.4.1 Radio Access Network (RAN) Fungsi utama Radio Access Network (RAN) pada WCDMA adalah untuk menyediakan suatu koneksi antara User Equipment (UE) dengan Core Network (CN). Mengatur mobilitas serta handover pada RAN. Pada spesifikasi 3GPP, RAN pada WCDMA dikenal juga dengan UTRAN (Universal Terrestied Radio Access Network). RAN pada WCDMA berhubungan satu sama lainnya melalui suatu transport network. Gambar 3.5 berikut ini memperlihatkan arsitektur dari RAN WCDMA tersebut.

:: rozeff__

41

Gambar 3.5 Arsitektur Radio Access Network (RAN) WCDMA

RAN pada WCDMA tediri atas Radio Network Controller (RNC), Radio Base Station (RBS), Radio Access Network Operating Support (RANOS) dan O&M Infrastructure (OMINF). RNC (Radio Network Controller) berfungsi untuk mengkontrol dan menjaga keutuhan sumber sinyal radio pada RAN. RNC menghubungkan RAN WCDMA dengan Core Network melalui interface Iu. RNC juga menangani RBS-RBS yang terhubung melalui interface Iub. RBS (Radio Base Station) menangani transmisi radio yang diterima dari atau menuju UE melalui interface Uu. RBS menyediakan sumber radio dan mempertahankan jaringan radio UE tersebut pada cell-cell. RBS merupakan bagian dari BTS. BTS pada WCDMA disebut juga Node-B, dan dapat menangani satu atau lebih cell-cell radio. RANOS (Radio Access Network Operating Support) menyediakan segala informasi mengenai RAN seperti alarm, konfigurasi-konfigurasi dan performa yang mendasar. Fungsi RANOS memberikan gambaran status alarm dan konfigurasi data dan memonitor keadaan RAN. RANOS dibuat untuk mendukung operasional network dan prosedur-prosedur perawatan setiap harinya. RANOS dapat mengirim data seperti pemberitahuan kesalahan atau konfigurasi data ke system manajemen network.

:: rozeff__

42

OMINF (Operation & Maintenance Infrastructure) membuat semua komponenkomponen yang dipakai diimplementasikan ke O&M Intranet. O&M Intranet dipakai untuk menghubungkan semua Network element (NE) ke sinyal kontrol O&M. OMINF diperuntukkan bagi data traffic O&M saja. O&M Intranet juga memungkinkan RNC dan RBS dapat dikontrol dengan memakai RANOS dan mengelola elemen RNC/RBS. Layanan utama yang diberikan oleh RAN WCDMA bagi pelanggan adalah Radio Access Bearer (RAB). Suatu RAB adalah segmen penghubung antara UE dan Core Network. Karakteristik-karakteristiknya berbeda bergantung pada jenis layanan/informasi apa yang akan dikirim. RAB membawa data antara UE dan Core Network yang terdiri dari satu atau lebih RAB diantara UE dan RNC yang dijalankan. 3GPP telah menetapkan empat kelas layanan yaitu Conversation (voice telephony), Interactive (web surving), Streaming (menonton video), SMS maupun transfer data.

3.4.2 Core Network Core Network pada WCDMA merupakan pengembangan dari Core Network pada GSM. Fungsi utama Core Network WCDMA adalah untuk menangani permintaan-permintaan panggilan yang diberikan logic control untuk membuat koneksi antara radio access, service network atau external network yang berdasarkan pada permintaan QOS. Core Network meliputi Circuit-Switched Domain, Packet Switched Domain, Transport Domain, Support Domain, Multimedia Domain. Pada Core Network Circuit-Switched atau CNCS, secara fungsionil berhubungan dengan circuit-switch speech dan data call. CNCS terdiri dari MGW (Mobile Gateway), MSC (Mobile Switching Center), TSC (Transit Switching Center), STP (Signaling Transfer Point), OSS-RC (Operation Support System Radio and Core).

:: rozeff__

43

Gambar 3.6 dibawah ini memperlihatkan jaringan dari CNCS tersebut.

Gambar 3.6 Core Network Circuit-Switched (CNCS)

MGW (Media Gateway) berfungsi sebagai konektifitas bila arsitektur layer telah digunakan. MGW menangani alat-alat prosesing, traffic dan pensinyalan diantara network. MSC (Mobile Switching Center) berfungsi sebagai Setting up, Routing, Controlling dan Terminating. MSC terdiri dari logic yang menyelenggarakan inter dan intra handover. MSC yang ada dalam berbagai konfigurasi disesuaikan terhadap kebutuhan-kebutuhan operator. OSS-RC (Operation Support System Radio and Core) mendukung pemusatan operasi dan maintenance akses radio sebagaimana core network antara sistem GSM dan WCDMA. OSS-RC memberikan gambaran informasi dari RAN seperti alarm, konfigurasi dan performa mendasar yang ada pada suatu lingkup Network Management. Pada Core Network Packet-Switched atau CNPS, secara fungsional berhubungan dengan packet-switched dan data call. Node-node CNPS tersebut meliputi SGSN (Serving GPRS Support Node), GGSN (Gateway GPRS Support Node), OSS-RC (Operation Support System). SGSN dan GGSN adalah elemen-elemen network utama bagi GPRS pada core network. Gambar 3.7 berikut ini memperlihatkan jaringan dari CNPC tersebut.

:: rozeff__

44

Gambar 3.7 Core Network Packet-Switched (CNPC)

SGSN (Serving GPRS Support Node) adalah kontrol utama node pada core network WCDMA yang memberikan mobilitas bagi UE berpindah dalam area GPRS serving menurut pergerakan routing yang areanya diperbaharui dan sebagai kontrol bagi UE. GGSN (Gateway GPRS Support Node) berfungsi sebagai pintu gerbang antara core network dan network-network packet data, seperti internet. GGSN bertanggung jawab sebagai manajemen didalam mobile network.

3.4.3 Service Network Service Network adalah suatu cara yang memungkinkan sebuah network server mengirimkan layanannya diantara layanan-layanan dan aplikasi-aplikasi yang berbeda, metode access dan perangkat-perangkat user yang berdasarkan teknologi IP. Cara ini telah ada pada GSM (GPRS) dan pada WCDMA sehingga network-nya selalu terhubung dengan Mobile Internet. Gambar 3.8 berikut ini menampilkan arsitektur dari service network WCDMA tersebut.

:: rozeff__

45

Gambar 3.8 Arsitektur Service Network WCDMA

3.5 HANDOVER Jika suatu user bergerak diantara sel/sektor yang bersebelahan selama melakukan percakapan, panggilan tersebut secara otomatis akan diswitch ke sel/sektor yang baru tanpa memutuskan panggilan tersebut. pergantian ke sel baru ini dikenal dengan istilah Handover. Ada dua tipe Handover pada WCDMA, yaitu Soft handover dan Hard handover. Soft handover kemudian dapat dibagi lagi atas Soft dan Softer handover. Soft handover terjadi antara dua sel atau sektor pada Node B-Node B yang berbeda. UE terhubung pada dua Node B pada saat yang bersamaan. Informasi user akan dikirimkan oleh UE dari beberapa Node B yang mencakupinya secara simultan dan dikombinasikan didalam UE tersebut. Kemudian pada uplink, informasi yang dikirimkan dari UE dipancarkan dari masing-masing Node B ke RNC. Masing-masing Node B tersebut mengirimkan perintah power control ke UE. Softer handover terjadi antara dua sel atau sektor pada Node B yang sama. UE terhubung dengan dua atau lebih sel/sektor pada Node B yang sama. Dalam hal ini hanya satu power control yang aktif dan dikendalikan oleh Node B yang melayani kedua sel atau sektor tersebut.

:: rozeff__

46

Jika koneksi yang telah ada yang kemudian dilepaskan sebelum membuat koneksi yang baru ini disebut dengan Hard handover. Pada Hard handover, UE hanya berkomunikasi dengan satu sel/sektor pada waktu yang sama. Hard handover dapat terjadi dalam beberapa situasi, seperti dari satu sel ke sel lainnya dimana kedua sel/sektor tersebut menggunakan frekuensi carrier yang berbeda. Atau dari satu sel ke sel lainnya dimana Node B terhubung dengan RNC yang berbeda dan tidak ada interface Iur diantara RNC-RNC tersebut. Gambar 3.9 berikut ini memperlihatkan proses handover tersebut.

Soft handover Gambar 3.9 Handover

Softer handover

3.6 Pembangunan Node B Teknologi 3G masih terbilang baru di indonesia karena baru diperkenalkan sekitar tahun 2006. Operator-operator 3G masih membangun Node B di daerah-daerah strategis dan belum merata seperti halnya dengan BTS untuk GSM. Untuk memperluas daerah layanan 3G, operator perlu membangun Node B-Node B baru yang diharapkan mampu meningkatkan jumlah pelanggan pengguna layanan 3G. BTS pada teknologi 3G dikenal dengan sebutan Node B. Node B memiliki peranan yang sama seperti halnya BTS pada GSM. Node B berfungsi sebagai penghubung antara mobile station dengan RNC sehingga pelanggan bisa terkoneksi pada jaringan dan

:: rozeff__

47

memanfaatkan layanan 3G. Node B menangani frekuensi radio dan sel-sel pada RAN WCDMA. Hubungan antara satu Node B dengan Node B lainnya terkoneksi melalui mini link. Mini link berfungsi agar suatu Node B dapat terhubung dengan sinyal jaringan operator. Sinyal jaringan dari Node B ini biasanya didapat dari Node B lain yang terdekat. Koneksi mini link ini dilakukan melalui suatu antena parabola. Jarak yang dapat diakses antara satu Node B dengan Node B lainnya dengan antena parabola mini link tersebut berkisar antara 4 Km hingga 15 Km. Suatu Node B tidak akan bisa diakses oleh pelanggan bila belum terkoneksi dengan sinyal jaringan. Tabel 3.1 berikut ini memperlihatkan jumlah Node B yang dibangun hingga akhir tahun 2007 oleh operator-operator seluler di indonesia. Tabel 3.1 Node B yang dibangun operator hingga tahun 2007Jumlah Node B Semester I 2007 Operator Akhir 2007 Telkomsel 1486 2500 XL 1000 1500 Indosat 1000 1500 Sumber : Internet

Pembangunan suatu Node B bergantung pada kondisi masing-masing site dan kebutuhannya. Node B dapat ditempatkan pada bagian teratas suatu gedung yang bertingkat (rooftop) atau dengan membangun tower pada suatu lahan yang terbuka (Greenfield). Pembangunan Node B untuk jenis greenfield membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama dari pada pembangunan Node B jenis rooftop. Hal ini dikarenakan harus membangun tower yang cukup tinggi, pembuatan pagar pada site Node B serta instalasi jaringan PLN yang membutuhkan waktu 2 - 3 bulan, dan bahkan bisa lebih lama bila cuaca dan kondisi dilapangan tidak memungkinkan.

:: rozeff__

48

Bentuk fisik suatu site Node B tidak berbeda dengan site BTS pada GSM. Sistem antena dan feeder, perangkat-perangakat utama RBS serta perangkat penunjang, dan bentuk fisik bangunan site diantara keduanya adalah sama. Perbedaannya hanya terdapat pada perangkat utama maupun perangkat penunjang yang dipakai harus disesuaikan dengan sistem 2G atau 3G. Dengan demikian selain RBS dan perangkat penunjang 3G lainnya bisa ditempatkan sendiri pada suatu site Node B, namun memungkinkan pula bagi operator untuk menempatkan RBS WCDMA (3G) dan perangkat penunjang tersebut pada site yang sama dengan RBS GSM (2G) yang sebelumnya telah dibangun. Gambar 3.10 dibawah ini memperlihatkan instalasi Node B yang ditempatkan pada suatu BTS. Dengan solusi ini maka operator tidak perlu mencari lahan baru, membangun tower, instalasi jaringan PLN dan pembangunan fisik lainnya seperti saat membangun site baru. Operator cukup memasang antena WCDMA pada tower yang sama yang digunakan untuk menempatkan antena GSM, kemudian membangun tiga line kabel feeder baru dan menginstalasi RBS WCDMA. RBS WCDMA (3G) dan perangkat penunjangnya bisa juga ditempatkan pada equipment room (shelter) yang sama dengan RBS GSM (2G) bila ruang masih mencukupi, atau bisa pula membangun equipment room baru disekitar tower pada site yang sama.

:: rozeff__

49

Antena GSM dual band

Feeder connector Antena WCDMA (3G)Jumper

Jumper

Tower Antena

RBS GSM 900

RBS GSM 1800

RBS WCDMA 1900

Equipment room

Gambar 3.10 Instalasi Node B pada site BTS

Solusi ini dapat menekan biaya pembangunan dan operasional, sehingga biaya investasi untuk pembangunan site Node B ini akan jauh lebih murah dibandingkan harus membangun site Node B baru yang terpisah.

3.7 Antena WCDMA (3G) Antena yang digunakan pada teknologi 3G memiliki fungsi yang sama dengan antena dual band pada GSM yaitu sebagai pemancar dan penerima sinyal yang menghubungkan

:: rozeff__

50

mobile station/pelanggan dengan Node B sehingga bisa terkoneksi dengan pelanggan lainnya atau memanfaatkan layanan 3G. Bentuk fisik dari antena tersebut memiliki kemiripan dengan antena yang dipakai pada GSM. Dan perangkat penunjang untuk pembangunan antena

tersebut juga tidak jauh berbeda. Namun antena WCDMA (3G) memiliki range frekuensi yang berbeda dengan frekuensi yang dipakai pada antena dual band pada GSM. Hal ini karena alokasi frekuensi untuk teknologi 3G adalah pada frekuensi 900 MHz-2200 MHz sesuai dengan yang ditetapkan oleh standard internasional ITU. Jenis antena WCDMA terdiri atas single band, dual band dan tri sector. Salah satu contoh antena 3G adalah Kathrein K742215 yang merupakan antena jenis directional single band yang mana daerah cakupan pemancaran dan penerimaannya diarahkan pada satu wilayah saja. Gambar 3.11 dibawah ini memperlihatkan contoh dari antena tersebut.

Gambar 3.11 Antena WCDMA single band Kathrein K742215

Antena WCDMA (3G) memiliki range frekuensi berkisar antara 1710-2200 MHz. Tinggi antenanya bervariasi antara 0.5 m hingga 2.5 m, dengan berat 2 kg hingga 20 kg. Power yang diperlukan untuk satu antena sekitar 300 Watt dengan penguatan (gain) berkisar antara 15 dBi 21 dBi. Umumnya impedansi antena adalah 50 dan memiliki dua input, yaitu Tx dan Rx. Namun untuk antena jenis tertertentu inputnya bisa lebih dari dua.

:: rozeff__

51

Gambar 3.12 Instalasi Antena WCDMA pada tower

Pada gambar 3.12 diatas memperlihatkan gambar instalasi antena WCDMA beserta perangakat penunjangnya yang ditempatkan pada suatu tower. Untuk memasang antena dan line kabel feeder pada tower maka diperlukan perangkat-perangkat penunjang. Feeder clamp merupakan salah satu perangkat penunjang yang berfungsi untuk memperkuat pemasangan kabel feeder pada tower. Feeder clamp biasanya dipasang setiap 1 m disepanjang kabel feeder. Perangakat lainnya yaitu tie strap yang banyak dipergunakan untuk memperkuat kabel-kabel yang ada pada equipment room agar tidak mudah lepas dari tempatnya. Berbagai macam perangkat penunjang antena tersebut dapat terlihat pada tabel 3.2 berikut ini.

:: rozeff__

52

Tabel 3.2 Perangkat-perangkat penunjang antena WCDMA

Ada bermacam bentuk dan jenis antena WCDMA. Masing-masing mempunyai fungsi khusus yang berbeda. Karakteristik dari masing-masing antena seperti gain, power per input, dan polarization juga berbeda. Beberapa bentuk dan jenis antena WCDMA dapat dilihat pada gambar 3.13 dibawah ini.

K739489 K80010251 K742210 K742233 K80010271 Gambar 3.13 Bermacam bentuk dan jenis Antena WCDMA

:: rozeff__

53

Pada suatu Node B biasanya operator menempatkan tiga sel antena untuk mencakupi daerah disekitar Node B tersebut. Satu sel terdiri dari satu antena. Ini berarti operator perlu menyediakan 3 buah antena seperti terlihat pada gambar 3.10 sebelumnya. Sehingga pada tower tersebut terdapat lebih dari 3 antena. Sama halnya dengan memasang antena GSM dual band, masing-masing antena ditempatkan diatas tower dan diarahkan pada tiga arah yang berbeda pada sisi tower atau tiang antena tersebut. Ini dimaksudkan agar Node B bisa mengcoverage area di sekitar site Node B tersebut dan diterima oleh mobile station/pelanggan. Luas area yang dapat di coverage oleh satu sel antena adalah sekitar 5 km2, namun luas area tersebut bisa lebih besar tergantung jenis antena yang dipakai. Kemudian untuk satu sel antena WCDMA terdiri dari 2 WTR (Wide TransmitterReceiver), dimana pada 1 WTR terdapat 4 carrier. Sehingga untuk 3 se/sektor antena WCDMA diperlukan 6 WTR dengan kapasitas yang bisa di tangani oleh antena tersebut adalah 12 carrier. Banyaknya jumlah mobile station/pelanggan pada sistem WCDMA (3G) tidak bisa diukur seperti halnya sistem GSM (2G) yang dapat ditentukan dengan banyaknya timeslot atau TRX. Pada sistem WCDMA jumlah pelanggan yang bisa ditangani lebih banyak dari pada sistem antena GSM dual band. Namun bila semakin banyak pelanggan yang ditangani oleh satu sel antena, maka akses bagi setiap pelanggan akan lambat karena harus berbagi dengan pelanggan-pelanggan yang juga mengakses melalui antena yang sama. Dan sebaliknya semakin sedikit pelanggan yang di tangani oleh satu sel antena maka akan cepat akses bagi setiap pelanggan tersebut. Kapasitas untuk satu sel/sektor antena WCDMA bisa menangani sekitar 50 mobile station/pelanggan. Sehingga untuk tiga sel antena WCDMA kapasitas pada satu site Node B yang dapat ditangani adalah sekitar 150 mobile station/pelanggan bahkan lebih.

:: rozeff__

54

Saat ini Node B lebih banyak dibangun pada daerah perkotaan, karena akses data yang cukup tinggi dan akses data cepat lebih banyak diperlukan di daerah tersebut dari pada di pedesaan. Selain hal tersebut operator perlu mempertimbangkan pula biaya investasi yang cukup besar untuk membeli perangkat-perangkat WCDMA. Instalasi sistem antena dan feeder pada suatu site Node B juga tidak banyak berbeda dengan pembangunan antena GSM dual band pada BTS. Perbedaannya hanya pada beberapa perangkat-perangakat penunjang yang dibutuhkan pada site. Instalasi antara kabel feeder dan jumper dapat dilihat pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Instalasi Kabel Feeder dan Jumper

Bila pada satu site BTS operator menempatkan satu RBS WCDMA, maka untuk satu sel antena WCDMA tersebut diperlukan 2 line kabel feeder, 4 kabel jumper dan 4 connector. Sehingga total untuk tiga sel antena WCDMA diperlukan 6 line kabel feeder dan 12 kabel jumper dan 12 connector.

:: rozeff__

55

Panjang kabel feeder yang diperlukan untuk antena WCDMA tersebut tergantung dengan tinggi tower tempat antena dipasang. Bila tinggi towernya 40 m, maka untuk satu line butuhkan sekitar 50 m kabel feeder. Hal ini karena perlu diperhitungkan pula jarak antara tower antena dengan equipment room (shelter) tempat dimana RBS WCDMA ditempatkan yaitu sekitar 10 m. Untuk tiga sel/sektor antena, maka diperlukan panjang kabel feeder sekitar 300 m. Gambar 3.15 berikuti ini memperlihat gambar tower dan equipment room (shelter) pada suatu site BTS.

Gambar 3.15 Tower dan Equipment room (shelter)

3.7.1 Waktu Implementasi Pembangunan Antena WCDMA Waktu implementasi pembangunan antena WCDMA tidak jauh berbeda dengan pembangunan antena dual band untuk GSM. Rangkaian waktu dan scope pekerjaannya sama seperti halnya dengan pembangunan antena-antena GSM dual band. Dan lamanya rentang waktu pengerjaan juga tergantung pada jenis pekerjaan dan tingkat kesulitan pada masingmasing site.:: rozeff__

56

Pembangunan Node B yang ditempatkan bersama pada BTS akan lebih cepat pengerjaannya dibanding membangun site Node B baru. Scope pekerjaannya jauh lebih sedikit karena memanfaatkan fasilitas yang digunakan oleh BTS secara bersama. Tower yang dipergunakan untuk menempatkan antena GSM dualband dan line kabel feeder-nya, bisa dipergunakan juga untuk menempatkan line kabel feeder bagi antena WCDMA. Equipment room yang dipergunakan untuk menempatkan RBS GSM (900 MHz dan 1800 MHz) bisa manfaatkan juga untuk menempatkan RBS WCDMA beserta perangkat penunjang lainnya. Tabel 3.3 dibawah ini menunjukkan waktu implementasi pembangunan Node B tersebut. Tabel 3.3 Waktu Implementasi Pembangunan Antena WCDMANo Description Instalasi perangkat RBS WCDMA Instalasi Antenna & Feeder System Antenna Outdoor WCDMA 1900 Feeder 1 5/8" Fabricated Jumper 7/18" Connector 1 5/8" Feeder Clamp TOTAL Kathrein RFS RFS RFS unit m unit unit unit 3 300 12 12 50 8 Brand Unit Qty Implementation (Day)

I II 1 2 3 4 5

2 6

Dari tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa pembangunan antena WCDMA yang ditempatkan pada site yang sama dengan BTS membutuhkan waktu 8 hari untuk pengerjaannya. Untuk instalasi antena dan line kabel feeder-nya membutuhkan waktu 6 hari. Singkatnya waktu pengerjaan antena WCDMA ini karena operator tidak perlu lagi membangun tower untuk menempatkan antena-antena tersebut.

:: rozeff__

57

3.7.2 Biaya Investasi Pembangunan Antena WCDMA Pembangunan Node B yang ditempatkan pada site yang sama dengan BTS membantu operator mengurangi biaya investasi pengembangan jaringan mereka. Hal ini dikarenakan tidak perlu lagi menyewa lahan baru, membangun tower, instalasi jaringan PLN dan pembangunan bentuk fisik lainnya. Operator hanya perlu menempatkan RBS WCDMA dan membuat line kabel feeder untuk antena WCDMA yang baru. Biaya investasi pembangunan antena WCDMA tersebut dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Biaya Investasi Pembangunan Antena WCDMAUnit Price ( IDR ) 8,123,600 211,600 506,000 230,000 73,600 Total Price ( IDR ) 24,370,800 63,480,000 6,072,000 2,760,000 3,680,000 100,362,800

No

Description Antenna Outdoor WCDMA 1900 Feeder 1 5/8" Fabricated Jumper 7/18" Connector 1 5/8" Feeder Clamp Total Price

Brand

Unit

Qty

Price (IDR)

1 2 3 4 5

Kathrein RFS RFS RFS

unit m unit unit unit

3 300 12 12 50

Dari tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa untuk membangun 3 sel/sektor antena WCDMA yang ditempatkan pada site BTS 2G, dibutuhkan biaya investasi sebesar Rp.100,362,800,-. Untuk memenuhi 3 sel/ sektor antena operator memerlukan 3 buah antena WCDMA. Tinggi tower yang digunakan untuk menempatkan ke tiga antena tersebut adalah 40 m. Kabel feeder yang digunakan adalah berukuran 1 5/8. Panjang kabel feeder yang diperlukan untuk mengkoneksikan dengan perangkat RBS adalah sekitar 50 m untuk setiap line TX/RX. Untuk 3 sel antena diperlukan 6 line kabel feeder, maka total panjang kabel feeder yang diperlukan untuk memenuhi sel-sel tersebut adalah sekitar 300 m. Investasi yang terbesar dikeluarkan untuk pembangunan suatu antena adalah biaya untuk pembangunan

:: rozeff__

58

sistem kabel feeder yang memerlukan dana sekitar Rp.63,480,000. Biaya tersebut bisa lebih besar lagi bila tinggi tower yang dipergunakan lebih dari 40 m. Tabel 3.5 berikut ini menampilkan biaya investasi untuk pembangunan sistem antena pada tinggi tower yang berbeda.

Tabel 3.5 Biaya Investasi Pembangunan Antena WCDMA Pada Tower yang berbedaTower High(m)

Qty(m)

Price Feeder cable(IDR)

Total Price(IDR)

55 60 75

390 420 510

82,524,000 88,872,000 107,916,000

119,406,800 125,754,800 144,798,800

Dari tabel 3.5 diatas dapat dilihat bahwa biaya yang diperlukan untuk membangun setiap site berbeda. Semakin tinggi tower antena yang dipergunakan maka semakin besar biaya investasi yang dikeluarkan oleh operator.

:: rozeff__